Saturday, August 10, 2024

AKU BENCI AYAHKU 27

 AKU BENCI AYAHKU  27

(Tien Kumalasari)

 

Pak Ratman menutup ponselnya kemudian duduk di kursi kerjanya. Ada kegelisahan meliputi hatinya. Ada sisi di mana dia sudah menemukan rumahnya yang tenang dan penuh kasih sayang, ada sisi di mana kesenangan lain melambai mengundang menimbulkan bimbang.

“Perempuan itu, tiba-tiba sangat menginginkan kedatanganku, apakah aku terlalu menarik baginya? Sepertinya dia perempuan yang gatal dan haus cinta. Bisa dimaklumi sih, dia kan janda. Rasa sepi terkadang membuat pikiran jadi melayang ke mana-mana. Barangkali dia merindukan kehangatan seorang laki-laki. Tapi dia kan cantik? Apa sih susahnya mencari laki-laki yang bersedia menemaninya disaat sepi menghantuinya? Sebenarnya sih, sayang melewatkan kesempatan itu. Tapi kenapa ya, agak berat rasanya memenuhi undangannya? Kedatangan mas Drajat, penampilan istriku yang semakin menarik, membuat semua keinginan melayang begitu saja. Tapi Rohana kan cantik? Ah, kenapa aku masih memikirkannya juga? Tapi kalau aku tidak menemuinya sekarang, dan berterus terang tentang perasaanku yang tak sekalipun menginginkannya, pasti dia akan terus menghubungi aku dengan segala cara. Bisa jadi dia datang dan hal itu akan membuat istriku cemberut meskipun tak berani mengatakan apa-apa. Baiklah, sepulang kantor aku harus menemuinya dan mengingatkannya bahwa ia tak bisa terus menghubungi aku. Dan tentang hutangnya padaku … oo … ya, apakah dia akan minta keringanan tentang hutang itu?”

Pak Ratman menyandarkan bahunya, lalu berpikir tentang hutang Rohana, yang akan dia beri keringanan saja. Boleh mencicil semampunya, tak akan aku paksa dia untuk membayarnya sekaligus lunas.

Ketika ia memencet interkom yang tertuju ke ruang driver, dia mendapat keterangan bahwa Tomy belum datang.

Pak Ratman mengeluh.

“Ke mana anak itu. Pasti ini ulah Kartika. Mengajaknya makan, atau entah apa. Dasar anak nakal,” gerutunya sambil membuka laptopnya.

***

Ternyata Kartika sedang mengatur tata letak perabotan di dalam ruangan rumah yang akan dipakai Tomy.

Tomy sudah kesal, karena sebenarnya dia merasa cukup, tapi si cerewet Kartika masih saja mengatakan yang ini kurang, yang itu kurang. Akhirnya Tomy duduk di teras sambil menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, lalu memejamkan matanya.

Kartika yang sedang melihat-lihat mana yang kurang, merasa kesal mencari-cari Tomy. Ia baru selesai mengatur kamar yang nanti akan dipakai Tomy. Tempat tidur yang tadinya agak jauh dari jendela, sudah ditariknya dekat jendela, agar ketika matahari bersinar, langsung masuk ke arah tempat tidurnya. Tomy membiarkannya. Pokoknya terserah gadis itu, karena kalau di sangkal, Kartika tak mau mendengarnya. Pokoknya harus seperti maunya. Ya ampuun.

“Maaas! Ternyata kamu enak-enak duduk di sini?”

Tomy membuka matanya. Tersenyum melihat tatapan kesal dari gadis itu.

“Sudah selesai?”

“Mengapa malah bertanya?”

“Aku minta, sudah. Cukup semuanya. Aku harus segera kembali ke kantor, nanti pak Ratman marah kalau kelamaan. Bukankah tadi sudah berpesan wanti-wanti agar jangan sampai kelamaan?”

“Iya sih. Baiklah, mampir beli rujak dulu ya.”

“Apa? Nggak usah mampir-mampir, nanti aku kena marah.”

“Tapi hanya beli rujak, nggak akan sampai setengah jam. Dibawa pulang kok. Nggak lama, ya kan?”

“Kamu sedang ngidam?” tanya Tomy sambil mengunci pintu rumah.

“Apa? Jahat kamu ya Mas. Masa aku ngidam? Punya suami saja belum,” cemberut Kartika.

Tomy tertawa sambil menuju ke arah mobil, lalu membukakan pintu untuk Kartika.

“Aku di depan dong, masa sendirian di belakang?”

“Lho, belakang kan untuk seseorang yang terhormat.”

“Hiih, kamu nggemesin ya, lama-lama,” kata Kartika yang tanpa diminta langsung membuka pintu depan, di samping kemudi.

Tomy mengitari mobil dan segera masuk kedalamnya.

“Jangan lupa beli rujak.”

“Katakan saja, nanti di mana aku harus berhenti di tukang rujak.”

“Harusnya aku ingin muter-muter, mumpung lagi istirahat mengerjakan tugas aku.”

“Enak saja, aku nanti kena marah.”

“Iya, aku tahu. Nanti aku pergi sendiri saja."

Tomy tersenyum, dan terus tersenyum setiap kali berdekatan dengan Kartika. Cerewetnya dan terkadang lucu, selalu menampilkan suasana riang di dekatnya.

Tiba-tiba ponsel Tomy berdering.

“Tuh kan, pak Ratman menelpon,” gerutu Tomy sambil mengangkat ponselnya.

“Kamu di mana?” tanya pak Ratman langsung, begitu Tomy membuka ponsel.

“Ini sedang dalam perjalanan mengantarkan mbak Kartika.”

“Lama sekali, mana Kartika?”

Tomy segera mengulurkan ponselnya kepada Kartika.

“Ya Pak.”

“Kartika, kamu jangan macam-macam. Tomy harus segera kembali ke kantor.”

“Iya, ini juga sedang mengantar Kartika pulang, tapi mampir beli rujak dulu ya Pak.”

“Apa? Masih mau mampir juga?”

“Hanya beli rujak, Kartika bawa pulang, bukannya di makan di sana.”

“Pokoknya Tomy harus cepat kembali ke kantor.”

“Iyaaaaa,” jawab Kartika dengan wajah cemberut.

Tomy menerima ponselnya dengan senyum mengejek. Kartika yang kesal memukul lengan Tomy sangat keras.

“Auuwww, sakit, tahu.”

“Rasain.”

Mobil itu melaju menuju ke rumah pak Ratman, setelah mampir membeli dua bungkus rujak seperti keinginan Kartika.

***

Bu Ratman yang sedang di dapur mengawasi pembantunya memasak, terkejut menerima bungkusan rujak.

“Kamu beli rujak?”

“Pengin saja Bu, udara sangat panas. Ibu mau?”

“Kamu pasti suka yang pedas-pedas, ibu nggak mau.”

“Ini nggak pedas Bu, Kartika sudah tahu kalau ibu nggak suka pedas.”

“Ke mana saja kamu tadi, katanya ikut melihat rumah yang akan dipakai Tomy.”

“Hanya merubah sedikit tatanan perabot. Sekarang sudah selesai, dan bagus.”

“Tomy sangat baik, pantas ayahmu memperlakukannya dengan istimewa. Ini tidak seperti ketika ada driver sebelum Tomy.”

“Oh, iya Bu. Pak Timan itu? Dia agak malas, kalau menunggu perintah, sukanya tidur. Bapak sering marah kalau pengin segera pergi, ternyata dia ngorok.”

“Dia sudah agak tua. Biasa orang tua suka ngantuk.”

“Kasihan sebetulnya. Tapi sopir sebelum-sebelumnya juga tidak pernah diperlakukan istimewa, nggak tahu bapak ini, mengapa kepada mas Tomy perlakuannya berbeda. Dia juga menyuruh sarapan bareng kita setiap pagi.”

“Berarti bagi ayahmu, Tomy memang baik dan pantas diperlakukan istimewa. Nggak tahu kenapa.”

“Ibu tanya dong, pada bapak, kenapa … gitu.”

“Ah, itu kan urusan pekerjaan. Ibu tidak suka ikut campur. Mana yang menurut ayahmu baik, ibu menurut saja.”

“Ibu memang istri yang baik, penurut dan sangat penuh cinta kasih. Entah nanti, kalau sudah punya suami, apa Kartika bisa seperti ibu atau tidak.”

“Kalau kamu ingin menjadi baik, belajarlah pada yang baik-baik. Tapi ngomong-ngomong, apa kamu sudah punya pacar?”

Kartika terkekeh.

“Belum ingin Bu. Besok kalau Kartika punya pacar, penginnya yang seperti mas Tomy.”

“Apa? Jangan-jangan kamu suka sama dia.”

“Tidak Bu, dia itu sepertinya duda atau apa, pokoknya nggak punya istri, tapi anaknya ada dua.”

“Masa? Kata siapa?”

“Dia sendiri pernah mengatakannya.”

“Lalu di mana mereka?”

“Nggak tahu. Tampaknya mas Tomy tidak suka menceritakan masalah kehidupannya, Kartika tidak ingin memaksanya bicara. Tapi sejauh ini, menurut Kartika, dia baik.”

“Jangan sampai kamu jatuh cinta kepada orang yang nggak jelas.”

“Nggak jelas bagaimana?”

“Lha itu, kamu sepertinya suka, tapi kamu tidak tahu seperti apa dia itu. Duda, dua anak, apakah istrinya meninggal atau apa? Nggak jelas kan?”

“Iya, benar. Memang tidak dijelaskan dan Kartika tidak mau mendesaknya. Tapi saya akan menuruti kata itu, mencari pacar yang jelas, bukan yang samar-samar seperti hantu.”

Bu Ratman terkekeh. Dia mengatakan hal serius, Kartika menerimanya dengan canda.

***

Ketika Satria mau pulang untuk makan siang, ia berpapasan dengan Tomy.

“Mau makan ke rumah?”

“Nggak bisa Sat, pak Ratman meminta aku menemaninya makan. Sungkan sebenarnya, aku kan hanya sopir. Tapi akhir-akhir ini sikapnya berubah. Setiap pagi mengajak sarapan di rumah, setiap siang makan di restoran. Lalu tadi mendesak aku supaya segera pindah ke rumah yang ditawarkan itu."

“Jangan-jangan kamu akan diambil menantu,” canda Satria.

Tomy terkekeh.

“Mana ada, orang cari menantu laki-laki beranak dua.”

“Dan beristri dua pula.”

Keduanya terkekeh. Tomy menepuk bahu Satria kemudian berlalu. Ia tak ingin pak Ratman terlalu lama menunggu.

“Ah, sudahlah, salam untuk Minar, ya.”

Satria tersenyum. Tentu saja dia tahu mengapa pak Ratman memperlakukan Tomy dengan lebih istimewa. Tomy adalah anak sahabatnya, yang seharusnya diberi kedudukan yang pantas, tapi ayahnya melarang.

Tapi Satria senang. Kehidupan yang sulit, membuat Tomy bangkit. Sekarang Tomy tahu, bahwa uang hanya bisa didapatkan ketika dia berusaha, bukan hanya menadahkan tangan kepada sang ayah yang kaya raya, duduk di kursi pimpinan yang sebenarnya belum pantas dilakukannya kecuali ayahnya membimbingnya.

Satria pulang dengan banyak harapan atas Tomy, yang sebenarnya hanyalah saudara seibu, dan tak pernah akrab sejak awal mereka tumbuh karena hidup di dunia yang berbeda. Nyatanya Satria lebih menemukan kehidupan mapan, sedangkan Tomy harus meraihnya dengan susah payah. Walau begitu, Satria ingin sekali mempersatukan keluarga Tomy yang tercerai berai. Istri, anak, yang bahkan sangat membencinya.

***

Hari itu Minar agak malas masuk ke dapur. Ada bebauan tertentu yang membuatnya sering merasa mual. Yang sangat gurih, yang sangat wangi. Yang aneh, Minar justru lebih suka mencium bau keringat suaminya setelah pulang bekerja. Hal aneh yang sering membuat Satria jadi malas mandi. Habisnya … kalau mandi badannya jadi bau wangi, dan Minar justru menjauhinya.

“Tagihan air akan berkurang nih,” kata Satria setelah selesai makan, dari makanan yang dibelinya di jalan, karena MInar sudah berpesan kalau dia tidak memasak hari itu.

“Kok bisa?”

“Kan aku jarang mandi, kecuali hanya kalau mau masuk kerja.”

Minar tersenyum. Makanan yang dibeli Satria juga tidak disentuhnya. Kelewat gurih, semakin membuatnya mual.

“Tapi kamu tetap harus makan. Anakmu akan ikut kelaparan,” kata Satria sambil mengelus perut sang istri.

“Aku banyak makan buah. Persediaan masih banyak. Jadi jangan khawatir aku akan kelaparan."

“Buah dan sayur.”

“Iya, tapi pelan-pelan. Sementara ini yang banyak buah. Entah kenapa. Kalau dipaksa juga pasti nanti juga keluar semua.”

“Besok jatah periksa ke dokter kan, jangan lupa, aku akan pulang lebih awal, supaya bisa mengantarkan kamu.”

“Asalkan tidak mengganggu, tidak apa-apa.”

“Tidak, demi istri tercintaku, aku akan melakukan apa saja.”

“Terima kasih, Mas.”

Usia kandungan Minar sudah tiga bulan. Harusnya rasa ngidam hampir berakhir, tapi Minar masih sering rewel dalam hal makan. Tapi Satria harus bersabar. Dokter mengatakan bahwa bawaan wanita mengandung berbeda-beda.

“Bagaimana Tomy? Apa dia sudah mau pindah ke rumah yang diberikan pak Ratman?”

“Mungkin sebentar lagi, karena kata Tomy, pak Ratman sudah mendesaknya agar segera pindah. Tomy sih tampaknya masih sungkan, tapi sepertinya pak Ratman sedikit memaksa.”

“Jadi jauh dong, sama rumah Monik?”

“Mereka tampak masih ‘malu-malu’. Tapi semoga saja dengan sikap Tomy yang baik, Monik akan luluh hatinya.”

“Kalau semakin berjauhan, semakin susah dong.”

“Berdekatanpun kalau tidak ingin bertemu kan sama saja.”

“Iya sih, tapi kita doakan saja agar semuanya baik-baik saja.”

***

Belum saatnya jam kerja selesai, tapi pak Ratman sudah memberi tahu Tomy agar dia bersiap-siap. Tomy menjemput ke ruang pak Ratman, untuk membawakan tas kerjanya. Itu selalu dilakukannya, yang membuat pak Ratman semakin menyukainya.

“Tomy, nanti kita tidak langsung pulang.”

“Jadi mampir dulu?”

Sebenarnya Tomy agak heran. Tadi siang pak Ratman sudah memberi tahu, bahwa nanti pulangnya mampir dulu ke sebuah rumah, yang letak alamatnya sama dengan alamat ibunya. Mungkin terpaut beberapa rumah, atau entahlah, yang jelas nama jalannya sama. Tomy berharap tak bertemu dengan ibunya.

Pak Ratman tampak agak kurang senang, tapi dia tak mengatakan apapun. Pak Ratman hanya ingin menemui Rohana, dan mengatakan agar tak lagi menghubunginya. Banyak hal yang membuatnya sadar, bahwa kelakuannya selama ini sangat buruk. Nyatanya tak ada kesenangan yang didapatnya dan kesenangan itu tak  membuatnya bahagia. Tidak. Semuanya hanya kesenangan sesaat. Pesan yang disampaikan pak Drajat memasuki sanubarinya. Dia akan menjalaninya.

“Nomor berapa rumahnya?” tanya Tomy tiba-tiba karena dia sudah menyusuri jalan yang ditunjukkan pak Ratman.

“Sebentar, aku akan menyuruh kamu berhenti kalau sampai, tidak jauh lagi. Yang ada gang didepan itu, nah sebelahnya persis.”

Tomy melonjak terkejut. Itu kan rumah ibunya?

***

Besok lagi ya.

 

71 comments:

  1. Replies
    1. Makasih. Bu Tien. AA Bay 27 telah hadir moga Bu Tien Sehat Sehat selalu.
      Salam Aduhai ..🌹🌹🌹

      Delete
  2. 🌸🪻🌸🪻🌸🪻🌸🪻
    Alhamdulillah 🙏🌹
    AaBeAy_27 sdh tayang.
    Matur nuwun sanget,
    tetep smangats nggih Bu.
    Semoga slalu sehat dan
    bahagia. Aamiin.
    Salam Aduhai 😍🦋
    🌸🪻🌸🪻🌸🪻🌸🪻

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun jeng Sari
      Aduhai deh

      Delete
  3. Matur nuwun mbak Tien-ku Aku Benci Ayahku telah tayang

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah

    ABeAy episode 27..sudah tayang
    Matur nuwun Mbak Tien
    Salam sehat
    Salam ADUHAI..dari Bandung

    🙏🥰🤗🩷🌹🌸

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga sehat walafiat

    ReplyDelete
  7. Ahandullllah .Maturnuwun Bunda.semoga selalu sehat wal afiat 👍💙

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pakk Herry

      Delete
  8. Modling...Tomy ketemu Rohana...

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah ABeAy_27 sudah hadir tepat waktu.
    Jeng Susi Herawati berturut euy .......

    Terima kasih bu Tien
    Semoga bu Tien sehat selalu dan selalu sehat.
    Aamiin

    ReplyDelete
  10. Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  11. Bagaimana reaksi Tomi ketika pak Ratman menemui ibunya? Penasaran banget masih menunggu Senin... Terimakasih bunda Tien, salam sehat selalu, bahagia dan aduhaiii buat bunda Tien.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Komariyah

      Delete
  12. Selamat datang Tomy... dirumah ibumu. Bagaimana ini, Rohana punya utang banyak. Tapi boleh dicicil kok, masalahnya uang dari mana untuk mencicil...
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Latief

      Delete
  13. Weladalah... mak jegagik jebul Tomy marani omah dewe.. Tobin toilet anak kadal.

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah AKU BENCI AYAHKU~27 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
    ‌Aamiin yra..🤲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Djodhi

      Delete
  15. Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  16. Waduh gimanaaaa ya perasaan tomy nanti setlh tahu pak Ratman ada hubungan sama ibunya....tunggu besok lagi yaaaaa....penasaran nih

    Mks bun ...selamat malam

    ReplyDelete

  17. Alhamdullilah
    Cerbung *Aku Benci Ayahku 27* telah. hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat bahagia bersama keluarga
    Aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Wedeye

      Delete
  18. Alhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien, sehat wal'afiat semua ya 🤗🥰💐

    Baru bisa membaca Aku benci ayahku, lg ,,, semakin penasaran
    Apakah Tomy akan kembali ke Monik & sekaligus dg Desy ?

    Apakah Tomy akan memberitahukan kelakuan ibunya, ke pak Ratman ?
    Aduhaiii sungguh aduhai Bu Tien, 😁🤭💖

    ReplyDelete
  19. Makasih mba Tien.
    Salam hangat selalu aduhai

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah, matur nwn bu Tien, semoga sehat selalu 🤲

    ReplyDelete
  21. Wkwk...piawainya ibu Tien memutus cerita di hari Sabtu...jadi penasaran sampai Senin nih.😀

    Terima kasih, ibuu...semoga sehat selalu ya...🙏😘😘

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillahi rabbil'alamiin
    Terima kasih bu tien Abeay 27 telah tayang
    Semoga bu tien sehat² selalu n tetap semangat
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  23. Matur nuwun Bu Tien, tetap sehat njih Ibu...

    ReplyDelete
  24. Hamdallah. cerbung Aku Benci Ayahku -27 telah hadir.

    Terima kasih Bunda Tien,
    Sehat dan bahagia selalu bersama amancu di Sala. Aamiin.

    Pak Ratman di antar Tomy, jadi ke rumah Rohana...waduh..ambyar..nih..tapi gak ambyar sih...
    Pak Ratman sdh sadar krn sdh merasa tua. Justru kedatangan Pak Ratman akan menyadarkan Rohana yang sdh sama sama tua juga. Malu dong sama Tomy, yang seakan akan menangkap basah kelakuan ibu nya yang hebring 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  25. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

MASIH ADAKAH MAKNA 10

  MASIH ADAKAH MAKNA  10 (Tien Kumalasari)   Boy yang hampir sampai ke seberang terpelanting dan tersungkur di jalan, diam tak bergerak. Ind...