Wednesday, November 26, 2025

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 33

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA  33

(Tien Kumalasari)

 

Hasto membuka matanya perlahan. Jalannya mobil yang bergoyang-goyang membuatnya tersadar. Ia heran sedang berada di dalam sebuah mobil, bersandar di jok dengan tubuh terasa lemas. Ia menoleh ke arah samping, dan terkejut melihat siapa yang sedang menyetir mobilnya.

“Sinta?”

Sinta menoleh ke sampung dan tersenyum.

“Kamu kenapa?”

“Badanku sakit semua. Bagaimana kamu bisa membawa aku ke dalam mobil?”

“Aku sengaja datang, karena hari ini dan besok kan libur. Aku ke rumah Alisa, kata bibi pembantu semua keluarga sedang ke bukit, menjemput calon menantu keluarga Warsono. Aku pinjam mobil teman, lalu menyusul, karena aku kan juga kenal sama Kenanga, bahkan yang sudah menyembuhkan kakiku yang retak atau patah. Sekarang aku sudah baik-baik saja. Tidak disangka aku melihat kamu berjalan terhuyung-huyung, bahkan pingsan begitu aku berhenti. Beruntung kamu bisa bersandar di mobil, kalau tidak kamu bisa luka oleh batu-batu yang berserakan di jalan."

“Oh, ini mau ke mana? Mobilku tertinggal di sana.”

“Sudah jauh, sebentar lagi sampai rumah sakit.”

“Apa maksudmu rumah sakit?”

“Kamu itu sakit. Orang waras nggak mungkin pingsan kan?”

“Oh, ya Tuhan, aku sakit ya?”

“Sebenarnya ada apa? Dan di mana mereka? Kamu ketemu Alvin dan keluarganya?”

“Ada di sebuah rumah penduduk. Ada sesuatu yang luar biasa terjadi.”

“Apa sesuatu yang luar biasa?”

Lalu secara singkat Hasto menceritakan kejadian yang terjadi di rumah Kenanga, yang akhirnya membuat tubuhnya luka-luka, yang pastinya luka dalam, karena ia merasakan badannya sakit semua.

“Jadi kalian habis bertempur melawan laki-laki tua yang mau membawa Kenanga? Yah, untunglah ada Alvin yang kemudian datang. Dia kan jago taekwondo.”

“Ya, begitulah, untung ada Alvin yang membuat mereka akhirnya tak berdaya dan berhasil membawa Kenanga turun.”

“Mengapa kamu tidak mengatakan bahwa kamu terluka sehingga Kenanga bisa mengobati. Dia han ahli meramu obat dengan caranya?”

“Aku … malu mengatakannya.”

“Ya ampuun, kesakitan tapi malu mengakuinya?”

“Terus terang kemudian aku kalah bersaing dengan Alvin, tapi aku sudah memberinya selamat kepada Kenanga.”

“Jadi sekarang Kenanga akan ikut bersama keluarga Alvin?”

“Untuk menghindari orang tua tak tahu diri itu. Kalau Kenanga masih di rumahnya, bisa jadi mereka akan datang lagi dan memaksa Kenanga. Tak apa, yang penting Kenanga selamat.”

Mobil Sinta sudah sampai di rumah sakit, dan ternyata Hasto memang tidak bisa berjalan tegak. Mungkin ada tulang-tulangnya yang retak atau entahlah. Yang jelas Sinta harus meminta brankar untuk membawa Hasto ke ruang IGD.

***

Keluarga Warsono dan Kenanga sudah sampai di rumah. Kenanga terbelalak melihat rumah seindah dan semegah itu. Dibandingkan dengan rumahnya yang beratap rumbai, berdinding bambu, alangkah jauh bedanya. Ia melangkah ragu, dan harus dirangkul Alisa agar masuk ke dalam rumah.

“Kenanga, jangan sungkan. Kelak rumah ini akan menjadi rumahmu juga,” kata bu Warsono melihat keraguan yang tampak pada wajah Kenanga.

“Iya, masuk dan ajak Kenanga ke kamarmu,” lanjut pak Warsono, sedangkan Alvin hanya tersenyum-senyum bahagia.

Alisa langsung mengajak Kenanga masuk ke dalam kamar. Kamar yang sangat mewah dengan perabotan yang belum pernah dilihat sebelumnya. Kenanga mengamati ke sekelilingnya, tak ada lampu minyak seperti dirumahnya. Alisa membuka jendela kamarnya, lalu udara segar masuk ke dalamnya. Ketika Kenanga berdiri di depan jendela itu, ia melihat sebuah kebun penuh dengan tanaman bunga. Ada kolam kecil dan ikan-ikan berkecipak riang di kejauhan.

“Kamu suka?”

“Aku takut,” jawab Kenanga, membuat Alisa tertawa.

“Apa yang membuatmu takut? Oh ya, sebaiknya kamu mandi dulu, ayo ke kamar mandi,” kata Alisa sambil menarik tangannya ke kamar mandi.

“Itu apa?” katanya sambil menunjuk ke arah bathup dengana heran.

“Itu namanya bathup, kalau kamu suka berendam, kamu bisa masuk ke sana dan berendam air hangat. Kalau tidak suka, kamu bisa mengucurkan air dari sini. Ini sabun, ini handuk yang sudah disiapkan.”

Alisa mengajari Kenanga bagaimana ia harus mandi, lalu memberikan bajunya untuk dipakai oleh Kenanga, bukan kain dan kebaya seperti yang dipakainya.

“Tuh kan, badanku sama badanku itu sama. Bajuku bisa pas di badan kamu.”

Alisa mengajak Kenanga berkaca, rambutnya yang panjang tergerai lepas. Alisa menyisirinya lembut, lalu Kenanga menggelungnya dengan apik.

“Kamu cantik sekali.”

Kenanga juga heran melihat bayangan di cermin. Ketika di rumahnya, cerminnya adalah air belik yang tenang. Bayang-bayang yang terlihat tidak begitu jelas, terkadang air dalam belik bergoyang-goyang. Sekarang ia dengan jelas melihat bayangannya sendiri, dan dengan heran ia menyadari, bahwa dirinya sangat cantik.

“Itu … apakah aku?” katanya sambil menunjuk bayangannya sendiri yang berdiri sejajar dengan Alisa.

“Tentu saja kamu. Kamu sangat cantik.”

“Apa aku pantas tinggal di sini?”

“Kamu seperti putri dari kahyangan,” kata Alisa.

Kenanga teringat dongeng almarhum ayahnya. Putri dari kahyangan adalah bidadari. Ia pernah membayangkan seorang bidadari ketika melihat wajah Sinta saat ia mengobatinya. Dirinya secantik itu?

“Ayo kita keluar, bibik akan membuat minuman hangat untuk kita,” katanya sambil menggandeng Kenanga keluar dari kamar.

Baju yang dipakai hanya baju rumahan, berwarna hijau lumut berkembang putih, lengannya panjang dan baju itu juga menutupi kakinya.

Alisa mengajaknya ke ruang tengah, di mana sudah ada ayah ibu Alisa dan juga Alivin yang semuanya menatapnya takjub.

“Kenanga, kamu cantik sekali,” puji bu Warsono.

Alisa mengajaknya duduk disampingnya. Bibik pembantu menyiapkan minuman hangat dalam cangkir-cangkir yang menurut Kenanga sangat indah.

Setelah meletakkan cangkir-cangkir itu, bibik mengatakan bahwa tadi ada yang mencari Alisa.

“Siapa yang mencari aku?”

“Itu teman Non. Yang namanya Sinta.”

“Sinta kemari?”

“Iya, katanya mau menyusul Non, setelah bibik bilang seluruh keluarga menjemput calon istri tuan Alvin.”

Kenanga menunduk tersipu, Bahkan pembantu rumah menyebutnya calon istri Alvin?

“Sinta menyusul? Tidak tuh, kok aku tidak ketemu ya.”

Alisa mengambil ponsel dan menelponnya dan langsung dijawab oleh Sinta.

“Alisa, tadi aku menyusul kalian.”

“Kok nggak ketemu?”

“Sekarang aku di rumah sakit.”

“Apa? Kamu sakit?”

“Bukan. Hasto yang sakit.”

“Mas Hasto sakit? Kok kamu bisa ketemu dia? Sakit apa?”

Semua yang hadir mendengarkan Alisa bertelpon. Terkejut mendengar Hasto sakit.

Lalu Sinta mengatakan tentang pertemuannya dengan Hasto yang kemudian pingsan saat mobilnya berhenti didekatnya.

“Rumah sakit mana?” tanya Alvin.

“Berikan alamat rumah sakitnya. Mas Alvin mau ke sana.”

***
Alvin berangkat sendiri ke rumah sakit yang dimaksud. Bersaing dalam memperebutka seorang gadis bukan berarti membunuh rasa persahabatan. Bergegas dia masuk, lalu melihat Sinta duduk di ruang tunggu.

“Alvin, akhirnya kamu datang,” sapa Sinta.

“Apa yang terjadi?”

“Aku sudah cerita sama Alisa, apa dia tidak mengatakannya padamu?”

“Ya, sekilas, tapi aku kan juga ingin mendengar dari kamu.”

Sinta pun mengatakan semuanya.

“Apa kata dokter?”

“Masih diadakan pemeriksaan secara keseluruhan. Seperti ada tulangnya yang patah.”

“Kok dia kuat berjalan ya?”

“Mungkin tadinya hanya retak, karena dipaksa berjalan lalu patah.”

“Aku heran, ketika sebelum turun dari bukit aku melihat dia kesakitan, tapi ketika aku bertanya, katanya tidak apa-apa. Aku mau memapah dia turun, dia menolaknya, jadi dia berjalan sendiri.”

“Dia bilang, malu mengakui kalau dia kesakitan.”

“Ketika aku datang dia sedang dikeroyok oleh anak buah pak tua itu. Tampaknya dia berhasil menjatuhkan pak tua, tapi anak buahnya ada lima orang. Tampaknya Hasto juga jatuh bangun ketika itu. Heran, mengapa dia tidak mengatakan yang sebenarnya. Kalau Kenanga tahu, barangkali Kenanga bisa memberikan obatnya, paling tidak untuk mengurangi sakitnya.”

“Benar, aku juga sembuh karena Kenanga. Sekarang Kenanga ada di rumahmu? Kata Hasto dia kamu bawa pulang.”

“Benar, orang-orang dusun menyarankan agar Kenanga diungsikan dulu, agar tidak diganggu oleh pak tua itu.”

“Apakah sekiranya Kenanga bisa membantu mengobati Hasto ya?”
”Entahlah, apa sebaiknya aku panggil dia?”

“Kamu telpon Alisa, lalu kamu bicara sama Kenanga.”

Lalu Alvin akhirnya bisa bicara dengan Kenanga. Tapi Kenanga mengatakan kalau obat-obatnya tertinggal di rumah.

“Apa aku harus mengambilnya? Aku tidak tahu sakitnya seperti apa, tapi barangkali bisa mengurangi atau membantu menyembuhkannya. Hanya membantu, aku bukan orang pintar yang bisa membuat orang sakit bisa sembuh, Nanti aku pulang dulu,” kata Kenanga.

“Jangan kamu. Baiklah, nanti kita atur caranya. Aku akan menemui Hasto dulu.”

Alvin menutup pembicaraan, dan merasa lega Kenanga mau membantunya.

“Bagaimana?” tanya Sinta.

“Kenanga mau mengambil ramuan-ramuan yang ada di rumahnya, tapi lebih baik jangan dia yang pergi. Bahaya bisa setiap saat mengintainya. Pak Tua itu kabarnya punya banyak anak buah. Yang berani menentangnya bisa celaka. Kalau Kenanga pulang lalu dia tahu, bisa bahaya.”

“Jadi kamu yang akan pergi ke sana?”

“Ya, sebaiknya begitu, aku akan mengajak beberapa orang kantor, barangkali ada barang yang susah di bawa, sehingga mereka bisa membantu.”

“Syukurlah.”

***

Alvin memarahi Hasto karena tidak mau mengaku kalau dia kesakitan. Hasto yang masih merasa lemah hanya tersenyum. Mana bisa Alvin merasakan apa yang dirasakannya? Sakit hatinya lebih berat dari sakit di tubuhnya.

“Aku sudah bilang pada Kenanga, dia bersedia membantu.”

“Aku sudah ditangani dokter, tidak usah repot karena aku.”

“Hasto, aku masih sahabatmu bukan? Jadi tenang saja. Siapa tahu obat yang diberikan Kenanga bisa mengurangi sakit kamu, atau bisa mempercepat penyembuhan di samping penanganan dokter.”

“Aku harus dioperasi, dokter sudah mengatakannya.”

“Kenanga bilang hanya membantu. Biar dioperasi, siapa tahu obatnya bisa mempercepat kesembuhan kamu?”

Hasto hanya diam. Sedikit sungkan ketika Alvin akhirnya tahu bahwa dirinya kesakitan karena dihajar anak buah Lurah lawas.

***

Keesokan harinya, dengan petunjuk Kenanga tentang di mana ramuan obatnya disimpan, Alvin berangkat bersama anak buahnya, karena ramuan inti yang dibuat oleh kakek bersorban ada di sebuah kotak besar.

Mereka sudah sampai di bawah bukit dan bersiap naik, tapi betapa terkejutnya ketika mereka melihat asap hitam membubung tinggi, tanda ada kebakaran di atas sana.

***

Besok lagi ya.

47 comments:

  1. Alhamdulilah
    Terimakasih telah tayang. Sehat slalu bunda.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal pa Endang Supriatna Purwakarta, saya Kakek Habi Antapani Bandung.

      Delete
    2. Hatur nuhun salam kenalna.
      Tetangga kota bandung ma Purwakarta. Sehat selalu kake hasbi

      Delete
    3. Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun pak Endang

      Delete
  2. Alhamdulillah
    Matur sembah nuwun Mbak Tien

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah eRKaDeBe_33 sudah tayang.
    Terima kasih mBak Tien.....
    Sugeng dalu..... Salam takzim kagem mas Tom dan AMANCU.

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, suwun mb Tien πŸ™

    ReplyDelete
  5. 🏘️🌴🏘️🌳🏘️🌴🏘️🌳
    Alhamdulillah πŸ™πŸ˜
    Cerbung eRKaDeBe_33
    sampun tayang.
    Matur nuwun Bu, doaku
    semoga Bu Tien selalu
    sehat, tetap smangats
    berkarya & dlm lindungan
    Allah SWT. Aamiin YRA.
    🏘️🌴🏘️🌳🏘️🌴🏘️🌳

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun jeng Sari

      Delete
  6. Matur nuwun mbak Tien-ku Rumah Kenanga Di Tengah Belantara telah tayang

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah terima kasih Bunda Tien,,sehat selalu Bunda

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun ibi Wiwin

      Delete
  8. Assalamualaikum bu Tien, maturnuwun cerbung " Rumah Kenanga di Tengah Belantara 33" sampun tayang,
    Semoga ibu Tien serta Pak Tom dan amancu selalu sehat dan penuh berkah aamiin yra .. salam hangat dan aduhai aduhai bun πŸ€²πŸ™πŸ©·πŸ©·

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun ibu Sri
      Aduhai aduhai

      Delete
  9. Alhamdulillah RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA~33 telah hadir.
    Maturnuwun, semoga Bu Tien tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga, serta selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin YRA.🀲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun pak Djodhi

      Delete
  10. Matur nuwun Bu Tien πŸ™
    Sugeng ndalu.

    ReplyDelete
  11. Terima ksih bunda cerbungnya..slm seroja unk bunda sekeluargaπŸ™πŸ₯°πŸŒΉ❤️

    ReplyDelete
  12. Waduh pak lurah lawas

    Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien❤️🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah sudah tayang
    Terima kasih bunda Tien
    Sehat walafiat berbahagia bersama keluarga tercinta selalu dalam lindungan Alloh SWT . Aamiin YRA
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun ibu Endah
      Aduhai haihai

      Delete
  14. Maturnuwun Bu Tien lanjutan cerbungnya yg menarik, semoga ibu tetap sehat semangat berkarya menulis cerbung, bahagia selalu bersama Kel tercinta bu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun ibu Tatik

      Delete
  15. Mtr nwn bun ...sugeng ndalu....mugi tansah pinaringan sehat

    ReplyDelete
  16. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu sekeluarga sehat wal'afiat.

    ReplyDelete
  17. Pak Tua membakar rumah Kenanga?
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " RUMAH KENANGA DITENGAH BELANTARA ~ 33 " sudah tayang.
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun pak Herry

      Delete
  19. Terima kasih Bunda, serial baru cerbung Rumah Kenanga Ditengah Belantara....33...sdh tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
    Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Aamiin

    Weleh...weleh....Kenanga seperti bidadari yang turun dari Kahyangan.

    Waduh...anak buah pak Lurah lawas...membabi buta, rumahnya Kenanga di bakar.
    Sikat ya Alvin...beri dia pelajaran...πŸ’ͺπŸ’ͺ😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  20. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien salam sehat wal'afiat semua ya πŸ™πŸ€—πŸ₯°πŸ’–πŸŒΏπŸŒΈ

    Dibakar perkampungan rumah Kenanga, kasihan

    ReplyDelete

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 33

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA  33 (Tien Kumalasari)   Hasto membuka matanya perlahan. Jalannya mobil yang bergoyang-goyang membuatnya te...