KUPETIK SETANGKAI BINTANG 33
(Tien Kumalasari)
Langkah-langkah kaki terus menuju ke arah belakang. Sinah membuat minuman lagi, karena minuman yang disiapkan untuk tuan muda sudah diminum tuan muda satunya. Langkah-langkah kaki itu milik Tomy, yang entah karena apa, pulang lebih awal. Ia mendekati Sinah, membuat Sinah mundur beberapa tindak kebelakang, sehingga tubuhnya menyentuh almari makan. Pengalaman membuatnya harus berhati-hati.
“Ada apa kamu ini? Kamu mikir aku akan memakan kamu?” hardik Tomy kesal.
“Tuan muda pernah melecehkan saya, jadi saya harus berhati-hati,” omel Sinah sambil cemberut.
“Kamu itu nggak sedikitpun menumbuhkan selera laki-laki, ngaca!”
“Biarpun begitu, Tuan muda kan sering mabuk, kalau orang mabuk itu tidak memandang wajah atau penampilan. Jangan merendahkan saya yang hanya pembantu dan tidak menarik. Biarpun Tuan Muda itu ganteng, saya juga nggak tertarik," kata Sinah sambil menjauh.
“Heiiii, tunggu. Aku cuma mau bertanya, siapa gadis yang tidur di sana?”
“O, itu nona Monik, tamunya nyonya.”
“Tamunya ibu?”
Sinah melanjutkan membuat minuman, untuk menggantikan minum yang disiapkannya untuk Satria, kemudian diminum Tomy.
Sementara itu Tomy yang masuk ke kamarnya, merasakan sesuatu yang aneh. Rasa panas, rasa entah apa namanya, tapi kemudian membuat dia melangkah kembali ke luar, menuju ruang tengah, menatap Monik yang masih tidur telentang dengan mengangkat sebelah kakinya.
Mata Tomy berkilat aneh. Ia mendekat, lalu memegang kaki Monik. Monik tak bereaksi, biar matanya terpejam, tapi bibirnya mengulaskan senyuman. Tomy menjadi lebih berani. Ada dorongan aneh yang kemudian membuatnya mengangkat tubuh Monik, dibawanya ke dalam kamar.
Sinah yang membawa minuman terkejut, melihat Tomy menggendong Monik dan masuk ke dalam kamarnya.
“Tuan muda mau apa?” lancang Sinah menegurnya. Tapi Tomy memelototinya, membuat Sinah bungkam.
“Kelihatannya tuan muda yang satu itu memang laki-laki bejat,” umpatnya pelan, sambil meletakkan gelas minum di atas meja, kemudian berlalu. Ia menoleh ke arah kamar Tomy yang tertutup rapat, lalu mengangkat bahu, tak peduli.
Sebuah mobil berhenti, Satria turun dengan santai. Ada perasaan tak senang melihat mobil Tomy di halaman. Tapi Satria datang untuk memenuhi panggilan ibunya. Ia heran tak melihat sang ibu di dalam rumah.
Udara sangat gerah. Sinah yang keluar karena mendengar suara mobil, mengira nyonya majikan yang datang.
“Tuan muda, ternyata sudah datang. Itu minuman dingin untuk tuan,” kata Sinah yang bersikap lebih hormat kepada Satria, karena Satria memang lebih santun daripada adiknya yang ugal-ugalan.
“Ini untuk aku, mbak Sinah?”
“Iya, nyonya menyediakannya, karena katanya tuan muda akan datang. Itu saya buatkan baru, karena yang sebelumnya sudah diminum oleh tuan Tomy.”
Satria meneguk minumannya, karena udara panas memang membuatnya haus.
“Tomy ke mana?”
Sinah menoleh ke arah kamar Tomy, dan berkata pelan, sedikit takut.
“Ada di dalam kamar.”
“Mengapa mbak Sinah ngomongnya seperti orang ketakutan?”
“Tuan muda Tomy masuk ke kamar dengan tamunya nyonya.”
“Tamunya nyonya itu siapa?”
“Gadis cantik itu, yang namanya Monik,” kata Sinah yang kemudian menutup mulutnya dengan jari telunjuk, kemudian berlalu ke belakang, meninggalkan Satria yang bengong melompong.
“Monik, dan Tomy?”
Satria menghabiskan minumnya, lalu menuju ke belakang, untuk pamit pada Sinah.
“Mbak Sinah, aku mau pulang dulu.”
“Tidak menunggu nyonya?”
“Tidak, nanti kalau ibu datang, bilang saja aku sudah kemari,” kata Satria sambil melangkah ke depan, menghampiri mobilnya.
Tapi sebelum ia masuk ke dalam mobil, tiba-tiba mobil sang ibu masuk ke halaman.
Satria menunggu sebentar, sampai ibunya turun dari dalam mobil.
“Satria, kamu mau ke mana?”
“Pulang, habis ibu nggak ada.”
“Masuklah dulu, tadi Sinah sudah menyiapkan minum untuk kamu.”
“Sudah Satria minum sampai habis.”
“Benarkah? Lalu kamu sudah ketemu Monik kan?”
“Monik? Kata mbak Sinah, Monik ada di kamar Tomy.”
“Apa? Kenapa di kamar Tomy? Bersama kamu, tadi?”
“Ibu gimana sih, di kamar Tomy, ya bersama Tomy, masa bersama Satria, ini Satria mau pulang dulu, masih ada yang harus Satria kerjakan.”
Rohana tertegun. Dia baru sadar, ada mobil Tomy terparkir di samping rumah. Dengan panik Rohana masuk ke dalam rumah, membiarkan Satria yang kemudian masuk ke mobil dan berlalu.
Rohana melihat ke arah meja, ada gelas kosong terletak di sana. Satria juga sudah mengatakan kalau ia sudah meminumnya.
Tiba-tiba Sinah muncul, bermaksud mengambil gelas kosong bekas Satria minum.
“Nyonya sudah pulang. Tuan Satria baru saja pulang, tapi saya sudah membuatkan minuman lagi, karena yang sebelumnya telah diminum tuan Tomy.
“Apa?”
Rohana tertegun. Ia merasa telah salah sasaran.
“Nyonya, tuan Tomy menggendong tamu Nyonya ke dalam kamarnya. Saya bertanya tapi tuan memelototi saya,” kata Sinah.
Rohana melangkah ke arah kamar Tomy, lalu mengetuk kamarnya, tapi tak ada tanda-tanda akan dibuka. Rohana mendorong pintu kamar, yang ternyata tidak dikunci, lalu matanya terbelalak melihat pemandangan yang terpampang di depannya. Sungguh tidak pantas dan membuat kakinya lemas.
Monik bangkit dengan pakaian yang awut-awutan, lalu menubruk Rohana sambil menangis. Rohana mendorongnya lalu bergegas keluar dari kamar.
Sesuatu telah terjadi. Tapi berbeda dengan yang diharapkannya. Rohana terduduk di kursi, dan Monik kembali menubruknya sambil menangis.
“Maaf Bu, maaf.”
“Mengapa kamu melakukannya?”
“Saya tidak tahu, saya mengira yang mendekati saya adalah mas Satria. Saya baru sadar ketika semuanya sudah terjadi,” isaknya.
Rohana tidak menjawab. Kepalanya pusing tujuh keliling.
***
Sore hari itu, Tomy masih meringkuk di kamarnya, ada sisa pakaian terserak dilantai. Dengan geram Rohana melemparkannya ke keranjang kotoran.
“Hei, apa yang kamu lakukan?” tanya Rohana sambil menggoyang-goyangkan tubuh anaknya.
“Ada apa sih Bu.”
“Kamu tidak sadar bahwa telah melakukan sebuah kesalahan besar? Sangat besar. Kamu memperkosa gadis itu, gadis milik kakakmu.”
“Jadi gadis itu milik Satria?” kata Tomy yang tak pernah mau memanggil ‘mas’ pada Satria. Lalu dia terbahak.
“Mengapa kamu tertawa? Kamu kebanyakan bergaul dengan orang-orang yang nggak bener, jadi kelakuan kamu juga nggak bener!”
“Kejadian yang Ibu lihat tadi? Dia juga mau kok. Mengapa Ibu marah pada Tomy?”
“Apa maksudmu dia juga mau?”
“Nggak tahu kenapa, dia tidur dengan posisi menantang. Entah mengapa juga, Tomy merasa seluruh tubuh merasa gerah. Tomy membawa gadis itu, dan dia tidak menolak, dia juga tidak menolak apapun yang Tomy lakukan. Jadi Ibu harus tahu kalau dia bukan gadis baik. Tapi syukurlah kalau Satria mau. Aku minta maaf, sekarang dia jadi nggak perawan lagi,” kata Tomy cengengesan.
“Tomy!!”
“Entah kenapa, ada yang mencekoki Tomy dengan obat perangsang,” lalu Tomy kembali meringkuk di ranjang.
Rohana keluar dari kamar Tomy sambil membanting-banting kakinya.
Dia menyiapkan obat itu untuk Satria, agar Satria lupa diri dan melakukannya kepada Monik. Memang sudah diaturnya, agar Satria dan Monik bisa berjodoh. Siapa sangka Tomy pulang lebih awal dan melahap umpan dengan tidak sengaja.
Tomy bahkan merasa tidak berdosa melakukannya, karena Monik tidak menolaknya.
***
Rohana memasuki kamar yang dipakai Monik. Gadis itu sedang duduk sambil mengutak atik ponselnya. Ada kopor di dekatnya. Tampaknya Monik sudah bersiap untuk pergi.
“Monik, kamu mau ke mana?”
“Pulang, soalnya Ibu kelihatan marah pada Monik.”
“Mengapa kamu tidak menolak ketika Tomy mau melakukannya?”
“Monik mengira dia mas Satria. Tadinya Monik memejamkan mata, pura-pura tidur. Monik mengira Satria … Monik kira Satria … “ gumamnya berkali-kali.
“Dia melakukannya berkali-kali, Monik tidak mengira kalau dia bukan Satria. Kamar itu gelap. Jendela tertutup, lampu tidak menyala,” lanjutnya.
“Dia Tomy, adiknya Satria. Dia minum obat yang ibu siapkan pada minuman yang tadinya ibu harapkan diminum Satria, untuk membuat Satria dan kamu tidak bisa tidak harus bersatu. Siapa sangka, Tomy pulang lebih awal.”
Monik diam saja, kemudian berdiri sambil menarik kopornya.
“Kamu pulang sekarang?”
“Ya Bu, maaf atas semuanya.”
Rohana tak bisa menahan kepergian Monik. Pikirannya masih kacau, tak tahu harus berbuat apa, sementara Tomy dengan santainya kembali tidur.
Rohana menyesali sikap Monik juga. Segelap apapun, masa tidak melihat wajah seseorang yang bersamanya sih? Rupanya Monik juga mabuk, karena mengira dia Satria. Padahal sesungguhnya Rohana hanya berniat memisahkan Satria dengan Minarni. Ia sangat membenci Minar sejak Satria mengakuinya sebagai calon istri. Yaa, Rohana seorang pembenci. Kalau dia benci seseorang, tak ada sesuatupun yang bisa mengendalikan kebenciannya.
***
Minar sedang memasak pagi hari itu, ketika ponselnya berdering. Bergegas dia mendekat, agak heran karena jarang ada yang menelponnya kecuali ayahnya, atau Wini. Dari Satria? Entah mengapa, tangan Minar gemetar ketika membukanya. Sejak pulang dari Jakarta, Satria belum pernah mengabarinya.
“Assalamu ‘alaikum,” sapa MInar, agak bergetar.
“Wa’alaikumussalam. Sedang apa Minar?”
“Sedang … masak, Mas, apa kabar?”
“Wah, rajin sekali. Benar-benar gadis idaman.”
Minar terdiam untuk menahan gejolak batinnya. Mengapa pula Satria mengucapkan itu.
“Apa kabar Mas?” Minar mengulang pertanyaannya.
“Aku baik, dan sangat baik. Ada berita yang aku harapkan juga sebuah berita baik untuk kamu.”
“Apa tuh?”
“Aku sudah diterima bekerja. Minggu depan sudah mulai.”
“Alhamdulillah. Ini benar-benar berita baik, yang tentu saja aku ikut mensyukurinya.”
“Terima kasih Minar. Tapi sebelum mulai bekerja, aku ingin bertemu kamu. Dua hari lagi aku akan kemari.”
“Wah, Wini tentu senang. Apa Mas bersama Monik?”
“Apa maksudmu? Bagaimana bisa aku bersama Monik?”
“Bukankah Monik masih di sini?”
“Aku tidak tahu, tidak pernah bertemu kok.”
“Tidak pernah bertemu?”
“Kamu bicara yang enggak-enggak saja, bicara tentang kita dong.”
“Mas Satria itu aneh. Saya senang kalau mas bisa bersama Monik.”
“Tidak akan dan tidak mungkin.”
“Tapi aku melihat Mas dan dia sangat serasi.”
“Minar, dengar, aku tidak suka membicarakan gadis itu. Dia sama sekali bukan typeku.”
“Dia sangat cantik, sepadan sekali.”
“Cantik bukan ukuran untuk menyukai seseorang. Bagi aku, yang penting adalah cantik hatinya. Wajah cantik itu nomer ke sekian.”
“Aku tidak mengerti. Mengapa Mas tidak tertarik pada dia.”
“Bukan seleraku, kan aku sudah mengatakannya bukan?”
Ada perasaan yang mengaduk hatinya. Sungguh, sebenarnya Minar akan mensyukurinya jika Monik bisa bersama Satria. Ia tahu sudah lama Monik menyukainya, dan Monik juga sudah mengakuinya bukan?
“Minar, aku ingin bicara tentang kita,” ucapan Satria menyadarkannya.
“Maksudnya?”
“Aku akan mengatakan sesuatu ketika kita bertemu nanti.”
Minar tak menjawab. Ia bukan tidak peka. Ia tahu Satria menyukainya, tapi ia ingat siapa dirinya. Ia ingat bagaimana hubungan ibunya dengan ayah Satria. Mana bisa ia menyambut perasaan itu? Minar selalu mengibaskan, ketika terbayang olehnya wajah Satria yang tampan, yang matanya lembut, yang baik hati dan sangat memperhatikannya. Ia selalu merasa bahwa semuanya tidak mungkin. Bahkan ia tak berani memimpikannya.
Tapi pembicaraan di telpon siang hari itu selalu saja menjurus ke arah sana, ke arah di mana Satria menyukainya, membuat Minar bingung.
***
Dan memang benar, pembicaraan itu dilanjutkannya ketika Satria pulang dan menemui Minar di rumahnya.
“Jangan Mas, biarlah kita bersahabat saja, biarlah kita tetap seperti ini.”
“Mengapa kamu menolak aku? Apa yang kurang dari diriku?”
“Ya Tuhan. Mas begitu sempurna menurut aku. Begitu tinggi, bagai bintang dilangit, mana mungkin aku bisa menjangkaunya?”
“Aku akan memetik setangkai bintang untuk kamu, kalau memang bintang itu aku.”
“Mas Satria, lihatlah aku.”
“Kamu gadis yang sempurna untuk aku. Apapun katamu. Aku akan segera bersiap-siap untuk melamar kamu.”
Minar terpana. Kali ini ia benar-benar merasa bermimpi.
Tapi apakah Minar akan menerimanya? Wajah ibunya yang bergayut di lengan laki-laki itu kembali terbayang. Laki-laki yang ternyata adalah ayah Satria.
Sampai Satria pulang kembali ke Jakarta, Minar belum memberikan jawabannya.
***
Besok lagi ya.
Suwun mb Tien
ReplyDeleteSami2 Yangtie
DeleteAlhamdulillah..
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹
Sami2 ibu Susi
DeleteAlhamdulillah *KaeSBe*
ReplyDeleteepisode 33 tayang
Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
Salam hangat dari Jogja
Ttp semangat dan tmbh ADUHAI ADUHAI ADUHAI
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng In
ADUHAI 3X
Matur nuwun mbak Tien-ku KSB telah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Tutus
DeleteMatur suwun bu Tien
ReplyDeleteSami2 pak Indriyanto
DeleteMatur nuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Sami2 ibu Endahv
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun ibi Umi
DeleteBisanya komen cuma matur nuwun
ReplyDeletePanjang sedikit mendal
ReplyDeleteKsya bal ya mbak Yanik
DeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Anikv
DeleteSemoga Rohana mendapatkan imbalannya.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur sembah nuwun
Sehat selalu Mbak Tien
Salam SeRoJa dan tetap ADUHAI
♥️♥️♥️
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Ning
ADUHAI deh
Alhamdulillah 👍🌷
ReplyDeleteMaturnuwun Bunda semoga selalu sehat wal afiat 🤲🙏
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Alhamdulillah..... KaeSBe_33 Sdh tayang.
ReplyDeleteMonik sdh tdk perawan lagi, senjata makan anak nyonya...... Dan Satria lolos dari tindak tidak terpuji ibu kandungnya.....
Terima kasih Bu Tien....
Bagaimana cerita bunga BEGONIA setoba di Solo? Nyiram lagi hari Rabu ya Dhe.
Oke siyap mas Kakek.
DeleteSementara ini baek2 ajah
Semoga urip truus
Maturnuwun Bu Tien ..
ReplyDeleteSehat selalu nggih
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endangz
Ternyata tiga orang yang mengetahui perbuatan Tomi dan Monik. Selamatlah Satria untuk sementara.
ReplyDeleteMinar masih ragu, tapi justru kebetulan bagi Murtono ada alasan untuk menolak Birah.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Latief
🌟✨🌟✨🌟✨🌟✨
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏🦋
KaeSBe_33 sdh tayang.
Matur nuwun Bu Tien,
semoga Bu Tien &
kelg, sehat & bahagia
selalu. Aamiin.
Salam aduhai...😍🤩
🌟✨🌟✨🌟✨🌟✨
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sari
Aduhai deh
Alhamdulillah sudah tayang
ReplyDeleteMatur nuwun bunda
Salam sehat sll
Sami2 ibu Wiwikn
DeleteAlhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien, sehat wal'afiat semua ya 🤗🥰🌿💖
ReplyDeleteSo sweet sekali,,,,
Memetik Setangkai Bintang untuk kamu ,,,,🌿💖
Minar jangan menolak ya ,,,😀
Biarkan saja dg Bu Rohana paling ngamuk kl tau kamu anaknya Birah jd seru nih .
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ika
Hadeeh Tomy dasar bejat minum obat perangsang lg
ReplyDeleteTambah bejat, Monik betapa murahnya kau sebagai gadis cantik kok gak bisa jaga diri
Tuh baru tau rasa kau, sepertinya mang pas karena kemurahanmu yang selalu mengejar cintanya Satria yang hanya bertepuk sebelah tangan
Orang Satria juga bener² gak mau sama dirimu masih nekat dengan berbagai cara
Ok.deh sabar seh nunggu besok bagaimana kelanjutan nya
Ttp sehat bunda sayang semangat
ADUHAI ADUHAI ADUHAI
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng In
ADUHAI 3X
Hamdallah...cerbung Ku Petik Setangkai Bintang 33 telah tayang
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien
Sehat selalu Bunda, bahagia bersama Keluarga di Sala. Aamiin
Rohana yang jahat, licik nan pendendam, kena batu nya sekarang.
Senjata makan tuan 😁😁
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Waduh,....monik-monik.....itulah kalau jadi gadis terlalu ganjen kebentur batu karang kan jadinya
ReplyDeleteMks bun KSB 33 sdh tayang....selamat malam bun salam sehat tetap semangat
Sami2 ibu Supriyati
DeleteSalam sehat juga
Alhandulillahi rabbil'alamiin
ReplyDeleteTerima kasih bu tien tayangan KSB 33
Semoga bu tien sehat2 n senantiasa dlm lindungan n bimbingan Allah SWT .... Aamiin yra
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Arif
Matur nuwun Bu Tien, salam sehat bahagia dari Yk....
ReplyDeleteSami2 ibu Reni
DeleteSalam sehat juga
Alhamdulillah KUPETIK SETANGKAI BINTANG~33 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin yra..🤲..
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Rintangan sudah teratasi satu, Monik pasti ga berani ngejar Satria lagi...dan Minar, akankah berani menerima lamaran Satria, bila diketahui bahwa Murtono tidak jadi menikahi Birah? Hmmm...🤔😅
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien...salam seht.🙏
Sami2 ibu Nana
ReplyDeleteSalam sehat juga
Nggih pak Widay2
ReplyDeleteSeruu... Terimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Komariyah
DeleteTerimakasih Mbak Tien...
ReplyDeleteSami2 MasMERa
DeleteMakasih mba Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Sul
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien ... Sehat, semangat dan bahagia bersama amancu
ReplyDeletePagi ini
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete