Wednesday, July 19, 2023

SEBUAH PESAN 47

 SEBUAH PESAN  47

(Tien Kumalasari)

 

 Damian bingung dalam keterkejutannya, dan membiarkan Hanna menariknya ke arah depan. Wajah Hanna berpijar, merasa bahwa ternyata Damian yang dikaguminya memperhatikan undangannya, walau semula menolaknya. Karenanya dia merasa bahwa Damian menganggapnya istimewa, dan kata-kata bahwa dia sudah beristri, hanyalah isapan jempol saja.

Beberapa temannya menatap ke arah keduanya, dan melihat Damian memaksa melepaskan tangannya dari genggaman Hanna.

“Teman-teman, ini adalah _ pacar aku,” teriaknya dengan wajah sumringah.

“Bukan. Mana Raya?” Kata Damian sambil menjauh.

“Damian, kamu mencari siapa?”

“Raya! Rayaa!” Damian berteriak, padahal Raya sedang menatapnya ketika mendengar teriakan Hanna yang sedang memperkenalkan pacarnya.

Raya berkedip tak percaya. Suaminya dalam gandengan Hanna, yang kemudian melepaskan diri dan memanggil-manggail namanya. Raya tak menjawab. Hatinya dipenuhi oleh beribu pertanyaan tentang apa yang baru saja didengar dan dilihatnya.

“Raya!” Damian mencari-cari dengan matanya.

“Damian, kamu suka Raya? Dengar, Raya sudah bersuami!” teriak Hanna lagi.

Damian menatap Hanna dengan marah.

“Akulah suaminya!” katanya sengit.

“Ya ampun, Damian, jangan mimpi. Suami Raya adalah seorang tukang kebun.”

Damian menatap Hanna dengan pandangan dingin bagai es.

“Rayaaa! Mana Raya, kamu membawa suami kamu, bukan? Kamu sudah mengatakannya,” teriak Hanna keras, karena dia belum melihat di mana Raya berada.

“Rayaa!” Damian masih berteriak.

“Damian, Raya sudah punya suami, seorang tukang kebun. Kamu tidak mendengar apa yang aku katakan?”

“Akulah tukang kebun itu,” kata Damian tandas, sambil berjalan menyibakkan kerumunan. Lalu ditemukannya Raya, diantara kerumunan teman-temannya, diam membisu dan membeku ditempatnya.

Sedangkan Hanna terpana dengan jawaban Damian. Apa Damian bermimpi? Mengapa dia mengakui sebagai si tukang kebun, dan Raya adalah istrinya?

Sebelum dia sadar apa yang terjadi, dia melihat Damian sudah menemukan Raya, dan menarik Raya keluar dari ruangan.

Suara gaduh bersahutan, tidak mengira bahwa pesta yang belum dimulai itu tiba-tiba menjadi kacau tak karuan.

Damian terus menarik Raya keluar, menjauh dari rumah Hanna, berdiri di tepi jalan menunggu taksi yang sudah dipanggilnya.

***

Keduanya terdiam, masing-masing tak ingin mendahului bicara. Kejadian itu sangat mengejutkan mereka.

“Ray,” akhirnya Damian tak tahan lagi. Tapi rupanya Raya juga sedang menyebut namanya.

“Dam,”

Damian menghela napas.

“Ternyata teman kamu yang mengundang itu, Hanna?”

“Dan aku tidak tahu bahwa dia pacar kamu.”

“Ya Tuhan,” Damian mengeluh sambil mengusap wajahnya kasar.

“Gadis itu keterlaluan,” kesal Damian.

“Karena memperkenalkan pacarnya dihadapan teman-temannya, dan terutama istrinya?”

“Aku bukan pacarnya. Dia itu gila,” umpat Damian tak bisa menahan kekesalannya.

“Masa dia tiba-tiba mengatakan itu, kalau tak ada apa-apa diantara kalian?”

“Dia teman kuliah, maksudku … satu kampus tapi tidak satu jurusan.”

“Tidak ada halangan bukan, berpacaran dengan gadis dari jurusan lain?” kata Raya yang masih merasa kesal.

“Dia bukan pacar aku. Aku sudah punya istri, masa aku berpacaran dengan gadis lain, sih?”

“Itu kan pengakuan kamu di depan istri kamu.”

“Aku sungguh tidak berpacaran sama dia. Memang sih, dia mengejar-ngejar aku. Dia bahkan juga mengundang aku beberapa hari yang lalu.”

“Tidak mengira kalau yang mengundang aku juga sama?”

“Aku menolak undangannya, dan bilang bahwa aku akan datang memenuhi undangan lain bersama istri aku. Tapi dia tak percaya bahwa aku sudah punya istri.”

“Benarkah?”

Damian terdiam, kesal karena Raya tidak mempercayainya. Mereka saling diam sampai ketika memasuki rumah, karena tak ingin bertengkar di dalam taksi.

***

Setelah berganti pakaian, mereka duduk berdua, masih dengan wajah kaku.

“Dia mengejar-ngejar aku, bukan pacar aku.”

“Soalnya kamu di kampus tebar pesona kan?” tuduh Raya.

“Aku kan memang mempesona,” canda Damian, berharap istrinya terpancing dan tertawa. Tapi  candaan itu memicu kekesalan Raya menjadi bertambah.”

“O, begitu ya, karena merasa menjadi laki-laki yang mempesona, lalu menjadi bangga, dan senang kan, diakui pacar oleh seseorang?”

“Kamu harus bangga dong, punya suami banyak digilai wanita, tapi nyatanya aku hanya memilih kamu.”

"Itu kesombongan kamu, karena merasa digilai banyak gadis.”

“Ray, kok ini masalahnya jadi ke mana-mana sih? Ada terjadi salah paham di sini, karena kamu mengajak aku mendatangi sebuah undangan pesta, dan aku mengikuti ajakan kamu, dan ternyata kita datang di pesta yang tadinya aku sudah menolak datang. Kalau tahu itu pestanya Hanna, aku tak akan mau datang, karena aku memang sudah menolaknya. Sungguh aku tidak tahu siapa yang kamu sebut sebagai teman SMA kamu itu. Aku kan tidak membaca undangannya?”

Raya diam.

“Tapi yang aku heran, bagaimana Hanna bisa menyebut suami kamu adalah tukang kebun? Aku juga mengakuinya tadi, bahwa akulah tukang kebun itu.”

Raya kemudian juga berpikir. Permasalahan salah paham itu tiba-tiba dilupakannya, karena ia sesungguhnya percaya pada suaminya. Ia sudah mendengar tadi bahwa Damian mengakui bahwa dirinya adalah istrinya, bahkan ketika Hanna mengatakan bahwa suami Raya itu tukang kebun,  Damian mengatakannya, bahwa dia lah tukang kebun itu. Baginya itu cukup. Tadi ia hanya ingin mengolok-olok suaminya saja, walau sebenarnya ada rasa kesal melihat suaminya digandeng-gandeng gadis lain. Tapi kata-kata bahwa suaminya adalah tukang kebun, sangat mengejutkannya. Dari mana Hanna mendengar berita tentang tukang kebun itu?

“Mengapa Hanna tahu tentang tukang kebun itu?” tanya Damian.

Lalu Raya teringat,  bahwa Hanna memberikan undangan itu melalui ibunya. Siapa lagi yang mengatakan itu kalau bukan ibunya?

“Maaf Damian, tentang tukang kebun itu, aku kira dari ibu.”

“Aku juga berpikir begitu. Mengapa kamu minta maaf?”

“Hal itu membuat kamu malu, direndahkan di depan banyak orang.”

Damian tertawa.

“Mengapa aku harus malu? Tidak. Aku tidak merasa rendah dengan predikat tukang kebun itu. Biarkan saja. Kamu kan mendengar bahwa aku juga mengakuinya di depan umum? Atau … jangan-jangan kamu yang malu, dikenal diantara teman-teman kamu bahwa suami kamu seorang tukang kebun?”

Raya merangkul suaminya.

“Tidak, aku bangga punya suami tukang kebun yang tidak merasa rendah diri, dan yang penting memiliki cinta yang diberikan untuk aku.”

“Seorang. Tak ada yang lainnya, kamu harus percaya sama aku.”

“Aku percaya. Tapi karena tadi mau pesta, aku tidak menyiapkan makan malam untuk kita, padahal sekarang aku lapar. Aku masak dulu ya?”

“Jangan, ayo makan di luar saja, pilih yang kamu suka.”

“Nggak ah, itu kan boros.”

“Ray, sesekali tidak apa-apa, ayo bersiap, kita boncengan saja,” kata Damian sambil menarik istrinya.”

***

Hanna sangat sedih dan juga malu. Ia berteriak bahwa Damian adalah pacarnya, tapi ternyata Damian adalah suami Raya. Ia bahkan mengakui bahwa memang dirinya tukang kebun. Bagaimana ada tukang kebun seganteng itu? Mahasiswa pula. Begitu gantengnya sampai dirinya tergila-gila. Hanna berharap, kalau dia telaten mendekatinya, maka pasti Damian akan jatuh hati pula padanya. Hanna merasa dirinya cantik, dan tak mungkin seorang lelaki menolaknya. Begitu tergila-gilanya Hanna, sampai tak pernah percaya ketika Damian mengatakan bahwa dirinya sudah punya istri. Tapi kenyataan yang di saksikannya, memang benar Damian sudah beristri, dan istrinya adalah Raya, sahabatnya.

Hanna membubarkan pestanya dan mengurungkan acara hehoh yang sudah dirancangnya. Ia hanya mempersilakan teman=temannya makan, dan masih sore mereka sudah bubar. Rumahnya kembali sepi, bersama kekecewaan yang terus menggayutinya.

***

 Pagi hari itu Rosa baru saja mengantarkan suaminya sampai ke mobil, ketika mau berangkat ke kantor. Tiba-tiba ponsel yang ditinggalkannya di teras berdering. Rosa setengah berlari menghampirinya. Ternyata dari Hanna adiknya.

“Pasti mau menceritakan pestanya yang menyenangkan, tadi malam,” gumam Rosa sambil membuka ponselnya.

“Bagaimana Han? Rame pestanya?” sambut Rosa, tapi Rosa heran, Hanna menjawabnya dengan suara lesu.

“Menyedihkan,” katanya singkat, dengan nada yang benar-benar sedih.

“Hei, kenapa? Teman kamu yang datang cuma sedikit? Atau cowok yang kamu taksir tidak hadir?”

“Aku kecewa, Mbak. Cowok itu, ternyata suami Raya.”

“Apa? Suami Raya? Dia teman kamu kuliah?”

“Iya, bukan se jurusan sih, tapi se kampus. Tadinya dia menolak undangan aku, karena katanya akan memenuhi undangan lain bersama istrinya. Tapi aku tak percaya, walau sudah berkali-kali dia mengatakan bahwa dia sudah punya istri.”

“Kenapa kamu tidak percaya?”

“Dia masih tampak muda, dan begitu menarik.”

“Lalu, bagaimana?”

“Raya datang dengan suaminya, dan ternyata suaminya adalah Damian, cowok ganteng yang ingin aku jadikan pacar aku.”

“Tunggu dulu, kayaknya Kamila, kakak Raya, pernah cerita bahwa Raya menikah tanpa restu ibunya, karena suami pilihannya bukan dari golongan keluarga terpandang.”

“Iya, benar. Tante Rahman malah mengatakan bahwa suami Raya itu seorang tukang kebun.”

“Nah, itu sebabnya orang tuanya, terutama ibunya, tidak suka sebenarnya. Tapi dia kuliah?”

“Kuliah, dan dia dikenal sebagai mahasiswa pintar, disukai dosen-dosen.”

“Hebat. Tapi aku kok tidak yakin bahwa suami Raya orang tak punya. Nanti aku telpon Kamila deh. Dan kamu tidak usah sedih, memangnya cuma Damian, cowok ganteng di dunia ini?”

“Sedih, aku Mbak.”

“Seperti sudah pacaran saja. Kan baru naksir, kalau tidak terbalas ya sudah, cari yang lain. Kamu kan cantik, apa susahnya cari pacar?”

“Aku maunya yang kayak Damian,” rengek Hanna.

“Hei, jangan begitu. Dia suami sahabat kamu. Ya sudah, aku mau belanja nih, dan kamu harus bisa melupakan dia, tidak menyesalinya, kayak cowok di dunia ini hanya Damian saja.”

Rosa segera menutup ponselnya. Cerita tentang Damian sangat menarik baginya. Suami Raya yang bukan dari keluarga kaya, tapi kuliah di kampus yang sama dengan adiknya. Itu kampus terkemuka dan terkenal bayarannya mahal. Karenanya dia ingin segera menelpon Kamila, sahabatnya.

***

Kamila sedang dalam perjalanan ke rumah sakit ketika Rosa menelponnya, agak heran ketika tiba-tiba Rosa menanyakan tentang Damian.

“Aku sedang mau kontrol kandungan ke rumah sakit, karena harus periksa laborat segala. Mengapa tiba-tiba kamu menanyakan Damian? Kamu kenal dia?”

“Ceritanya rumit, tapi agak lucu, kalau menurut aku.”

“Gimana sih ceritanya? Rumit tapi lucu?”

“Hanna kan kemarin mengundang teman-temannya untuk berpesta di rumah. Dia bilang juga mengundang salah seorang cowok yang dia suka. Kecuali itu dia kan juga mengundang Raya, yang katanya mau datang bersama suaminya. Hanna senang dong, karena dia juga pengin kenal suami Raya. Soalnya waktu menikah dia memang tidak tahu.”

“Iya, tidak ada yang diundang, aku kan sudah  cerita kondisi suami Raya, yang terutama ibuku, sangat tidak suka.”

“Nah, ketika Raya datang, ternyata suaminya itu ya teman sekampus Hanna, yang katanya Hanna tertarik sama dia.”

“Benarkah?”

“Iya, dan mungkin sedikit heboh suasananya, karena hal itu. Tapi yang aku heran, kata kamu suami Raya dari keluarga tidak punya, tapi dia kuliah lhoh.”

“Benarkah? Aku malah tidak tahu. Raya tidak pernah mengatakan kalau suaminya kuliah juga. Tapi ya syukurlah, kalau begitu, aku malah senang.”

“Ya sudah, karena kamu mau ke dokter, aku tidak akan mengganggu, aku juga mau belanja dulu.”

“Baiklah, nanti saja kita ngobrol lagi.”

“Damian kuliah?” tanya Abi yang juga mendengar perbincangan di telpon itu.

“Iya, nanti aku akan tanya pada Raya.”

“Senang mendengarnya, semoga hal itu akan membuat ibu senang dan berubah sikapnya pada Damian,” kata Abi lagi.

“Oh, iya, nanti aku bilang saja sama ibu, biar ibu senang.”

Pembicaraan itu berhenti ketika mereka sudah sampai di rumah sakit.

***

Bu Rahman terkejut ketika Kamila mengatakan bahwa Damian kuliah. Tidak seperti yang diharapkan Abi dan Kamila, bahwa setelah mendengar itu ibunya akan senang, dan merubah sikapnya pada menantunya, tapi justru tanggapannya sangat berbeda.

“Kuliah? Dari mana dia mendapatkan uang untuk kuliah?” katanya setengah berteriak, membuat Kamila terkejut.

“Ibu kok begitu, harusnya Ibu senang dong, menantunya bisa kuliah?”

“Bukan begitu. Dia itu kan tidak punya apa-apa. Makan saja susah, bagaimana dia bisa kuliah?”

Kamila yang kurang suka pada reaksi ibunya, segera mengakhiri pembicaraan itu.

“Ya sudah Bu, ini Kamila sedang ada di rumah sakit, mau periksa kandungan, minta doanya ya Bu.”

Bu Rahman menutup ponselnya dengan penuh tanda tanya. Bagaimana Damian bisa kuliah?  Uang dari mana? Karenanya segera bu Rahman menelpon Raya.

“Ya ibu, Raya sedang mau memasak.”

“Di mana suami kamu?”

“Bekerja Bu.”

“Ibu mendengar bahwa Damian kuliah, apa itu benar?”

Raya agak tertegun, apakah Hanna mengatakannya pada ibunya?

“Raya, ibu sedang bicara sama kamu.”

“Ibu mendengar dari siapa?”

“Jawab saja, iya atau tidak?”

“Iya, atas doa Ibu,” akhirya Raya meng ‘iya’ kan.

“Ibu mau tanya, kamu membiayai dia dengan uang kamu kan?” tuduh bu Rahman, membuat Raya tertegun.

***

Besok lagi ya.

52 comments:

  1. Replies
    1. 🌼🪸🍀🍁🌾🌸🌴🌵🌺

      Alhamdulillah EsPe_47 Sudah ditayangkan.
      Terima kasih Bu Tien..... Pesta ulang tahun
      yang HEBOH..... Lanjoooootttttt

      🌚🌕🌖🌗🌛🪶🪽🐓🦃

      Delete
    2. Gantian ya jeng Mimiet Cimahi pkl 21:29 WIB, kemarin jeng Hermina perwakilan PCTK Priangan, malam ini jeng Mimiet, apa saya besuk malam ? Gak lahyao..... biarlah yang lebih muda yang jadi sprinter.... aku di belakang layar saja.

      Disusul pada jam yang sama :
      1. Jeng Iin M. Maimun Yogja dan
      2. Jeng Nani , Sragentina.
      Dibayangi 21:30 WIB, sbb :
      Jeng Hermina Sukabumi, Jeng Rery Malang, jeng Ermi Suhasti Yogja, Kung Latief Sragentina, jeng Sri Maryani Pondokgede.
      Lompat 21:31 WIB
      Jeng Atiek Tangerang dan dibelakangnya ada juragan Lunpia Semarang, Bothok telor asin dan Wingko Babat, mbakyu Ira Semarang

      Delete
  2. Alhamdulillah, EsPe 47 telah tayang. Matur nuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien . .

    ReplyDelete
  3. Matur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Pesan telah tayang

    ReplyDelete
  4. 〰️⚘🍃🌹🎂🌹🍃⚘〰️
    Alhamdulillah eSPe 47
    sudah tayang...
    Matur nuwun Bu Tien.
    Semoga sehat selalu &
    Smangats berkarya...
    🦋 Salam Aduhai 🦋
    〰️⚘🍃🌹🎂🌹🍃⚘〰️

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah
    Slamat Thn Baru 1445 Hijriyah Bunda Tien K, Smoga Sehat Slalu 🤲🏻

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah tayang sugeng ndalu bu Tien

    ReplyDelete
  7. Maturnuwun sanget Bu Tien...
    🙏🙏

    ReplyDelete
  8. Asiiik ... SP 47 udh tayang ... Terima kasih bu Tien ... Smg sehat selalu .

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien
    Salam sehat wal'afiat 🤗🥰

    Raya , sabaaarmu yg panjang ya
    Tenang nanti bu Tien buat kejutan buat ibumu ya ,,,🤣🤣🤭
    Salam aduhaaai

    ReplyDelete
  10. Akhirnya... terima kasih Mbu Tien.... part yg sangt mnegangkn.. seht sllu bersama kluarga.....

    ReplyDelete

  11. Alhamdulillah SEBUAH PESAN~47 sudah hadir, terimakasih, semoga bu Tien beserta keluarga tetap sehat .. Aamiin..🤲

    ReplyDelete
  12. Duh...segitu amat ce bu.Rahman ini...kudu tak apak e iki...🤣🤣

    Matur nuwun bunda Tien...🙏🙏

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah SP-47 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien,semoga sehat dan bahagia selalu
    Aamiin

    Selamat tahun baru Hijriyah 1445 H

    ReplyDelete
  14. Nah.. sudah episode 47, tentu tidak berlama lama lagi Damian -Raya selesai.
    Mungkin para figuran tidak perlu diceritakan, biar cari kehidupan mereka sendiri sendiri.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  16. Suwn mbakyuku Tienkumalasari sayang

    ReplyDelete
  17. Bunda Tien is the best,,,
    Sehat wal'afiat selalu ya Bund,,,

    ReplyDelete
  18. Makasi ibu Tien Kumalasari.,, " Sebuah Pesan 47 " sudah hadir dan ceritanya makin seruuuuuuuu.........

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah Sebuah Pesan 47 sudah hadir.
    Matur nuwun mbak Tien Kumalasari.
    Salam sehat dan salam bahagia selalu.

    ReplyDelete
  20. Matur suwun ibu Tien ,
    Salam tahes ulales Dan tak lupa selalu Aduhaaiii

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah.....matur nuwun Bu Tien SP 47 sampun tayang

    ReplyDelete
  22. Matur nuwun Bu Tien. Hehe....Bu Rahman njelehi banget ya Bu. Orang Jawa bilang "Entek golek, kurang amek".

    ReplyDelete
  23. Hamdallah SP ke 47 sdh tayang. Matur Sukseme nggih Bu Tien. Semoga Ibu beserta Keluarga tetap Sehat dan Bahagia Selalu. Aamiin

    Hirok pikok antara Damian Raya dan Hanna akhirnya sdh clear, Hanna terlalu bernafsu mengejar Damian.

    Bu Rahman tambah galau dan pinisilin 😁😁 nih, mendengar Damian bisa Kuliah. Hati nya selalu di selimuti dengki dan srei thd mantu nya. Memang cocok sih peran yng di sandang oleh Bu Rahman sbg tokoh Antagonis. Mungkin SP ini akan selesai klu peran Bu Rahman sdh jadi tokoh orang baik lagi 😁😁

    Salam hangat dan Aduhai dari Jakarta

    ReplyDelete
  24. Kemenyerudukan Hanna memamerkan pacar didepan teman teman es em a nya, menggemparkan; pesta cuma makan makan dah terus sebentar bubar, tapi kehebohanya sampai juga ke Kamila nyambung lagi ke maknya; Damian kuliah sekampus dengan Hanna.
    Begitu cepat penyebaran berita itu; dari mana ibunya tahu sampai mendesak Raya, tetep aja memaidokan informasi yang terdengar aneh sampai menuding pasti Raya yang ngebayarin kuliah Damian.
    Hei ati ati ya, jangan sengit sengit lho, bisa ndulit nanti.
    Malah tambah umep kemebul kalau ada kata ditelinganya terdengar; Damian disebut; wis pokoknya kyk, kéré yå kéré, nggak ada yang laen, Karo mecucu plérak plérok sing di pléroki bingung, la karo mèncap mèncêp.
    Buk Sarti ngelus dada; ini pasti tentang suami non Raya, ngumpet ah pura pura sibuk; dituduh suport nanti, dituduh yang jadi Mak comblang lah.
    Nanggapi salah, nggak dijawab menuh menuhi memori, huh orang kok bisa kaya gitu ya.
    Mau apa lagi kalau nggak nggerutu se-harian; arisan enggak, keluar kegiatan sosial enggak, ya udah; mèjang mèjèng didepan bik Sarti.
    Nambahin bludrek.
    Raya duwit darimana Mak, kan udah dibilang kerabat Damian kan dari Amerika sono.
    Hampir aja keceplosan; sebuah pesan dari Damian, agar di rahasiakan.
    Tetaplah sederhana apa adanya.
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Sebuah pesan yang ke empat puluh tujuh sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  25. Keterlaluan Bu Rahman. Sombong banget.
    Makasih mba Tien

    ReplyDelete
  26. Nampaknya tidak ada seri yang tidak menarik. Damian memang luar biasa, tapi Mbak Tien jauh lebih luar biasa...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  27. Ada ya di dunia nyata orang kayak Bu Rahman? Moga sj hanya ada di dunia halu ciptaan Bu Tien .Terimakasih Bu Tien semoga sehat selalu dan semakin aduhai

    ReplyDelete
  28. Akhir SDH terkuak sedikit sedikit siapa Damian yg sbnrnya..mrk banyak uang TPI g sombong..gemeees tuh SM ibunya Raya...mksih bunda..slm Seroja dan Aduhai dari skbumi🙏😘😘🌹

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah. SP 47 sudah aku nikmati dengan lahap. Terimakasih Mbak Tien. Sehat selalu.

    ReplyDelete
  30. Makasih bu Tien. Kirain Kemaren libur😁😍

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  32. Matur nuwun 47nya sambil ngarep arep yg 48.
    Salam sehat penuh semangat dari Rewwin...🌿

    ReplyDelete
  33. Hadeh...... Bu Rahman.... Bu Rahman......

    Terima kasih bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  34. Terima kasih Bu Tien, semoga sehat dan terus berkarya, terima ksdih eps 49 sudah muncul.... Ditunggu eps 50

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah, sugeng enjang zenk Tien..

    ReplyDelete

JANGAN BIARKAN BUNGAKU LAYU 28

  JANGAN BIARKAN BUNGAKU LAYU  28 (Tien Kumalasari)   Wanda terpana. Begitu kasarnya Arman ketika mengambil berkas laporan. Ada rasa kesal y...