Friday, March 7, 2025

ADA MAKNA 04

 ADA MAKNA  04

(Tien Kumalasari)

 

Emmi menutup ponselnya dan merasa heran. Kok bisa sama nasibnya dengan dirinya. Wahyu juga sedang mencari ayahnya. Tapi beruntung Wahyu sudah menemukan kota di mana ayahnya bekerja. Sedangkan dirinya? Emmi ingin sekali bertemu ayahnya. Ia harus bisa menemukannya, tapi dari mana dia harus memulainya? Ayahnya juga dokter. Eh, kok bisa sama? Aneh, tapi nyata, pikir Emmi.

“Apakah bapak Ardi tahu, di mana ayahnya berada? Tapi bapak pernah bilang kalau tidak tahu di mana sekarang ayahnya berada. Ia bahkan sudah pensiun atas permintaannya sendiri, jadi tidak jelas di mana dia tinggal,” gumamnya seorang diri.

“Bapak, Emmi harus bertemu Bapak, betapapun buruknya Bapak, tapi Bapak adalah ayahku, yang meneteskan benih di rahim ibuku. Di mana bapak berada?” gumamnya lirih.

“Lagi ngelamunin apa? Pacar? Yang barusan telpon itu kan?”

Tiba-tiba Ardi sudah muncul didekatnya, lalu duduk di depannya.

“Bapak membuat Emmi terkejut saja,” sungut Emmi, tapi justru membuat Ardi tertawa.

“Kamu terkejut, karena sedang melamun. Hayo … mau ketemuan dengan pacar ya?”

“Justru nggak ketemu Pak, dia kan jauh.”

“Jauh?”

“Kuliah di Semarang, tapi hampir selesai.”

“Kok bisa pacaran dengan cowok Semarang?”

“Hahaaa, Bapak mau tahu ajah. Ini kan urusan anak muda?” canda Emmi.

“Boleh dong, siapa tahu, bapak bisa ikut-ikutan menguji calon menantu bapak.”

“Ketemunya baru beberapa kali. Dia kuliah di Semarang, dan pada waktu Emmi sedang study tour ke sebuah pabrik obat di sana, ketemu dia. Dia kerja paruh waktu di sebuah kantin dekat pabrik. Lalu kenal saat kami kelaparan dan kehausan, lalu beberapa kali dia datang kemari.”

“Kok bapak nggak tahu? Jangan bilang kalian curi-curi waktu ya?”

“Bukan Pak, waktu dia datang tuh pagi agak siang, gitu, ketika Emmi libur, bapak sama ibu kan belum pulang kerja.”

“O, gitu ya?”

“Lagian belum bisa dikatakan pacaran. Baru teman dekat, begitu.”

“Asalkan dia baik, bertanggung jawab, keluarganya baik-baik, silakan saja. Orang tua hanya mendoakan kebahagiaan anak-anaknya.

“Terima kasih, Bapakku yang ganteng,” kata Emmi yang kembuat Ardi tertawa.

“Terima kasih juga, dibilang ganteng. Besok kalau cari pacar yang ganteng kayak bapak ya?” canda Ardi.

“Siaap, Bapak. Tapi sebenarnya Emmi bukan sedang memikirkan dia. Emmi sedang ingin tahu caranya, bagaimana bisa menemukan bapak kandung Emmi.”

“O, itu ya. Baiklah, bapak mengerti. Kamu memang harus ketemu dia. Nanti bapak carikan informasi lagi, barangkali ada gambaran yang lebih jelas tentang keberadaan ayah kamu.”

“Terima kasih, Pak. Emmi percaya Bapak akan bisa menemukannya.”

“Semoga ada jalan. Kamu tenang saja ya. Ayah kandung kamu itu kan sahabat bapak juga. Jadi bapak selalu berharap bahwa dia akan baik-baik saja.”

Emmi mengangguk senang.

***

Wahyu sedang melengkapi berkas skripsi yang akan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Tapi lusa dia akan terbang ke Balikpapan dulu, demi mencari ayahnya, yang sebenarnya ayah dari Reihan, adiknya, sedangkan bagi dia ayahnya hanyalah ayah sambung yang tidak begitu dekat dengannya.

“Sudah selesai, Wahyu?"

“Sudah Bu, tinggal menunggu dosen pembimbing yang lagi cuti, masih minggu depan bisa ketemuan.”

“Kamu jadi mau berangkat ke Balikpapan?”

“Jadi, bukankah Ibu yang suruh?”

“Iya sih, kasihan, Reihan terus saja bertanya tentang ayahnya. Kalau bisa tahu di mana dia berada, biarlah mereka ketemuan, walau hanya sebentar saja.”

“Kalau dia libur, akan Wahyu ajak saja sekalian.”

“Tentu. Sayangnya dia nggak sedang liburan, padahal kamu bisanya sekarang. Tapi sebelum berangkat, katanya kamu mau ziarah ke makam ayah kamu. Sudah lama kita tidak ziarah ke sana. Jadi nggak?"

“Jadi, Bu. Kalau sekarang sepertinya sudah kesorean, besok pagi saja. Besoknya lagi baru dapat tiket ke Balikpapan.”

“Terserah kamu saja. Bawa mobilnya hati-hati ya.”

“Siap Bu.”

Mereka adalah Wanda dan Wahyu. Sejak Wanda bercerai dengan Guntur, Wanda tidak menikah lagi. Kegagalannya meraih cinta Guntur membuatnya putus asa, dan tidak ingin lagi berdekatan dengan pria manapun. Ia tetap menjadi guru di sebuah SMA, untuk menghidupi ke dua anaknya. Saat kuliah, Wahyu bekerja paruh waktu di sebuah kantin untuk membantu ibunya membiayai kuliahnya sendiri, sedangkan Reihan masih duduk di bangku SMA, menjelang ujian.

Saat bercerai, Guntur hanya memberinya sejumlah uang dari seluruh tabungannya, untuk anak yang baru saja dilahirkan ketika itu. Setelah itu mereka tak lagi berhubungan. Guntur seperti lenyap ditelan bumi.

Ketika Reihan sudah besar, dia selalu menanyakan di mana ayahnya, karena dia tahu bahwa ayah yang sering disambangi makamnya, bukanlah ayahnya. Karena itulah Wanda mencari informasi tentang keberadaan bekas suaminya, dari rumah sakit dimana dulu Guntur bekerja. Dan informasi yang didapatnya adalah bahwa Guntur berpindah keluar Jawa, tepatnya di Balikpapan. Kemudian demi Reihan dia meminta agar Wahyu mencarinya, hanya untuk menyenangkan hati Reihan atas kerinduannya kepada ayah kandungnya.

***

Suryawan agak kesal, ketika lagi-lagi Feri pulang terlambat. Sudah beberapa kali Feri pulang jauh setelah usai sekolah, dengan alasan mampir beli rujak, atau es kelapa muda, bersama teman-temannya. Tapi sebenarnya Suryawan tahu, bahwa Feri semakin dekat dengan Emma, yang diketahuinya sebagai anak Kinanti. Bukan apa-apa, ia hanya tak ingin berhubungan lagi dengan keluarga itu, setelah Kinanti meninggalkannya.

Ketika melihat Feri memasukkan sepeda ke garasi, Suryawan lalu mendekatinya.

“Mengapa kamu sering pulang terlambat?” tegur Suryawan.

“Tadi_”

“Jangan bilang kamu beli rujak atau apapun bersama teman-teman kamu.”

“Tadi ke rumah teman, belajar bersama.”

“Ke rumah Emma?”

“Ada Emma juga. Mengapa Bapak marah?”

“Feri, bapak kan sudah bilang, belum saatnya kamu dekat dengan seorang gadis. Masih jauh langkah yang harus kamu tempuh.”

“Maksud Bapak dekat tuh apa? Kami hanya berteman, seperti Feri juga berteman dengan teman lainnya.”

“Bapak hanya mengingatkan, agar kamu tidak kebablasan.”

“Feri tahu apa yang Feri lakukan. Mengapa akhir-akhir ini Bapak sering memarahi Feri gara-gara Feri pulang terlambat?”

”Kalau kamu pulang terlambat, makan siang juga akan terlambat. Bapak menunggu kamu, tahu kan?”

“Oh, iya Pak. Maaf. Lain kali Bapak makan dulu saja kalau Feri terlambat pulangnya,” kata Feri enteng. Dia mengira permasalahannya adalah sangat sederhana, yaitu makan ayahnya jadi terlambat gara-gara menunggunya. Feri mana tahu bahwa sebenarnya sang ayah tak ingin anaknya berhubungan dengan anak-anak Kinanti. Bukan apa-apa, rasa cinta itu masih ada, tapi rasa kecewa tak bisa memiliki sangat membuatnya tertekan. Hingga saat ini. Dan ketika melihatnya makan bersama keluarganya, lalu tampak sangat bahagia, hatinya seperti ditusuk dengan ribuan duri.

Mendengar jawaban anaknya, Suryawan lalu membalikkan tubuhnya. Mana mungkin dia mengatakan hal yang sesungguhnya?

***

Feri harus memanggil ayahnya untuk makan siang, ketika dia sudah di depan meja makan dan ayahnya belum juga datang.

“Bapak, ayo makan. Feri sudah menunggu dari tadi,” katanya ketika melihat sang ayah sedang termenung di ruang tengah.

Tanpa menjawab, Suryawan bangkit dan mengikuti sang anak ke ruang makan. Yang lainnya belum pada pulang. Tia bekerja, dan ketiga anak yang lain kuliah dan pulangnya terkadang sore.

“Akhir-akhir ini Bapak seperti agak … gimana … gitu,” kata Feri sambil menyuap makanannya.

“Agak gimana itu apa?”

“Pokoknya beda dengan hari-hari biasa. Bapak juga sering uring-uringan. Dan kalau siang begini, Feri yang menjadi sasaran kemarahan Bapak.”

“Karena kamu pulang terlambat.”

“Setelah mau ujian ini, Feri lebih banyak kegiatan di sekolah. Kadang-kadang ada tambahan pelajaran juga.”

“Yang bapak tidak suka, kamu berhubungan dengan … siapa itu … yang memberi hadiah kamu sepeda itu ….”

“Emma?”

“Ya, dia.”

“Memangnya Emma salah apa Pak?”

“Nggak salah apa-apa.”

“Kenapa Bapak kelihatan tidak suka?”

“Dia itu keluarga kaya.”

“Memangnya kenapa kalau dia keluarga kaya?”

“Tidak sepadan,” jawab Suryawan seenaknya.

“Bapak aneh-aneh saja. Kami hanya berteman. Apa ada aturannya, berteman harus dengan orang yang sepadan? Yang sepadan itu apanya? Apa kekayaan orang tua kami yang berbeda itu lalu membuat kami tidak sepadan? Teman-teman Feri yang lebih kaya juga ada. Kami semua berteman, lepas dari atribut kekayaan yang dimiliki orang tuanya,” kata Feri panjang lebar, yang sama sekali tidak didengarkan oleh Suryawan. Bukan itu … bukan itu alasannya. Suryawan meneguk minumannya karena makanan yang dikunyah seakan susah masuk ke dalam kerongkongan. Perasaan tertekan sangat menyakitinya.

“Bapak ini bodoh sekali,” gumamnya pelan.

“Sebenarnya Bapak kenapa?” tanya Feri heran melihat sikap ayahnya.

“Tidak apa-apa, lanjutkan makan. Bapak sudah kenyang,” katanya sambil bangkit, lalu meninggalkan ruang makan dengan separuh makanan yang masih tersisa di piringnya. Feri terheran-heran.

Sungguh ia tak bisa mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Pasti ada sesuatu, nanti ia akan membicarakannya dengan sang kakak.

***

Tia sedang ada di dalam kamarnya, ketika Feri tiba-tiba mengetuk pintu dan masuk ke dalam.

“Mbak,” katanya pelan.

“Ada apa? Uang sekolah sudah mbak kasih kan?”

“Bukan soal uang.”

“Lalu apa?”

“Tiba-tiba Feri merasa sikap bapak sangat aneh. Apa Mbak juga merasakannya?”

“Apa maksudnya? Mbak kan jarang di rumah, jadi tidak begitu perhatian.”

“Pokoknya aneh. Kalau siang bawaannya marah-marah terus. Feri jadi sasaran.”

“Pasti karena kamu melakukan kesalahan.”

“Tidak. Alasan bapak karena aku terlambat pulang. Tapi kan sekolah juga sedang banyak pelajaran tambahan. Memang sih, kadang-kadang mampir main bersama teman-teman, tapi biasanya bapak tidak semarah itu. Menurut aku, sikap bapak agak aneh. Bapak juga melarang aku dekat-dekat dengan Emma. Padahal tadinya tidak pernah berkomentar apa-apa tentang Emma, Tiba-tiba saja begitu. Apa salah Emma ya Mbak?”

“Oo, ini tentang Emma? Bapak mengira kamu pacaran pasti.”

“Bukan, Feri nggak pacaran dengan siapapun. Tapi aku kira bukan itu. Pasti ada sesuatu yang membuat bapak kelihatan agak aneh.”

“Kamu mengada-ada. Pasti ini tentang Emma. Memangnya Emma itu siapa?”

“Emma itu teman sekolah Feri. Yang memberi hadiah Feri sepeda.”

“Iya, maksudnya anak siapa, mungkin bapak kenal orang tuanya dan nggak suka.”

“Ayahnya pengusaha, ibunya dokter gigi. Aku sudah pernah mengatakannya kan?”

“Ibunya ya, yang dokter gigi?

“Namanya?” tiba-tiba Tia teringat pada seseorang. Dokter gigi, cantik, yang dulu pernah dekat dengan sang ayah, dan hampir menjadi ibu tirinya.

“Namanya siapa, lupa aku … bagus kok. Tunggu, seperti nama sebuah tembang, Emma pernah mengatakannya. Haa, aku ingat, Kinanti,” Feri memekik.

“Nama itu. Aku ingat dia.”

“Mbak Tia pernah mengenalnya? Kenapa waktu makan-makan itu Mbak tidak menyapanya?”

“Tidak. Sekarang aku mengerti. Baiklah, turuti apa kata bapak. Nggak usah terlalu dekat sama dia.”

“Memangnya kenapa?”

“Nggak usah nanya. Pada suatu hari nanti aku akan beri tahu ke kamu.”

“Mbak Tia kok gitu. Sekarang saja kenapa?”

”Tidak. Mbak juga sedang berpikir. Entahlah, sudah kamu istirahat saja sana. Mbak juga mau istirahat."

Feri keluar dengan kecewa, sementara kemudian Tia berpikir tentang seorang wanita yang dulu hampir menjadi ibu tirinya, tapi dia dan adik-adiknya menentang. Waktu itu Feri masih kecil, sehingga tidak begitu mengingatnya. Barangkali ketika melihatnya ketika makan bersama itu, ayahnya jadi teringat masa lalunya bersama sang dokter gigi. Pantas Feri mengatakan sikap ayahnya beberapa hari terakhir ini agak berbeda.

***

Hari itu Emmi pulang kuliah dengan sepeda motornya. Ia tak sadar ketika di depannya ada jalan berlobang, padahal sudah sering lewat, dan selalu menghindarinya. Tapi hari itu barangkali Emmi agak kurang konsentrasi, sehingga sepeda motornya masuk ke kubangan yang lumayan dalam, sehingga kehilangan keseimbangan. Jatuhlah dia. Emmi mengaduh dan tak melihat seorang pun ada di sekitar tempat itu. Yang ada adalah tanah pemakaman. Emmi sedikit merinding. Pada pikirnya, pasti dia diganggu mahluk halus sehingga lobang dalam itu tak kelihatan. Merinding dia, sambil berusaha bangkit karena sebelah kakinya tertindih sepeda motornya. Tapi tiba-tiba seseorang menariknya.

“Mas Wahyu?”

***

Besok lagi ya.

 

 

49 comments:

  1. Replies
    1. Matur nuwun Dhe, AaeM_04, sampun tayang.
      Mugi panjenengan tansah pinaringan rahayu widodo tinebihna nir sambikala.
      Aamiin... Dan tetap ADUHAI

      Delete
    2. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Sami2 mas Kakek

      Delete
  2. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " ADA MAKNA "
    🌷🌹 🙏🙏🙏Semoga Bunda selalu sehat wal afiat 🤲

    ReplyDelete
  3. 🍒🍑🍒🍑🍒🍑🍒🍑
    Alhamdulillah 🙏💝
    Cerbung ADA MAKNA_04
    sudah tayang.
    Matur nuwun sanget.
    Semoga Bu Tien & kelg
    sehat terus, banyak berkah
    & dlm lindungan Allah SWT.
    Aamiin.Salam seroja 💐🦋
    🍒🍑🍒🍑🍒🍑🤦🏻‍♀️🍑

    ReplyDelete
    Replies
    1. Senangnya 👍😍, buka puasa sambil baca kisah lanjutan ADA MAKNA. Selalu menarik & bikin penasaran. Matur nuwun Bu.. 🙏🦋💐

      Delete
    2. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Sami2 jeng Sari
      Matur nuwun

      Delete
  4. Alhamdulillah
    Terima bunda Tien
    Semoga sehat walafiat
    Selamat berbuka Puasa semoga berkah

    ReplyDelete
  5. Matur nuwun mbak Tien-ku Ada Makna sudah tayang

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah ADA MAKNA~04 telah hadir.. maturnuwun.Bu Tien 🙏
    Semoga Bu Tien tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga.
    Aamiin YRA 🤲

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah "Ada Makna 04" sdh hadir. Matur nuwun Bu Tien🙏
    Sugeng ndalu, mugi Bu Tien & kelg tansah pinaringan sehat 🤲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Sami2 pak Sis
      Sugeng dalu

      Delete
  8. Alhamdulilah, maturnuwun bu Tien " Ada Makna 04" sampun tayang, Semoga bu Tien sekeluarga sll sehat, selamat berbuka puasa dan selamat menjalankan ibadah Teraweh. aamiin yra 🤲🤲
    Salam hangat dan aduhai aduhai bun 🩷🩷

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Sami2 ibu Sri
      Aduhai 2x

      Delete

  9. Alhamdullilah
    Matur nuwun bu Tien
    Cerbung *ADA
    MAKNA 04* sdh hadir...
    Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
    Aamiin...

    ReplyDelete
  10. Matur suwun bundaqu Ada Makna 4 nya..slmt mlm dan slm seroja unk bunda sekeluarga 🙏🥰🌹❤️

    ReplyDelete
  11. Alhamdullilah, matursuwun Bu Tien
    Cerbung *Ada Makna 04* sdh hadir...
    Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
    Aamiin...

    ReplyDelete
  12. Hadeeww..pak Suryawan lagi ngambek ni ya...😄😁
    Matur nuwun bunda Tien..AM 4 telah hadir..🙏🙏
    Sehat selalu kagem bunda Tien
    🤲🤲

    ReplyDelete
  13. Apa Emmi dan Emma berhasil meraih cinta mereka ya... banyak rintangan yang menghadang.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah, ADA MAKNA (AM),04 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.

    ReplyDelete
  15. Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda tien selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  16. Matur nuwun Bu Tien, salam sehat bahagia dari Yk....

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah... Trm kasih bu Tien..

    ReplyDelete
  18. Terimakasih bunda Tien, salam sehat selalu dan aduhaiii

    ReplyDelete
  19. Aduh...
    Lanjut dulu...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  20. Pertanyaannya, apakah Wanda mau besanan dengan Kinanti. Wanda tentu mengedepankan egonya. Kalau Kinanti tentu mengedepankan kepentingan dan kebahagiaan anaknya.

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 27

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  27 (Tien Kumalasari)   Saraswati terbelalak menatap bocah kecil yang merangkul leher Adisoma erat. Mata be...