Thursday, December 27, 2018

SEPENGGAL KISAH 102

SEPENGGAL KISAH 102

(Tien Kumalasari)

Dengan kesal bu Prasojo terpaksa membawa Dewi duduk diteras. Sesungguhnya ia sangat letih dan ingin segera beristirahat.

"Baiklah, aku tidak punya waktu banyak, katakan apa maumu, tapi ingat, jangan coba2 mengganggu kehidupan anak dan menantuku." kata bu Prasojo dengan kesal.

"Aduh ibu... ibuku ini biasanya nggak galak lho, dan padahal lagi bu, Dewi ini menunggu dari pagi sampai malam, karena Dewi sesungguhnya amat menyayangi keluarga ibu. "

"Apa maksudmu menyayangi?"

"Ya ampun bu, baiklah, kalau ibu tidak percaya, nanti ibu dengarkan cerita Dewi dulu.. Dan ibu harus tau, bahwa ini adalah keperdulian Dewi akan keluarga ibuku tersayang ini."

"Segera katakan apa maksudmu, jangan banyak omong, aku sudah capek, tau."

Dewi tersenyum, ada kemenangan tersirat disenyuman itu karena akhirnya bisa ketemu oraang yang dicarinya.

"Bu, saya dengaar mas Bowo dan bapak ke Jakarta ya?"

"Kalau iya kenapa, itu bukan urusanmu. Sekarang pulanglah kesabaranku sudah habis."

Bu Prasojo berdiri dan bersiap masuk kedalam rumah. Namun Dewi segera memegang lengannya dan memintanya duduk kembali.

"Sebentar bu, Dewi ingin mengatakan, apabila suami pergi, layakkah seorang peremuan mengadakan pertemuan dengan lelaki lain?"

"Apa maksudmu?" tinggi suara bu Prasojo karena sangat menahan kesal.

"Saya yakin Asri bukan perempuan sebaik yang ibu harapkan?"

"Tidak ada menantu terbaik untuk anakku Bowo kecuali Asri.  Apa kamu ingin merebutnya?"

Dewi tertawa sinis. Ya mpun bu, ya nggak mungkin Dewi merebut mas Bowo lagi, Dewi kan sudah punya suami yang baik, yang segalanya melebihi mas Bowo."

"Ya sudah, segera pulang dan aku tidak ingin mendengar apapun yang kamu katakan. Mengerti?"

"Bu.. bu... tunggu dulu bu.. Dewi belum selesai bicara.." Dewi kembali menahan lengan bu Prasojo karena ia telah beranjak lagi berdiri .

"Dengar bu, saya yakin Asri bukan isteri sempurna bagi mas Bowo dan bukan pula menaantu yang elok bagi ibu. "

"Diaaam !!" teriak bu Prasojo karena amarah yang mulai merayapi hatinya.

"Ketika ditinggal mas Bowo ke Jakarta, Asri slingkuh!!" 

"Apa?" 

"Asri mengadakan hubungan dengan lelaki lain."

"Bohong! Jangan memfitnah menantuku ! Kamu tidak berhasil merebut Bowo karena kelakuanmu yang tidak benar. Pembohong, perayu, penipu."

"Aduh bu, mengapa segala keburkan hanya ada pada Dewi, coba lihat bu.. Dewi bilang ,bukan tak ada buktinya. Lihat ini bu.."

Dewi mengeluarkan ponselnya, membuka sebuah gambar dan ditunjukkannya pada bu Prasojo.

"Ibu lihat? Disebuah rumah makan..Dewi menemukan perbuatan terkutuk ini. Lihat, apa ini pantas?"

Bu Prasojo jatuh terduduk. Dilihatnya foto Asri, tangannya ada diatas meja, dan tangan seorang lelaki memeganginya dengan pandangan mesra.

"Foto iki akan saya kirimkan ke ponsel ibu, sebentar bu, nah.. nanti ibu bisa memandanginya sepuas hati ibu, sudah bu...sekarang sudah terkirim ke ponsel ibu."

Bu Prasojo masih terdiam, seperti mimpi ia membayangkan menantunya yang baik berselingkuh ketika suaminya tidak ada dirumah.

"Sekarang Dewi baru merasa capek bu. Dewi pamit ya bu?"

Bu Prasojo masih terdiam sampai Dewi meniki mobil mewahnya dan pergi.

 

Pak Prasojo dan Bowo sudah selesai menyelesaikan semua urusan, jadi besok bisa pulang. Pak Prasojo menelpon isterinya untuk mengabarkan hal itu.

 "Hallo bu," sapa pak Prasojo dalam telephone

"Hallo, bapak harus segera pulang," sahut bu Prasojo tanpa basa basi.

"Iya, ini sudah selesai, besok bapak pulang, dan bapak akan mengabarkan hal ini pada ibu, kok ibu kelihatan sewot begitu?"

"Ada hal yang tidak terduga, terjadi.. jadi bapak harus pulang."

"Hal tidak terduga apa to bu? mBok ya bicara yang jelas, ini bapak sama Bowo sedang berkemas, karena dapat tiketnya pagi2."

"Ya sudah, ceritanya nanti kalau bapak pulang saja, pokoknya ini hal yang tidak kita duga sebelumnya, Sungguh memalukan."

"Ada apa bu?"

Tapi bu Prasojo sudah menutup telephone nya.

"Kenapa pak?" tanya Bowo ketika melihat ayahnya tampak kebingungan.

"Ibumu itu, bicara nggak jelas, katanya ada hal yang tidak terduga, memalukan,.. apa itu?"

"Kenapa bapak tidak menanyakan, supaya bapak bisa langsung mengerti."

"Bapak tanya malah telephone nya ditutup. Ya sudah besok saja dirumah, katanya begitu."

"Kok aneh ya pak, coba Bowo telephone Asri dulu, barangkali Asri mengetahui sesuatu."

"Ya sudah telephone sana."

"Hallo...suara Asri dari seberang."Mas sudah siap pulang?"

"Ya Asri, aku mau mengabarkan kalau besok kami bisa pulang, semuanya sudah beres."

"Alhamdulillah mas, Asri senang sekali, Pandu juga nanyain bapaknya setiap hari."

"Iya, syukurlah masih ada yang kangen sama aku," canda Bowo.

"Iihh.. mas Bowo kok gitu, ya ada donk, biasanya setiap hari kumpul, ini seminggu lebih nggak ketemu."

"Baiklah, besok bisa pada melampiaskan kangennya sama bapak ya. Oh ya, kamu sering ketemu ibu?"

"Mas ini gimana, ya sering donk, kemarin ibu membawakan ayam goreng untuk Pandu, trus tadi tuh hampir seharian ibu disini, main sama Pandu sampai malam baru pulang."

"Ibu nggak cerita apa2?"

"Ya banyak lah, tentang resep masakan, tentang kegiatannya arisan, pokokknya ibu tetap heboh deh," Kata Asri sambil tertawa.

"Mengeluhkan sesuatu kah?"

Asri terkejut:" Apa ibu sakit? suara Asri cemas terdengar oleh Bowo.

"Bukan sakit, ibu sehat,maksudku apakah ada sesuatu yang diceriterakan."

"Nggak ada, ibu pulang baik2 saja kok. Memangnya ada apa?"

"Ya sudah, besok saja ceriteranya, sekarang kami sedang berkemas."

"Ya mas, hati2 ya.."

Namun setelah telephone ditutup, Asri bertanya tanya dalam hati. Memangnya ada apa dengan ibu. Karena merasa khawatir, malam itu Asri menelpone bu Prasojo. Lama sekali telephone tidak diangkat, lalu Asri menutupnya, dan kembali memutar nomornya .

"Hallo" suara dari seberang, tapi itu suara simbok.

"Simbok ya, "

"Iya, ini bu Asri? "

"Iya mbok, saya mau bicara sama ibu."

"Baiklah simbok panggilkan dulu ya bu, tadi juga barusan mendapat telephonr dari bapak.

Simbok meletakkan gagang telephone dan menuju kamar majikannya.

"Ma'af, apa ibu sudah tidur?"

"Belum, ada apa?"

"Ada non Asri menelpon bu,"

"Ah.. sudah.. bilang saja ibu sudah tidur, begitu.."

"Tapi bu, jangan2 penting."

"Bilang bahwa ibu nggak mau lagi ngomong sama Asri, dan cukup, jangan kamu nanya apa2 lagi. Cepaat bilang, kok malah bengong disitu."

Simbok heran, sore tadi baru dari sana, kok kelihatannya marah2 begitu? Dengan ragu2 simbok mengangkat lagi gagang telephone nya.

"Hallo bu,"

"Lho, kok simbok lagi, memangnya ibu sudah tidur?" 

"Bukan begitu bu, tadi simbok sudah ketemu ibu, tapi ibu bilang... mm.. ma'af ya bu.. ibu tadi bilang bahwa ibu nggak mau ngomong sama bu Asri."

Gagang telephone yang dipegang Asri terlepas. Ia kaget mendengar jawaban simbok.

#adalanjutannyaya#


No comments:

Post a Comment

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...