AKU BENCI AYAHKU 11
(Tien Kumalasari)
Monik terpaku di tempatnya, menatap Desy tak berkedip. Desy juga sangat terkejut, bagaimana dia bisa kelepasan bicara. Memang sih, wajah Boy adalah wajah Tomy di waktu kecil. Bak pinang dibelah dua, jadi spontan saja dia mengatakannya.
“Desy … jawab aku. Kamu kenal Tomy?”
“Ibu, aku boleh pesan es krimnya bukan?” tiba-tiba Boy yang tak mengerti ada masalah tentang ucapan Desy, tak sabar ingin segera mendapatkan es krim.
“Baiklah, ini ada daftar menunya, ada gambar-gambarnya, kamu mau yang mana silakan memilih,” kata Monik sambil memberikan buku menu ke hadapan Boy.
Lalu ia kembali menatap Desy.
Desy tampak agak gugup karena kelepasan bicaranya, tapi sebenarnya dia memang ingin berterus terang tentang siapa dirinya di hadapan Monik.
Hanya saja tadinya dia ingin mengatakannya dengan berhati-hati, jangan sampai mengejutkan Monik. Tapi apa daya, dia sudah terlanjur bicara.
“Ibu, aku mau ini, yang ada pisangnya, Boy suka pisang. Kata bu Lany, pisang itu sehat.”
“Oh, iya … baiklah ini ya, Desy kamu mau yang mana?”
“Sama saja, aku sembarang rasa tetap suka.”
“Baiklah, pesan yang sama dengan Boy saja ya,” katanya sambil melambaikan tangan ke arah pelayan, dan memesan es krim untuk mereka.
“Jawab aku, Desy,” lanjut Monik yang sangat penasaran.
“Monik, sebelumnya maafkanlah aku. Aku ingin bertemu dan berbicara denganmu, adalah tentang hubungan kita dengan Tomy.”
“Ibu, Boy ingat, ini kan tante yang dulu pernah ketemu Boy di rumah ayahku?” tiba-tiba Boy berteriak.
Desy terkejut. Lalu ia juga ingat, ketika keadaan memaksanya harus datang ke rumah Tomy, dan waktu itu dia sedang mengandung anak ke duanya. Ia heran, Boy masih mengingatnya.
“Waktu itu perut tante besar kan?” Boy masih berceloteh.
“Iya, tante ingat, ketika pagi-pagi datang, ketemu Boy.”
“Kamu pernah datang ke rumah Tomy? Ketemu Boy? Waktu itu perut kamu besar? Boy yang mengatakan itu saat kamu datang. Ketika aku keluar, aku tak lagi melihat kamu,” kata Monik yang kemudian juga ingat tentang tamu pagi hari, saat Tomy sedang sarapan, dan Boy yang menemuinya di luar.
“Monik, maafkan aku. Ada cerita panjang yang kamu harus tahu,” katanya sambil melirik ke arah Boy. Rupanya Desy tidak ingin Boy mendengar apa yang akan dikatakannya.
“Boy, ada meja dan kursi bagus, itu untuk anak-anak. Maukah kamu nanti makan es krim di sana?”
“Di mana?”
“Itu, di ujung itu, nggak jauh dari sini.”
“O, meja yang warna biru, ada gambar-gambar lucu? Aku mau, aku mau.”
“Baik, duduklah di sana sambil makan es krim kamu ya.”
Tanpa di suruh dua kali, Boy berlari ke arah yang ditunjuk Desy, lalu duduk di sana sambil tersenyum-senyum.
“Anakmu menggemaskan. Tampaknya dia pintar,” kata Desy.
Ketika pelayan datang menghidangkan pesanan, Monik menyuruh mengantarkan yang satu porsi ke meja, di mana Boy sedang menunggu.
“Maaf Monik, barangkali Boy belum saatnya mengerti. Jadi biarkan dia tidak usah mendengarnya saat ini.”
Monik mengangguk. Ia sedang menduga-duga, apa yang akan dikatakan Desy. Ia mencecap sesendok es krimnya, demikian juga Desy. Tapi Desy tampak tidak sedang menikmati lezatnya es krim yang dipesannya. Agak grogy Desy ketika ingin berterus terang.
“Apa yang ingin kamu katakan?” desak Monik karena Desy tidak segera bicara.
Desy menghela napas panjang.
“Monik, maafkanlah aku. Sebenarnya aku tidak mengira akan bertemu kamu, orang yang sedang melarikan diri dari suami kamu.”
Monik mengangkat wajahnya. Desy banyak mengetahui tentang dirinya. Desy pernah datang dengan perut besar ke rumah Tomy, lalu Desy meminta maaf kepadanya. Monik hampir bisa menangkap sinyal-sinyal yang tersirat dari ingatannya dan ucapan Desy.
“Sesungguhnya aku adalah istri siri Tomy.”
Monik tidak begitu terkejut. Dia sudah menangkap sebagian besar apa yang akan dikatakan Desy. Istri siri. Baguslah. Tapi Monik tidak merasa terluka. Haruskah ada rasa sakit ketika diselingkuhi oleh suami yang memang tidak dicintainya?
“Maafkan aku, Monik.”
“Aku sudah menduga, Tomy punya wanita lain. Tapi kamu tidak usah minta maaf. Tak ada yang harus aku tangisi apabila Tomy memiliki perempuan lain. Kami tidak pernah saling mencintai. Aku mengandung anaknya karena sebuah kecelakaan. Jadi kami menikah terpaksa. Aku bersyukur kalau kamu menjadi seorang istri yang dicintai suami.”
“Tadinya aku tidak tahu kalau Tomy sudah beristri. Dia menyukai aku ketika aku bekerja di sebuah bar, dan ketika dia sering minum dan mabuk di sana. Kami berkenalan, lalu Tomy menghentikan kegemarannya main-main di bar. Dia menyukai aku, lalu dia menikahi aku secara siri. Ketika itulah dia berterus terang bahwa sudah punya istri yang katanya tidak pernah dicintai.
“Kamu punya anak dua?”
“Satu. Yang terakhir, anakku meninggal dalam kandungan, ketika aku terjatuh di kamar mandi.”
“Jadi anak kamu ada di sini?”
“Anakku perempuan, namanya Indira. Tapi dia tidak bersama kami.”
“Di mana?”
Lalu Desy mengatakan semuanya, sampai kemudian ayah Tomy mengusirnya, dan dia hidup teraniaya di rumah mertuanya.
“Kamu tinggal di rumah bu Rohana?”
“Tinggal di sana. Kalau kamu menantu yang di sayang, aku menantu yang dianiaya. Disuruh bekerja mencari uang, dan di rumah dijadikan pembantu.”
“Apa Tomy diam saja?” tanya Monik yang enggan menyebutnya sebagai mas Tomy lagi.
“Tomy bisa apa? Dia pengangguran, malas, nggak mau bekerja. Aku sudah sangat lelah. Aku mau pergi saja.”
“Tapi kan Tomy sangat mencintai kamu?”
“Makan tuh cinta. Cinta kalau nggak makan lalu cinta yang bagaimana? Aku yang disuruh mencari uang. Dia hanya bilang akan mencari … akan mencari … pokoknya aku lelah. Aku tidak tahu harus ke mana. Pulang ke rumah orang tuaku, mereka juga bukan orang kaya. Dulu ketika Tomy masih bekerja bersama ayahnya, Tomy membantu keluarga aku. Sekarang, Tomy sendiri sudah terusir. Tidak tahu apa yang harus dilakukan.”
“Kamu tidak merindukan anakmu?”
“Rindu sih. Tapi aku harus bagaimana? Mana mungkin kakeknya mau memberikan Indira kepadaku. Lagi pula dengan apa aku harus menghidupinya, sementara ayahnya sama sekali tidak mau bekerja. Aku katakan tidak mau bekerja, karena dia memang tidak mau berusaha. Apa ada, orang tiba-tiba datang dan memberikan pekerjaan? Bukankah yang ingin bekerja itu yang harus mencarinya? Tapi Tomy sama sekali tidak melakukannya.”
Monik tak bisa mengatakan apapun. Ia begitu kaget ketika tahu bahwa Desy adalah istri Tomy. Hal yang tak pernah diduganya, sementara Desy sejak awal sudah tahu siapa dirinya.
“Sekarang kamu tahu, mengapa aku ingin bertemu secara pribadi sama kamu, karena ini masalah yang sangat sensitif. Tentang suami, dan tentang wanita yang merebut suami kamu, karena itulah aku selalu merasa bersalah. Maafkan aku, ya.”
“Kamu tidak perlu minta maaf. Walau status kami dulu adalah suami istri, tapi kami tidak pernah saling mencintai. Jadi aku tidak terluka mengetahui bahwa ketika aku menjadi istrinya, suami aku mengadakan hubungan dengan wanita lain. Yang membuat aku terluka ialah bahwa dia selalu menyakiti aku dengan ucapan-ucapan yang terkadang tidak manusiawi. Sangat kejam dan melukai. Karena itu pula maka Boy tidak menyukai ayahnya. Karena itu pula kami memilih pergi.”
“Bukankah ayah Tomy sangat menyukai kamu?”
“Karena aku menantunya yang sah.”
“Kamu bisa dong meminta perlindungan pada ayah mertua kamu.”
“Tidak mungkin. Ayah mertuaku pasti akan menyuruh agar kami tetap bersatu. Justru aku menyarankan kamu, kalau memang kamu ingin pergi, sebaiknya kamu pergi kepada ayah Tomy, dengan begitu kamu bisa selalu berdekatan dengan anakmu, dan bisa merawatnya.”
“Dia sangat membenci aku, yang dianggapnya telah merusak rumah tangga kamu. Memang sih, itu benar. Dulu aku tergiur iming-iming Tomy yang katanya akan menjadikan aku istri sahnya. Tapi sampai sekarang hal itu tidak terjadi. Aku adalah sapi perah di keluarga ibu Rohana. Bukan karena aku enggan disuruh-suruh, tapi lebih dari kalau aku mengingat kelakuan Tomy yang tidak mau bekerja.”
“Baiklah, aku mengerti. Sekarang endapkan dulu pikiran kamu, lalu kamu tentukan jalan mana yang terbaik untuk hidupmu.”
Desy mengangguk, lalu ia menggenggam tangan Monik erat.
“Aku merasa lega, kamu tidak membenciku.”
“Tidak ada alasan untuk membenci kamu.”
“Sekarang aku kecewa, setelah mengerti bagaimana sifat Tomy sebenarnya. Aku hanya tergiur wajah tampannya, dan uang yang diberikannya.”
“Ibu, es krimku sudah habis,” tiba-tiba Boy berteriak.
Monik dan Desy menoleh. Mereka kemudian sadar, bahwa mereka baru menikmati beberapa sendok es krim yang dipesannya, dan selebihnya telah mencair.
“Ah, sudahlah. Aku sudah merasa lega setelah berterus terang sama kamu. Kasihan Boy, apakah sebaiknya kita pulang?” kata Desy.
“Iya, ini sudah malam juga. Ayuk memanggil ojol.”
Mereka berpisah dan Desy merasa lega. Tak ada kebencian di hati Monik.
Tapi ketika mereka keluar dari warung es krim, dilihatnya seseorang keluar dari dalam mobil. Keduanya terkejut, karena melihat Tomy.
Tomy juga terkejut. Tak mengira Desy ternyata ketemuan dengan Monik. Tomy memang mengikuti Desy, yang tak biasanya pamit pergi ketemuan dengan teman. Ia juga tahu ketika Desy masuk ke dalam warung es krim. Banyak pembeli yang masuk, sehingga Tomy tak begitu memperhatikan siapa yang sedang bersama Desy. Ketika ia melongok ke dalam, Boy sudah duduk di kursi yang berbeda, dan Monik duduk menghadap ke dalam, jadi Tomy hanya melihat punggungnya saja. Karena ia yakin bahwa teman Desy memang seorang perempuan, Tomy kembali masuk ke dalam mobil. Ia sangat terkejut ketika Desy keluar, dan melihat yang bersamanya adalah Monik. Ia juga melihat Boy, yang menatapnya acuh tak acuh.
“Tomy menjemput kamu,” bisik Monik yang kemudian menggandeng Boy untuk menjauh. Ia tak mungkin lagi bersembunyi, dan ia juga merasa, tak ada gunanya lagi bersembunyi. Tomy tidak akan mencarinya.
Monik mengambil ponselnya untuk memanggil ojol, tapi kemudian Tomy berteriak memanggilnya.
“Monik!!”
“Ibu, itu bapak memanggil ibu.”
“Apa kamu ingin ketemu ayahmu?”
Boy menggeleng keras.
Langkah kaki Tomy semakin mendekat.
“Boy.”
Boy hanya menatap ayahnya tak berkedip. Tak ada rasa senang ketika melihat ayahnya mendekat.
“Apa Bapak ingin mengajak Boy pulang?” itu yang diucapkan Boy ketika ayahnya sudah ada di dekatnya.
“Kamu ada di Jakarta?” tanya Tomy.
“Bukan urusan kamu,” kata Monik ketus, lalu menggandeng Boy untuk menjauh.
“Jangan merasa sok bisa melakukan apa saja. Aku akan menceraikan kamu,” kata Tomy.
“Lakukan saja, aku juga akan menggugat cerai secara hukum. Jangan pedulikan aku.”
Ojol yang dipanggil sudah datang. Monik segera mengangkat anaknya agar duduk di bocengan depan, lalu dia duduk di belakangnya. Ia memerintahkan ojol agar segera pergi. Boy juga tak menoleh lagi kepada sang ayah.
Tomy mengumpat dengan kesal. Ia kembali ke mobilnya, Desy sudah ada di sana, menunggu dengan wajah muram.
“Di mana kamu mengenal dia? Bagaimana bisa bertemu, dan apa yang sudah kamu bicarakan?”
“Bukan urusan kamu.”
“Di mana kamu bertemu?”
“Tidak akan aku katakan.”
“Jangan membuatku marah.”
“Marah saja. Aku tidak takut.”
“Masuk!” perintahnya kepada Desy sambil membuka pintu mobil.
Desy terpaksa menurut. Hari sudah malam, dan dia tak ingin bertengkar di jalanan.
Di dalam mobil mereka membisu. Tomy kesal pada sikap Monik, ditambah sikap Desy yang ketus pula. Mereka bahkan tidak bicara sampai mereka tidur dan terbangun pada keesokan harinya.
***
Acara wisuda sudah berlangsung. Satria tiba tepat sebelum acara dimulai. Tapi ia kemudian bisa bertemu Sutar dan Kirani, yang duduk berdampingan di deretan depan.
Sutar dan Kirani menyalaminya. Mereka dalam luapan bahagia ketika acara demi acara berlangsung.
Sutar tak bisa menahan derai air matanya, ketika melihat buah hatinya mengenakan toga dan menerima tanda kelulusannya di panggung. Adalah hal yang tidak diduganya, ketika ia bisa menikmati pencapaian yang sangat membahagiakan itu dalam hidupnya. Berangkat dengan kemiskinan yang membuat rumah tangganya berakhir, lalu pertolongan demi pertolongan datang mengangkat derajat kehidupannya, dan inilah puncak dari kebahagiaan dalam hidupnya.
Kirani yang kelihatan sama terharunya, mengulurkan tissue ke tangan Sutar. Sutar yang sedikit tersipu, menerima tissue itu dengan senyuman, walau ada tetesan air mata membasahi pipinya.
Minar sudah turun dari panggung, melangkah mendekati ayahnya, dan melihat ketika Kirani mengusapkan sisa air mata di pipi ayahnya dengan tissie. Mata Minar berbinar, begitu dekatnya mereka. Apakah itu sebuah pertanda akan terwujudnya harapannya?
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah.....
ReplyDeleteABeAy_11 sdh tayang...
Terimakasih bu Tien....
Sami2 mas Kakek
DeleteSuwun mb Tien
ReplyDeleteSami2 Yangtie
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun jeng In
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun jeng Ning
DeleteHamdallah. cerbung Aku Benci Ayahku -11 telah hadir.
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien
Sehat dan bahagia selalu bersama amancu di Sala. Aamiin
Lengkap sdh kebahagiaan Minar, satu hr jadi Ratu di panggung Wisuda, he..he..
Sutar dan Kiran sama2 terharu dan..tentu nya....sama2...sehati. Kapan mereka bisa duduk di panggung Pelaminan ya.
Aamiin Yaa Robbal'Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Matur suwun bu Tien
ReplyDeleteSami2 pak Indriyanto
DeleteAlhamdulillah..
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹
Sami2 jeng Susi
DeleteAlhamdulilah ABAku 11vsudah tayang, maturnuwun bu Tien ..
ReplyDeletesemoga bu Tien sekeluarga selalu sehat dan bahagia, serta selalu dalam lindungan Allah SWT.salam hangat dan aduhai aduhai bun ❤️❤️❤️
Aamiin Yaa Robbal'Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Salam aduhai hai
🌺🌼🌺🌼🌺🌼🌺🌼
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏🦋
AaBeAy_11 sdh tayang.
Matur nuwun sanget,
tetep smangats nggih Bu.
Semoga slalu sehat dan
bahagia. Aamiin.
Salam Aduhai 😍💝
🌺🌼🌺🌼🌺🌼🌺🌼
Aamiin Yaa Robbal'Alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Sari
Terimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal'Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Matur nuwun mbak Tien-ku Aku Benci Ayahku telah tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteMatur nuwun muga muga jeng Tien tetep sehat
ReplyDeleteAamiin
DeleteMatur nuwun mbak Yaniiiik
Alhamdulillah 👍🌷
ReplyDeleteMaturnuwun Bunda semoga selalu sehat wal afiat 🤲🙏
Aamiin Yaa Robbal'Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Atiek
DeleteAlhamdulillah.... Semogscbh
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Endang
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteNuwun ibu Yati
DeleteAlhamdulillah AKU BENCI AYAHKU~11 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin yra..🤲
Aamiin Yaa Robbal'Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Alhamdulillah... Maturnuwun mbakyu, sehat selalu njih🙏
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'Alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Kun
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Sami2 ibu Endah
DeleteMatur suwun ibu
ReplyDeleteSami2 ibu Windari
DeleteAlhamdulillah ABeAy ~11sdh tayang. Matursuwun Bu, smg Bu Tien sehat selalu. Aamiin
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Umi
ReplyDeleteAlhamdullilah
Cerbung *Aku Benci Ayahku 11* telah. hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga sehat bahagia bersama keluarga
Aamiin...
Aamiin Yaa Robbal'Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Alhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien, sehat wal'afiat selalu 🤗🥰💐🌿
ReplyDeleteDamainya , Monik & Desy
Aamiin Yaa Robbal'Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ika
Matur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteMakasih mba Tien.
ReplyDeleteSemakin ajaa...
Sami2 ibu Sul
DeleteAlhamdulillah Minar sdh berhasil diwisuda, dan kelihatan bahagia sekali melhat ayah nya begitu dekat sama Kirani
ReplyDeleteMks bun ABA 11 nya ...selamat mlm selamat isrirahat....smg sehat"selalu
Aamiin Yaa Robbal'Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Supriyati
Matur nuwun Bu Tien, salam sehat dari Yk...
ReplyDeleteSami2 ibu Reni
DeleteKembali memanas
ReplyDeleteNgeyup pak Joyo
DeleteDesy sudah berterus terang kepada Monik. Mungkinkah mereka akan tinggal serumah?
ReplyDeleteSutar makin dekat dengan Kirani. Minar tentu sangat berharap mereka segera menyatu dalam satu keluarga.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Aamiin Yaa Robbal'Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Latief
Nah kan...ini bagian kesukaan saya, betapa piawainya ibu Tien memelintir 'fakta' dan teka-teki tentang si wanita hamil yg dilihat Boy waktu itu, ternyata Desy...jadi tidak ada tokoh lain dimunculkan supaya cerita tidak makin melebar. Mantap!👍👍
ReplyDeleteTerima kasih, ibu...salam sehat.🙏😀
Sami2 ibu Nana
DeleteSalam sehat hangat dari Solo
Terimakasih Mbak Tien...
ReplyDeleteSami2 MasMERa
DeleteHatur nuhun mbak Tien..
ReplyDeleteMatur nuwun Ibu Tien
ReplyDeleteSehat2 selalu 🙏🌹❤😘