MAWAR HITAM 13
(Tien Kumalasari)
Pagi hari itu Andŕa benar-benar meninggalkan rumah setelah mandi dan sarapan. Andira menggerutu karena Andra tak sempat melepaskan rasa kangen yang ditahannya selama berhari-hari.
“Ini sebabnya kita tak segera punya anak Mas, soalnya mas tak pernah menyentuhku lagi selama berbulan-bulan ini.”
“Andira, kamu harus mengerti, aku ini pekerja keras, aku tak bisa mengesampingkan pekerjaan agar kedua orang tuamu tidak kecewa terhadapku. Ia harus tahu bahwa dia tak sia-sia melepaskan banyak hartanya untuk aku kelola. Jadi kamu harus mengerti. Jangan hanya memikirkan punya anak, tipis kemungkinannya karena kesehatanku tentang punya anak tak mendukung sama sekali. Jadi jangan banyak berharap tentang itu."
“Tapi Mas kelihatan kalau tidak berusaha.”
“Itu kan menurut kamu. Ya sudah, jangan rewel lagi tentang itu, aku harus segera berangkat. Ada janji ketemuan dengan calon karyawan pagi ini.”
Belum sempat Andira menjawab, sang suami sudah melangkah keluar dari rumah, menuju garasi untuk mengeluarkan mobilnya.
Andira membanting banting kakinya, tak ingin mengantarkan sang suami ke depan rumah seperti biasanya.
Ia langsung masuk ke dalam rumah, disambut simbok yang sangat memperhatikan nyonya majikannya.
“Tuan sudah berangkat? Itu baru saja keluar dari halaman, Nyonya tidak mengantarnya?”
“Tidak usah, aku sedang kesal.”
“Nyonya jangan sering marah-marah, tidak baik untuk kesehatan Nyonya.”
“Memangnya aku kenapa? Bukankah aku sehat. Badan subur begini ini sudah pasti sehat.”
“Ada baiknya kalau kita berhati-hati.”
“Aku itu sebenarnya ingin sekali punya anak, Mbok.”
“Tentu saja. Nanti kalau sudah saatnya Tuhan memberikan, Nyonya pasti akan segera memiliki putra.”
“Tapi susah sekali Mbok.”
“Kenapa? Karena Nyonya terlalu gemuk?”
“Kamu jangan mengolok-olok tentang gemuknya aku. Orang gemuk yang bisa punya anak juga banyak.”
“Kalau begitu apa yang Nyonya khawatirkan?”
“Mbok, kamu tahu tidak? Kalau suami istri tidak berdekatan, bagaimana aku bisa hamil?”
“Mengapa Nyonya berkata begitu?”
“Tuanmu itu jarang pulang. Dan kalau pulang, belum tentu dia mendekati aku, melepaskan kangen atau rindu. Sesekail … ya, tapi kalau hanya sesekali, bagaimana aku bisa hamil? Jadi jangan mengolok-olok tentang badanku ini. Aku baik-baik saja, bahkan sudah periksa ke dokter.”
“Kalau begitu Nyonya harus sering mendekati Tuan.”
“Memangnya aku ini apa? Kalau suami segan, ya sudah, aku ogah melakukan apapun. Sudah jelas dia tidak mau, aku juga lebih baik diam. Tapi aku kan kesal?”
"Mungkin ketika pulang, Tuan sudah sangat lelah.”
“Itu Mbok. Memang itu alasannya.”
“Nyonya harus sabar. Sekarang daripada Nyonya marah-marah, bagaimana kalau kita jalan-jalan saja?”
"Kita jalan-jalan tapi tidak dengan mobil. Bagaimana kalau naik becak?”
“Nyonya, kalau naik becak, Nyonya harus sendiri.”
“Apa maksudmu? Kamu tidak mau mengantar aku kalau naik becak? Kamu hanya mau naik mobil? Memangnya itu mobil kamu?”
“Nyonya jangan marah dulu. Kalau naik becak, becaknya tidak akan muat kalau kita berdua.”
“Oh, iya ya … “
Simbok tersenyum lucu. Masa sih, sang nyonya tidak sadar kalau badannya segede gajah bengkak?
“Kalau begitu naik andong saja. Aku ingin menikmati jalanan, yang kalau dengan mobil tidak akan terasa nikmat,” kata Andira kemudian.
“Benar, Nyonya. Kita naik andong saja.”
“Kalau begitu ganti bajumu dan cari andongnya.”
“Baiklah Nyonya, saya akan bersiap-siap, lalu mencari andong ke dekat perempatan sana. Biasanya andongnya mangkal di sana.”
“Ya sudah cepat, jangan ngomong saja.”
Simbok beranjak ke belakang, untuk melaksanakan perintah sang nyonya majikan.
***
Pagi hari itu Sinah bangun kesiangan. Ketika ia masuk ke ruang kantornya, orang kepercayaannya sudah menunggu.
“Selamat pagi bu Mawar.”
“Ada apa?”
“Maaf, ini ada catatan bahan-bahan yang sudah menipis, harap ibu memeriksanya. Biasanya ibu sendiri yang memesan, tinggal kami mengambilnya.”
“Ria, aku sedang sibuk. Siang nanti aku harus pergi, ada undangan dari teman yang harus aku penuhi, jadi kamu periksa sendiri dulu, lalu kamu memesan sendiri juga, seperti aku melakukannya. Kamu tinggal mengabari saya berapa habisnya, aku akan langsung mentransfer ke rekening mereka, berapapun habisnya belanjaan itu. Catat dengan jelas, siapa dan siapa yang harus menerima pembayaran. Awas, jangan sampai kamu mengecewakan aku, karena kamu aku percayai untuk melakukan banyak hal.”
“Baik, bu Mawar.”
“Teliti juga banyaknya tagihan, sudah sesuai atau belum dengan belanjaan kamu. Kalau oke, aku baru akan membayarnya.”
Walaupun memiliki sebuah perusahaan rumah makan, tapi keuangan dipegang oleh Sinah sendiri, jadi uang yang masuk dan keluar, Sinah sendiri yang mengaturnya.
“Baik Bu.”
“Lakukan tugas kamu dengan baik, aku akan segera bersiap untuk pergi.”
“Siap, bu Mawar.”
Sinah masuk kembali ke dalam rumah yang memang ada di belakang rumah makan itu, lalu bersiap untuk pergi. Aroma wangi yang menguar, menembus ruang kantor dimana Ria masih duduk melaksanakan perintah sang majikan, meneliti semua kebutuhan dan memilah-milah ke mana barang-barang itu harus dibelinya. Selama ini Ria hanya membantu, tapi hari itu Sinah memerintahkan kepadanya agar Ria melakukannya.
“Masa aku seorang juragan harus melakukan banyak hal. Tugas juragan adalah bersenang-senang, bukan?” gumamnya sambil mematut dirinya di depan cermin. Hari itu ia berkencan dengan seseorang, yang tampaknya bisa membuatnya senang. Karenanya ia berdandan dengan sepatut-patutnya agar tidak mengecewakan teman kencannya.
Begitu selesai, perintah mengeluarkan mobil segera terdengar dari arah kamar sang majikan, lalu yang mendengar segera melakukannya. Benar-benar Sinah sudah jadi orang besar.
***
Andra menerima kedatangan Satria dengan wajah berbinar. Setelah memeriksa berkas lamaran Satria, Andra segera mengulurkan tangannya untuk menyalaminya.
“Anda benar-benar orang yang sedang saya cari. Anda boleh mulai bekerja Minggu depan,” katanya sambil tersenyum.
“Terima kasih pak Andra,” jawab Satria dengan wajah berseri-seri.
"Sekarang juga sekretaris saya akan menunjukkan di mana ruangan Anda, lalu memperkenalkan ruangan-ruangan dan staf yang akan berhubungan dengan Anda.”
Satria mengangguk mantap, sementara Andra segera memanggil sekretarisnya untuk membawa Satria berkeliling serta menunjukkan ruangan dimana dia harus bekerja, juga memperkenalkannya dengan staf keuangan yang ada.
Satria merasa bahwa keberuntungannya sangat luar biasa. Dia baru ingin mencari pekerjaan, lalu tiba-tiba ada yang menawarinya, kemudian tiba-tiba dia sudah diterima, dan memiliki jabatan pula di perusahaan itu. Hal yang tak pernah dibayangkannya.
Ingin rasanya dia segera menelpon Dewi dan berbagi kebahagiaan bersamanya. Tapi ia harus menahan keinginannya karena ia harus melihat dan mengerti tentang seluk beluk perusahaan itu sebelum ia memulainya. Sekretaris Andra sangat ramah dan menyenangkan. Ia juga cantik dan tampak pintar.
Ketika itu Sinah sedang bergegas memasuki kantor Andra. Ia ingin menanyakan sesuatu tentang uang, atau entah apa. Satpam jaga menahannya tapi dengan marah Sinah menegurnya.
“Kamu apa belum tahu, kalau aku ini istri pak Andra?” katanya dengan mata melotot marah.
Satpam itu tentu saja heran. Bukankah istri pak Andra badannya gemuk tapi sikapnya sangat baik? Ia juga tak pernah datang ke kantor. Para karyawan mengenalnya, hanya kalau ada acara di kantor. Lalu wanita cantik berpakaian seronok itu mengaku istrinya?
“Hei, mengapa bengong? Kamu boleh menelpon pak Andra dan menanyakannya, tapi jangan menghalangi aku masuk,” katanya dengan mata masih melotot.
“Satpampun segera menelpon ke dalam, dan mengatakan kalau istrinya ingin bertemu.”
“Istri pak Andra?” jawab sekretaris yang sudah selesai mengantarkan Satria, lalu membiarkan Satria berbincang dengan calon anak buahnya di ruang keuangan.
“Katanya sih iya, apa benar dia istrinya?”
“Katakan namaku Mawar,” sela Sinah ketika satpam menelpon.
“Namanya Mawar.”
Dengan heran sekretaris itu masuk ke dalam untuk memberitahukan kepada Andra bahwa istrinya ingin bertemu.
“Istriku?” tanya Andra heran.
“Katanya namanya Mawar, istri pak Andra.”
Wajah Andra menjadi sangat muram. Ia tentu saja kesal, mengapa Sinah nekat datang ke kantor dan mengaku istrinya. Tapi Andra tahu bagaimana Sinah. Dia tak akan mundur walau dilarang.
“Biarkan dia masuk,” kata Andra.
Sekretaris segera memberi tahukan kepada satpam ketika Andra sudah mengijinkan. Dengan penuh kemenangan Sinah melangkah masuk. Sepatu dengan high heels mengeluarkan suara nyaring yang membuat siapapun yang melihat segera menoleh. Tapi dengan penuh percaya diri, Sinah segera masuk ruangan Andra. Ia juga melihat wajah Andra sangat muram. Tapi Sinah tak peduli.
“Mengapa kamu kemari?” tegur Andra dengan kesal.
“Ya ampun Mas, mengapa Mas sepertinya marah? Aku kan istri Mas?”
“Apa kamu ingin menghancurkan reputasi aku? Semua tahu kalau istriku itu Andira. Kamu mengaku namamu Mawar dan juga mengaku istriku, nanti seluruh kantor akan heboh memperbincangkan aku.”
“Mas, kamu kan menikahi aku? Aku tidak mengaku-aku, aku memang istrimu.”
“Mengapa kamu harus mengatakan itu sehingga semua tahu kalau aku punya istri lagi? Bagaimana kalau mertuaku tahu, lalu aku dilempar ke jalanan karena ketahuan selingkuh?”
“Mas jangan begitu. Laki-laki punya istri dua kan sudah biasa?”
Andra tak ingin berdebat. Kalau dilayani, lalu pembicaraan menjadi panjang, maka Sinah tak akan segera pergi dari hadapannya.
“Sudah, aku tak ingin berdebat di sini. Mengapa kamu kemari?” katanya tandas.
“Mas, ini lho, aku itu akan membayar belanjaan dengan mentransfer, tapi aku bingung, harus bagaimana?”
“Biasanya bagaimana kamu melakukannya?”
“Aku sudah ke bank, katanya dana kurang. Masa uangku habis?”
“Mana aku tahu? Yang mengelola uang kan kamu?”
“Tapi ini benar Mas, aku harus membayar banyak, tolong Mas tambahin uangku, supaya aku tidak malu kepada langganan dimana aku belanja.”
“Apa maksudmu? Kamu berputar-putar tidak karuan, tapi intinya kamu minta uang kan?”
“Yah, begitulah,” kata Sinah cengengesan.
“Berapa?”
“Ini catatan yang diberikan Ria, baru terbayar sebagian. Ini kurangnya,” katanya enteng.
Dengan mulut masam, Andra memanggil bagian keuangan untuk minta sejumlah uang seperti yang diminta Sinah.
Sinah tersenyum lega, sementara wajah Andra gelap seperti mendung.
Ketika kemudian staf keuangan itu datang membawakan sejumlah uang yang diminta Andra, Satria mengikutinya dari belakang. Tentu saja Sinah terkejut.
“Dia?” kata Sinah.
“Kamu?” kata Satria heran, sebenarnya dia sudah tahu kalau wanita itu yang bernama Mawar, pemilik rumah makan Mawar Hitam. Bukan Sinah karena Sinah adalah penjaja buah. Tapi mengapa berada di ruang kerja Andra?
”Hallo, Anda tidak lupa kan kalau saya Mawar?” tanpa diminta Sinah menyapa.
“Sudah, bawa uangmu. Dia manager keuangan yang baru,” kata Andra yang kurang suka dengan cara Sinah menyapa Satria.
Satria tak menjawab atau mengatakan apapun. Ia segera pergi lagi mengikuti staf keuangan yang tadi diikutinya, dengan benak penuh tanda tanya.
Sinah juga keluar dari ruangan, tapi sebelum berlalu ia menatap punggung Satria yang berjalan ke arah ruang keuangan.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMawar Hitam eps_13, sudah tayang.
Terima kasih.
Semoga bu Tien dan pak Tom Widayat selalu diberkahi kesehatan yang prima.
Aamiin.....
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun mas Kakek
🪷🍃🪷🍃🪷🍃🪷🍃
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏💝
Cerbung eMHa_13
sampun tayang.
Matur nuwun Bu, doaku
semoga Bu Tien selalu
sehat, tetap smangats
berkarya & dlm lindungan
Allah SWT. Aamiin YRA.
Salam aduhai 💐🦋
🪷🍃🪷🍃🪷🍃🪷🍃
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Sari
Aduhai
Alhamdulillah Mawar Hitam 13 sdh hadir.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien.
Salam Seroja
Sami2 jeng Ning
DeleteAduhai
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Mawar Hitam telah tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteMatur suwun bu Tien
ReplyDeleteSami2 pak Indriyanto
DeleteAlhamdulillah, MAWAR HITAM(MH) 13 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Uchu
Alhamdulillah mawar hitam sudah tayang
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Semoga sehat walafiat
Salam aduhai hai hai
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Aduhai hai haii
Alhamdulilah, maturnuwun bu Tien " Mawar Hitam episod 14" sampun tayang, Semoga bu Tien selalu sehat dan juga Pak Tom bertambah sehat dan semangat, semoga kel bu Tien selalu dlm lindungan Allah SWT aamiin yra 🤲🤲
ReplyDeleteSalam hangat dan aduhai aduhai bun 🩷🩷
Eh salah episode 13 maksudnya 🙏
DeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Aduhai aduhai
Alhamdulillah matur nuwun
ReplyDeleteHalloww jeng Sis ❤
DeleteHamdallah....sampun tayang...💐💐
ReplyDelete
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung * MAWAR HITAM 13
* sdh hadir...
Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
Aamiin...
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " MAWAR HITAM 13 " sudah tayang
ReplyDeleteSemoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Matur Nuwun sdh menghadirkan Sinah... Semoga mbak Tien dan jg pak Tom senantiasa sehat dlm lindungan Allah SWT 🙏
ReplyDeleteSalam aduhai dari Surabaya 🙏😘❤️
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Dewi
Maturnuwun Bu Tien🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Tatik
DeleteAlhamdulillaah Mawar Hitam-13 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ting
Terima kasih Bunda, cerbung Mawar Hitam 13..sdh tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedialakala. Aamiin
Satria baru saja di terima di tempat perusahaannya Andra, sdh di suguhin pemandangan yang tdk menyenangkan. Sinah sdh jadi 'benalu' di perusahaannya Andra.
Tugas berat menanti di pundak nya Satria, agar perusahannya Andra tidak tekor nih..🤭
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Matur nuwun, Bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteApakah uang Sinah habis karena dugem?
ReplyDeleteSinah sudah mulai buat recok...
Terimakasih Mbak Tien...
Hehee..
DeleteTerima kasih juga MasMERa
Terimakasih bunda Tien, sehat selalu sekeluarga.... Aduhaaiii
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Komariyah
Aduhai
Matur nuwun Bu Tien, semoga sehat wal'afiat...
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Reni
Alhamdulillah, matursuuwun Bu Tien, semoga sehat selalu bersama keluarga...
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Umi
Kalau Satria berbincang dengan Andra mungkin akan terungkap bahwa Mawar itu adalah Sinah. Untuk keperluan apa ya dia minta uang kepada atasnya dan apa hubungannya..
ReplyDeleteSalam sukses mbak Tien yang Aduhai semoga selalu sehat bersama keluarga, aamiin.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun Pak Latief
Semoga satria tetap "satria"
ReplyDelete