ADA MAKNA 39
(Tien Kumalasari)
Emma tersenyum lucu, melihat Wahyu kaget mendengar permintaannya.
“Mas Wahyu, aku hanya bercanda. Aku hanya ingin tahu rumah kost Reihan. Masa rumah kost adiknya sampai aku tidak tahu?”
Wahyu membalas senyuman itu dan sedikit sungkan. Ia tahu Emma anak orang kaya, sedangkan rumah kost yang ditempatinya bersama Reihan sangatlah sederhana.
“Ini rumah kost sederhana, untuk apa kamu ingin melihatnya?” kata Wahyu.
“Rumah kost sederhana itu seperti apa? Maksudnya bukan rumah mewah, dengan perlengkapan yang serba ‘wah’ … begitu?”
“Ya, seperti itulah.”
“Tidak masalah bagi aku. Aku hanya ingin melihat, apa tidak boleh?” kata Emma ngeyel. Lalu iapun mengikuti Wahyu dan Reihan yang sudah berjalan mendahuluinya.
Dalam berjalan itu ia menatap punggung Wahyu yang tegap dan gagah. Ada perasaan aneh menyelinap. Lalu Emma merasa malu sendiri.
“Bodoh, norak, kenapa aku ini?” kata batinnya.
Mereka berhenti di sebuah kamar, yang kemudian dibuka oleh Reihan. Sesungguhnya Emma merasa prihatin, kamar itu tidak begitu besar. Sekitar tiga kali empatan meter, lalu ada tempat tidur susun, sebuah almari dan meja tempat beberapa barang, khususnya makanan dan minuman. Lalu ada rak dari plastik berisi buku-buku, pastilah itu milik Reihan. Ada lagi sebuah kompor di sudut yang lain, dengan cerek tertumpang diatasnya.
“Nah, kamu heran, ada kamar sekecil ini untuk berdua?” tanya Wahyu.
“Kalau masak di mana?”
“Masak apa? Ada sebuah kompor, itu hanya untuk memasak air minum. Kami tidak pernah memasak. Beli makan di luar, seperti nasi bungkus, itu lebih irit,” terang Wahyu.
“Kamar mandi di mana?”
“Di luar. Satu kamar mandi untuk tiga kamar inap.”
“Jangan melongo Mbak, berbeda dengan rumah mewah yang kamu miliki bukan?” kata Reihan yang kemudian menggelar tikar plastik dilantai, lalu mempersilakan Emma duduk.
“Tidak masalah tempat tinggal yang bagaimanapun bentuknya, yang penting nyaman ditempati,” kata Emma sambil tersenyum.
“Aku suguhkan minuman, tapi bukan minuman dingin. Nggak ada kulkas di sini,” kata Wahyu sambil mengambilkan air dalam botol kemasan.
Emma menerimanya dengan wajah riang, sedikitpun tak tampak rasa kecewa ataupun tak suka. Ia bahkan langsung membuka tutup botolnya lalu meneguknya dengan lahap.
“Segar.”
“Padahal tadi sudah minum es kelapa muda,” kata Reihan.
“Tapi aku masih haus, soalnya udara benar-benar panas.”
“Di sini juga tidak ada AC,” kata Wahyu sambil menyalakan kipas angin yang terletak di pojok ruangan.
“Bukan masalah AC, memang udara sedang panas-panasnya,” kata Emma.
“Mas Wahyu memang mengurangi beban pengeluaran, karena dia membantu biaya kuliah aku,” kata Reihan membanggakan kakaknya.
“Mas Wahyu luar biasa,” puji Emma sambil menatap Wahyu, lalu mengacungkan jempolnya.
“Tidak begitu banyak. Reihan sudah punya penghasilan sendiri. Yah, semuanya berjalan lancar. Aku berharap dia berhasil dalam kuliahnya.”
“Reihan terkenal pintar. Dia nanti bisa lulus bareng aku lhoh.”
“Ah, mbak Emma terlalu memuji. Aku sih biasa saja. Mbak Emma juga pintar, mana mungkin aku bisa mengejarnya.”
“Ayah kalian adalah orang yang pintar, sejak masih sekolah dulu. Tak heran putra putrinya juga pintar.”
“Kok mas Wahyu tahu?” tanya Emma.
“Ibuku yang cerita,” katanya. Lalu wajahnya menjadi muram karena teringat pada ibunya.
“Owh.”
Emma pun terdiam. Sedikit banyak dia sudah tahu tentang wanita bernama Wanda yang melahirkan laki-laki baik bernama Wahyu. Laki-laki yang dikaguminya karena memiliki perhatian besar kepada saudaranya.
Setelah berbincang agak lama, Emma kemudian berpamitan.
“Biar aku antar.”
“Eh, bagaimana caranya? Aku kan bawa motor sendiri?”
Wahyu tampak berpikir.
"Bagaimana kalau aku antar kamu, lalu sepedanya aku bawa pulang, lalu besok biar Reihan membawanya ke kampus setelah nyamperin kamu.”
“Bagus sekali, baiklah. Usul yang baik,” kata Emma sambil berdiri.
Wahyu membawa motor Emma dengan perasaan aneh. Bagaimanapun dia pernah tertarik pada gadis itu, yang disangkal Reihan karena dirinya suka karena wajahnya mirip Emmi. Walau begitu ia merasa senang bisa berboncengan dengan Emma. Ternyata rasa terarik itu masih ada.
***
Kinanti yang duduk di depan rumah melihat sepeda motor Emma memasuki halaman, tapi ada seseorang yang memboncengkannya. Agak khawatir perasaan Kinanti, menduga sang anak sakit. Ia segera berdiri menyambut.
“Emma, ada apa?” tanyanya langsung.
“Tidak ada apa-apa. Tadi Emma main ke rumah kost Reihan. Pulangnya diantar mas Wahyu, kakak Reihan.”
Wahyu mendekat lalu mencium tangan Kinanti dengan santun. Kinanti segera tahu, anak muda itu anak Wanda. Ia mengibaskan perasaan tak suka yang tiba-tiba muncul, lalu menerimanya dengan senyuman hangat.
“Emma menyusahkan kamu, bukan?” tanyanya.
“Tidak Bu, saya sendiri yang bermaksud mengantar, karena hari mulai gelap.”
“Terima kasih banyak ya Nak, tapi bagaimana nanti kamu pulangnya?”
“Saya_”
“Biar motor Emma dibawa mas Wahyu, besok Reihan akan membawanya ke kampus,” potong Emma.
“Oh, begitu? Baiklah. Ayo masuk, biar bibik membuatkan minum,” kata Kinanti ramah.
“Terima kasih Bu, saya akan langsung pulang saja. Ini tadi baru pulang dari kantor, belum mandi juga,” kata Wahyu.
“Tuh, Emma, kamu merepotkan saja. Apa nggak kasihan, Wahyu malah belum mandi tapi harus mengantarkan kamu,” tegur Kinanti.
“Tidak apa-apa, Bu. Tidak repot kok. Sungguh,” kata Wahyu.
“Baiklah kalau begitu, hati-hati di jalan,” kata Kinanti sambil menerima kembali uluran tangan Wahyu yang kemudian lagi-lagi menciumnya.
Diam-diam Wahyu kagum kepada Kinanti. Wanita yang lembut dan baik, tapi ibunya berkata lain. Ia sudah tahu kalau sang ibu berbohong dan hanya ingin menjatuhkan nama baik Kinanti, yang sebenarnya justru dilukai oleh ibunya dengan menggoda suaminya.
“Hati-hati ya Mas,” pesan Emma sambil mengantar Wahyu sampai ke dekat motornya.
“Iya, aku akan hati-hati. Jangan sampai motor kamu lecet atau rusak,” canda Wahyu.
“Bukan itu. Hati-hati menjaga keselamatan Mas, bukan memikirkan motornya, gitu lhoh.”
Wahyu tertawa sambil menstarter motornya.
“Iya, aku tahu.”
Emma masih berdiri ditempatnya, sampai bayangan Wahyu hilang di balik pagar.
***
Ketika kembali ke teras, sang ibu menatapnya heran.
“Sejak kapan kamu dekat dengan Wahyu?”
“Apa maksud Ibu? Emma kenal mas Wahyu juga karena Reihan. Karena Reihan saudara satu ibu dengan mas Wahyu.”
“Oowh.”
“Mas Wahyu itu baik,” lanjutnya.
“Dia menyewa sebuah rumah kost kecil dan sederhana, karena harus berhemat demi membiayai kuliah Reihan. Emma melihat rumah kost itu dan merasa prihatin. Kamarnya kecil, ditinggali berdua dengan sebuah ranjang susun. Tak ada perabot mewah, misalnya kulkas, atau sebuah tempat masak. Hanya ada satu kompor hanya untuk menjerang air minum. Kalau makan mereka jajan, seringnya nasi bungkus.” kata Emma lagi yang menurut Kinanti, anak gadisnya sedang mempromosikan seseorang yang dikaguminya. Kinanti hanya mengangguk-angguk, sambil menatap sang putri penuh selidik.
“Dia seorang kakak yang bertanggung jawab. Dia ingin agar adiknya berhasil menjadi dokter,” Emma masih bersemangat untuk bercerita.
“Ayahnya menjual rumah untuk membiayai kuliah Reihan, kan?” kata Kinanti yang mengetahui perihal kepergian Guntur dengan meninggalkan sejumlah uang untuk biaya kuliah Reihan.
“Iya, Emma juga tahu itu. Tapi terkadang masih ada biaya lain yang dibutuhkan. Sikap mas Wahyu itu seperti sebuah tanggung jawab demi adiknya, walau Reihan punya uang banyak untuk biaya kuliahnya.”
“Iya, dia anak baik. Sekarang sudah maghrib, ceritanya dilanjutkan nanti. Bapak sudah menunggu di mushola.”
“Baik, Emma ke kamar mandi dulu.”
Sambil berjalan ke kamar mandi itu, Emma merasa bahwa cerita tentang Wahyu belum selesai. Ia tidak sadar bahwa sang ibu sedang bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya ada di dalam hati anak gadisnya. Kalau benar ada pertalian cinta di antara keduanya, apakah Kinanti akan menerima? Berbesan dengan Wanda? Rasanya tak mungkin. Sang hati akan menolaknya.
***
“Mas Wahyu tadi ketemu siapa di rumah mbak Emma?”
“Ibunya sedang ada di teras. Barangkali memang sedang menunggu kepulangan Emma.”
“Mas pernah ketemu ibu Kinanti kan, waktu mbak Emmi menikah?”
“Iya.”
“Bukankah sikapnya baik?”
“Tadi juga baik. Dia lembut, dan sangat ramah.”
“Benar. Mengapa ibu membencinya ya? Bukankah ibu sebenarnya yang salah karena merusak rumah tangga ibu Kinanti?”
“Ya, tapi nggak usah dibahas lagi sajalah, tak ada gunanya. Kita sudah tahu bagaimana ibu. Tapi sejelek-jeleknya ibu, dia adalah wanita yang telah melahirkan kita, dan membesarkan kita. Ya kan?”
“Iya.”
“Ya sudah, lanjutkan belajarmu. Mas mau istirahat, ngantuk sekali setelah seharian di kantor banyak sekali pekerjaan,” katanya sambil membaringkan tubuhnya di tempat tidur.
“Kelihatannya mbak Emma menaruh perhatian pada Mas,” rupanya Reihan masih ingin mengobrol.
“Apa katamu?”
“Ini bisa kacau.”
“Apa?”
“Mas jangan sampai terpengaruh dengan keadaan ini. Harus fokus pada niatan Mas semula, yaitu melamar mbak Tia.”
“Apa maksudmu?”
“Jangan sampai karena sikap mbak Emma yang manis terhadap Mas, bisa menggoyahkan hati Mas.”
“Kamu itu harusnya tidak sekolah dokter, tapi sekolah sastra, lalu jadi pengarang.”
Reihan terkekeh.
“Itu bukan karangan, tapi perasaan. Cara memandang mbak Emma pada Mas itu berbeda. Pokoknya Mas harus hati-hati.”
“Cerewet!!” kesal Wahyu sambil mengubah posisi tidurnya dengan membelakangi adiknya yang masih belum berhenti nyerocos tentang Emma.
Walau begitu dia sebenarnya juga merasakan sikap Emma yang begitu manis terhadapnya. Seperti bukan sikap yang biasa. Benarkah Emma menyukai dirinya?
Tidak. Wahyu tidak mau lagi bermain-main seperti saat lalu, di mana dia mendekati dua gadis sekaligus, yaitu Tia dan Emmi.
“Itu masa lalu, sekarang saatnya menentukan pilihan. Sekali Tia, tetap Tia,” kata batinnya.
Lalu Wahyu mencari-cari hari baik yang sekiranya pas untuk menemui Suryawan, ayah Tia.
***
“Mengapa kamu begitu yakin kalau aku akan mengijinkan anak gadisku untuk berjodoh denganmu?” kata Suryawan ketika Wahyu datang menemuinya.
“Sesungguhnya saya tidak yakin.”
“Jadi kamu masih ragu-ragu?”
“Maksud untuk memperistri Tia itu tidak saya ragukan. Yang membuat saya ragu adalah apakah Bapak akan mengijinkan, ataukah tidak.”
“Mengapa kalau kamu ragu, tapi tetap saja menemui aku?”
“Saya menginginkan mendapat kepastian. Saya menyadari semua kekurangan yang saya miliki. Bukan tentang diri saya, tapi juga latar belakang keluarga saya. Pasti Bapak masih teringat pada ibu saya.”
“Tentu, aku mengingatnya.”
“Apakah itu akan menjadi penghalang untuk saya melangkah?”
“Bagaimana menurut kamu?”
“Apakah latar belakang orang tua yang buruk akan berpengaruh kepada langkah anak-anaknya dalam kehidupan ini? Kalau begitu halnya maka mereka akan takut untuk melangkah. Merasa rendah diri dan tidak berharga, dan akhirnya akan berjalan ditempat, merasa tak berhak menjangkau apapun,” saat mengatakan itu Wahyu benar-benar merasa sedih. Sedih mengingat apa yang telah dilakukan sang ibu, yang sebenarnya memang membuatnya merasa rendah diri, yang untunglah kemudian Tia mengingatkannya, sehingga akhirnya dia berani menghadap Suryawan.
“Angkat wajahmu,” kata Suryawan ketika melihat Wahyu kemudian menundukkan mukanya.
Wahyu mengangkatnya. Air mata yang menggenang tertangkap oleh mata tua Suryawan. Sudah lama Suryawan tahu bahwa Wahyu memang anak baik, sejak kedatangannya setelah Wanda.
“Apa kamu yakin bahwa kamu mencintai anakku?”
“Dengan sepenuh hati saya.”
“Sebagai orang tua, aku hanya ingin agar anakku hidup bahagia. Ketika aku sudah tiada, ada orang yang selalu menyayangi dan menjaganya, seperti aku melakukannya.”
“InsyaaAllah saya akan melakukannya.”
“Dan mohon maaf, sebelumnya aku akan berterus terang sama kamu, bahwa aku kurang suka pada tabiat ibumu.”
Wahyu menekan rasa sakit, tapi kemudian dia mengangguk. Siapa yang tidak sakit mendengar ibunya tidak disukai? Tapi apa boleh buat. Wahyu bisa memahaminya.
“Maaf ya,” ulang Suryawan.
“Saya mengerti.”
Tapi sebelum berpamit itu, ponsel Wahyu berdering. Ia tahu siapa yang menelponnya, tapi karena perasaan tak enak, dia mematikannya.
***
Besok lagi ya.
Matur nuwun mbak Tien-ku Ada Makna sudah tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteAlhamdulillah AaeM_39 sdh tayang....
ReplyDeleteSalam SEROJA dan tetap ADUHAI..
ADUHAI mas Kakek
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur sembah nuwun Mbak Tien
Sehat selalu
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin
DeleteMatur nuwun jeng Ning
Alhamdulillah wa syukurilah, ikut senang Bu Tien dengar infonya, bahwa pak Tom malam ini sdh boleh pulang kerumah, setelah dejak Selasa 15 April dirawat di RS KUSTATI, dilanjut rujuk untuk tindakan di RS Dr. MUWARDI SOLO.
ReplyDeleteSemoga recoverynya lancar dan sehat kembali seperti sebelum sakit.
Aamiin....
Dijaga pola makan dll sesuai saran dokter yang merawatnya.
Selamat kumpul keluarga lagi mas Tom
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin
DeleteMatur nuwun mas Kakek
Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " ADA MAKNA 39 "
ReplyDelete🌷🌹 🙏🙏🙏Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin 🤲🤲🤲🙏
🦋🌿🦋🌿🦋🌿🦋🌿
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏💝
Cerbung ADA MAKNA 39
sampun tayang.
Matur nuwun Bu, doaku
semoga Bu Tien & kelg
selalu sehat, tetap
smangats berkarya &
dlm lindungan Allah SWT.
Aamiin.Salam aduhai 💐🍃
🦋🌿🦋🌿🦋🌿🦋🌿
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sari
Alhamdulillah.... terimakasih Bunda, semoga sehat selalu
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal Aalamiin
DeleteMatur nuwun
Terimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Alhamdulilah, maturnuwun bu Tien " Ada Makna 39" sampun tayang, Semoga bu Tien sekeluarga sll sehat, bahagia dan dlm lindungan Allah SWT aamiin yra 🤲🤲
ReplyDeleteSalam hangat dan aduhai aduhai bun 🩷🩷
Alhamdulillah.
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien...tetep Sehat nggih , begitu jg dg Pak Tom Widayat ,Syafaakallohu in Syaa Alloh semakin sehat Aamiin❤️🌹🌹🌹🌹🌹
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin
DeleteMatur nuwun jeng Susi
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung *ADA
MAKNA 39* sdh hadir...
Semoga sehat dan . bersama keluarga
Aamiin...
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Maturnuwun bu Tien, selamat beristirahat ya
ReplyDeleteSami2 ibu Ratna
DeleteAlhamdulillah tayang... Walaupun bapa sakit Bunda peduli terhadap pembaca... Bapa tom Widayat cepat pulih kembali berkumpul bersama keluarga, sehat selalu keluarga bunda
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal Aalamiin
DeleteMatur nuwun ibu Engkas
Ikut berbahagia mb Tien p Tom Eidayat nya sdh boleh pulang berkumpul kembali dg kel besar di Babar Layar. Smg cepat pulih dan bugar kembali. Utk mb Tien juga tetap selalu jaga stamina pastinya ckp memeras tenaga dan perhatian menemani keluarga yg sakit. Smg menulis menjd pelipur rindu dg para pctk. Slm aduhai selalu ...
ReplyDeleteApakah Wahyu dpt telp dr ibunya? Wanda? Jgn smp menggagalkan keinginan Wahyu mempersunting Tia...
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin
DeleteMatur nuwun jeng Sapti
Alhamdulillah ADA MAKNA~39 telah hadir.. maturnuwun.Bu Tien 🙏
ReplyDeleteSemoga Bu Tien tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga.
Aamiin YRA 🤲
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Alhamdullilah.terima ksih bundaqu..slm sehat sll unk bunda dan bpk..slmt mlm slmt istrhat 🙏🥰❤️🌹
ReplyDeleteSami2 ibu Farida
DeleteSalam sehat juga
Alhamdulillah ada makna sudah tayang
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien semoga sehat walafiat sudah kumpul lagi dengan keluarga semoga bapak Tom Widayat semakin sehat . Aamiin YRA .
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Matur nuwun Bu Tien...semoga tetap sehat wal'afiat dan Pak Tom makin membaik kesehatannya...
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal Aalamiin
DeleteMatur nuwun ibu Reni
Matur nuwun Mbak Tien sayang. Salam sehat selalu. Salam sehat juga buat Mas Tom.. smoga cepat sembuh dan sehat kembali.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal Aalamiin
DeleteMatur nuwun jeng Ira
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Sri
Aduhai 2x
Alhamdulillah, ADA MAKNA (AM),39 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur niwun ibu Uchu
Mks bun AM 39 sdh tayang.....selamat malam bun, sehat" ya
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Supriyati
Alhamdulillah... Sehat selalu mbakyu.. Juga doa buat keng raka, syafakallah
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur niwun jeng Kun
Terima kasih, ibu Tien sudah menyempatkan waktu untuk melanjutkan kisah ini. Ikut bersyukur kesehatan pak Tom makin membaik, semoga cepat pulih kembali seperti semula.🙏🏻🙏🏻🙏🏻
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Nana
Hayuh Wahyu; langsung di cancel tuh telephone call.
ReplyDeleteHabis lagi seriusan suruh menghadap Abah itupun kalau berani, ini lagi dipaksa memaksakan diri menghadapi tantangan, baru belum lama ketemuan sudah nelpon, salahé dirasani, jadi merasa ada sesuatu yang membuat ingin bicara; oh lagi masa kampanye ya, masih riskan kalau pendukungnya masih labil, terkena issue sesat bisa ambyar
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Ada Makna yang ke tiga puluh sembilan sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur niwun mas Crigis
Mbak Tien semakin menjadi-jadi dengan menari-nari memainkan skenario yang mengasyikkan...
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...
Sami2 Mas MERa.
DeleteAlhamdulillah, matursuwun Bu Tien
ReplyDeleteMugi tansah pinaringan sehat sinareng keluarga kinasih. Aamiin 🙏💖
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur niwun ibu Umi
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung *ADA
MAKNA 40* sdh hadir...
Semoga sehat dan . bersama keluarga
Aamiin...