Thursday, August 1, 2024

AKU BENCI AYAHKU 19

 AKU BENCI AYAHKU  19

(Tien Kumalasari)

 

Tomy menatap ibunya tak percaya.

“Ibu mengusirku?”

“Kamu tidak bisa mendengar dengan jelas?”

Satria yang mendengarnya sangat kesal. Kepada anaknya sendiri sang ibu tega berbuat kejam, apalagi kepada Minar yang hanya menantu.

Satria bangkit, kemudian melangkah keluar, sambil menarik tangan Tomy.

“Semoga ibu tak pernah menyesali semua ini,” kata Tomy sambil melangkah pergi, mengikuti Satria.

“Ya, lebih baik kamu pergi, dari pada membuat malu dan membebani hidupku. Ingat. Kamu anak yang telah dibuang oleh ayahmu, dan sekarang aku juga membuangmu!” teriak Rohana.

Ia masih berteriak-teriak, meskipun Satria dan Tomy telah lenyap dari hadapannya.

“Mengapa semuanya menyiksaku? Hidupku yang semula tenang, senang dan bisa membuatku bersenang-senang, sekarang telah lenyap semuanya. Ini gara-gara perempuan itu. Dia yang membuat sial bagi keluargaku. Ya, sejak Satria berhubungan dengannya, semuanya serba tidak menyenangkan. Ada-ada saja kejadian yang membuat aku kecewa. Monik pergi, lalu Tomy yang diusir oleh ayahnya, kemudian membawa perempuan lain ke rumah ini, lalu ternyata dia juga minggat, lalu Tomy yang tadinya malas kemudian bisa bekerja. Pekerjaan yang memalukan, rendahan, bahkan dia berani menentangku. Luar biasa, ayah yang tadinya sangat menyayangi dan memanjakannya, tiba-tiba tega mengusirnya, bahkan tidak terusik ketika mendengar anaknya bekerja sebagai sopir. Aku pasti tidak salah dengar, ketika dia mengatakan bahwa walau menjadi penyapu jalanan, dia akan mensyukurinya. Dia tidak waras. Semuanya tidak waraaaass!!”

Rohana bangkit kemudian mengobrak abrik isi rumahnya. Gelas, vas bunga cantik, pot yang harganya selangit, berantakan berserakan di lantai. Ia menangis menggerung-gerung, masuk ke dalam kamar dan mengobrak-abrik isinya, kemudian ia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, dengan tak berhenti meraung-raung.

***

 Tomy diam membisu di dalam mobil yang dikemudikan Satria menuju rumah sakit. Tiba-tiba ia meminta agar Satria menghentikan mobilnya.

“Kamu mau ke mana?”

“Entahlah, aku juga belum tahu.”

“Ikutlah bersamaku. Dirumah, kamu bisa menenangkan diri. Tapi aku mau ke rumah sakit dulu. Sudah lama aku meninggalkan Minar sendirian. Setelah itu aku antarkan kamu ke rumahku, istirahatlah di sana.”

“Tidak, aku mau turun dulu di sini. Dirumahmu akan sepi, aku lebih suka keramaian. Dengan itu aku baru bisa menenangkan diri.”

Tomy ini aneh, menenangkan diri di tempat ramai? Walau begitu Satria menghentikan mobilnya, membiarkan Tomy turun.

“Datanglah ke rumah, kalau kamu membutuhkan sesuatu,” pesannya sebelum Tomy menutupkan pintunya.

Tomy hanya mengangguk, kemudian melangkah pelan menyusuri jalanan yang mulai dirambah kegelapan malam, tapi lampu jalanan dan kendaraan yang lewat, menghiasi kegelapan itu.

Ia merasa sendirian. Ia merasa dunianya sudah runtuh. Kakinya terus melangkah, tak peduli rasa penat mulai menggerayangi raganya. Ia juga belum mandi karena ia baru pulang dari bekerja, lalu ibunya mengusirnya.

Tomy yang biasanya selalu menjaga kebersihan dan kerapian penampilannya, tak peduli pada pakaiannya yang kusut, bahkan tubuhnya yang lengket dan bau keringat yang pasti menebarkan aroma tak sedap.

Langkahnya melewati sebuah bar yang masih sepi karena hari terhitung masih sore. Tomy teringat pada kesukaannya pada waktu dulu. Minum-minum akan membuatnya merasa tenang. Ia hampir masuk ke dalam bar itu, ketika tiba-tiba seorang wanita menabraknya.

“Oh, maaf,” kata wanita itu yang tidak melihat jalan, karena sedang memperingatkan anak kecil yang digandengnya, agar tidak berjalan sendiri.

Tomy berhenti melangkah, menatapnya tak berkedip.

“Monik!”

Wanita yang memang Monik itu terkejut. Boy yang sedang digandengnya juga terkejut.

“Monik!!”

Melihat bahwa yang ditabrak adalah Tomy, Monik mempercepat langkahnya menjauh.

“Monik!!” Tomy berteriak, lalu mengejar. Ia berhasil memegang lengan Monik.

“Lepaskan.”

Monik mengibaskan tangannya.

Boy yang sudah menanam rasa tidak suka kepada ayahnya, kemudian menarik tangan ibunya yang satu lagi.

“Jangan ganggu ibuku!” Boy berteriak.

Monik berhasil melepaskan pegangan Tomy, tapi Tomy mengejarnya.

“Jangan ganggu ibuku!” lagi-lagi Boy berteriak.

“Boy!” Tomy mengejar sambil memanggil nama Boy.

“Jangan mengejar,  aku benci bapak!”

Ketika jalanan agak sepi, Monik menyeberang jalan. Tomy ingin mengejar, tapi tiba-tiba sebuah mobil melintas. Tomy berhenti tiba-tiba dan jatuh karena kehilangan keseimbangan.

Ketika dia bangkit. Monik sudah tak lagi kelihatan bayangannya, ditelan keramaian orang yang mulai ramai berlalu lalang.

Tomy memegangi kepalanya yang mendadak terasa pusing. Ia melupakan niatnya memasuki bar untuk minum-minum, lalu duduk di tangga sebuah toko yang sudah tutup.

Rasa sedih kemudian menyerangnya.

“Bahkan anakku mengatakan bahwa dia membenciku," gumamnya pilu.

Tomy kemudian bertanya-tanya, di mana sebenarnya Monik tinggal? Tampaknya masih di Jakarta.

“Di mana kamu, Monik? Aku mau minta maaf,” bisiknya lirih.

Dosa demi dosa yang pernah dilakukannya melintasi benaknya. Kegemarannya berfoya-foya, kelakuannya yang tidak terkendali, sekolah yang tidak jadi, menodai perempuan yang baru ditemuinya, lalu menindasnya ketika dia dipaksa menikahinya. Itu karena dia lebih peduli pada Desy yang katanya benar-benar dicintainya. Tapi benarkah dia cinta? Kalau cinta, mengapa dia tak peduli ketika Desy pergi?  Di mana pula sekarang Desy berada? Karena Desy pula kemudian dia diusir oleh ayahnya. Hidupnya menjadi terombang-ambing seperti orang kehilangan pegangan.

Tomy juga tak peduli ketika anaknya harus ditinggalkannya.

Apakah Tomy tak memiliki cinta?

Teriakan Boy kemudian menjadi sangat melukainya. ‘aku benci ayahku’…

Diam-diam air mata meleleh di pipi Tomy, yang kemudian diusapnya dengan ujung lengan bajunya.

Lalu terbayang wajah Satria, saudara seibu yang sejak kecil tak pernah akrab dengan dirinya, kemudian menjadi penolongnya. Lalu ia menyadari betapa baik hati Satria. Bahkan Satria sangat memperhatikan ketika dirinya diusir oleh ibunya.

“Ia kakak yang baik, yang aku selalu meremehkannya, menganggapnya kampungan, udik, karena mobilnya yang sederhana, tidak mengikuti trend anak-anak muda yang selalu bersaing ingin memiliki yang lebih mewah dan baru.”

Tomy kembali mengusap air matanya yang mengalir tanpa bisa ditahannya.

“Dan kesederhanaan Satria ternyata membawa ketenangan dalam hidupnya, berbahagia bersama istrinya yang oleh ibu juga direndahkannya.”

Tomy berdiri, merasa dirinya tak berguna, tak berharga. Bukan karena pekerjaannya yang berkali-kali oleh ibunya dianggap rendah dan memalukan, tapi karena tak ada sesuatu yang bisa dihasilkan dalam hidup ini kecuali kekecewaan orang-orang yang ditimbulkan oleh kelakuannya.

Ia melangkah lagi, karena merasa sedikit risih. Beberapa orang lewat menatapnya yang duduk sendirian sambil sesekali mengusap air matanya.

Tomy melangkah lagi, tapi kakinya benar-benar merasa lemas.

Ia terkejut ketika seseorang menepuk lengannya.

“Mas Tomy!!”

Tomy terkejut. Ia benar-benar limbung, sehingga yang memegangi lengannya harus mencengkeram lebih kuat. Tapi tangan itu begitu kecil, sehingga keduanya kemudian terjatuh bersama-sama.

“Maaf,” lemah kata Tomy. Ia belum melihat siapa yang jatuh bersamanya, kemudian bangkit lebih dulu, lalu menarik tangannya, mengajaknya berdiri.

“Mas Tomy.”

Tomy mengenal suara itu.

“Kartika?”

Gadis itu bernama Kartika. Ia anak bos perusahaan, di mana Tomy menjadi driver kantor untuk ayah Kartika.

“Mas Tomy ngapain? Lemes sekali.”

Kartika hanya sendiri. Ia mengajak Tomy memasuki sebuah restoran yang ada di dekat mereka, karena tak ada tempat duduk untuk saling berbicara, mengingat keadaan Tomy yang sepertinya sangat lemas.

“Duduklah.”

Tomy duduk, menatap ke sekeliling ruangan.

“Ini rumah makan?”

“Aku sedang ingin makan, kebetulan bertemu mas Tomy. Temani aku ya?”

Tomy baru sadar, bahwa diapun sedang kelaparan. Sejak siang hari dia belum makan. Ketika pulang ke rumah ibunya, ia berharap bisa makan untuk mengobati rasa laparnya. Tapi malah diusir.

“Mas Tomy makan ya?”

Tomy mengangguk malu.

“Mau makan apa?”

“Terserah kamu saja. Tapi nanti yang bayar aku ya.”

“Ee, nggak bisa dong, yang ngajak aku, yang bayar harus aku,” kata Kartika sambil memesan makan dan minum untuk mereka.

“Mana pantas, cowok dibayarin cewek?”

“Siapa bilang nggak pantas? Duit-duit kita sendiri.”

Entah mengapa, Tomy merasa lebih tenang. Barangkali perutnya sudah tahu kalau sebentar lagi akan terisi, atau barangkali karena senyuman anak majikannya itu yang menumbuhkan kekuatan baru baginya.

“Mas Tomy tadi kenapa? Aku memperhatikan sejak lama lhoh.”

“Apa?” Tomy terkejut. Jadi gadis itu juga tahu ketika dirinya meneteskan air mata?

“Mm … itu … badanku agak sedikit kurang enak.”

“Mas Tomy jangan cengeng dong. Kalau sakit, pulang, minum obat, istirahat. Bukannya menangis,” kata Kartika enteng.

“Apa?”

Tuh kan, Kartika melihat dirinya menangis? Memalukan.

“Aku … hanya agak pilek, jadi … kelihatan seperti menangis.

“Oh, pilek ya, tahu begitu tadi aku nggak pesen es buah. Diganti yang panas ya?”

“Eh, jangan. Biar saja es buah.”

“Katanya pilek.”

“Sudah agak berkurang,” jawab Tomy sekenanya.

“Mas Tomy belum pulang dari bekerja, tadi?”

“Apa?” Tomy kewalahan menghadapi gadis yang ceplas ceplos itu. Pasti melihat baju yang dipakai masih seragam kerja, ditambah lagi pasti tubuhnya bau asem.

“Tuh, bajunya masih seragam kerja.”

Kali ini Tomy mana bisa mengelak?

“Memang belum sempat pulang.”

“Kenapa nggak memilih pulang dulu, mandi, ganti baju, baru jalan-jalan.”

Enak saja gadis ini, dikiranya dirinya sedang jalan-jalan. Kartika mana tahu apa yang terjadi pada hidupnya? Tapi kemudian ia mencari-cari jawaban yang lebih tepat.

“Itu … ehem … bau ya? Aku memang belum mandi.”

“Tuh kan. Tapi bukan karena bau kok. Baju seragam kerja itu … “

“Aku tadi pulang, tapi rumah terkunci, lalu aku keluar lagi, dan belum pulang sampai sekarang.”

“O, istri mas Tomy pergi dan mas nggak bisa masuk rumah?”

“Bukan istri. Ibuku,” Tomy meralatnya.

“O, ibu?”

“Kasihan, jadi nggak bisa mandi dan ganti baju, trus belum makan … “

Lama-lama Tomy terbawa atas celotehan gadis manis yang sekarang duduk didepannya, lalu mengatur pesanan yang sudah datang. Mana untuk Tomy dan mana untuk dirinya.

 Tomy kesal dan sedikit malu. Kenapa sih, gadis itu bisa menebak semuanya? Juga bisa melihat apa yang dilakukannya?

“Ayo mas, diminum dan di makan, yang ada esnya sedikit saja, kan lagi pilek,” kata Kartika sambil mengaduk es buahnya.

Tomy tersenyum tipis. Gadis yang hanya ketemu sekali-sekali dengan dirinya, bisa bersikap begitu akrab dengan dirinya. Memang ia hanya melihat dan menyapa gadis itu, ketika sedang menjemput dan mengantarkan pak Lukman, ayah gadis yang menjadi majikannya.

“Dimakan Mas, kenapa hanya dilihat saja?”

Tomy lagi-lagi tersenyum. Ia memang lapar, dan nasi rames yang dipesan Kartika sungguh menggugah selera.

“Kartika mau ke mana? Kenapa jalan sendiri?”

“Aku sedang mencari buku untuk bahan skripsi. Lalu tiba-tiba melihat mas Tomy.”

“Sendirian?”

“Memangnya kenapa? Aku biasa kemana-mana sendirian.”

“Kalau diculik orang bagaimana? Banyak lho, penculik gadis-gadis cantik,” Tomy sudah bisa bercanda.

“Nggak apa-apa, kalau penculiknya cakep,” Kartika balas bercanda.

Lalu keduanya terkekeh.

“Kalau yang nyulik mas Tomy aku juga mau kok.”

Tomy terkejut, membuatnya tersedak lalu terbatuk-batuk.

“Eh, Mas, pelan-pelan dong. Aku kan hanya bercanda.”

Bercandanya keterlaluan, tahu. Kata batin Tomy. Masa aku menculik dia? Apa aku sudah kerasukan setan mata keranjang? Lalu Tomy geli sendiri, dan tersenyum sambil melanjutkan menyendok makanannya.

***

Kartika mengantarkan Tomy ke rumah Rohana, karena setahu Kartika, disitulah alamat Tomy yang diketahuinya. Tomy tidak membantahnya, karena tak ingin bercerita tentang kehidupannya. Tapi begitu Kartika berlalu, Tomy membalikkan tubuhnya, urung melangkah ke halaman.

Ia bingung mau pergi ke mana. LKalau menuruti saran Satria, ia diminta tinggal di rumahnya saja, tapi Tomy enggan melakukannya. Di rumah ibunya saja dia dianggap membebani, apalagi nanti kalau ia tinggal di rumah Satria.

Sebaik apapun Satria, apa yang dialami di rumah ibunya, memberinya pelajaran bahwa merepotkan orang akan membuat orang itu menggerutu. Tomy yang bertubi-tubi1¹ mengalami kejadian meny

aakitkan, membuat ia semakin menjadi dewasa, dan ia belajar dari itu semua.

Perlahan ia menjauh sebelum ibunya keluar dari dalam rumah dan memarahinya lagi. Tapi baru beberapa langkah dia berjalan, dilihatnya sebuah mobil memasuki halaman. Mobil yang asing dan belum pernah dilihatnya. Tomy menghentikan langkahnya, dari balik sebuah pohon besar yang ada di pinggir jalan itu, ia melihat dua orang laki-laki turun dari dalam mobil.

***

Besok lagi ya.


 

 

59 comments:

  1. Alhamdulillah *Aku Benci Ayahku*

    episode 19 tayang

    Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
    Salam hangat dari Jogja
    Ttp semangat dan tmbh ADUHAI ADUHAI ADUHAI

    ReplyDelete
  2. 🍓🍃🍓🍃🍓🍃🍓🍃
    Alhamdulillah 🙏💐
    AaBeAy_19 sdh tayang.
    Matur nuwun sanget,
    tetep smangats nggih Bu.
    Semoga slalu sehat dan
    bahagia. Aamiin.
    Salam Aduhai 😍💝
    🍓🍃🍓🍃🍓🍃🍓🍃

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun jeng Sari

      Delete
  3. Matur nuwun mbak Tien-ku Aku Benci Ayahku telah tayang

    ReplyDelete
  4. Matur nuwun mbak Tien

    Salam sehat dari Purwodadi Grobogan

    ReplyDelete
  5. Terima kasih, bu Tien cantiik... salam sehat selalu, yaa💕

    ReplyDelete
  6. Mari mbak Iin bu Tien sama2 kita doakan selalu sehat salam pctk.
    ....

    ReplyDelete
  7. Maturnuwun bu Tien salam sehat dan aduhai ...

    ReplyDelete
  8. Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  9. Alhamdulillah AKU BENCI AYAHKU~19 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
    ‌Aamiin yra..🤲

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah 👍🌷
    Maturnuwun Bunda semoga selalu sehat wal afiat 🤲🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Herry

      Delete
  11. Rohana didatangi 2 orang laki
    Jangan jangan nagih utang , matur nuwun jeng Tien salam sehat

    ReplyDelete
  12. Wow mungkin pacarnya rohana, hehehe nebak kale
    Makasih bunda

    ReplyDelete

  13. Alhamdullilah
    Cerbung *Aku Benci Ayahku 19* telah. hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat bahagia bersama keluarga
    Aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Wedeye

      Delete
  14. Waduh siapa gerangan dua orang laki" yg turun dari mobil ya ...tunggu besok lagi aaah

    Mks bun ABA 19 nya....selamat malam....smg sehat" selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun ibu Supriyati

      Delete
  15. Alhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien, sehat wal'afiat ya,,🤗🥰💐

    Oh senangnya Tomy bisa berubah,.
    Tp siapa laki laki yg datang, smg Satria ya

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah.
    Syukron nggih Mbak Tien ... Sehat selalu Aamiin🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun jeng Susi

      Delete
  17. Hamdallah. cerbung Aku Benci Ayahku -19 telah hadir.

    Terima kasih Bunda Tien
    Sehat dan bahagia selalu bersama amancu di Sala. Aamiin

    Mantab...pelan tapi pasti, Tomy mulai menyadari diri nya, menyesali diri nya yang selalu berbuat salah dan dosa kpd anak dan istri nya ☺️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  18. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  19. Wah Tomy tampaknya menarik dimata Kartika. Tapi apa Tomy berani mendekati anak bosnya.
    Siapa ya yang mendatangi Rohana... Kalau melihat bintangnya baru suram mungkin membawa berita yang kurang baik.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  20. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
    Matur nuwun pak Latief

    ReplyDelete
  21. Makasih mba Tien.
    Salam hangat selalu aduhai

    ReplyDelete
  22. Terimakasih bunda Tien,salam sehat selalu dan aduhai

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillahi rabbil'alamiin
    Terima kasih bu tien abeay telah tayang dgn lancar
    Semoga bu tien sehat² selalu n tetap semangat

    ReplyDelete
  24. Matur nwn bu Tien, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  25. Siapakah yang datang?
    Debt colector kah?...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  26. Matur nuwun Bu Tien, tetap sehat njih Ibu....

    ReplyDelete

  27. Alhamdullilah
    Cerbung *Aku Benci Ayahku 20* telah. hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat bahagia bersama keluarga
    Aamiin...

    ReplyDelete

MASIH ADAKAH MAKNA 11

  MASIH ADAKAH MAKNA  11 (Tien Kumalasari)   Binari tertegun. Di depannya, berdiri sosok wanita tua yang beberapa kali datang ke rumahnya. I...