Thursday, July 11, 2024

AKU BENCI AYAHKU 01

 AKU BENCI AYAHKU  01

(Tien Kumalasari)

 

Seorang anak laki-laki kecil sedang berlari-lari di sebuah supermarket. Ia mencari ibunya yang entah berada di mana. Tampaknya mereka terpisah jauh. Anak kecil yang kira-kira berusia tiga atau empat tahunan itu terus berteriak memanggil ibunya.

“Ibuu … Ibuuuu, “

Langkah-langkah kecil itu terhenti ketika tiba-tiba di depannya berdiri seorang laki-laki muda.

“Hei, minggir, mengapa menghalangi aku?” anak kecil itu marah. Merasa ada yang menghalangi.

“Kamu berlari tanpa melihat jalan. Kalau tersandung, kamu bisa jatuh.”

“Aku mencari ibuku.”

“Di mana ibumu?”

“Kalau aku tahu, mana mungkin aku mencarinya?”

Laki-laki muda itu tersenyum.

“Anak pintar.”

“Mana ibukuuuu?” anak itu masih saja berteriak.

“Aku juga tidak tahu, tapi aku akan membantu mencari ibumu.”

“Benarkah?”

“Siapa namamu?”

“Boy. Nama Om siapa?”

“Namamu bagus sekali. Panggil aku om Satria. Ayuk kita cari ibumu. Tadi berpisah di mana?”

“Di sana, tempat baju-baju. Om Satria baik deh,” kata Boy yang kemudian berhenti berteriak.

Satria merasa, anak itu sangat pintar pada seusianya.

Tiba-tiba keduanya mendengar suara memanggil-manggil.

“Boy!! Boy di mana?”

“Itu suara ibuku,” katanya sambil celingukan mencari ke segala arah.  Demikian juga Satria.

“Boy!!”

“Ibuu, aku di sini.”

Lalu tampak seorang wanita cantik yang kebingungan karena mencari anaknya. Ia langsung berlari ketika melihat sosok anaknya sedang digandeng seorang laki-laki muda.

“Boy!! Ke mana saja kamu?”

“Ibu yang meninggalkan Boy. Untungnya aku ketemu om Satria ini. Dia baik deh Bu.”

Wanita itu menatap laki-laki yang disebut namanya oleh Boy. Lalu ia terkejut, langsung menghambur ke pelukan laki-laki itu.

“Mas Satriaaa!”

Satria gelagapan. Dengan halus didorongnya tubuh wanita yang memeluknya.

“Mas Satria … lama sekali tidak bertemu,” dan wanita itu terisak tiba-tiba.

“Monik? Kamu di sini?”

“Tolong aku Mas, aku lari dari rumah. Aku ingin pisah dari Tomy.”

Satria terkejut menatap Monik yang kemudian mengusap air matanya, karena Boy memandanginya heran.

“Ibu menangis? Apa om Satria nakal?”

“Tidak Boy, tiba-tiba ada yang memasuki mata Ibu.”

“Katanya mau beli es krim buat Boy.”

“Baiklah, ayo beli es krim. Mas, maukah menemani Boy sebentar, aku mau bicara.”

Satria sebenarnya keberatan, tapi melihat Boy yang menatapnya penuh harap, akhirnya dia menurutinya.

***

“Apa kabarnya Tomy?” tanya Satria yang langsung ingin mengetahui keadaan keluarga adiknya sementara Boy asyik mencecap es krim yang dipesannya. Ia ingin tahu karena Tomy adalah adik seibu dengannya.

“Mas kan tahu, sejak awal Tomy tidak menyukai aku? Ia hanya baik terhadapku kalau berada di depan ayahnya. Kalau tidak, ia memperlakukan aku dengan semena-mena,” katanya sambil mengusap matanya karena takut Boy melihatnya.

“Apa kamu tinggal di rumah ibu?”

“Tidak, kalau aku di rumah ibu Rohana, bapak pasti langsung menjemputku.”

“Lalu kamu tinggal di mana?”

“Aku mengontrak rumah kecil yang sederhana. Aku tidak ingin keluarga Tomy mengetahuinya.

“Tidak baik berumah tangga seperti ini. Kabur dari rumah, bukan hal yang baik.”

“Aku tidak tahan lagi Mas. Bukankah yang aku cintai adalah Mas Satria?”

Satria memalingkan wajahnya.

“Lagi pula aku mencium adanya sesuatu yang disembunyikan Tomy. Dia selingkuh.”

“Benarkah?”

“Aku mendengar selentingan dari anak buah Tomy yang sering ketemuan. Aku hanya menyukai mas Satria. Aku harap_”

“Aku sudah menikah.”

“Menikah? Dengan Minar?”

“Ya. Sudah tiga tahunan yang lalu.”

“Aku patah hati nih Mas,” kata Monik tanpa malu-malu.

“Jangan begitu. Kita memiliki jodoh masing-masing.”

“Lalu di mana Minar?”

“Dia masih di rumahnya, karena dia harus menyelesaikan kuliahnya.”

“Dia kuliah? Kasihan. Setelah menikah dia baru bisa kuliah.”

“Tidak. Dia kuliah sejak belum menikah denganku. Bukan karena menjadi istriku lalu dia bisa kuliah. Dia seorang istri yang mandiri.”

“Jadi Mas sering pulang ke Solo dong.”

“Ya, seminggu sekali atau kalau ada libur, aku pasti pulang.”

“Bahagianya berhasil menjadi istri Mas. Dari orang tak punya, menjadi nyonya kaya.”

“Mengapa kamu berkata begitu? Tidak mudah memperistri Minar. Pada awalnya dia menolak aku. Jadi jangan kamu kira dia menginginkan menjadi istri orang kaya. Lagi pula aku bukan laki-laki kaya. Keadaanku biasa-biasa saja.”

Monik terdiam. Ia merasa Satria sangat memuja istrinya.

“Ibuuu, aku mau lagi es krimnya, ya,” tiba-tiba Boy merengek.

“Jangan, sudah kebanyakan, nanti kamu batuk.”

“Nggak mau, aku mau lagi.”

Monik tak bisa menghentikan rengekan Boy, karenanya dia memesankan lagi es krimnya.

“Monik, aku tidak bisa lama, aku mau pulang dulu. Ini juga sedang membeli sesuatu untuk Minar, besok aku pulang,” kata Satria sambil berdiri.

“Om mau ke mana?”

“Om pulang dulu ya, karena baru ada perlu.”

“Om baik sekali ya, tidak seperti bapak. Bapak sangat jahat. Tidak sayang sama Boy,” kata Boy dengan mulut manyun.

“Benarkah? Boy nakal, barangkali.”

“Boy nggak nakal. Maukah Om menjadi bapak Boy?” celoteh Boy membuat Satria tertegun. Ia tak ingin mengomentari celotehan itu. Ia menowel pipi Boy, kemudian berlalu, meninggalkan Monik yang menatap punggungnya dengan wajah sayu.

“Ibu, mengapa om Satria boleh pergi? Boy mau om Satria menjadi bapakku.”

“Ssst, Boy, itu es krim pesananmu sudah datang. Segera habiskan, lalu kita pulang,” kata Monik tandas, sehingga Boy tak berani membantahnya.

***

FLASH BACK

 

Disebuah gedung pertemuan, sebuah resepsi pernikahan sedang digelar. Sepasang pengantin yang bersinar malam itu, tampak seperti Dewa dan Dewi yang baru turun dari Kahyangan.

Para tamu berdecak kagum. Keduanya menebarkan senyum kepada semua yang menyalaminya.

Di sebelah kiri mempelai, tampak ayah mempelai pria, Murtono didampingi seorang wanita, tapi bukan istrinya. Ia hanyalah pendamping yang diambil dari salah satu kerabat, dan dituakan di keluarganya. Disebelah kanan mempelai, tampak ayah mempelai wanita, didampingi oleh seorang wanita cantik. Ia adalah Sutar dan Kirani yang bersahabat sejak masih sama-sama muda.

Adalah Birah, ibu mempelai wanita, hanya duduk sebagai tamu kehormatan. Ia sendiri menolak berdampingan dengan Sutar karena merasa berdosa. Tapi ia menatap kedua mempelai dengan rasa haru dan bahagia.

Kedua mempelai terlebih dulu telah bersujud di hadapannya, sebagai ungkapan rasa hormat karena Birah adalah ibunya.

Tapi Birah tak menunggu sampai resepsi bubar, ia pulang lebih awal. Ada perasaan tak enak ketika harus berlama-lama duduk ditempat itu. Ia bahagia menatap mempelai berdua, tapi ada rasa menggigit ketika menatap pendamping Sutar yang cantik molek dan dengan senyum sumringah menyalami para tamu. Bukan karena iri hati atau cemburu, tapi merasa rasa dosa semakin membebaninya. Dosa telah meninggalkan suami dan anaknya, sehingga tak bisa mengecap kebahagiaan bersama-sama.

“Ah, sudahlah. Memang harus begini hidup yang aku jalani,” katanya dalam hati, sambil keluar dari ruang perjamuan.

Mengapa Kirani duduk di samping Sutar? Bukan karena telah menjadi suami istri. Resepsi besar yang digelar, semuanya adalah keinginan Kirani. Walaupun Minar dan Sutar menolak, Kirani tetap saja memaksa.

“Ini adalah kado untuk kamu, Minar. Jangan menolaknya. Kamu tak harus melakukan apa-apa. Biar semua aku yang menangani. Supaya aku bisa merasakan juga, rasa bahagia ketika menikahkan anak,” kata Kirani sendu, yang kemudian menimbulkan rasa iba di hati Sutar maupun Minar. Karena itulah kemudian Minar minta, agar Kirani mau mendampingi ayahnya ketika dia menikah. Tentu saja Kirani tak menolak. Bukankah Sutar adalah pria yang dicintainya sejak muda? Dan tampaknya cinta itu masih bergelung di dasar hatinya.

***

Dimanakah Rohana ketika anak sulungnya menikah? Ternyata Rohana sedang menunggui menantunya yang mau melahirkan di rumah sakit. Dengan alasan sibuk, Tomy meminta ibunya yang menungguinya.

Ayah Tomy tidak melarang ketika itu, mengingat Monik juga ingin agar Rohana menemaninya, sementara orang tuanya sendiri tak bisa datang dengan alasan sakit.

Sudah berjam-jam Monik menjerit-jerit kesakitan, dan Rohana hanya bisa menghibur.

“Sabarlah Monik. Memang melahirkan itu sakit. Dulu ibu juga begitu. Apalagi ini anak pertama kamu.”

“Tapi sakit Bu … sakit sekali. Aku mau mas Tomy melihat, betapa sakitnya wanita melahirkan. Dia tidak menyayangi Monik Bu, dia benci sama Monik.”

“Tidak. Itu hanya perasaan kamu saja. Mana ada suami membenci istrinya?”

“Ini benar Bu, mas Tomy tidak pernah memperhatikan Monik. Alasannya hanya sibuk … sibuk … Aduuuhhh …. sakit Bu, Monik tidak tahan lagi …. sakkiiitt…”

Seorang bidan mendekat, dan kembali memeriksa keadaan Monik.”

“Sudah berjam-jam, baru pembukaan tiga,” kata bidan itu yang kemudian menghubungi dokter.

“Tampaknya anak ibu harus dioperasi. Saya butuh tanda tangan suaminya.”

“Suaminya ada di luar kota, Sus. Bolehkah saya saja yang tanda tangan?” kata Rohana berbohong tentang suami Monik. Daripada kelamaan menunggu, lebih baik dia berbohong. Pikirnya.

Karena situasi mendesak, maka Rohana diijinkan menanda tangani persetujuan operasi.

Begitu Monik dibawa ke ruang operasi, Rohana menelpon Tomy.

“Ada apa Bu, sudah ada ibu mendampingi kan? Aku percaya ibu bisa menangani,” katanya enteng ketika sang ibu menelponnya, walau sang ibu belum sepatahpun mengucapkan kata-kata.

“Tomy, kamu itu ngomong apa? Istrimu harus dioperasi. Ibu tadi yang menandatangani persetujuan operasi, karena kalau menunggu kamu, kasihan Monik, dia sudah kesakitan,” kesal Rohana.

“Mengapa harus dioperasi, bukankah setiap orang melahirkan itu sakit?”

“Tomy!! Monik dioperasi karena situasi mendesak. Kamu harus datang, agar istrimu merasa tenang.”

“Tapi Tomy tidak bisa meninggalkan pekerjaan ini.”

“Kamu benar-benar keterlaluan Tomy. Aku bilang saja pada ayahmu mengenai sikapmu ini.”

“Baiklah … baiklah … Tomy akan datang. Sebentar lagi, Tomy selesaikan ini dulu.”

Rohana menutup ponselnya dengan kesal. Tampak sekali bahwa Tomy tidak menyukai istrinya. Bahkan sebelum menikah. Menikahpun dia harus dipaksa ayahnya demi memenuhi tanggung jawabnya.

Rohana duduk sendirian di bangku tunggu. Ia menyesal semuanya bisa terjadi. Harusnya bukan Tomy yang diinginkan bisa menjadi suami Monik. Tapi apa boleh buat. Keadaan memaksanya. Ia hampir bisa membujuk Satria agar dialah yang menikahi Monik, apa daya, ayah Tomy justru memarahinya, dan menghukumnya dengan tidak lagi memberi nafkah sebanyak bulan-bulan yang lalu. Rohana merasa hidupnya kekurangan.

***

Tomy datang ketika bayi itu sudah dilahirkan melalui operasi cesar.

“Bagaimana Bu?” tanyanya kepada sang ibu yang menunggui di luar ruang operasi, seorang diri.

“Sudah selesai, menunggu observasi baru dipindahkan ke ruang inap,” kata ibunya dingin.

“Ya sudah. Tidak ada apa-apa kan?”

“Tomy, kamu itu keterlaluan. Mengetahui anaknya lahir, tidak bertanya apapun tentang keadaan istri dan anakmu.”

“Apa yang harus Tomy tanyakan? Sudah jelas anakku laki-laki kan? Dan ibu serta bayinya baik-baik saja. Ya kan?”

“Kamu tidak ingin memberi nama pada bayimu?”

“Ibu saja yang memberi nama.”

“Tomy!!”

“Beri nama Boy. Bagus kan.”

“Hanya Boy.”

“Kenapa? Namaku juga hanya Tomy. Apakah nama harus panjang? Boy berarti anak laki-laki. Itu sudah cukup.”

Rohana menatap kesal.

“Ibu, aku tidak bisa lama.”

“Setidaknya temuilah istrimu. Dia baru saja menyabung nyawa demi lahirnya anakmu. Apa kamu lupa?”

“Apakah ini keinginan Tomy? Yang terjadi hanyalah kecelakaan.”

“Tomy!!”

“Baiklah, aku akan masuk sebentar ke ruang itu,” kata Tomy sambil mendekati pintu ruang operasi.

Seorang perawat keluar, lalu Tomy meminta ijin untuk menjenguk istrinya.

Monik menatap kedatangan Tomy. Tak ada tatapan sayang. Mereka hidup serumah seperti kehidupan seorang teman. Saling menyapa kalau ada keperluan. Kalau Monik mengatakan sesuatu, disambutnya dengan bentakan, atau suara dingin yang tak pernah ada manis-manisnya.

Orang tua Monik tak pernah peduli dengan pernikahan anaknya, karena sikap ayah Tomy yang tegas ketika meminta agar Monik diijinkan mengikuti suaminya di luar Jawa, dan berpesan agar mereka tak memikirkan kehidupan anak dan menantunya.

“Bagaimana keadaan kamu? Baik-baik saja kan?” kata Tomy sambil mendekat.

“Aku baik,” Monik menjawab dingin.

“Aku tidak bisa lama, bukankah ibu menemanimu? Hubungi aku kalau ada yang penting, aku sangat sibuk.”

Monik tak menjawab. Alasan sibuk seperti sebuah makanan sehari-hari yang selalu didengarnya.

Lalu ponsel Tomy berdering, lalu dilihatnya Tomy menyambut panggilan itu dengan manis.

“Baik, jangan khawatir, aku segera datang.”

***

Besok lagi ya.

 

56 comments:

  1. Alhamdulillah..
    Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  2. 👀👀👀 🦹‍♀️🦹‍♀️🦹‍♀️ 👀👀👀

    Alhamdulillah ABeAy episode perdana, malam ini sudah tayang. Terima kasih bu Tien. Salam sehat dan tetap ADUHAI...
    👍👍🌹

    ====================

    Satria ketemu Monik dalam pelariannya, di sebuah super market....
    Maunya Monik, harusnya Satrialah suaminya....
    Lha kok minyukkkkk.

    👀👀👀 🦹‍♀️🦹‍♀️🦹‍♀️ 👀👀👀

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah *Aku Benci Ayahku*
    episode 01 tayang perdana

    Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
    Salam hangat dari Jogja
    Ttp semangat dan tmbh ADUHAI ADUHAI ADUHAI

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun jeng In
      ADUHAI 3X

      Delete
  4. 💐🌹💐🌹💐🌹

    Alhamdulillah..Cerbung baru
    *AKU BENCI AYAHKU*
    Telah tayang..matur sembah nuwun..🙏

    Salam *ADUHAI*

    🙏🌹🥰

    ReplyDelete
  5. Matur nuwun mbak Tien-ku, Aku Benci Ayahku telah tayang

    ReplyDelete
  6. Matur nuwun bu Tien cantiik.... pasti ceritanya bagus...

    ReplyDelete
  7. alhamdulillah
    Terimakasih bu tien

    ReplyDelete
  8. Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  9. 🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃
    Alhamdulillah 🙏🦋
    Cerbung Baru "Aku Benci
    Ayahku" sampun tayang
    Matur nuwun sanget,
    semoga Bu Tien & kelg,
    selalu sehat & bahagia.
    Aamiin.Salam Aduhai 😍
    🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Sari

      Delete
  10. Terima kasih bu Tien, atas tayang perdana cerbung ABEA

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah AKU BENCI AYAHKU~01 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
    ‌Aamiin yra..🤲

    ReplyDelete
  12. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
    Matur nuwun pak Djodhi

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah 👍🌷
    Maturnuwun Bunda.Cerbung perdana ABA👏 semoga selalu sehat wal afiat 🤲🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Herry

      Delete
  14. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
    Matur nuwun pak Munthoni

    ReplyDelete
  15. Bu Tien... semangat buuu.
    Maturnuwun

    ReplyDelete
  16. Tampaknya Boy yang benci kepada Tomi. Monik sendiri tidak tahan dengan perlakuan Tomi. Apa Monik akan mengganggu Satria lagi ya.
    Minar masih kuliah ya, terus ayahnya belum menikah?
    Tunggu saja Besok lagi ya...
    Salam sukses mbak Tien, semoga selalu sehat dan ADUHAI...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Latief

      Delete
  17. Alhamdulillah
    Cerbung baru sdh tayang
    Terima kasih bu tien
    Semoga bu tien sehat2 selalu n tetap semangat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Arif

      Delete
  18. Semoga kelanjutannya lebih serem dari yg sdh2.

    ReplyDelete
  19. Waah...ibu Tien kereeenn...langsung lanjut ceritanya. Terima kasih, ibu. Sehat selalu.🙏😘😘🌹

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah non cantik Midar sudah tayang ....
    Dikemas dalam ABA......

    Matur nuwun Bu Tien.....

    Semoga Bu Tien sekeluarga sehat selalu.....

    Aamiin.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Apip

      Delete
  21. Makasih mba Tien,cerbung barunya.
    Salam sehat selalu aduhai

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien, sehat wal'afiat selalu 🤗🥰🌿❤️

    Aku benci ayahku ,,,tentu proses kehidupan yang msh panjang
    Ditunggu selanjutnya ,, makin aduhai tentunya 🙏🥰

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  24. Judul baru ttg kehidupan Satria dan Tomy
    Terimakasih bunda Tien

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah..Cerbung baru
    *AKU BENCI AYAHKU*
    Telah tayang..matur sembah nuwun..🙏

    ReplyDelete
  26. Slmt malam bunda..terima ksih novel barunya..slmsht sll y bunda DRI skbmi 🙏😘🌹

    ReplyDelete
  27. Aduh...
    Seri pertama saja sudah 'ngegas'...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 25

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  25 (Tien Kumalasari)   Arumi masih tegak di pinggir jalan, menatap laju mobil Bachtiar yang sangat kencang, ...