MAWAR HITAM 27
(Tien Kumalasari)
Mereka sampai di kantin, lalu duduk bertiga. Sinah dengan tanpa sungkan segera mendahului duduk di samping Satria, sedangkan Tatik di depannya.
Satria tak menggubrisnya ketika Sinah menawarkan mau makan apa. Ia justru menatap Tatik sambil bertanya apa macam menunya.
“Di sini ada soto, ada kare, ada nasi pecel, ada gudeg juga. Pak Satria pilih yang mana?”
“Aku pilihkan ya, bagaimana kalau gudeg?” sela Sinah tak tahu malu, padahal bukan dia yang diajak bicara.
“Tidak, saya sama dengan Mbak Tatik saja.”
“Saya hanya mau soto, tempe goreng dan kerupuk,” jawab Tatik.
“Baiklah, saya juga sama. Soto, tempe goreng, kerupuk,” kata Satria, membuat Sinah bertambah geram, hanya saja dia harus menahannya. Ia sedang berusaha menjadi gadis yang baik di mata Satria.
“Bu Mawar apa?”
“Aku nasi gudeg, sambel goreng, tambahin cabe yang banyak,” jawabnya santai.
“Suka pedas, Bu Mawar?”
“Suka sekali,” jawab Sinah sambil tersenyum.
“Baiklah,” kata Tatik yang menuliskan semua pesanan.
“Oh ya, minumnya apa, pak Satria?”
“Mbak Tatik minum apa?”
“Saya teh hangat saja.”
“Aku pakai es, yang banyak,” sambung Sinah tanpa ditawari.
Tatik menyerahkan pesanannya kepada pelayan kantin.
“Mbak Tatik sudah lama bekerja di sini?”
“Sudah lama Pak, tiga tahun.”
“Oh, lumayan lama ya.”
“Sebelum ini pak Satria bekerja di mana?” tanya Tatik.
“Saya belum pernah bekerja di manapun. Ini pengalaman pertama saya.”
“Benarkah? Tapi kata pak Asmat, pak Satria sudah paham semua yang harus dikerjakan.”
“Masa sih? Sebelum saya mulai bertugas, saya belajar pada pak Asmat. Beliau yang banyak membimbing saya.”
“Tapi kalau tidak cerdas, pasti susah menjalani pekerjaan yang belum pernah dikerjakan.”
“Itu berlebihan,” kata Satria tersipu.
“Kalau bu Mawar sebelumnya bekerja di mana?”
“Saya pemilik rumah makan,” agak terdengar sombong ketika Sinah mengucapkannya.
“Lhoh, mengapa pemilik rumah makan memilih bekerja di sini? Bukankah lebih suka menjadi atasan daripada menjadi bawahan?”
“Bosan saja,” katanya sambil mengaduk es teh yang sudah dihidangkan.
“Silakan dimakan Pak, ayo bu Mawar.”
“Masih panas,” kata Satria yang memilih mencecap minumannya terlebih dulu.
“Panas tapi segar. Saya lebih suka makanan dengan kuah bening.”
“Kok sama, saya juga begitu. Lebih suka sayur bening, pokoknya yang kuahnya bening. Kalau yang santan-santan begitu, hanya kadang-kadang saja.”
Tiba-tiba Sinah mengeluh perutnya sakit.
“Adduh,” keluhnya sambil memegangi perutnya.
“Bu Mawar kenapa?”
“Nggak tahu nih, tiba-tiba perut saya mual, begitu menyendok nasi gudegnya.”
“Mungkin terlalu gurih, jadi eneg,” kata Tatik dengan nada khawatir.
“Saya mau ke toilet dulu,” katanya sambil berdiri, lalu bergegas menuju ke toilet sambil memegangi perutnya.
“Kenapa dia?” kata Satria yang sudah mulai menyuap makanannya.
“Mungkin karena nasi gudegnya terlalu gurih, mudah-mudahan tidak apa-apa.”
“Panas begini, dia minum minuman dingin. Pasti nggak enak terasa di perut.”
“Iya.”
Ketika kembali, Sinah tampak pucat.
“Saya mau pulang dulu, kalau sudah baikan saya kembali.”
“Ke klinik saja dulu Bu, mari saya antar. Di sana ada dokternya, nanti kan Ibu diberi obatnya sekalian,” kata Tatik.
“Tidak usah, saya pulang saja, oh ya, saya harus bayar berapa ini tadi?”
“Biar nanti saya yang bayar Bu,” kata Tatik yang benar-benar khawatir melihat wajah ‘bu Mawar’ yang sangat pucat.
“Terima kasih, saya pulang dulu, Sat… eh .. pak Satria …” katanya sambil berlalu dengan cepat.
“Tampaknya sakit beneran,” ujar Satria, yang sebenarnya ingin tertawa karena mungkin sambil menahan sakit, dia hampir memanggilnya Satria, seperti sebelumnya, karena Sinah kan teman sekolahnya dulu. Tapi kalau sebagai bu Mawar, pasti dia harus memanggilnya pak Satria kan? Tapi Satria tak mengucapkan apapun lagi, kecuali segera menghabiskan makanannya.
“Apa benar dia istri pak Andra?” tanya Tatik tiba-tiba.
“Benarkah?”
“Saya tidak yakin. Pasti dia hanya mengada-ada. Tapi tampaknya memang sangat dekat dengan pak Andra.”
“Mungkin dulu mereka berteman.”
“Tapi pak Andra juga tidak begitu memperhatikan seperti sikapnya kepada seorang istri. Kalau istrinya kan bu Andira, orangnya gemuk, tapi cantik, juga baik. Tapi beliau tidak pernah datang ke kantor. Beliau datang kalau ada acara di kantor, misalnya meresmikan anak cabang baru, atau ulang tahun perusahaan, begitu. Apakah .. bu Mawar itu selingkuhannya ya?”
Satria tertawa lalu menghabiskan minumannya. Walaupun dia banyak mengetahui tentang kehidupan Andra dan keluarganya, tapi Satria tak mungin mengatakan itu kepada setiap orang.
Mereka berbincang sampai waktu istirahat usai. Tapi sampai kemudian mereka kembali ke ruang kerja masing-masing, Satria tidak melihat Sinah. Barangkali benar, dia sakit hingga tak mampu menahan, karenanya ia tak lagi kembali ke kantor.
***
Suasana sedikit riuh ketika anak buah Satria tak mendapati ‘Mawar’ kembali ke kantor, membuat pak Asmat menegurnya.
“Ketika dia ada, kalian merasa sebel. Ketika dia tak ada, kalian merasa kehilangan,” ledek pak Asmat yang disambut tertawa oleh anak buahnya.
“Aneh juga, orang begitu bisa jatuh sakit,” celetuk salah satu yang ada di sana.
“Kecapekan, di sini cuma disuruh bersih-bersih,” seru yang lain.
“Kamu sudah menghadap pak Andra dan menyatakan bahwa kita keberatan?”
“Belum ada kesempatan, tadi pak Andra langsung pulang.”
"Semenjak istrinya sakit, pak Andra kalau saatnya makan siang, sering pulang, makan bersama istrinya.”
“Setiap hari pak Andra juga pulang awal, tidak bernah berada di kantornya seperti kemarin-kemarin, yang terkadang sampai malam.”
“Semoga bu Andra cepat pulih.”
“Ya sudah, selesaikan gosipnya, saatnya kembali bekerja,” kata pak Asmat.
Lalu mereka terdiam ketika pak Asmat menegurnya.
***
Andra memang selalu makan siang di rumah, semenjak Andira pulang dari rumah sakit. Hari itu Andira sudah bisa berjalan tanpa penyangga. Wajahnya juga semakin kelihatan segar.
Ia mengikuti anjuran untuk mengurangi berat badan dari dokter gizi, dan Andira senang dalam seminggu berat badannya sudah turun tiga kilo.
“Mas, beberapa baju aku sudah kebesaran, terutama di pinggangnya. Saatnya beli baju-baju yang sesuai dengan badanku.”
“Berani jalan-jalan ke mal untuk beli baju?”
“Asalkan Mas menemani, aku pasti berani. Kalau dengan simbok aku takut, simbok kan sudah tua, barangkali dia tak akan kuat kalau aku bersandar padanya.”
“Iya, aku tahu. Kapan kamu mau perginya?”
“Nanti malam, kalau Mas sudah pulang dari kantor.”
“Boleh, aku akan pulang awal nanti.”
“Oh iya Mas, tadi ibu menelpon, tentang dokter yang dibicarakan ibu waktu pulang.”
“Ya, apa kata ibu?”
“Minggu depan dokter itu akan datang kemari. Kalau mungkin, pemeriksaan akan dilakukan di sini, jadi kita tidak usah datang ke Jakarta.”
“Baguslah kalau begitu. Kapan persisnya dokter itu akan datang?”
“Nanti akan dikabari hari pastinya, kalau tidak salah ibu juga akan datang bersama dokter itu.”
“Bersama bapak juga?”
“Bapak belum pasti bisa, karena di Jakarta bapak juga punya banyak kesibukan. Aku heran, mengapa suamiku menurun dari ayah mertuanya. Gila kerja, dan terkadang mengabaikan waktu istirahat. Barangkali itu juga memicu belum bisanya aku hamil.”
“Dokter di sini dulu juga bilang kalau aku yang tidak sehat. Tapi mudah-mudahan semuanya bisa teratasi. Aku juga ingin sekali punya anak.”
“Seneng ya Mas, kalau punya anak. Kalau Mas lagi sibuk, aku tidak lagi kesepian, tidak lagi suka jalan-jalan.”
“Dan karena suka jalan dan makan itulah maka badanmu tumbuh subur,” ledek Andra.
Andira tertawa sambil mencubit lengan suaminya.
“Sekarang tidak lagi Mas, lihat saja makanan aku sekarang, semuanya tidak membuat gemuk, justru badanku semakin ramping.”
“Sekarang aku kembali ke kantor dulu, nanti akan pulang lebih awal.”
“Baiklah, nanti kita perginya bisa lebih sorean.”
***
Di kantor, Andra mendapat laporan dari sekretarisnya, bahwa ‘bu Mawar’ pulang karena sakit.
“Sakit? Bukankah tadi baik-baik saja?”
“Benar, sepertinya tadi baik-baik saja, tapi ketika makan, tiba-tiba merasa perutnya sakit, wajahnya pucat. Setelah ke toilet, saya kira perutnya membaik, tapi dia memaksa pulang, saya suruh ke klinik tidak mau.”
“Ya sudah, biarkan saja,” kata Andra tak acuh.
Walau merasa heran atas sikap pimpinannya, Tatik tak berani mengucapkan apapun. Padahal dulu perempuan bernama ‘Mawar’ itu mengaku menjadi istri Andra. Apakah sesungguhnya dia selingkuhannya? Lalu memaksa minta bekerja walau menurut orang-orang di divisi keuangan, ‘Mawar’ hanya dianggap lelucon yang menjengkelkan? Beribu pertanyaan yang muncul tak juga menemukan jawaban, dan Tatikpun tak mungkin berani menanyakannya.
Ketika Andra sedang memeriksa beberapa laporan yang masuk, tiba-tiba ponselnya berdering. Dari Sinah. Sebenarnya Andra tak ingin mengangkatnya, tapi mengingat kenekatan Sinah, ia terpaksa menjawabnya.
“Ada apa?” tanyanya menahan kesal.
“Mas, aku sakit nih.”
“Istirahat saja, nggak usah masuk kerja lagi.”
“Aku mau ke dokter.”
“Ya sudah sana, ke dokter. Mengapa harus bilang ke saya?”
“Mas, kamu kan suami aku?”
“Kamu lupa ya, kita sudah bercerai, jangan lagi meminta agar aku masih memperhatikan kamu.”
“Kalau aku sakit, Mas juga tega?”
“Pergilah ke dokter. Aku bukan dokter.”
“Masa aku sendirian?”
“Anak buahmu banyak, suruh mereka mengantar. Pekerjaanku banyak, dan aku jangan lagi diganggu dengan permasalahan yang tidak penting.”
Andra menutup ponselnya dan mematikannya, agar Sinah tak lagi bisa menghubunginya.
***
Bagus sedang berbincang dengan salah seorang temannya tentang rencana untuk menculik Dewi, ketika tiba-tiba Sinah menelponnya.
“Ya, Mawar, sabarlah sebentar, aku sedang bicara dengan teman yang bisa membantu. Soalnya semua harus dilakukan dengan cermat.”
“Berhentilah mengoceh, datanglah ke rumah, aku sedang sakit.”
“Kamu sakit?"
"Sejak siang tadi aku merasa tubuhku rasanya nggak enak benar. Perutku sakit, tadi di kantor sempat muntah-muntah.k Mungkin aku keracunan.”
“Kamu makan apa?”
“Aku sedang makan di kantin, tiba-tiba perutku mual. Barangkali kantin itu tidak menjaga kebersihan.”
“Salah sendiri, mengapa makan di kantin? Cari yang murah? Seperti yang nggak punya uang saja.”
“Ada yang mengajakku tadi.”
“Kamu tidak meminta tolong suami kamu agar mengantarkan kamu ke dokter?”
“Aku sudah diceraikan, aku tidak lagi istrinya. Menikahnya dulu juga hanya menikah siri, dan asal-asalan.”
“Sepertinya dia tidak sayang sama istrinya.”
“Kamu jangan banyak omong Bagus, cepatlah kemari.”
“Baiklah, baiklah, aku segera ke sana.
***
Sore hari itu Andra mengantarkan istrinya belanja, karena ukuran bajunya sudah kedodoran dengan menyusutnya tubuh gajahnya.
Memang agak tertatih, tapi dengan tubuh gagahnya, Andra menuntun sang istri memilih baju-baju yang sesuai dengan ukuran tubuhnya setelah sedikit kurus.
“Tidak usah terlalu banyak, nanti kalau lebih kurus lagi pasti butuh baju yang lebih kecil pula.”
“Tidak Mas, hanya lima potong. Nanti baju-baju lama akan aku berikan simbok.”
“Simbok mana bisa pakai baju kamu? Simbok badannya ramping begitu.”
“Ya suruh dikecilin Mas, sayang kalau dibuang.”
“Benar, atau kalau nggak dibagi ke siapa yang membutuhkan.”
“Iya, biar simbok nanti yang mengurusnya.”
Ketika Andra sedang membayar semua pembelian ke kasir, tiba-tiba ponselnya berdering. Lagi-lagi dari Sinah? Andra enggan mengangkatnya.
“Kok tidak diangkat sih Mas?”
“Telpon nggak penting.”
Ketika kemudian dering itu berhenti, Andra merasa lega. Tapi seperti yang sudah menjadi kebiasaannya, Sinah menelpon lagi.
Dengan kesal kemudian Andra mengangkatnya, dan langsung menghardiknya.
“Ada apa, aku sedang bersama istriku, belanja.”
“Aku hanya mau bilang, bahwa aku hamil.”
Ponsel Andra meluncur begitu saja ke lantai.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah....
ReplyDeleteeMHa_27 sudah tayang. Terimakasih bu Tien, semoga sehat selalu dan selalu sehat.
Aamiin.....
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun mas Kakek
Alhamdulilah, maturnuwun bu Tien " Mawar Hitam episod 27" sampun tayang, Semoga bu Tien selalu sehat dan juga Pak Tom bertambah sehat dan semangat, semoga kel bu Tien selalu dlm lindungan Allah SWT aamiin yra 🤲🤲
ReplyDeleteSalam hangat dan aduhai aduhai bun 🩷🩷
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Aduhai aduhai
Matur nuwun mbak Tien-ku Mawar Hitam telah tayang
ReplyDelete🍒🍉🍒🍉🍒🍉🍒🍉
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏😍
Cerbung eMHa_27
sampun tayang.
Matur nuwun Bu, doaku
semoga Bu Tien selalu
sehat, tetap smangats
berkarya & dlm lindungan
Allah SWT. Aamiin YRA.
Salam aduhai 💐🦋
🍒🍉🍒🍉🍒🍉🍒🍉
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Sari
Aduhai
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda Tien dan pak Tom selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Matur nuwun, Bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteAlhamdulillah MAWAR HITAM~27 telah hadir. Maturnuwun Bu Tien, semoga panjenengan beserta keluarga tetap sehat dan bahagia serta selalu dalam lindungan Allah SWT.
ReplyDeleteAamiin YRA..🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Alhamdulillah "Mawar Hitam" Eps 27 sdh hadir.
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien🙏
Sugeng ndalu, mugi Bu Tien & kelg tansah pinaringan sehat 🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Sis
Sugeng dalu
Matur suwun Bu Tien
ReplyDeleteSami2 pak Indriyanto
DeleteMatur nwn bu Tien, salam sehat selalu
ReplyDeleteSami2 pak Bam's
DeleteSalam.sehat juga
Terima kasih Mbu Tien... diluar dugaan... terima kasih mbu tien... sehat sllu bersama keluarga trcnta
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Zimi
Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " MAWAR HITAM 27 " sudah tayang
ReplyDeleteSemoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Alhamdulillah
ReplyDeleteMaturnuwun bunda Tien
Mawar Hitam 27 dah tayang
Semoga bunda sehat walafiat
Salam aduhai hai hai
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Aduhai hai hai
Semoga hamilnya sinah bukan dari Andra, dari bagus atau yg lainnya karena suka ganti laki"
ReplyDeleteMakasih bunda
Sami2 ibu Engkas
DeleteSayang.. Andra tidak tahu bahwa Sinah ada main dengan orang lain. Jadi tidak terbayang untuk melakukan tes DNA.
ReplyDeleteUntuk sementara Dewi aman ya, tapi rencana jalan terus apa berhenti..
Salam sukses mbak Tien yang Aduhai semoga selalu sehat bersama keluarga, aamiin.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Latief
Alhamdulillah, MAWAR HITAM(MH) 27 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Uchu
Alhamdulillah,MH tayang ontime, ..semoga Andra cerdas dan tahu kelicikan Sinah.......dan Andra tetap bersama Andira..... Maturnuwun Bu Tien, Salam sehat dan bahagia selalu bersama Kel tercinta..🙏❤️
ReplyDeleteSami2 ibu Tatik
DeleteSalam sehat juga
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung *MAWAR HITAM 27* sdh hadir...
Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
Aamiin...
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Matur nuwun Bu Tien. Semoga Ibu sekeluarga sehat wal'afiat....
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Reni
Terima kasih Bunda, cerbung Mawar Hitam 27...sdh tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedialakala. Aamiin.
Waduh rencana Sinah, gagal total untuk menggaet Satria. Sinah telah berbadan dua sih...mana mau Satria..😁😁
Andra kelabakan di telpon Sinah...halim.
Punya ide...test DNA dong, katanya Andra cenderung mandul 😳🤭
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Nah lho...anak Andra atau Bagus tuh di perut Sinah? Harus tes DNA, wkwk...makin seru nih.🤭😅
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien. Salam sehat selalu.🙏🏻🥰
Sami2 ibu Nana
DeleteKalau hamil, itu anak Bagus...
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...
Sami2 MasMERa
Delete