M E L A T I 33
(Tien Kumalasari)
Nurin sampai menoleh ke belakang, ketika sapaannya tidak dijawab oleh Melati. Ia berteriak keras.
“Melati!! Ya ampun, ternyata Melati itu sangat sombong,” gerutunya.
Tiba-tiba timbul niatan di hati Daniel untuk memburunya, tapi ketika ia mau membuka pintu mobil, Nurin menahan lengannya.
“Mas, mau ke mana? Tadi Nilam sudah menelpon, kita harus segera sampai, acara akan segera dimulai,” kata Nurin yang segera menjalankan mobilnya, masuk ke halaman.
Memang tak banyak tamu di sana. Hanya keluarga dan tetangga kiri kanan. Nurin diundang karena memang Nurin bertanya waktu itu.
“Kamu nggak syukuran? Biasanya yang punya bayi pasti mengadakan syukuran.”
“Oh, iya sih. Tapi hanya kecil-kecilan, sekedar selamatan pakai tumpeng dan urap. Ya begitulah, pasti pihak katering yang sudah sering melayani berbagai macam acara sudah tahu.”
“Kapan? Aku diundang kan?”
“Iya, datang aja, dua hari lagi.”
Nurin yang merasa yakin bahwa Daniel pasti juga ada, sangat bersemangat untuk datang. Ia bahkan bersiap lebih pagi, hanya agar bisa nyamperin Daniel di rumahnya, yang pasti akan datang menghadiri syukuran untuk keponakannya.
Daniel agak terkejut ketika Nurin datang, tapi ia yang merasa sudah berkali-kali membuat Nurin kesal, kali itu tidak menolak.
“Ayuk, Mas datang juga kan?”
“Iya, aku naik sepeda motor saja.”
“Jangan, aku bawa mobil, sekalian kita berangkat. Jangan khawatir, aku juga pasti akan mengantarkan Mas pulang kemari.”
Daniel tak menolak. Ia akan bersikap baik, meskipun tak menanggapi perasaan Nurin yang ditujukan kepadanya.
“Mas, sebenarnya kapan sih, acara pernikahan kerabat Mas itu?”
“Masih bulan depan. Nanti aku berikan undangannya.”
“Tanggal berapa?”
“Belum tahu, aku juga nggak nanya.”
“Gimana sih, sanggup tapi nggak nanya.”
“Nanti juga akan diberi tahu.”
“Baiklah, aku sudah senang bisa membantu.”
Daniel tak menanggapi, dia asyik mengutak atik ponselnya, seakan sedang sibuk membicarakan sesuatu melalui pesan singkat dengan seseorang, atau mungkin sedang main game, entahlah. Nurin juga tak memperhatikan, karena Daniel memegang ponselnya ke arah yang membelakangi Nurin. Bahkan sampai di tempat tujuanpun Daniel masih mengotak atik ponselnya. Ia terkejut ketika tiba-tiba Nurin memanggil nama Melati. Daniel berdebar, entah dari mana datangnya perasaan itu, ia ingin mendekat, tapi Nurin menghalanginya. Begitu mobil berhenti, Daniel berlari ke arah pagar rumah. Menoleh ke arah kiri dan kanan, tapi bayangan Melati tak lagi tampak. Daniel menghela napas. Ia seperti orang bingung. Tak hanya merasa sakit, tapi juga kesal. Ia sungguh tak percaya Melati menolaknya. Tapi itu sudah terjadi. Rasa kesal itu kemudian dilampiaskannya dengan mengajak Nurin berpasangan, walau kemudian disesalinya.
“Mas! Ngapain?”
Nurin bergegas menghampiri.
“Mas mencari siapa? Tuh, Nilam sudah menunggu,” kata Nurin sambil menarik tangan Daniel. Tapi perlahan Daniel melepaskan pegangannya. Walaupun secara halus, tapi Nurin tak merasakan apa-apa. Menurutnya Daniel mulai tertarik padanya. Buktinya, mengajaknya berpasangan menjadi pendamping pengantin, buktinya, ia tidak menolak ketika dirinya nyamperin ke rumahnya, buktinya, dia tidak bersikap kasar ketika melepaskan pegangannya. Mungkin Daniel hanya sungkan dilihat beberapa tamu yang sudah datang di rumah itu.
“Nilam, aku membawa mas Daniel nih!” teriak Nurin riang.
Nilam yang sedang menemani beberapa tamu menoleh ke arahnya. Daniel tidak langsung masuk ke dalam, tapi beranjak ke belakang melalui pintu samping.
“Kok bisa bareng?”
“Aku samperin di rumahnya.”
“Ooh ….”
“Tadi aku melihat Melati, mau ke mana dia?”
“Melati? Tadi ada di samping, sedang mengawasi anak buahnya, barangkali,” jawab Nilam.
“Tidak, dia pergi keluar pas ketika aku datang.”
“Oh, aku tidak tahu.”
“Masa nggak pamit sama yang punya rumah?”
“Barangkali ada perlu.”
Nilam beranjak keluar, mendekati Ana yang sedang menata hidangan.
“Ana, Melati ke mana?”
“Oh, iya bu Nilam, maaf, tadi mbak Melati meminta saya agar bilang pada bu Nilam, tapi saya lupa.”
“Memangnya ke mana dia?”
“Katanya ada perlu, dan dia seperti tergesa-gesa, jadi meminta saya untuk bilang pada bu Nilam.”
“Oh, ya sudah.”
Nilam melangkah kembali ke ruangan, dengan pemikiran tentang Melati. Benarkah ada keperluan yang membuat dia pergi dengan tergesa-gesa? Jangan-jangan memang benar, bahwa Melati sedang marahan sama Daniel, sehingga pergi untuk menghindari bertemu dengannya.
Nilam tidak langsung ke tempat perjamuan. Ia tahu Daniel masuk ke belakang, sehingga Nilam mencarinya ke sana.
Dilihatnya Daniel sedang berbincang dengan Jatmiko yang memang diundang bersama Anjani. Tampaknya keduanya sedang membicarakan acara pernikahan, di mana Jatmiko sudah tahu bahwa Daniel akan menjadi pendamping pengantin kelak.
“Senang sekali mas Daniel mau membantu. Apa pasangan mas Daniel juga ada di sini juga sekarang?” tanya Jatmiko.
Nilam segera nimbrung, kurang senang mendengar Daniel menyebut nama Nurina.
“Miko, kenapa duduk di sini? Ditunggu mas Wijan tuh.”
“Di sini saja, adem. Aku kan nggak kenal sama mereka. Di sini ada mas Daniel, jadi aku ada temannya.”
Nilam diam, padahal dia ingin bicara dengan Daniel tentang Melati yang tiba-tiba pergi.
“Mas Daniel juga lebih suka duduk di sini? Yang bersama mas Wijan itu tetangga-tetangga dekat saja kok. Memang aku nggak ngundang banyak tamu.”
“Ya, aku di sini saja.”
Nilam kembali ke ruang depan untuk menemui tamu-tamunya. Tanpa di sangka ia melihat Nurin sudah begitu akrab bicara dengan Anjani.
"Mbak Nilam, ternyata nanti yang berpasangan dengan mas Daniel adalah mbak Nurina ini. Senang bisa ketemu di sini.”
Rupanya setelah berkenalan, lalu menyebutkan nama, Anjani mengingat nama Nurina yang pernah disebutkan Daniel.
“Iya, saya juga baru tahu kalau pengantinnya mbak Anjani, setelah berkenalan tadi.”
Nilam hanya tersenyum tipis, lalu duduk di dekat Anjani.
“Apa mbak Nurina ini pacarnya mas Daniel?” tanya Anjani.
Nurina tersipu malu.
“Ah, nggak kok.”
Tapi jawaban itu tidak seiring dengan sikapnya yang tampak malu-malu, yang membuat semua orang pasti akan menganggapnya benar.
“Wah, pasangan yang serasi ya mbak Nilam,” kata Anjani.
“Mas Daniel itu orangnya susah. Nggak tahu tuh," sambung Nilam.
“Susah bagaimana sih Mbak?” tanya Anjani heran.
“Susah jatuh cinta. Dia sendiri mengatakan begitu kok.”
“Lha mbak Nurin ini kan cocok. Masa nggak akan jadi pacar nantinya?”
“Doakan saja ya Mbak, bisa ketularan mbak Anjani nanti.”
“Iya lah, pasti aku doakan. Mbak Nilam cocok kan, punya ipar mbak Nurin ini?” kata Anjani tanpa merasa berdosa.
Nilam hanya tertawa.
“Aku kan hanya adik mas Daniel, jadi ya bagaimana mas Danielnya saja. Yang penting mereka cocok, saling mencintai, saling menjaga, dan bisa kompak selamanya. Ya kan? Bukankah orang berjodoh itu tidak harus yang cantik, atau yang ganteng?”
“Iya benar Mbak.”
Pembicaraan itu berhenti, karena Suri sudah memberi isyarat agar acara segera dimulai.
Pegawai katering membawa tumpeng masuk ke dalam, menatanya di atas meja yang sudah di siapkan. Tumpeng yang berbentuk lancip seperti gunung itu dikelilingi dengan berbagai sayuran, dan telur rebus. Ada juga bungkusan daun yang ditata di sekeliling sayuran, bernama bongko. Bongko terbuat dari kedelai merah yang ditumbuk kasar, dibumbui kelapa, kencur, daun salam dan lain-lain. Aroma segar menguar di segenap ruangan. Aroma sayur urap dan bumbunya.
Seseorang mengucapkan doa, ketika bayi kecil berumur sepekan itu dibawa keluar oleh nenek Suri.
Ketika suara hiruk pikuk mengaminkan doa-doa yang dipanjatkan, Nugi asyik menatap Nurin yang dengan santainya bermain ponsel.
“Om … om Daniel,” kata Nugi sampil menyentuh lengan Daniel. Daniel menatapnya dengan tatapan heran.
“Ada apa?” jawabnya berbisik.
“Itu, teman Om yang kemarin memaki-maki Nugi di rumah sakit.”
“Siapa memaki-maki Nugi?”
“Itu, yang sedang main ponsel.”
Daniel menatap ke arah sana, ternyata Nurin yang dimaksud. Memaki-maki Nugi? Memangnya ada apa?
“Nugi sedang berlari, menabrak dia. Nugi sudah minta maaf, dia ngomong kasar dan kemudian pergi. Kata ibu, orangnya cantik ngomongnya kasar,” omel Nugi, pelan.
“Sssst …” Daniel menutup mulutnya dengan jari telunjuk, kemudian mengajak Nugi ke belakang.
“Kamu ngomongin orang keras-keras, didengar orang, tahu,” tegur Daniel.
“Nugi benci sama dia. Ngomongnya kasar.”
“Kasar bagaimana?”
“Pakai … apa tuh… mata … mata .. gitu. Kata ibu itu kasar.”
Daniel terdiam, benarkah Nurin bisa berkata kasar?
“Bukankah kalian sudah kenal, dan dia bersikap baik waktu di rumah sakit?”
“Dia pasti nggak tahu kalau yang menabrak itu aku. Asal marah saja, terus pergi.”
“Ya sudah, biarin saja. Nugi tidak boleh ya, niruin omongan kasar?”
“Iya, ibu sudah memberi tahu kok. Ya sudah, aku mau ke adik Ndaru dulu,” kata Nugi sambil berlari mendekati Suri yang masih menggendong Ndaru. Rupanya acara potong tumpeng sudah selesai. Hiruk pikuk tawa para tamu kembali terdengar. Suri membawa Ndaru masuk kembali, karena tampaknya Ndaru tertidur, takutnya jadi terbangun kalau mendengar suara ramai di luar.
“Bu, ibu lihat nggak, temannya om Daniel yang memaki-maki Nugi itu?” Nugi mengikuti Suri masuk.
“Oh, iya. Rupanya dia ada. Itu teman nak Daniel kan?”
“Iya Bu, Nugi sudah memberi tahu.”
“Wajahnya cantik, mulutnya tajam. Dia bukan pacar nak Daniel kan?”
Daniel tersenyum tipis.
“Semoga saja bukan. Dia perempuan nggak baik. Kasar, dan ibu yakin dia bukan wanita idaman. Jangan pacaran sama dia lho Nak,” kata Suri yang kemudian menidurkan Ndaru di boxnya.
“Iya Bu. Doakan mendapat yang baik ya.”
Suri mengacungkan jempolnya. Takut jawabannya membangunkan Ndaru yang baru saja ditidurkannya.
***
Tamu-tamu sudah pulang, tapi Nurin masih duduk bersama Nilam.
“Aku mau pulang Nilam, mana mas Daniel tadi?”
“Mas Daniel masih berbincang dengan mas Wijan, kamu boleh pulang dulu, kasihan, kamu kan harus kembali ke kantor,” jawab Nilam.
“Iya sih, tapi nggak enak kan, tadi ke sininya bareng aku, masa sekarang aku pulang duluan.”
“Mereka kalau sedang ngomong nggak bisa berhenti. Ada saja yang diomongin.”
“Biar aku samperin dia,” kata Nurin yang langsung beranjak ke belakang.
“Mas Daniel, ayuk pulang sekarang,” teriaknya.
Daniel menoleh ke arahnya.
“Kamu pulang dulu saja, aku masih lama.”
“Aku tungguin, nggak apa-apa.”
“Jangan, pulang dulu saja, aku masih ada perlu.”
“Ya sudah kalau begitu. Mas Wijan aku pulang dulu ya?” katanya kemudian kepada Wijan.
“Oh ya, hati-hati dijalan ya,” jawab Wijan.
Nurin berlalu, ada rasa kecewa karena tak bisa pulang bersama seperti berangkatnya.
Tanpa mengantarkan Nurin ke depan, Nilam segera mendekati Daniel
“Mas, tadi ketemu Melati?”
“Dia kan pergi?”
“Iya, sempat ketemu tidak?”
“Tidak, tapi aku melihat dia pergi.”
“Mas lagi berantem sama dia?”
“Nggak, memangnya kenapa? Dia bilang begitu?”
“Tidak juga, aku malah belum ketemu dia. Kata temannya, dia pulang duluan karena ada keperluan. Menurut aku, dia sedang menghindari mas Daniel. Benarkah? Jangan-jangan dia cemburu sama Nurin.”
“Kamu suka ngarang ….” omel Daniel.
“Sepertinya iya.”
“Aku dan Melati tidak ada hubungan apa-apa. Melati tidak suka sama aku.”
Nilam menatap Daniel tak berkedip.
“Kata siapa?”
“Dia sendiri yang bilang, mengapa kamu memikirkan hal itu? Aku bahkan tidak pernah memikirkannya. Hentikan bicara tentang Melati,” kesal Daniel.
Nilam diam. Tampaknya sang kakak benar-benar tidak suka membicarakan Melati. Tapi heran juga kalau katanya Melati tidak suka pada kakaknya. Oh... jadi sang kakak marah, gara-gara Melati tidak membalas cintanya? Tapi Nilam tak mengatakan apapun. Tampaknya Daniel sedang tidak baik-baik saja.
***
Daniel pulang dengan berjalan kaki. Ketika Wijan menawarkan untuk mengantarkannya, Daniel menolak, dengan alasan ia harus mampir-mampir. Hari-hari yang dilalui terasa sangat hampa. Ia ingin berteriak pada dunia. Cinta itu menyakitkan. Ia tak mau lagi jatuh cinta.
Dengan wajah lesu dan kuyu, Daniel terus melangkah. Ia benci pada dirinya yang begitu lemah. Cinta dianggapnya sangat menyakitkan. Tadi ia ingin mengejar Melati, maksudnya ingin mengajaknya bicara, tapi ia tak berhasil mengejarnya. Nilam benar, tampaknya Melati memang menghindari bertemu dengannya. Tapi soal cemburu pada Nurin? Apa benar? Daniel menggaruk kepalanya, sampai rambutnya awut-awutan. Kakinya terus melangkah, tapi terasa semakin lemah. Ia sudah berjalan jauh, dan tak terasa sudah melewati rumahnya. Kemana sang kaki akan membawanya?
***
Besok lagi ya.
☘️☘️🌼☘️🌼☘️🌼☘️🌼🌼☘️🌼
ReplyDeleteSyukron.... Budhe.
Alhamdulillah sdh tayang MELATI_33- nya.
Salam SEROJA dan tetap ADUHAI..... 🌹❤️🤝
☘️🌼☘️🌼☘️🌼☘️🌼🌼☘️🌼
Sami2 mas Kakek
DeleteAlhamdulillah tayang *MELATI* ke tiga puluh tiga
ReplyDeleteMoga bunda Tien sehat selalu doaku
Aamiin yaa Rabbal'alamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng In
🎋🍃🎋🍃🎋🍃🎋🍃
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏🦋
MELATI 33 sdh hadir.
Matur nuwun Bu Tienkuuh...
Doaku smoga Bu Tien
selalu sehat & bahagia
bersama kelg tercinta.
Salam aduhai...😍🤩
🎋🍃🎋🍃🎋🍃🎋🍃
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sari
❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹
ReplyDeleteAlhamdulillah......
Melati_33 sdh tayang.
Matur sembah nuwun Mbak Tien, salam sehat, salam ADUHAI
❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹
Sami2 bu Djoko
DeleteAduhai deh
Matur nuwun mbak Tien-ku Melati tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteHamdallah...cerbung Melati 33 telah tayang
ReplyDeleteTaqaballahu Minna Wa Minkum
Terima kasih Bunda Tien
Sehat selalu Bunda, bahagia bersama Keluarga di Sala. Aamiin
Nilam merasa ada keganjilan di kakaknya. Coba klu mau berterus terang ke adik nya, mungkin bisa ngebantuin gagal paham nya thd Melati, krn Nilam tdk setuju klu Daniel jadian sama Nurin.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Matur nuwun salam sehat jeng Tien
ReplyDeleteSami2 mbak Yaniiiik
DeleteSalam sehat juga
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien 🙏
Sami2 ibu Indrastuti
Deletealhamdulillah
ReplyDeletematurnuwun bunda
semoga selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Nanik
Alhamdulillah.semoga Bunda selalu sehat wal afiat,perang dingin Melati dan Daniel masih berlanjut si Culas Nurina 👏😆...
ReplyDeleteMaturnuwun🌷🌻🙏🙏
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Alhamdulillah Melati- 33 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu
Aamiin Allahumma Aamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ting
Alhamdulillah..... Terima kasih Bunda
ReplyDeleteSami2 ibu Tutus
DeleteAlhamdulillah.. tanggal merah Melati tetap tayang.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, semoga sehat selalu 🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Bams
Alhamdulillah MELATI~33 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin yra..🤲
Alhamdulillah MELATI~33 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin yra..🤲.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Alhamdulillah... matur nuwun bunda Tien, smg sehat2 terus
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Wiwik
ReplyDeleteAlhamdullilah
Cerbung *MELATI 33* telah. hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga sehat bahagia bersama keluarga
Aamiin...
.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pakWedeye
Alhamdulillah.
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien 🌷🌷🌷🌷🌷
Sami2 ibu Susi
DeleteKasihan Daniel linglun gara-gara cinta ditolak sama Melati.. Terimakasih bunda Tien cerbungnya asyik... salam selalu dan aduhai selalu selamanya
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Komariyah
Terimakasih... Bunda Tien . Sehat selalu lahir batin
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Nanik
Daniel berjalan ngawur saja, apa sampai di rumah Melati? Tapi Melati belum pulang, terus curhat kepada ibunya Melati?
ReplyDeleteKalau Nurin terus ditinggal pergi Daniel ya kasian. Tentunya ada penjelasan dari Daniel.
Melati kok ya tidak merasa, Daniel pernah hampir tewas karena ingin menyelamatkan melati .
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Nurin cewek ganjen. Cewek gatal.
DeleteKalau kepingin pacaran, sama saya saja.
Saya juga belum punya pacar.
Bisa dikarang begitu kan Bu Tien?
Kasihan si Melati.
Hehee... boleh pak Albudyo
DeleteBelum punya pacar tapi istri sudah?
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Latief
Matur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Salam aduhai hai hai
Terima kasih bunda Tien
ReplyDeletesalam aduhai hai hai
Sami2 ibu Endah
DeleteAduhai hai deh
Alhamdulillah
ReplyDeleteMelati 33 telah tayang
Semoga bunda Tien K selalu Sehat, Semangat, Bahagia dan dalam lindungan Allah SWT
Aamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun Anrikodk
Alhamdulillaah sdh tayangan ke 33
ReplyDeleteDaniel kamu begitu polos nya , tidak tahukah kl Melati itu cemburu,
Matur nuwun Bu Tien, salam sehat wal'afiat selalu ya 🤗🥰🌿💖
Sami2 ibu Ika
DeleteSalam sehat juga
Smg Daniel mau berterus terang ke Nilam, biar ada solusi.
ReplyDeleteMtr nwn Bu Tien, sehat sll.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Alhamdulillah ... trimakasih bu Tien .... semoga sehat selalu
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endang
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda Tien selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Matur nuwun Bu Tien, salam sehat bahagia dari Yk....
ReplyDeleteSami2ibu Reni
DeleteSalam sehat juga
Kesalahan Melati dalam menata hati menyebabkan persoalan menjadi rumit...
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...
Sami2 MasMIRa
DeleteGemeesss...sama Nurin yang sok malu-malu kucing, tapi gercep ngejar Daniel terus.
ReplyDeleteTerima kasih, bu Tien...sehat selalu.🙏🙏🙏
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Uchu
Alhamdulillah, matyrsuwun. Semoga sehat selalu nggih Bu Tien..salam ADUHAI 💖🌹
ReplyDeleteDanil mau k rmh Melati kali ya.
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam hangat selalu, aduhai
Cerah
ReplyDelete