Saturday, September 28, 2024

MASIH ADAKAH MAKNA 15

 MASIH ADAKAH MAKNA  15

(Tien Kumalasari)

 

Indira merasa kesal, sudah diangkat panggilan telpon yang berdering, tapi tak ada suara apapun. Indi berteriak kesal.

“Halloooowwww … halloowwww ….!

Azka baru sadar kalau tadi melakukan panggilan. Ia segera menyapa sebelum Indi menutupnya dengan marah.

“Hallo, Indira … maaf, maaf … “

“Apa sih? Ini siapa?”

“Aku Azka, apa kamu tidak mencatat nomorku dan memberinya nama dengan namaku?”

“Ponselku baru, apa kamu lupa kalau ponselku barusan hilang? Lagipula kamu tidak pernah memberi nomor kontak kamu untuk aku. Hanya kamu yang minta nomor kontakku.”

“Oh, maaf, sebenarnya aku hanya ingin bertandang ke rumah kamu. Bolehkah?”

“Bukankah kita teman? Tentu saja boleh. Tapi aku pengin marah nih, kenapa tadi sudah menelpon tapi diam begitu lama? Sebenarnya aku tidak ingin menerima telpon dari nomor yang tidak aku kenal. Tapi mengingat bahwa ponselku baru, dan barangkali yang menelpon adalah salah seorang teman atau apa, yang nomornya terhapus, jadi aku mengangkatnya. Katakan kenapa tadi diam lama sekali?”

“Ya ampun, ternyata kamu lumayan galak ya?”

“Galak memang, kamu takut?”

“Tidak, siapa takut?”

“Hei, kamu belum menjawab pertanyaanku. Kenapa sudah menelpon tapi diam begitu lama?”

“Oh, iya. Tadi tuh ada seorang wanita tua, tiba-tiba mengelap mobilku, lalu aku kasih dia uang. Tapi ketika memandangi dia, aku tiba-tiba teringat iklan pencarian orang hilang yang aku baca di koran tadi pagi. Wajahnya persis dia. Aku ingin berbicara sama dia bahwa apakah dia yang dicari keluarganya, tapi ketika aku membuka pintu mobil dan mencari-cari, orang itu sudah tak kelihatan batang hidungnya.”

Indira termenung, wanita tua? Mungkinkah dia nenek Rohana? Pikir Indira.

“Heii, kenapa diam? Kamu membalas aku ya?”

“Eh, apa? Bukan membalas. Mm… apakah wanita itu berjalan terbungkuk dan memakai tongkat?”

“Aku tidak melihat saat dia berjalan. Begitu aku keluar dari toko, dia sudah mengelap mobilku , lalu dia juga langsung pergi dan aku tidak memperhatikan. Aku kemudian mencari-carinya, barangkali aku bisa menelpon orang yang memasang iklan itu, aku mengingatkan dia bahwa keluarganya sedang mencarinya, tapi dia pergi entah ke mana. Dan aku tidak memperhatikannya. Sudahlah, mengapa tiba-tiba menanyakan orang itu?”

“Apa dia memakai topi?”

‘Ya, memakai topi lebar. Aku bisa melihat wajahnya ketika dia mengetuk-ngetuk jendela mobil, karena kain lapnya terjepit pintu mobilku.”

“Ya Tuhan. Ini kamu lagi di mana?”

“Masih di tempat tadi. Aku keluar dari toko buku, lalu pengin bertandang ke rumah kamu, ini masih ditempat aku semula. Boleh ya, nanti aku datang ke rumah kamu?”

“Sebentar. Berikan alamatnya, aku akan ke situ.”

“Apa maksudnya? Aku belum pulang, harus mandi dulu.”

“Pokoknya jangan pergi dulu dari situ.”

Indira menutup ponselnya tiba-tiba. Azka terdiam tidak mengerti. Walau begitu dia menuruti apa kata Indi, tidak akan pergi dari situ. Lalu ia menuliskan alamat di mana dia berada.

***

Azka menunggu dengan kebingungan. Tak mengerti mengapa tiba-tiba Indi akan datang ke tempatnya. Ia bahkan bertanya tentang wanita yang membersihkan kaca mobilnya. Apakah dia mengenal wanita itu? Wanita yang bersih sebenarnya, tapi pastilah kelihatan kumuh. Dia mencari uang dengan membersihkan kaca-kaca mobil. Azka bahkan tak peduli siapa dia, yang dia tahu, wanita itu mengelap kaca mobilnya karena butuh uang, dan dia sudah memberinya sepuluh ribu. Itu cukup bukan?

Azka masih berpikir-pikir, ketika sebuah mobil berhenti di depannya. Ia tak tahu itu mobil siapa, sebelum penumpangnya turun, dan itu adalah Indira. Wajah Azka berseri. Ia turun dari mobil dan menyambutnya.

“Indira,” sapanya manis.

“Di mana wanita itu?”

“Apa? Kamu mencari wanita itu? Wanita yang bekerja mencari uang dengan mengelap kaca mobil-mobil?”

Indira tak menjawab. Matanya berkeliling ke sekitar area parkiran, ke setiap mobil yang ada, barangkali bisa menemukan wanita yang diceritakan Azka, laki-laki ganteng berkumis tipis itu.

Azka masih menatap kelakuannya, tak mengerti. Ia juga mengikuti kemana Indira berjalan seperti mencari seseorang.

Lalu kelihatan letih, Indi kembali mendekat ke mobilnya.

“Sebenarnya kamu mencari siapa?”

“Wanita itu, kenapa sudah tidak ada?”

“Kamu kenal? Ada kepentingan? Atau … dia pernah menipu kamu, atau apa?”

Indi menatap Azka sejenak, apakah dia harus mengatakannya? Lalu ia mengibaskan rasa malu untuk mengakuinya. Kalau memang dia neneknya, apa dia harus mengingkarinya? Tidak, Indira bukan cucu durhaka. Sejelek dan seburuk apapun, kalau dia memang neneknya, tak mungkin dia akan mengingkarinya. Lagi pula kalau seandainya Azka tahu, ia berharap si ganteng berkumis itu bisa membantunya. Siapa tahu pada suatu ketika Azka menemuinya lagi.

“Indira ….”

“Sebenarnya dia adalah nenekku.”

Azka membelalakkan matanya. Tak percaya dia mendengar apa yang dikatakan gadis cantik yang menarik hatinya itu. Masa sih, perempuan jalanan itu nenek Indira? Indira yang dari keluarga berkecukupan? Dan nenek itu adalah orang jalanan?

“Memangnya kenapa? Kamu tidak suka berteman dengan seseorang yang ternyata cucu seorang perempuan jalanan?”

“Bukan … bukan begitu, jangan salah paham. Aku hanya kaget saja. Bagaimana mungkin nenek kamu berada di jalanan sedangkan ….”

”Bukankah kamu bilang kamu telah membaca iklan di koran tentang nenek aku itu? Dia bernama nenek Rohana. Kami yang memasang iklan, karena memang sedang mencarinya, dan ingin agar dia kembali kepada kami.”

Azka mengangguk-angguk. Mencoba mencerna apa yang dikatakan Indira. Mengapa bisa terjadi hal yang seperti itu.

“Nenek memang selalu berusaha menjauhi anak-anaknya. Anak nenek ada dua, laki-laki semua. Dulu dia kaya raya, tapi hartanya habis karena dipakai untuk berfoya-foya. Barangkali nenek malu, atau enggan dikasihani, atau apa, dia tidak pernah menemui kami. Saya sedang ikut mencarinya, karena kabarnya setelah dia melihat fotonya terpampang di mana-mana, maka dia pura-pura menjadi perempuan bongkok, memakai tongkat, dan memakai topi lebar agar tak kelihatan wajahnya.”

“Seandainya aku tahu. Pasti aku akan mengejarnya dan menghentikannya.”

“Ya sudah, lain kali kalau ketemu lagi, aku harap kamu mengabari aku ya?”

“Baik. Tentu aku akan membantu kamu.”

“Sekarang aku mau pulang. Kamu pasti capek, baru pulang kerja.”

“Tapi aku boleh ke rumah kamu kan?”

“Boleh,” kata Indi sambil tersenyum.

“Besok kan hari MInggu, tapi pasti mengganggu karena saatnya liburan kan?”

“Tidak ada rencana liburan untuk besok, paling ke rumah sakit, karena kakakku sakit dan harus dirawat.”

“Sakit apa?”

Dan Indipun menceritakan apa yang terjadi pada Boy.

“Aku ikut prihatin. Semoga segera pulih.”

“Terima kasih, teman.”

Azka tertawa lirih.

“Bukankah kamu sendiri yang ingin agar kita berteman?”

“Siapa tahu bisa lebih dari itu.”

“Apa maksudmu? Kamu masih kecil.”

“Apa? Aku sudah duapuluh dua tahun, tahu.”

“Dan aku sudah duapuluh enam tahun.”

“Memangnya kenapa kalau aku lebih muda?”

Indi tertawa, melambaikan tangannya, kemudian masuk ke dalam mobilnya. Membuat Azka menjadi gemas karenanya.

“Memangnya kenapa kalau dia lebih tua?” gumamnya kemudian masuk ke dalam mobilnya sambil tersenyum-senyum. Sambil menstarter mobilnya, dia heran kepada dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa tertarik pada gadis yang baru ditemuinya?

***

Masuk ke dalam rumah, Indi disambut oleh ibunya, Monik, yang sesungguhnya adalah ibu tiri, tapi sangat menyayangi dan disayanginya seperti ibu kandung sendiri.

“Indi, kamu kemana sih, ibu mau mengajak kamu ke rumah sakit. Malah pergi dengan tiba-tiba.”

“Bapak belum pulang?”

“Mungkin bapak langsung ke rumah sakit. Biasa, bapakmu itu. Karena ingin bertemu dokternya dan menanyakan perkembangan kesehatan kakakmu, jadi tidak pulang dulu. Tapi tadi minta agar kita berangkat sendiri.”

“Hampir saja Indi ketemu nenek.”

“Apa maksudmu ketemu nenek? Mana dia?”

“Kan Indi bilang hampir. Jadi ya nggak ketemu beneran.”

“Kamu ngomongnya bikin ibu penasaran saja. Sebenarnya apa yang terjadi?”

Lalu Indi menceriterakan mulai dari Azka menelponnya, sampai kemudian dirinya tergesa datang ke tempat itu, tapi tidak menemukan apa yang dicarinya.

“Ya Tuhan ….” keluh Monik yang juga merasa sedih.

“Tapi Indi berharap, Azka juga bisa membantu. Tampaknya nenek Rohana menjadi tukang mengelap kaca-kaca mobil agar mendapat uang.”

Monik mengusap air matanya yang menitik. Tak terbayangkan, mertuanya menjalani hidup seperti itu, dan menjauhi anak-anaknya yang sudah mapan.

“Ya sudah Bu, ayuk kita berangkat. Nanti Indi mau tidur di rumah sakit saja. Biar bapak istirahat di rumah.”

“Terserah kamu saja, nanti bilang pada bapak, kalau bapak mengijinkan ya tidak apa-apa.”

***

Tapi ternyata Tomy tidak mengijinkan Indira tidur di rumah sakit.

“Kamu besok pagi saja, menggantikan bapak.”

“Besok pagi ada teman Indi yang mau datang, Pak,  masa Indi harus menemuinya di rumah sakit.”

“Teman siapa sih, memangnya nggak mau dia datang kemari?” sela Boy.

“Nggak enak. Itu teman baru, masa aku suruh datang kemari. Penginnya tuh main ke rumah.”

“O, teman baru? Yang menemukan dompet kamu itu, pasti.” ledek Boy.

“Siapa dia?” tanya Tomy.

“Itu Pak, pacar baru Indi.”

“Siapa?”

“Yang menemukan dompet Indi. Kelihatannya Indi kesengsem sama dia.”

“Hiih, ngawur. Baru kenal ketika dia mengembalikan dompet. Lalu dia bilang pengin main ke rumah. Masa nggak boleh?”

“Boleh, sudah … jangan dengarkan kakakmu.”

“Kalau memang Indi ada tamu, nggak usah ke rumah sakit juga nggak apa-apa. Boy sudah merasa sehat. Masa harus ditungguin terus. Malah sudah pengin pulang saja Pak, bilang dong sama dokternya.”

“Kemarin kamu masih bilang mual. Tunggu dong, sampai kamu benar-benar merasa sehat.”

“Boy, semua itu demi kebaikan kamu, jangan bandel,” sambung Monik sambil menyiapkan makan malam untuk mereka. Malam itu mereka makan malam di rumah sakit. Monik sudah masak untuk semuanya.

“Kamu kalau ke rumah sakitnya agak siang juga nggak apa-apa, Indi. Menunggu temanmu itu kalau sudah pulang," kata sang ibu.

“Siap-siap menerima lamaran dong Bu,” goda Boy lagi.

“Huh, reseh,” cemberut Indi.

Tapi Tomy terkejut ketika Indi bercerita tentang nenek Rohana yang menjadi tukang mengelap kaca mobil-mobil.

“Mengapa ibu melakukan itu, padahal bisa pulang ke rumah kita, atau ke rumah Satria. Semua siap menerima kan?”

“Nenek itu mungkin malu. Dulunya kaya, sekarang miskin. Takut diomelin, barangkali,” kata Indi.

“Hanya karena itu, mengapa hidup di jalanan menjadi pilihan?”

“Itulah nenek kamu. Sejak dulu tidak pernah mau diatur.”

“Tapi mudah-mudahan semuanya segera berakhir, ibu mau kembali ke rumah kita.”

“Aamiin.”

***

Malam itu pak Trimo sudah menyiapkan segalanya untuk besok pagi. Pesanan di kantor Satria membutuhkan persiapan yang matang. Jangan sampai apa yang disajikan membuat para langganan menjadi kecewa.

Binari berkali-kali meneliti apa yang diperlukan besok. Sayur dan ayam sudah dimasak malam harinya. Yang dimasak baru hanya nasi.

“Kita pesan mobil saja untuk membawa barang-barang ini ya Bin?” kata pak Trimo.

“Jangan pak. Katanya mas Tegar mau menjemput.”

“Kita tunggu saja besok, jangan sampai kesiangan. Jangan lupa daun pisang untuk alas piring ya.”

“Sudah siap semuanya Pak.”

“Syukurlah, semoga besok apa yang kita lakukan tidak mengecewakan.”

“Iya Pak, kita harus berusaha sebisa mungkin.”

“Untunglah pas hari MInggu sehingga kamu bisa membantu.”

“Untunglah tadi tetangga sebelah juga bisa membantu memasak. Kalau tidak, bapak akan kerepotan, karena harus siap jam delapan pagi.”

“Iya, benar. Ya sudah sekarang istirahat saja. Besok masih harus menyempurnakan sambal goreng jepannya, soalnya nggak bagus kalau dimasak sekarang kemudian besok dipanasi lagi.”

“Iya, sudah Binar siapkan, besok sambil memanasi sudah bisa langsung dimasukkan.”

Binar menatap ayahnya yang berjalan masuk ke kamar, tampak sangat lelah.

“Kasihan bapak. Semoga aku bisa mewujudkan semua cita-cita bapak, agar bapak merasa bahwa jerih payahnya tak sia-sia.”

***

Masih pagi ketika Tegar menjemput pak Trimo. Dan bersyukur karena pak Trimo sudah siap berangkat.

“Tapi nanti mampir ke POM sebentar ya Pak, kemarin disuruh bapak isi bensin, saya lupa.”

“Tidak apa-apa Nak, masih ada waktu.”

Mobil yang membawa makanan di bagasi itu akhirnya berhenti di POM bensih.

Ketika Tegar membuka kaca untuk membayar bahan bakarnya, tiba-tiba dia melihat seorang wanita mengelap kaca pintu mobil. Tegar tidak pernah lupa, itu neneknya. Ia segera turun. Tapi begitu dekat, wanita itu langsung kabur, dan pemilik mobil di belakangnya berteriak agar mobilnya segera dimajukan karena antrean beli bahan bakar ramai sekali.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

52 comments:

  1. Alhamdulillah
    Matur sembah nuwun Mbak Tien
    Salam sehat selalu

    πŸ™πŸ˜

    ReplyDelete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Masih Adakah Makna tayang

    ReplyDelete
  3. πŸ“πŸ‡πŸ“πŸ‡πŸ“πŸ‡πŸ“πŸ‡
    Alhamdulillah πŸ™πŸ¦‹
    eMAaeM_15 sdh tayang.
    Matur nuwun nggih,
    doaku smoga Bu Tien &
    kelg slalu sehat & bahagia.
    Aamiin. Salam seroja. 😍
    πŸ“πŸ‡πŸ“πŸ‡πŸ“πŸ‡πŸ“πŸ‡

    ReplyDelete
  4. Alhamdulilah "Masih Adakah Makna 15 " sudah tayang, maturnuwun bu Tien semoga bu Tien sekeluarga selalu sehat dan dalam lindungan Allah SWT. Salam hangat dan aduhai aduhai bun πŸ™πŸ™πŸŒ·πŸŒ·πŸ©·πŸ©·

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Sri
      Hp sudah oke ?

      Delete
  5. Alhamdulillah cerbung M A M makin mantul karena ROHANA πŸ‘πŸŒ·πŸŒΉπŸ’
    Maturnuwun Bunda semoga selalu sehat wal afiat πŸ€²πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah...
    Matur nuwun bunda Tien.
    Salam sehat selalu saking kota Malang..
    πŸ™πŸ™

    ReplyDelete

  7. Alhamdulillah MASIH ADAKAH MAKNA?~15 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga tetap sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
    ‌Aamiin yra..🀲

    ReplyDelete
  8. Matur nuwun, bu Tien. Sugeng malming . Sehat selalu

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah.
    Syukron nggih Mbak Tien🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  10. Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  11. Alhamdulillah telah tayang MASIH ADAKAH MAKNA(MAM) 15, terima kasih bu Tien, salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete

  12. Alhamdullilah
    Cerbung *masih adakah makna 15* telah. hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat bahagia bersama keluarga
    Aamiin...

    ReplyDelete
  13. Makasih mba Tien.
    Salam hangat selalu aduhai

    ReplyDelete
  14. Maturnuwun Bu Tien sdh tayang. Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah.... Terima kasih Bu Tien, semoga sehst selalu.

    ReplyDelete
  16. Semoga lancar ya Indi, pdkt dengan Azka. Tuh... informasi penting dari si dia harus diperhatikan.
    Rohana berhasil kabur lagi. Biarkan saja, nanti kalau sakit baru tau rasa.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  17. Nah, sudah tahu kan tempat 'mangkal" bu Rohana, di pom bensin itu. Besok2 Tegar bisa nyari ke situ lagi deh...πŸ˜€

    Terima kasih, ibu Tien. Salam sehat.πŸ™

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda
    Semoga sehat walafiat

    ReplyDelete
  19. Hamdallah...cerbung Masih Adakah Makna part 15 telah tayang

    Terima kasih Bunda Tien
    Sehat selalu Bunda, bahagia bersama Amancu di Sala. Selamat berakhir pekan Bunda.

    Weleh...weleh...nenek Rohana yang berpenampilan si Bongkok, bisa datang di mana mana 😁. Kali ini Tegar yang melihat nya, sayang Tegar tdk bisa menangkap nenek Lampir tsb, krn cepat sekali kabur nya. Tegar hrs kembali ke mobil nya, krn kelamaan berhenti di antrian SPBU..😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  20. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien.
    Semoga Bu Tien sehat selalu bersama amancu. Aamiin

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah, mtnw mbakyu sehat selaluπŸ™

    ReplyDelete
  22. Terimakasih bunda Tien,salam sehat selalu dan aduhai selalu

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillaah,matur nuwun Bu Tien, salam sehat wal'afiat ya πŸ€—πŸ₯°

    ReplyDelete

MASIH ADAKAH MAKNA 15

  MASIH ADAKAH MAKNA  15 (Tien Kumalasari)   Indira merasa kesal, sudah diangkat panggilan telpon yang berdering, tapi tak ada suara apapun....