Wednesday, December 26, 2018

SEPENGGAL KISAH 101

SEPENGGAL KISAH  101

(Tien Kumalasari)

Simbok sudah selesai masak, ia sedang menata masakannya diatas meja, ketika pintu digedor kembali. Simbok kaget melihat tamunya tak juga beranjak pergi walau pintu rumah dikunci dari dari dalam.

"mBoook.. simboook..."

Simbok pergi keluar dan melihat tamunya berdiri didepan pintu sambil menggedor gedor..

"Minta minum donk mbok, haus nih... yang dingin mboook.."

Simbok terpaksa mengambilkan segelas air dingin, namun ia mengulurkannya dari jendela yang terbuka sedikit. Ia tetap tak mau membuka pintu.

"Ya ampun mbok, jahat banget kamu itu mbok... "

Simbok masuk lagi kedalam, karena kesal ia kemudian menelpon majikannya.

"Hallo," suara dari seberang sana..

"Bu, ibu masih lama nggak?"

"Masih lama, ini mau mampir belanja sekaliyan mbok, ada apa? "

"Ini bu, diluar ada tamu, tapi simbok nggak mau bukain pintu, "

"Kamu nggak kenal siapa tamunya?"

"Nggak bu, nggak kenal, dandanannya seperti artis bu.. cantik.."

"Siapa dia?"

"Dia mengaku bernama Dewi bu, katanya dulu hampir menjadi isterinya mas Bowo."

"Dewi? Ya ampuun.. kamu nggak kenal dia?"

"Beda banget so'alnya bu, simbok lupa, karena itu simbok biarkan dia duduk diluar dari tadi, simbok takut, jangan2 orang jahat bu."

"Sudah lama ?"

"Sudah sejak ibu baru saja berangkat tadi, sampai sekarang belum pergi juga, risih simbok."

"Hm.. Dewi... ya sudah mbok, biarin aja kalau mau tetap duduk disitu, aku nanti pulangnya bisa malam."

"Malam bu?"

"Nggak suka aku sama Dewi, biar saja kalau mau menunggu sampai malam."

"Jadi tetap simbok nggak usah bukain pintunya ya bu?"

"Nggak usah dibukain, biar aja dia diluar."

"Baiklah bu."

Simbok menutup telephonnya dan membiarkan Dewi berteriak teriak sampai sore.

Dirumah Bowo, Pandu senang sekali karena neneknya ada disana sampai sore.

"Nenek, kemarin itu ayam goengnya nenek enak sekali, "

"Oh ya? Pandu suka?"

"Suka banget nek, Pandu makan banyaaak sekali," kata Pandu sambil membentangkan tangannya. Bu Prasojo tersenyum senang.

"Kalau Pandu suka, besok lagi akan nenek buatkan yang lebih banyak."

"Horeeee...."

Hari itu sepulang dari arisan kemudian belanja, bu Prasojo langsung pergi kerumah anaknya. Ia enggan bertemu Dewi yang katanya menunggunya sejak pagi. Mau apa lagi dia kerumah, pikir bu Prasojo.

Asri agak heran mertuanya sangat betah bermain dengan cucunya. 

"Sudah ada kabar dari bapak bu?" tanya Asri

"Belum ada, apa suamimu tidak menelpon kamu?"

"Menelpon juga sih bu, cuma bilang kalau urusannya belum selesai, tapi mas Bowo dan bapak akan pulang secepatnya."

"Ya, sama,bapak juga bilang begitu. Jam berapa ini Asri?"

"Jam tujuh lewat bu."

"Ya sudah ibu mau pulang dulu, pasti dia sudah pulang, masa nggak mau pulang juga sampai malam begini."

Asri heran karena bu Prasojo tidak mengatakan apapun sebelumnya.

"Ada siapa bu dirumah?"

"Kamu tau nggak, Dewi dari pagi ada dirumah, mulai ibu baru saja berangkat pergi sampai siang tadi."

"Dewi ?"

"Iya, kamu ingat Dewi kan?"

"Ingat bu, kemarin pagi ketika Asri belanja juga ketemu dia ,"

"Oh ya, seperti apa dia sekarang?"

"Dia bilang sudah mendapatkan suami kaya. Perginya juga pake mobil mewah lho bu, dandanannya sangat menarik. Asri pangling sebelum dia mengatakan bahwa dia Dewi."

"Pasti anaknya sudah banyak."

"Nggak bu, belum punya, katanya suaminya nggak suka anak, "

"Wah, jangan2 jadi isteri muda dia."

"Ah, ibu..." Asri tersenyum,

"Dengar Asri, para suami yang selingkuh dan mempunyai isteri muda, cenderung tidak suka punya anak dari isteri mudanya, supaya tidak ada masalah dengan isteri tuanya."

"Ya sih, tapi mudah2an tidak begitu. Kasihan kalau dijadikan isteri muda."

"Kamu itu, orang yang sudah menyakiti kamu saja masih kamu kasihani."

"Asri sudah melupakan semua bu, sekarang kan Asri sudah hidup bahagia, punya ibu yang sayang sama Asri, punya suami yang mencintai dan melindungi, punya anak yang lucu dan pintar. Apa lagi kurangnya bagi Asri bu, semuanya sudah cukup.

 "Ya nak, syukurlah. Ibu juga senang punya menantu seperti kamu, yang sayang sama suami dan kedua mertuanya, baik hati.. dan.."

"Sudah bu.. ibu selalu begitu."

"Ya sudah, ibu mau pulang dulu ya, sudah malam, mana Pandu.

"Panduu, ini nenek mau pulang," Asri berteriak memanggil anaknya..

Pandu berlari mendekat lalu memeluk neneknya.

"Mengapa nenek nggak tidur disini aja?" rengek Pandu

"Besok saja ya sayang, so'alnya simbok dirumah sendirian, kasihan kan?"

"Memangnya simbok takut kalau sendirian?"

"Ya takutlah, biasanya kan ada nenek, ada kakek.."

"Dirumah nenek ada hantu?"

Bu Prasojo dan Asri tertawa. 

"Nggak ada lah, kok kamu tau2nya hantu ?"

"Kata temannya Pandu. Dirumah temannya Pandu ada hantunya, kalau malam sering keluar menakut nakuti dia"

"Eeh.. nggak ada itu, temannya Pandu hanya menakuti saja supaya Pandu takut."

"Ya sudah, kamu lagi belajar kan? Ya sudah kembali belajar sana sama kakek."

Begitu bu Prasojo pulang, telepone dirumah Asri berdering. Asri bergegas mengangkatnya, ternyata simbok.

"Hallo, bu Asri,"

"Ya mbok, ada apa?"

"Apa ibu masih disini ?

"Sudah pulang mbok, baru saja. Kenapa, simbok takut?"

"Ya takut lah bu, diluar ada orang yang dari pagi nggak mau pulang."

"Apa? Dewi ? Belum pulang juga?"

"Ya bu, heran, apa maunya dia itu, simbok dari tadi nggak mau bukain pintu, tapi dia tetap saja nggak mau pergi. Apa kira2 ada yang penting ya bu?"

"Ya nggak tau lah mbok, ya sudah, biar nanti ibu yang menghadapi saja, simbok tunggu ya."

"Baik bu."

Telepone ditutup, dan Asri mulai bertanya tanya, ada apa sampai Dewi kerumah bu Prasojo dan menunggu dari pagi nggak mau pergi. Perasaan tak enak kembali mengganggu benak Asri.

 

Bu Prasojo sebenarnya letih sekali. Ia belum istirahat seharian, hal yang belum pernah ia lakukan, karena disiang hari dia harus tidur walau hanya satu dua jam. Tadi rumah Bowo, mana bu Prasojo bisa tidur, ia asyik bercanda dengan cucu kesayangannya, dan lupa akan letih lelahnya.

"Nanti sampai dirumah, kamu boleh langsung pulang No, ibu juga langsung mau istirahat."Bu Prasojo berpesan kepada sopirnya.

"Baik bu."

Begitu memasuki halaman, dilihatnya lampu teras belum menyala, jadi kelihatan sangat gelap.

"Simbok itu bagaimana, mengapa lampu depan tidak dinyalakan. Aduuh.. gelap seperti guha saja."

Mobil itu berhenti dan bu Prasojo menyuruh sopirnya kebelakang, untuk meminta agar simbok menyalakan lampunya. Bu Prasojo keluar perlahan karena halamannya tampak gelap, takut tersandung sesuatu. Tapi tiba2 seseorang memegang lengannya.

"Ibuuuu... apa kabar?"

"Kamu? Kamu masih disini ? "

"Iya bu, menunggu dari pagi, haus lapar, simbok nggak mau bukain pintunya, juga nggak mau nyalain lampu. Jahat banget simbok sama Dewi."Lampu teras sudah menyala karena si sopir sudah memberi tau simbok bahwa ibu Prasojo sudah datang.

Bu Prasojo mengamati Dewi dengan heran, karena penampilannya sungguh tidak pantas.Seperti simbok, iapun hampir tidak mengenalinya. Hanya karena bu Prasojo sudah dikasih tau tentang datangnya Dewi maka dia tau bahwa dihadapannya adalah Dewi.

"Mau apa kamu kemari? Ingat, jangan lagi berbuat yang tidak2 atau mengganggu anak dan menantuku lagi."

"Aduh ibu, Dewi kemari justru akan mengingatkan ibu,"

"Mengingatkan apa?"

"Boleh saya duduk bu, walau di teras Dewi juga mau karena sudah ada ibu, soalnya Dewi mau menun jukkan sesuatu pada ibu."

 

#adalanjutannyaya#

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...