Wednesday, October 18, 2023

BERSAMA HUJAN 19

 BERSAMA HUJAN  19

(Tien Kumalasari)

 

Andin benar-benar terkejut. Ia tak mungkin salah dengar ketika Aisah meneriakkan sebuah nama, saat melihat laki-laki gagah itu turun dari taksi yang ditumpanginya.

Ia menatap wajah sahabatnya, sambil menunggu laki-laki yang dipanggil Luki itu melangkah mendekati rumah.

Wajah Aisah berseri-seri.

“Kamu mengenalnya?” tak tahan Andin bertanya.

“Tentu saja. Ia teman masa kecil aku. Kami bertetangga di kampung.”

Laki-laki itu semakin mendekat. Ia melepas kaca mata hitamnya, kemudian menatap keduanya bergantian. Tapi nama Aisahlah yang lebih dulu diteriakkannya.

“Aisah? Kamu Ais kan?”

“Iya, aku Ais. Kok bisa bertemu di sini? Ya ampun Andin, dia saudara kamu?” pekiknya riang.

Andin menggeleng bingung. Lalu Luki tersadar bahwa dia belum memperkenalkan diri.

“Selamat bertemu, saya Lukianto, anak pak Istijab,” katanya sambil mengulurkan tangannya. Andin menyambutnya sekilas, kemudian melepaskannya. Ia pernah melihat sebuah foto yang ada di ponsel ayahnya, tapi dia tak memperhatikannya. Hanya menatap sekilas, laki-laki gagah dengan kumis tipis di bibirnya. Andin bahkan pernah bergumam dalam hati bahwa laki-laki berkumis bukan seleranya, lalu dengan segala kekacauan hatinya saat itu, ia membandingkannya dengan dokter Faris.

“Kamu Andin kan?” sambung laki-laki itu ketika tidak mendengar Andin mengucapkan nama.

“Eh, iya … saya Andin.”

“Hei, ternyata kalian belum pernah kenal?” seru Aisah lagi.

“Baru pertama kali ini bertemu Andin. Bolehkah saya duduk?”

Lalu Andin tersipu karena tidak segera mempersilakannya duduk, malah pikirannya melayang ke mana-mana.

“Silakan masuk … silakan, saya … tidak mengira Mas Luki datang secepat ini.”

Mereka memilih duduk di teras, menghirup udara pagi yang mulai merekah menghangatkan.

“Silakan, aku buatkan minuman dulu,” kata Andin yang langsung beranjak ke belakang. Tapi Aisah kemudian mengikutinya sambil berseru.

“Biar aku saja.”

“Jangan, temui saja dia dan berbincanglah, aku akan buatkan minum dan cemilan,” kata Andin sambil mendorong temannya pelan, ke arah depan. Aisah terpaksa menurut.

“Ya ampun Mas, sudah puluhan tahun tidak bertemu, siapa mengira kita bisa bertemu di sini.”

“Aku juga heran, kok bisa ketemu kamu di sini.”

“Andin sahabat aku sejak SMP. Lalu kuliah di kampus yang sama, tapi dia dua tahun di bawah aku, karena dia berhenti sekolah selama dua tahun. Tapi kami tetap bersahabat.”

“Kita berpisah saat kamu pindah ke kota ini kan, setelah kita lulus SD?”

“Kamu juga kemudian tidak pernah lagi terdengar kabarnya setelah itu. Oh ya, kita sekali bertemu ketika reuni, waktu aku sudah SMA.”

“Iya … iya, aku ingat.”

“Benar, kita sekali bertemu waktu reuni setelah kita SMA, kamu datang dari jauh, dan sudah berubah menjadi pemuda yang dewasa. Itu sebabnya aku tidak melupakan kamu, begitu kamu turun dari taksi tadi.”

“Kita pernah bertemu sekali. Kamu sudah menjadi gadis yang cantik waktu itu. Aku mana bisa melupakannya?”

“Sangat menyenangkan waktu itu. Kita main di pinggir parit, mencari umpan untuk memancing, lalu membonceng kamu dengan sepeda, memancing di sungai ….”

“Dan tidak satupun mendapat ikan,” potong Luki.

Luki dan Aisah terkekeh geli, mengingat masa kecil mereka yang terasa lucu.

Lalu Andin keluar dengan mengeluarkan dua gelas minuman hangat, dan setoples cemilan.

“Silakan diminum,” kata Andin.

“Kami sedang mengingat masa kecil kami dulu Ndin,” kata Aisah riang.

“Iya, senangnya, setelah lama tidak bertemu.”

“Benar-benar sebuah kebetulan yang sangat indah,” kata Luki dengan wajah berseri.

Diam-diam Andin menangkap kebahagiaan di mata Luki ketika menatap sahabatnya. Lalu ada harapan di hati Andin, siapa tahu mereka berjodoh, sehingga ayahnya tidak lagi berharap menjodohkan dirinya dengan laki-laki bernama Luki yang baru beberapa saat lalu dikenalnya.

“Ayuk diminum Mas, kasihan Andin sudah susah-susah membuat minuman buat kamu.”

“Iya, silakan, dan makanlah cemilannya,” Andin ikut mempersilakan.

“Terima kasih, pagi-pagi sudah merepotkan,” kata Luki sambil meraih gelasnya, ditemani Aisah.

“Minum untuk kamu mana Ndin?”

“Aku sudah, kamu saja menemani mas Luki.”

“Saya datang kemarin sore, dan menginap di hotel. Ada urusan pekerjaan dengan teman bisnis di sini,” kata Luki sambil meletakkan gelasnya.

“Rupanya kamu sudah menjadi pengusaha yang sukses.”

“Saya baru saja selesai kuliah, dan sejak masih kuliah sudah membantu ayahku mengurus bisnis ini. Tapi aku tetap saja masih harus banyak belajar.”

“Apa kamu akan lama di sini?” tanya Aisah.

“Mungkin semingguan. Nanti kalau urusan aku sudah selesai, akan aku ajak kamu jalan-jalan.”

“Bersama Andin dong.”

“Nggak apa-apa, kamu saja, aku kan nggak libur?”

“Jangan begitu, kita jalan bersama-sama. Satunya teman baru, satunya teman lama. Pasti menyenangkan,” kata Luki.

“Aku tidak janji lhoh, soalnya aku kalau pagi kan kuliah, sorenya harus bekerja.”

“Iya, aku sudah tahu dari ayahku,” kata Luki sambil tersenyum.

Andin agak terkejut. Rupanya ayahnya sudah bercerita banyak tentang dirinya, kepada pak Istijab ayah Luki ini.

“Aku juga sedang mengerjakan skripsi nih,” sambung Aisah.

“Nanti kita cari hari libur. Besok Minggu pasti kalian senggang.”

“Baiklah, besok Minggu ya Ndin?” kata Aisah riang. Andin hanya terseyum.

“Apakah Andin masih saudara kamu, Ais?”

“Ia lebih dari saudara,” jawab Aisah.

“Kamu kost disini?”

“Iya, kost gratis, hanya untuk beberapa hari,” kata Aisah terkekeh.

“Kost gratis ya?”

“Kami sedang saling mencari teman, lalu Aisah tidur di sini, mungkin beberapa hari. Kalau mau lebih lama, aku senang kok,” kata Andin.”

“Hm, kalau ayah sama ibuku pulang, lalu aku tidak ada di rumah, bisa kena marah dong. Dikira aku keluyuran ke mana-mana.”

“Apakah hari ini kalian ada waktu?”

“Waktu untuk apa?”

"Aku janjian sama seseorang, nanti jam sebelas siang, bagaimana kalau kita cari sarapan dulu?”

“Waduh, sarapan ya? Andin baru saja masak enak, bagaimana kalau kita ajak mas Luki sarapan di rumah saja Ndin?” kata Aisah mengejutkan Andin. Bagaimana tidak, dia hanya memasak sayur oseng dan keripik ikan asin, lalu untuk menyuguh tamu dari jauh? Memalukan.

“Tidak, jangan … aku hanya memasak masakan sederhana,” kata Andin tersipu.”

“Tidak apa-apa, orang kaya juga pasti suka masakan sederhana, sekali-sekali. Ya kan Mas?”

“Hanya ada oseng sayur dan ikan asin.”

“Itu menyenangkan,” sahut Luki dengan tersenyum.

“Tuh, kan?”

“Tapi aku malu dong.”

“Tidak usah malu, biar aku menyiapkan mejanya dan menata semuanya,” kata Aisah yang tanpa disuruh lalu beranjak ke belakang.

“Ya ampun, sungguh aku malu.”

“Mengapa malu? Ikan asin itu lauk kesukaan aku. Sekali-sekali makan masakan Jawa, pasti menyenangkan,” kata Luki sambil menatap Andin lekat-lekat, membuat Andin tersipu, lalu menundukkan wajahnya.

Diam-diam dia berpikir, laki-laki yang dijodohkan dengan dirinya ini adalah laki-laki yang baik dan tidak mengecewakan. Dia ganteng, seorang pebisnis yang sukses, tapi rendah hati dan mau bergabung dengan sebuah kesederhanaan. Tapi Andin harus mundur dari perjodohan ini. Sejak awal dia tidak suka. Bukan hanya tidak suka pada orangnya, tapi lebih mengingat dirinya yang serasa tidak sempurna sebagai wanita.

“Semua sudah siaaaaap,” tiba-tiba Aisah berteriak di depan pintu.

Andin segera berdiri, dan mempersilakan Luki untuk masuk ke dalam.

***

 Hari itu Andin mau berangkat ke kampus. Luki sudah kembali ke hotel karena ada janji dengan klient penting. Tapi Andin senang, Luki menikmati sarapan dengan suka cita, dan berkali-kali memuji masakannya. Barangkali hanya untuk menyenangkannya, entahlah, tapi wajah sumringah saat menikmati, cukup membuatnya senang. Sang tamu adalah seorang yang baik dan berusaha menghargai kebaikan orang lain. Ia tak menampakkan rasa kecewa walau menikmati hidangan sederhana yang sebelumnya membuat sang pemilik rumah merasa sungkan.

Andin sedang membersihkan sisa makan, dan Aisah mencuci piring-piring kotor.

“Kamu mau ke kampus?” tanya Aisah sambil meletakkan piring yang sudah bersih ke atas rak yang tersedia.

“Iya. Kamu di rumah saja?”

“Nggak, aku ikut kamu ke kampus saja, ada yang sedang aku cari di perpus dan belum ketemu.”

“Baiklah, kita berangkat sama-sama.”

“Masih ada yang harus dicuci?”

“Tidak, sudah bersih semua.”

“Aku senang mas Luki menikmati masakan kamu dan kelihatan sangat suka.”

“Hanya untuk menyenangkan hati aku, barangkali. Sungguh aku malu, merasa tak bisa menyuguhkan makanan dengan pantas.”

“Mas Luki itu orangnya sangat baik. Sejak masih kecil juga dia baik. Dia tak mungkin berpura-pura. Dia pernah bilang, seburuk apapun pemberian orang, kita harus menghargainya, karena yang harus kita nilai bukan enaknya atau indahnya sebuah pemberian, tapi niat memberi dan kebaikan yang ada di dalamnya lah yang harus kita hargai. Itu sebabnya aku yakin dia menikmati masakan kamu dan memujinya dengan segala ketulusan yang dimilikinya.”

“Alhamdulillah.”

“Jadi kamu harus mengerti, bahwa dia benar-benar seorang laki-laki yang baik. Tapi aku berpikir lain, rupanya kalian dijodohkan. Ya kan?”

“Apa?” Andin terkejut. Ia pernah sekilas mengatakan pada Aisah bahwa ayahnya menjodohkannya dengan seseorang, tapi ia tak mengatakan siapa orangnya. Sekarang Aisah menebaknya dengan sangat tepat. Andin tak menjawab. Wajahnya tetap saja datar ketika mendengar Aisah berkata-kata.

“Ayo kita siap-siap berangkat,” kata Andin mengalihkan pembicaraan.

“Hei, kamu belum menjawab pertanyaan aku,” protes Aisah ketika Andin menariknya masuk ke kamar untuk bersiap.

“Pertanyaan apa?”

"Tentang perjodohan itu.”

“Kamu kan tahu bahwa aku tak ingin berjodoh dengan siapapun? Kamu juga tahu kenapa aku melakukannya.”

“Tapi kamu bisa mengecewakan ayah kamu.”

“Tidak, bapak sudah bilang tidak akan memaksa. Aku justru merasa bahwa dia sangat cocok untuk kamu.”

“Apa?” Aisah berteriak dan wajahnya memerah.

“Aku serius.”

“Tak mungkin aku merebutnya dari kamu?”

“Mengapa dengan istilah merebut itu? Kamu tidak merebut apapun dan dari siapapun. Kamu dan dia berhak saling memiliki.”

“Ngaco ah, ayo bersiap. Kamu ngomong yang enggak-enggak saja.”

***

Andin dan Aisah ke kampus berboncengan. Mereka berpisah ketika Andin harus langsung masuk ke kelas, dan Aisah menuju perpustakaan.

Ia terkejut ketika melihat Romi sedang duduk di perpustakaan itu dan sedang berdiam sambil menopang kepalanya dengan kedua belah tangan. Aisah ingin keluar karena tak ingin berbincang dengannya, tapi tiba-tiba Romi memanggilnya. Aisah berhenti dengan perasaan sebal. Ia menyesal memasuki ruang itu tanpa melihat-lihat siapa yang ada di dalamnya, seperti yang sering dia lakukan semenjak ada rasa benci terhadap Romi yang telah membuat sahabatnya terluka.

“Ais, tolong berhentilah,” kata Romi.

Aisah membalikkan tubuhnya, menatap Romi yang masih duduk di tempatnya semula. Aisah mengira, pasti Romi akan memamerkan kebahagiaannya sebagai pengantin baru, yang baru dua hari ini dijalaninya. Tapi Aisah melihat wajah Romi yang keruh. Tak tampak ada kesombongan di wajah itu. Bahkan terlihat pucat tak bersemangat. Aisah juga heran, baru dua hari perhelatan pernikahannya dilakukan, kenapa dia sudah berada di kampus pula?

Kebetulan tak ada orang lain di ruangan itu. Aisah ingin mengacuhkannya, tapi tak sampai hati melihat wajah sedih itu. Tak biasanya Romi bersikap begitu, dan tak biasanya pula Romi tampak kusut dan muram. Romi yang slengekan dan suka mengganggu teman-teman gadisnya, hari ini sangat berbeda.

“Ada apa?” tanya Aisah dingin.

Tapi Romi tak segera mengucapkan apapun, membuat Aisah bertambah heran.

“Aku minta tolong ….”

Aisah mendekat. Seorang yang suka melakukan semau-maunya apa yang ingin dia lakukan, hari ini mengatakan ‘minta tolong’ padanya. Hm, pasti untuk menemukan buku yang dicarinya. Dia kan juga sedang mengerjakan skripsi, sama dengan dirinya?

“Minta tolong apa? Aku juga sedang mencari buku-buku yang aku butuhkan.”

“Bukan itu. Tolong katakan pada Andin, aku minta maaf.”

Aisah ternganga dibuatnya.

“Maaf? Bukankah kamu sudah berkali-kali mengucapkannya dan Andin tak pernah menggubrisnya?”

“Kali ini aku serius. Meminta maaf dengan segala rasa bersalah dan berdosa sama dia. Aku menyesal. Aku baru sadar bahwa aku sudah melukai banyak perempuan,” kali ini Romi mengusap matanya yang basah. Membuat Aisah tak percaya.

“Apa yang terjadi? Bukankah kalian baru saja menikah? Pengantin baru tiba-tiba tampak sesedih ini?”

“Aku berencana menceraikan dia.”

Aisah benar-benar terpana.

***

Besok lagi ya.

56 comments:

  1. Oh.... Andin ternyata Luki teman masa kecil Aisah... Saya juga, setuju di berjodoh dan kamu berjodoh sama dr. Faris.
    Tapi aku ga mendahui bu Tien, barangkali bu Tien punya rencana lain.

    Terima kasih bu Tien.
    BeHa episode 19 sdh tayang.
    Salam ADUHAI dan tetap semangat......

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah terima kasih bu Tien.
      Aku juga ikut tim kakek, Luki berjodoh sama Ais... Kalau Andin masih kuliah belum selesai, biar nnt terserah bu Tien.
      Dalam sehat selalu bu

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Bersama Hujan tayang

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah
    Maturnuwun Ibu Tien. Semoga Bu Tien sehat selalu...

    ReplyDelete
  4. Maturnuwun sanget Bu Tien...
    πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah BH 19 hadir terimakasih Bu Tien .

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah .... terimakasih Bundsr

    ReplyDelete
  7. 🐞🌿🐞🌿🐞🌿🐞🌿
    Alhamdulillah
    "Bersama Hujan" 19
    sudah tayang.
    Matur nuwun Bu Tien
    Tetap sehat & smangats
    selalu yaa Bu...
    Salam Aduhai πŸ¦‹πŸ’
    🐞🌿🐞🌿🐞🌿🐞🌿

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah
    Matur sembah nuwun mbak Tien
    Sehat selalu

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah....matur nuwun Bu Tien BERSAMA HUJAN dah hadir semoga Sehat selalu dan bahagia bersama keluarga

    ReplyDelete
  10. Romi pura2 sadar atau buaya darat..Luki berjodoh sama Aisiyah terus Andin semoga dengan dokter baik hati..Terimakasih BH benar hebat

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda selalu sehat aamiin

    ReplyDelete
  12. Alhamdulilah..
    Tks banyak bunda Tien..
    Yg ditunggu sdh tayang...

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah ... *Bersama Hujan* sudah tayang.
    Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  14. Alhamdulilah, maturnuwun mbakyu Tien Kumalasari sayang, sampun tayang episode 19 salam kangen dan aduhai dari Cibubur

    ReplyDelete
  15. Semoga ayah Andin bisa menerima, biar Andin kuliah dulu, Luki biar dengan Ais..
    Rencana Romi menceraikan istrinya harus didukung bukti yang kuat. Jadi tes DNA dulu ya ...
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah BERSAMA HUJAN~19 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga.
    ‌Aamiin yra..🀲

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah Bersama hujan sdh hadir, t ksh bunda Tien, semoga bunda selalu sehat dan terus berkarya, sy selalu menunggunya...

    ReplyDelete
  18. Romi br tersadar ketika mendptkan durian runtuh dr Elisa?
    Smg spt banyak harapan disini
    Aisah dg Lukianto
    Andin dg dr. Faris
    Dan
    Smg Kinanti berjodoh dg Romi stlh berhsl dg kesadaran sendiri bercerai dg Elisa
    Klu ada lagu Mendung itu tak selamanya kelabu ... Bersama Hujan semua akan Berakhir Bahagia ntinya. Slm seroja utk mb Tien dan para pctk semua...sll aduhai ..un taian kata2 mb Tien

    ReplyDelete
  19. Terimakasih bunda Tien,salam sehat senantiasa dan aduhai selalu.

    ReplyDelete
  20. Bismillah
    Mtrnwn mbak Tien, salam sehat dr CimahiπŸ™πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah, BERSAMA HUJAN(BH)19 telah tayang , terima kasih bu Tien, salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  22. Penyesalan.itu selalu datang terlambat, begitu juga dengan Romi, matur nuwun sanget Bunda Tien Kumalasari , salam sehat selalu

    ReplyDelete
  23. Alhamdulilah BH 19 sudah tayang.. terima kasih bu Tien semoga Ibu selalu sehat dan bahagia... salam hangat dan aduhai bun

    Ternyata luki ganteng dan baik dg aisyah aja deh... andin dg dr faris dan romi dg kinanti ... begitu usulannya bunda Tien..

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah Bersama Hujan eps 19 sdh tayang.
    Matur nuwun bu Tien
    Aduhaii selalu

    ReplyDelete
  25. Terima kasih Mbu Tien.... semua mash akan ttp bisa trjadi, pembaca punya keinginan san kesimpulan yg membahagiakan, tp pasti akan lebih membahagiakan hingga part berikutnya dan berikutnya....

    Semoha sehat sellu bersama keluarga tercnta....

    ReplyDelete
  26. Terimakasih Bu Tien...

    Namaku disebut...

    Moga Bu Tien sehat selalu dan diangkat semua penyebab sakitnya dan tidak kambuh lagi....

    Aamiin....

    ReplyDelete

  27. Alhamdullilah
    Bersama Hujan 19 telah hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat selalu dan bahagia bersama keluarga

    ReplyDelete
  28. Wow ternyata Luki teman sekolah Aisah

    Andin bilang kalau Luki lebih pantas untuk Aisah karena kebetulan juga udah lama gak jumpa, semenjak Reuni SMA tuh

    Andin udah tau tadi Aisah dan Luki kelihatan sangat akrab
    Andin juga ngebayangin Dokter Faris pastinya lebih ganteng dari mas Luki

    Lupakan masalah perjodohan, sekarang Aisah lihat Romi dengan wajah kusut minta tolong untuk meminta kan maaf atas ulahnya pada Andin

    Udah tenang Andin kau aman sepertinya Romi tak lagi godain Andin

    Giliran besok minta maaf pada Kinanti cuma bgmn caranya

    Yuuk kita tunggu besok dengan sabar

    Terserah bunda Tien aj deh
    Sehat selalu doaku bunda

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah ... maturnuwun bu Tien

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah Bersama Hujan 19 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga bunda sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  31. Terima kasih bu Tien K ... Bersama hujan ke 19 sdh tayang ... makin seru ceritanya ... Smg bu Tien & kelrg bahagia n sehat selalu ... Salam Aduhai .

    ReplyDelete
  32. Hamdallah.. Bersama Hujan 19 telah tayang. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu tetap Semangat, tetap Sehat wal Afiat bersama Keluarga di Sala. Aamiin

    Leres nggeh Bu Sapti. Tak selamanya mendung itu kelabu, he.. he...

    Inyonge mau nya sbb: Luki berjodoh dengan Aisyah, krn sdh saling kenal. Andin berjodoh dengan dr Faris, krn dr Faris mungkin mau menerima Andin, apa adanya.
    Romi setelah menceraikan Elisa, hrs bertanggung jawab terhadap Kinanti yang telah halim tanpa Bapak.

    Mau nya begitu, tapi terserah kehendak sang Sutradara yang mengatur sih...

    Salam hangat nan Aduhai dari Cip Muara Jatinegara Jkt

    ReplyDelete
  33. Semakin penasaran menunggu eps selanjutnya.. htr nhn bu tien.. salam aduhai

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah ...
    Matur nuwun bu Tien

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu TienπŸ€—πŸ₯°
    Salam sehat wal'afiat sekali

    Jadi ramai nih ,, smg benar Romi mengakui kesalahannya ya,,
    Agar bisa bersanding dg Kinanti ,,kan mantab n aduhaii,, maaf berangan - angan 🀣🀭

    ReplyDelete
  36. Nah kan benar...sudah dimunculkan "jodoh" Aisah, supaya Andin bebas berjodoh dengan dr.Faris. Terima kasih, bu Tien...salam sehat.πŸ™πŸ˜˜πŸ˜˜πŸ˜€

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien Be Ha 19.nya
    Salam sehat dan semangat selalu

    ReplyDelete
  38. Matur nuwun Bu Tien, semoga tetap sehat...aamiin

    ReplyDelete
  39. Hatur nuhun bunda..slm Seroja dari skbmi bund😘😘🌹🌹

    ReplyDelete
  40. Terimakasih mba Tien.
    Seruuu...
    Salam hangat selalu aduhai

    ReplyDelete
  41. Terima kasih bu Tien , cerbung nya,seruuu

    ReplyDelete

JANGAN BIARKAN BUNGAKU LAYU 19

    JANGAN BIARKAN BUNGAKU LAYU  19 (Tien Kumalasari)   Zaki menatap Kinanti, menunggu jawaban. Tapi Kinanti tampak tak mengacuhkannya. Ia m...