MAWAR HITAM 16
(Tien Kumalasari)
Satria menoleh, dan terkejut ketika kembali melihat Mawar di kantor itu. Tapi dia tidak menjawab. Ia mengikuti pak Asmat yang mengajaknya melihat divisi lain yang ada di sana.
Tapi dengan tak tahu malu Sinah mengikutinya.
“Satria, Anda sudah mulai bekerja hari ini?”
Satria menoleh sekilas.
“Ya, sedang belajar,” katanya tanpa berhenti melangkah, karena pak Asmat sedang memasuki sebuah ruangan. Satria mengacuhkan Mawar dan tetap mengikuti pak Asmat.
Ketika melihat Satria dan laki-laki tua yang belum dikenalnya itu masuk dan berbincang dengan orang yang ada di sana, Sinah membalikkan tubuhnya, lalu menuju ke arah ruangan Andra.
Dilihatnya sekretaris Andra sedang menekuni pekerjaannya.
“Kapan pak Andra kembali ke kantor?”
“Maaf Bu, saya tidak tahu,” jawab Tatik sambil terus mengerjakan apa yang harus dikerjakannya.
“Hei, kamu sekretaris pak Andra kan? Apakah pak Andra mengajari kamu untuk melakukan hal yang tidak sopan?”
Tatik mendongakkan kepalanya, menatap wanita semampai yang bertambah tinggi dengan sepatunya.
“Apa maksud Ibu?”
“Aku sedang mengajak kamu bicara, mengapa kamu menjawab seenaknya?”
“Apakah jawaban saya salah?”
“Sikapmu yang salah. Kalau diajak bicara itu harusnya menatap ke arah orang yang mengajak kamu bicara!”
“Oh, iya, saya minta maaf. Pekerjaan saya banyak, sehingga bicara tanpa menatap ibu,” kata Tatik sambil merangkapkan kedua tangannya.
“Bagaimanapun harus menghormati lawan bicara. Kalau aku bukan orang baik, sudah aku laporkan kamu kepada pak Andra biar dipecat,” kata Sinah penuh ancaman.
Tatik membelalakkan matanya, bukan karena ketakutan, tapi karena heran ada orang selancang itu.
“Bagaimana, minta dilaporkan?” lanjut Sinah.
“Tidak Bu, saya kan sudah minta maaf.”
“Kerja itu harus yang bagus,” katanya sambil berlalu.
Tatik menutup mulutnya menahan tawa.
“Memangnya kamu siapa, bisa ngomong seenaknya seperti itu? Orang aneh,” kata batinnya. Kemudian ia melanjutkan pekerjaannya, tapi pertanyaan tentang siapa sebenarnya ‘Mawar’ masih selalu mengganggunya.
***
Di rumah sakit, pemeriksaan terhadap Andira sudah selesai. Tulang lutut sebelah kiri meleset. Tak cukup dibebat, Andira memang harus dioperasi, karena Andira terus berteriak kesakitan.
Andra yang menunggu di luar bersama simbok, merasa gelisah. Ia belum memberi tahu kedua mertuanya tentang kecelakaan itu.
“Mengapa kamu membiarkan nyonya sendirian ke kamar mandi? Bukankah kamu harus selalu mendampingi dia?” tegur Andra kepada simbok.
“Maaf Tuan, saat itu Nyonya minta dibuatkan es sirup, karena biarpun masih pagi, menurut nyonya, udara sangat panas dan nyonya merasa gerah. Waktu itu nyonya masih di kamar, dan saya tidak tahu kalau nyonya ke kamar mandi sendiri. Ketika saya masuk ke kamar sambil membawa es sirup pesanannya, nyonya sedang keluar dari kamar mandi, lalu tiba-tiba terpeleset. Karena terkejut gelas berisi minuman pesanannya saya lemparkan begitu saja. Tapi saya tidak kuat membangunkan nyonya, nyonya hanya berteriak-teriak kesakitan dan menyuruh saya memanggil ambulans.”
“Badan istriku memang sangat besar. Dia tak bisa melakukan apapun sendiri tanpa diawasi atau bahkan ditemani.”
“Saya minta maaf. Lalu bagaimana kalau nyonya dioperasi? Pasti nyonya akan semakin berteriak kesakitan.”
“Hanya itu satu-satunya jalan. Dia tidak akan kesakitan waktu dioperasi, dokter pasti membiusnya.”
“Kasihan sekali nyonya,” lirih simbok sambil mengusap air matanya.
Bagaimanapun Andira sangat baik kepada semua pembantunya. Kalau dia marah, marahnya itu hanya sebuah gertakan, dan tak lama lagi kemarahan itu sudah hilang, seperti tak pernah terjadi apa-apa.
“Kapan nyonya akan dioperasi?”
“Sedang dipersiapkan dan diperiksa banyak hal,” kata Andra yang kemudian beranjak masuk ke ruang IGD.
Dilihatnya Andira sudah lebih tenang. Barangkali dokter sudah memberinya penghilang rasa sakit. Ia juga melihat selang infus ditubuhnya.
“Mas, aku tidak ingin mati sekarang,” rengeknya ketika Andra mendekat.
“Siapa bilang kamu akan mati?”
“Tadi rasanya sakit sekali, aku hampir tak tahan.”
“Lain kali kamu kalau mau melakukan apa saja, harus menyuruh simbok atau siapapun yang ada, untuk melayani atau menemani. Badan segede gajah bengkak begini ….”
"Aku hanya ingin buang air kecil. Mas kok mengejek aku sih. Memangnya aku jelek ya, kalau gemuk?”
“Lebih cantik kalau kamu langsing seperti dulu.”
“Mas tidak menyukai aku lagi ya setelah badanku bengkak?”
“Siapa bilang begitu? Kamu kan istriku, selamanya juga istriku.”
“Aku janji, setelah sembuh akan mengurangi berat badanku, mengurangi makan supaya langsing.”
“Jangan ngomong yang macam-macam. Kamu sedang dirawat, dan mau dioperasi, berdoa agar semuanya lancar dan hasilnya baik,” kata Andra sambil mencium kening istrinya.
Sesungguhnya Andra sadar, bahwa ia masih sangat mencintai istrinya. Ia sadar telah menghianatinya, dan ia berjanji dalam hati akan memperbaiki perilaku dan sikapnya kepada sang istri.
Bagaimana dengan Sinah? Dia sudah mantap akan menceraikannya. Alasannya harus tepat, tidak cinta? Terlalu mudah. Harus ada alasan lain.
“Pak, ibu Andira akan diperiksa dulu keseluruhan kesehatannya, karena semuanya akan dilihat sebelum menjalani operasi. Dokter sedang menuju kemari."
“Jadi saya harus keluar?”
“Sebaiknya begitu, Pak.”
“Mas, jangan pergi,” Andira tiba-tiba merengek seperti anak kecil.
“Andira, kamu ditangani ahlinya, jangan khawatir, aku akan menunggu di luar bersama simbok.”
“Apa Mas juga mengabari bapak serta ibu?”
“Belum, aku khawatir mengejutkannya. Apa sebaiknya dikabari setelah operasi selesai saja?”
“Jangan Mas, mereka harus tahu, agar bisa mendoakan aku.”
“Baiklah, aku akan mengabarinya sekarang. Kamu tenang saja, dan teruslah berdoa, ya.”
Walau berat ditinggalkan suaminya, Andira mengangguk pelan.
“Tapi Mas jangan pergi ke mana-mana ya?”
“Aku akan tetap di luar, menunggui kamu bersama simbok.”
Andira tersenyum. Dalam hati ia berkata, apakah harus menunggu aku sakit, maka suamiku baru memperlihatkan rasa sayang dan perhatian yang sesungguhnya?
***
Andra mengabari mertuanya. Memang benar, sebaiknya dikabari agar dia tidak disalahkan, lagi pula doa orang tua kan juga diperlukan untuk menguatkan hati sang putri?
Orang tua Andira, pak Sunu, berada di Jakarta. Begitu Andra mengabari, hari itu juga mereka terbang ke Jogya demi menunggui sang putri yang akan dioperasi.
***
Sinah kembali ke rumah makan, langsung masuk ke kantornya. Akhir-akhir ini dia tidak menyambut sendiri para pelanggan yang datang, karena Ria dirasa sudah mampu melakukannya.
Sambil duduk itu Sinah merasa gelisah. Pertemuannya dengan Satria membuatnya tak tenang. Ia sadar bahwa keinginannya untuk memiliki Satria belumlah padam. Sekarang Satria ada di kantor suaminya, Sinah sedang mencari akal agar bisa dekat dengannya, sekaligus menghancurkan hubungannya dengan Dewi.
Tiba-tiba ponselnya berdering, dari Bagus.
“Ya, Gus.”
“Mawar, apa kamu tidak ada rencana keluar hari ini?”
“Tidak dulu Gus, aku sedang banyak pekerjaan,” kata Sinah yang tiba-tiba merasa tidak ingin bersama Bagus hari itu.
“Pekerjaan apa? Bukankah anak buah kamu banyak?”
“Terkadang aku kan harus mengawasi?”
“Tapi aku sedang membutuhkan kamu saat ini.”
“Tahan dulu, aku benar-benar belum bisa ketemu kamu.”
“Tapi Mawar, aku ingin minta sesuatu pada kamu.”
“Apa?”
“Ibuku di kampung sedang sakit, perawatannya butuh biaya. Bisakah kamu menolongku?”
“Kamu butuh uang?”
“Iya, kamu mau kan, menolongku?”
“Bagus, aku bilang tidak dulu untuk saat ini, aku sedang sangat sibuk.”
“Mawar, kalau kamu sibuk, kamu hanya harus mentransfernya ke rekening aku, tidak harus bertemu.”
“Bagus, bukankah kemarin aku sudah memberi kamu dua juta?”
“Itu tidak cukup Mawar, sedikitnya aku butuh sepuluh juta.”
“Banyak sekali?”
“Kamu harus mengerti, kesembuhan ibuku penting sekali untuk aku. Anak ibuku hanya aku, jadi hanya aku yang harus memikirkannya.”
“Tolong Gus, tunda dulu keinginan itu, aku benar-benar sedang banyak pikiran.”
“Jadi kamu tidak mau menolong aku?” nada suara Bagus semakin tinggi.
“Bukan tidak mau menolong. Tapi aku sedang tidak bisa mengeluarkan uang sebanyak itu. Aku kan sudah bilang bahwa aku sedang banyak urusan? Jadi mengertilah,” kata Sinah, lalu mematikan ponselnya begitu saja.
Pikirannya sedang tertuju pada Satria, Bagus hanya sekedar kesenangan, ia sedang tak berminat, jadi ia mengabaikan permintaannya dengan kesal.
Ia tahu, demi mendapatkan uang darinya, banyak alasan yang dikatakan Bagus. Yang rumahnya bocorlah, yang sepeda motornya rewellah, dan sekarang katanya ibunya sedang sakit. Tiba-tiba ia menyadari bahwa Bagus sedang memerasnya. Barangkali kesadaran itu muncul karena ia bertemu Satria lagi dan merasa bahwa ia harus bisa mendapatkannya.
***
Kedua orang tua Andira sudah datang, dan bersyukur karena bisa menunggui putrinya saat menjalani operasi pada keesokan harinya. Ada pesan pak Sunu wanti-wanti yang membuat Andra harus memperhatikannya.
“Andra, aku titipkan Andira karena aku yakin kamu bisa melindunginya. Jangan sekali-sekali kamu membuatnya menangis sedih, karena dia adalah milikku satu-satunya.”
“Baiklah Pak, saya sudah berjanji, dan saya pasti akan melaksanakannya,” jawab Andra sambil menundukkan kepalanya, karena ia sadar, ucapan ayah mertuanya bernada ancaman.”
“Bagus sekali, Andra. Aku percaya kamu tidak akan mengecewakan aku.”
Andra mengangguk-angguk, dan membuat ayah mertuanya merasa senang.
“Aku mendengar kamu jarang pulang, itu benar?”
“Terkadang pekerjaan sangat menyita waktu saya Pak, apalagi setelah saya membuka cabang di beberapa kota lain, sehingga kalau kecapekan saya sering tidur di rumah yang dekat kantor.”
“Kalau begitu bawa Andira ke rumah itu saja. Mengapa tidak kamu lakukan?”
“Rumah itu sangat kecil, Andira sepertinya tidak suka.”
“Nanti aku akan bicara pada Andira, bahwa dekat dengan suami itu penting dalam membina rumah tangga. Bukan sekedar merasa senang untuk diri sendiri, tapi juga untuk berdua. Lagipula Andira pernah bilang bahwa dia ingin punya anak, bukan?”
“Tapi kami pernah periksa ke dokter, saya memang tidak sehat, jadi susah membuat Andira hamil.”
“Tidak sehat, berarti bisa ada upaya supaya bisa kan? Nanti aku bantu mencarikan dokter terbaik, dan upaya apa yang bisa membuat kalian bisa segera punya anak.”
Andra kembali hanya mengangguk-angguk.
Bu Sunu yang duduk di dekat mereka hanya diam. Ia tak berhenti berdoa agar operasi sang putri berjalan lancar, dan berhasil dengan sangat baik.
Ketika sedang berbincang itu, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh munculnya seseorang.
Bu Sunu yang pertama kali melihatnya tak bisa menahan mulutnya untuk tidak berteriak.
“Itu kan Sinah?”
Andra terkejut. Ia melihat Sinah berpakaian sederhana, berdandan sederhana pula, bukan sebagai Mawar si pemilik rumah makan. Apa yang akan dilakukannya?
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah
ReplyDeleteNuwun jeng Ning
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteNuwun mas Kakek
DeleteNuwun mas Kakek
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien dan pak Tom selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Matur suwun bu Tien
ReplyDeleteSami2 pak Indriyanto
Delete🍁🍂🍁🍂🍁🍂🍁🍂
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏💐
Cerbung eMHa_16
telah hadir.
Matur nuwun sanget.
Semoga Bu Tien & kelg
sehat terus, banyak berkah
& dlm lindungan Allah SWT.
Aamiin🤲. Salam seroja🦋
🍁🍂🍁🍂🍁🍂🍁🍂
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sari
Aduhai
Alhamdulilah, maturnuwun bu Tien " Mawar Hitam episod 16" sampun tayang, Semoga bu Tien selalu sehat dan juga Pak Tom bertambah sehat dan semangat, semoga kel bu Tien selalu dlm lindungan Allah SWT aamiin yra 🤲🤲
ReplyDeleteSalam hangat dan aduhai aduhai bun 🩷🩷
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Aduhai aduhai
Alhamdulillah
ReplyDeleteMawar Hitam 16 udah tayang
Terima kasih bunda Tien semoga sehat walafiat
Salam aduhai hai hai
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Aduhai hai haii
Terima kasih Bunda, barokalloh dan semoga selalu sehat. Aamiin YR'A
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Yulian
Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " MAWAR HITAM 16 " sudah tayang
ReplyDeleteSemoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung * MAWAR HITAM 16
* sdh hadir...
Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
Aamiin...
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien❤️🌹🌹🌹🌹🌹
Sami2 ibu Susi
DeleteMatur nuwun, Bu Tien
ReplyDeleteSami3 ibu Anik
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Mawar Hitam telah tayang
ReplyDeleteMakasih bunda tayangannya... Salam sehat selalu
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteSami2 ibu Engkas
DeleteSalam sehat juga
Hamdallah
ReplyDeleteAlhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien, sehat wal'afiat semua ya, In syaa Allaah Pak Tom Widayat semakin membaik.🙏🤗🥰🌿🌸
ReplyDeleteMawar Hitam sdg berkamuflase ,😁🤭 hati hati
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ika
Alhamdulillah, MAWAR HITAM(MH) 16 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Uchu
Ternyata orang tua Andra sudah kenal Sinah. Sebagai orang bawah apa Sinah akan minta bantuan.. Untuk 'membantu' Baguskah..
ReplyDeleteSatria belum sadar ya, Sinah dan Mawar itu orangnya sama.
Salam sukses mbak Tien yang Aduhai semoga selalu sehat bersama keluarga, aamiin.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Latief
Matur nuwun Mbak Tien sayang. MH 16 sudah tayang. Salam sehat selalu Mbakku.
ReplyDeleteSami2 jeng Ira
DeleteSalam sehat juga
Penasaran... terima kasih Mbu Tien.. sehat sllu bersama keluarga
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Zimi
Alhamdulillah. Salam sehat selalu buat Bu Tirn sekluarga
ReplyDeleteSalam sehat juga untuk ibu Umi
DeleteTerima kasih Bunda, cerbung Mawar Hitam 16..sdh tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedialakala. Aamiin
Sinah bikin sensasi di depan pak Sunu, biar di alem gadis lugu..😁
Kelihatan nya Andra sdh menyadari kesalahannya.
Tunggu *tgl main* nya ya Sinah 🤭
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Alhamdulillaah Mawar Hitam-16 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga sehat selslu juga Pak Tom semakin sehat.
Aamiin Allaahumma Aamiin🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ting
Hihihi...Sinah pemain watak ya...tapi kondisi kulitnya yg sdh glowing krn perawatan kan mestinya gak bs disembunyikan, wala sesederhana apa pun dia ingin memerankan diri sebagai Sinah...tunggu kedoknya terungkap deh. Seru banget!🤭😀
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien...salam damai sejahtera.🙏🏻🌹
Sami2 ibu Nana
DeleteSalam hangat
Alhamdulillah ..... terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien, salam sehat selalu sekeluarga... Aduhaaii
ReplyDeleteSinah sedang jadi intel, tapi apes, diketahui orang tua Andira..
ReplyDeleteSinah, kamu segera modar...
Terimakasih Mbak Tien...