RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 29
(Tien Kumalasari)
Alisa dan Sinta saling pandang. Tidak mengira bahwa gadis alas ini menolak Alvin karena merasa tidak pantas. Bukannya sangat bersemangat karena akan hidup berkecukupan di tengah keluarga yang kaya raya.
“Bukankah kakak aku akan membuat kamu bahagia?” kata Alisa, hati-hati.
“Karena apa? Kalau itu karena harta, aku akan membantahnya. Aku tak pernah bermimpi tentang kehidupan kalian yang serba mewah, karena aku mendapatkan ketenangan diantara sunyinya hutan dan segarnya angin yang mengaliri sepanjang napasku setiap hari. Gadis seperti Sinta inilah yang pantas mendampinginya.”
Wouw, Sinta tiba-tiba merasa seperti mendengar sebuah ejekan. Gadis seperti dirinya pantas mendampingi Alvin? Rupanya Kenanga belum benar-benar tahu bagaimana sifat Alvin sebenarnya. Wajah cantik, kulit mulus, bukan hal yang bisa menumbuhkan cinta baginya. Gadis seperti Kenanga inilah sesungguhnya yang dicari Alvin, yang tak peduli betapa keluarganya tak menyukainya.
“Alvin mencintai kamu, Kenanga,” kata Sinta dengan tulus. Ia merasa berdosa telah membohongi Kenanga dengan mengaku sebagai tunangan Alvin. Rupanya Kenanga bergeming dengan kebohongan itu. Tak ada benci atau iri setelah mendengar bahwa dirinya adalah tunangan Alvin. Dia justru menolongnya, merawatnya, dan boleh dikatakan menyelamatkannya dari luka yang entah sampai kapan dideritanya. Wajahnya cacat, tulangnya patah, belum luka-luka kecil lainnya. Sinta merasa berdosa. Sungguh.
“Apakah kamu tidak menyukai mas Alvin?” sambung Alisa. Kebenciannya terhadap Kenanga tiba-tiba berubah. Dia juga menyesal telah bersekongkol dengan Hasto untuk membohongi Kenanga agar Kenanga menolak kakaknya. Kenanga adalah batu karang yang teguh walau diterjang ombak. Bahwa laut akan menemaninya sepanjang masa, itu sangat diyakininya. Sekarang si karang itu bahkan menolak kakaknya. Lalu timbullah rasa kasihan Alisa kepada sang kakak.
“Mas Alvin sampai menangis di pelukan ibu, hanya karena minta direstui untuk bisa memiliki kamu. Padahal saat itu ibuku sakit.”
“Ibumu sakit?” bukannya tertarik pada kecintaan Alvin yang digambarkan Alisa, Kenanga justru tertarik ketika mendengar ibu Alvin sakit.
“Iya, sudah seminggu lebih di rumah sakit. Macam-macam penyakitnya. Ada luka di kakinya yang tak kunjung sembuh, karena gula darahnya tinggi.”
"Nanti kalau kalian pulang, bawakan obat untuk ibumu, kalau percaya, silakan minum. Kalau tidak, tidak usah diminum. Karena rasa percaya tentang sesuatu obat adalah separuh kesembuhan sebelum meminum obatnya."
“Obatnya berujud apa?"
"Cairan. Agak pahit, walau aromanya harum. Siapa tahu bisa menolong mengurangi sakitnya.”
“Terima kasih, nanti akan aku bawa.”
***
Hari menjelang senja, ketika keduanya sudah bisa duduk dan mengenakan pakaian mereka. Maaf, aku tidak bisa meminjami pakaian untuk menggantikan pakaian kalian yang kotor. Adanya sarung punya almarhum, atau kain punyaku. Kalian pasti tak suka.
“Aku mau kain itu, aku akan mencobanya memakai kain dan kebaya milik kamu,” kata Sinta.
“Benarkah?”
"Benar, itu pakaian yang cantik,” kata Alisa.
Kedua gadis itu kemudian memiliki pandangan yang berbeda tentang Kenanga. Kenanga bukan gadis hutan kotor dan bau. Kenanga berkulit bersih dan cantik. Pakaian lusuh yang dikenakannya tampak rapi dan bersih.
Kenanga kemudian masuk ke dalam rumah, lalu keluar dengan membawa setumpuk pakaian.
“Ini kain dan baju aku. Masih baru. Alvin yang memberinya. Belum pernah aku pakai.”
“Ya ampun, ini dari mas Alvin?”
“Aku tidak memintanya, dia datang membawa pakaian untuk bapak dan untuk aku. Dan ketika itulah kemudian bapak meninggal,” kata Kenanga dengan raut muka sedih.
Alisa dan Sinta membuka lembaran kain itu, tapi bingung bagaimana memakainya. Ada baju seperti gaun biasa, ada kain dan kebaya. Semuanya masih baru.
Hasto yang belum pulang sore hari itu ikut duduk bersama keduanya. Ada perasaan tak suka ketika mendengar bahwa Alvin memberikan baju dan kain untuk Kenanga. Walau begitu, ada rasa tenang karena Kenanga sudah jelas akan menolak Alvin. Ia merasa bahwa akan berhasil membawanya ke kota.
“Kalian bisa berganti pakaian di dalam gubug itu, begitu masuk, sebelah kiri adalah kamar aku. Tapi kalian harus berjalan hati-hati. Kalau ingin ke kamar mandi, di belakang ada belik yang tertutup anyaman bambu, tak akan ada yang melihatnya.
Alisa dan Sinta mencoba berdiri, sambil menggendong baju dan kain yang diberikan Kenanga. Mereka memilih kain dan kebaya. Rasa sakit sudah berkurang, mereka berjalan sangat pelan.
Hasto mendekat, bermaksud memapah keduanya, tapi mereka menolak.
“Biarkan saja, aku akan mencobanya berjalan sendiri,” tolak Alisa dan Sinta.
Ketika keduanya masuk ke rumah, Kenanga menatap Hasto yang kembali duduk di atas tikar.
“Mas Hasto tidak pulang? Sudah sore, sebentar lagi gelap.”
“Iya, aku mau pamit saja dulu. Ada yang akan aku bicarakan, tapi waktunya tidak tepat. Aku pasti akan datang lagi secepatnya.”
Kenanga hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia gadis yang ramah, walau tak suka ia selalu menebarkan senyumannya.
***
Ketika Hasto turun, ia berpapasan dengan beberapa orang dusun yang naik ke atas. Hasto tahu, mereka adalah orang-orang yang akan menemani Kenanga saat malam tiba. Ia menyapa mereka, yang disambut dengan ramah oleh mereka juga.
Hasto juga merasa tenang karena ada yang menemani Kenanga, entah sampai beberapa hari ke depan.
Ketika berjalan itu Hasto sambil mereka-reka, kapan sebaiknya dia datang dan mengutarakan isi hatinya. Walau pastinya Kenanga sudah mengerti, karena sikap yang selama ini diperlihatkan Hasto, selalu menunjukkan ketertarikannya kepada gadis itu.
“Kenanga tak akan menerima Alvin, ini peluang yang bagus untuk aku. Alvin terlalu tinggi untuk Kenanga, dan Kenanga menyadarinya. Yang pantas adalah aku. Mengapa tidak?”
Hasto terus melangkah turun dengan penuh semangat.
***
Sementara itu bu Warsono sangat gelisah mendengar Alisa terjatuh ketika menuruni bukit. Untuk menjaga perasaan sang ibu, Alvin tidak mengatakan terlalu detail, apalagi tentang terjatuh ke dalam jurang. Menurut Alvin, sang adik dan temannya hanya terjatuh, kakinya luka sehingga baru bisa pulang besok.
“Apakah lukanya parah?”
“Tidak, ibu jangan khawatir. Kenanga memiliki keahlian mengobati banyak penyakit, Alisa akan pulang besok, karena pengobatan masih harus dilakukan dua atau tiga kali lagi sejak siang tadi.”
“Apa sebenarnya yang dilakukan Alisa dan Sinta sampai menaiki bukit dan bertemu Kenanga?”
“Hanya jalan-jalan saja, pastinya.”
“Aku khawatir, Alisa kan tidak suka pada Kenanga, lalu ia melakukan hal yang tidak baik di sana.”
“Tidak ada kejadian apa-apa. Mereka berbincang baik dengan Kenanga. Mungkin Alisa ingin tahu, gadis seperti apa yang disukai kakaknya,” kata Alvin sambil tersenyum.
“Apakah adikmu kecewa?”
“Sepertinya tidak. Alvin tahunya belakangan tentang kedatangan mereka. Alisa dan Sinta sudah naik duluan, dan hampir pulang, ketika terjatuh itu. Tapi ketika kemudian Kenanga mengobati kaki mereka dan luka-lukanya, mereka bersikap baik. Semoga Alisa berpikiran baik tentang Kenanga.”
“Tapi kan sebenarnya Sinta suka sama kamu?”
“O, itu sudah lama. Sudah sejak kami sama-sama kuliah. Tapi Alvin menganggapnya sebagai teman biasa saja.”
“Mengapa sih Vin, Sinta itu cantik banget lhoh. Dia juga pintar, dan orang tuanya kenal baik sama keluarga kita.”
“Lho, Ibu kok gitu? Bukankah Ibu sudah mengatakan kalau merestui keinginan Alvin?”
“Ibu kan hanya bertanya, mengapa tidak mau sama Sinta yang seperti tidak ada cacat celanya?”
“Terkadang Alvin juga heran. Mengapa tidak jatuh cinta sejak mengenal Sinta, juga teman-teman yang lain. Mereka cantik-cantik semua. Jadi intinya ya Bu, cinta itu datangnya bukan karena wajah yang cantik. Cinta itu kan datang semau dia. Dia akan datang saat dia mau datang, dan dia tak akan datang kalau belum ingin datang.”
Bu Warsono tersenyum.
“Kamu bisa saja. Lalu sekarang ini apakah kamu sudah mengutarakan isi hatimu kepada dia? Ibu ingin sekali melihatnya, seperti apa cantiknya dia sehingga membuatmu sampai menangis-nangis di depan ibu.”
Sebentar Bu, Alvin sempat memotretnya.”
“Oh ya? Mana, ibu mau lihat,” kata bu Warsono bersemangat.
“Sebentar, Alvin cari dulu … nah, ini Bu, gadis ini Alvin potret dengan mencuri-curi.”
Bu Warsono memperhatikan ponsel Alvin, di mana terpampang wajah Kenanga saat sedang berdiri di depan tungku di belakang rumahnya.
“Ini?”
“Bagaimana menurut Ibu?”
“Cantik. Dia berpakaian seperti ini? Sedang apa dia? Memasak dengan api tungku?”
“Saat itu dia sedang akan merebus ramuan jamu.”
“Dia pintar membuat jamu?”
“Ayahnya yang tadinya membuat jamu, untuk menolong orang-orang di desanya yang sakit, tapi pastinya keahlian itu diwarisi olehnya."
"Oh, begitu ya. Dia cantik. Besok kalau sudah di kota, berpakaian seperti gadis-gadis kota, pasti menarik. Kalau seperti ini, lalu tinggal dikota, sepertinya kurang pantas."
“Akan segera Alvin bicarakan Bu.”
“Kapan kamu jemput adikmu?”
“Sepulang dari kantor. Alvin akan pulang awal.”
“Baiklah, hati-hati.”
***
Ketika Alvin sampai di bukit, Kenanga sudah membebat kaki dan tangan masih-masing yang patah. Alisa dan Sinta sudah bisa berjalan pelan. Mereka juga membawa obat-obat untuk diminum dan dioleskan pada luka mereka untuk beberapa hari ke depan. Ada juga obat yang dijanjikan Kenanga untuk bu Warsono, di sebuah botol dari tanah yang tertutup rapat.
Sebelum pergi, Alisa membisikkan sesuatu di telinga Kenanga.
“Mbak Kenanga, aku ingin mas Alvin bahagia bersama kamu,” katanya lalu pergi meninggalkannya.
Kenanga tertegun. Belum hilang terkejutnya, Alvin mendekat dan berkata pelan.
“Setelah ini aku akan bicara tentang kita.”
Kenanga berdebar. Keseriusan mereka justru membuatnya takut. Ia kemudian duduk ngelesot di tikar, memikirkan apa yang harus dilakukannya.
“Kenanga, kamu menjamu tamu-tamu kamu, malah kamu sendiri belum makan.”
“Iya Lik, sebentar lagi.”
“Kamu memikirkan apa? Kamu sungguh beruntung. Banyak orang-orang kota suka sama kamu. Besok kalau kamu diboyong ke kota, kami akan kehilangan,” kata seorang ibu yang berhari-hari menemani siang dan malam.
“Entahlah, aku bingung memikirkannya. Di satu sisi aku tak tega meninggalkan bapak sendirian di sini.”
“Bapakmu sudah punya dunianya sendiri, Kenanga. Kamu harus melanjutkan hidup kamu, dan tak mungkin selamanya akan tinggal di sini. Tapi dengar-dengar pak lurah lawas akan mengambilmu sebagai istri.”
“Apa? Bukankah dia sudah punya anak besar-besar?”
“Tapi dia duda dan kaya. Sawahnya berpetak-petak.”
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah
ReplyDeleteNuwun jeng Ning
DeleteAlhamdulillah.....
ReplyDeleteNuwun mas Kakek
DeleteSuwun mb Tien, smg sht sll π€²
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun Yangtie
DeleteSugeng daluuuu....
ReplyDeleteAlhamdulillah yg senantiasa ditunggu sdh tayang... Matur Nuwun mbak Tien... Mugi tansah pinaringan Sehat wal afiat π
Salam aduhai dr Surabaya πππ❤️
Sugeng daluuuuu
DeleteW
Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun jeng Dewi
DeleteAduhai
Alhamdulilah
ReplyDeleteSudah tayang episode ke 29.
Matur nuwun Bu Tien semoga sehat selalu beserta keluarga.
Aduh saingan Alvin .. anak p lurah... Sabar ya Alvin...
Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun pak Endang
DeleteAlhamdulillah RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA~29 telah hadir. Maturnuwun, semoga Bu Tien beserta keluarga tetap sehat dan bahagia serta senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
ReplyDeleteAamiin YRA.π€²
Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun pak Djodhi
DeleteAlhamdulillah, Rumah Kenanga di Tengah Belantara 29 sdh hadir. Matur nuwun & sugeng ndalu Bu Tien π
ReplyDeleteSami2 pak Sis.
DeleteSugeng dalu
Alhamdulilah, maturnuwun bu Tien ... salam srhat dan aduhai aduhai bun
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteAduhai aduhai
Alhamdulillah, nwn bu Tien, salam sehat dari mBantul
ReplyDeleteSami2 pak Bam's
DeleteSalam sehat dari Solo
Alhamdullilah..mksih bunda cerbungnya..slmt mlm slmt istrhat..salam sehat dan tetap aduhaaaii sllππ₯°πΉπ❤️
ReplyDeleteSami2 ibu Farida
DeleteSalam sehat juga
Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " RUMAH KENANGA DITENGAH BELANTARA ~ 29 " sudah tayang.
ReplyDeleteSemoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun pak Herry
DeleteAbaikan pak Lurah ..mending jg Alvin..
ReplyDeleteAlhamdulillah
Syukron nggih Mbak Tien❤️πΉπΉπΉπΉπΉ
Sami2 jeng Susi
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Rumah Kenanga Di Tengah Belantara telah tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteAlhamdulillah sudah tayang
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Semoga sehat walafiat
Salam aduhai hai hai
Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun ibu Endah
DeleteAduhai hai hai
Alhamdulillah kenanga dah tayang,....kayaknya para pembaca mengharap kenanga jodohnya Alvin,Krn kelnya sdah setuju, smg dimudahkan dan TDK terhalang oleh pak lurah.... maturnuwun Bu Tien cerbungnya makin menarikπ
ReplyDeleteSami2 ibu.
DeleteTerima kasih perhatiannya
π‘ππ‘π΅π‘ππ‘π΅
ReplyDeleteAlhamdulillah ππ
Cerbung eRKaDeBe_29
sampun tayang.
Matur nuwun Bu, doaku
semoga Bu Tien selalu
sehat, tetap smangats
berkarya & dlm lindungan
Allah SWT. Aamiin YRA.
π‘ππ‘π΅π‘ππ‘π΅
Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun jeng Sari
DeleteAlhamdulillah mksh Bu Tien smg sekeluarga sll diberikan kesehatan aamiin
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun ibu Ida
DeleteMks bun kenanga sdh hadir mlm ini....selamat mlm smg bunda beserta kelrg sll sehat ...aamiin yraππ€²
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun ibu Supriyati
DeleteTerima kasih Bunda, serial baru cerbung Rumah Kenanga Ditengah Belantara....29...sdh tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Aamiin
Kompetisi msh berjalan. Sekarang ada pak Lurah...duda kaya yang ingin memperisteri Kenanga. Maukah ya Kenanga? Klu mau dia tetap tinggal di bukit berteman dengan alam dan selalu dekat dengan makam Ayah nya...ππ
Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun pak Munthoni
DeleteTerima kasih bunda Tien, sehat dan bahagia selalu bunda Tien sekeluarga... Aamiin ya rabbal alaamiin π€²π€²π€²
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun ibu Komariyah
DeleteMatur nuwun Bu Tien, wah saingan Alvin tambah lagi....
ReplyDeleteSemoga Ibu sekeluarga sehat wal'afiat...
Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun ibu Reni
DeleteKenanga jadi bintang karena dia orang baik...
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...
Nah, kan...daripada Kenanga diperistri pak Lurah kan lebih baik menerima Alvin dan ikut ke kota...nantinya bisa mengobati ibu Alvin, sehingga luluh hatinya, makin sayang pada Kenanga.π
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien. Sehat2 selalu ya.. ππ»ππ