Thursday, June 30, 2022

KEMBANG CANTIKKU 09

 

KEMBANG CANTIKKU  09

(Tien Kumalasari)

 

“Ayo, makanlah. Kamu tidak suka, karena belum pernah makan makanan ini? Ini beef steak, kalau orang Jawa bilang bestik. Cobain,” kata Qila ketika sudah duduk di sebuah restoran dan memesan makanan tanpa menunggu Wahyudi menginginkan apa.

Wahyudi hanya duduk termangu, menatap segala macam hidangan yang tersedia di meja di depannya.

“Hei … itu makanan, untuk di santap, bukan ditatap. Apa kamu mau aku suapin?”

Wahyudi tertegun atas sikap aneh Qila. Tiba-tiba menyuruhnya memegang setir mobil, lalu tiba-tiba pula mengajaknya makan di sebuah restoran.

“Ayo, sini, aku suapin … kata Qila yang tanpa sungkan menyendokkan makanan lalu didekatkannya ke mulut Wahyudi.

Wahyudi menolehkan wajahnya, dan sendok itu luput memasuki mulutnya.

“Mengapa ibu bersikap begitu? Saya sedang tidak ingin makan, saya hanya teringat bahwa saya punya tugas menyiapkan obat untuk bapak di rumah,” kata Wahyudi dengan wajah kesal. Ia sangat tidak suka pada wanita cantik yang duduk di depannya. Semuanya tampak sempurna, cantik bukan alang kepalang, tapi Wahyudi tidak suka matanya. Mata indah itu tampak sangat liar, sedikit genit, dan itu membuatnya sebal. Wahyudi juga heran, mengapa wanita itu bersikap aneh padanya. Padahal dia kan menantu majikannya?

“Baiklah, hanya sebentar. Habiskan makanmu, lalu kita pulang,” kata Qila sambil menyendok makanannya.

Tak urung Wahyudi bersedia memakannya, karena kalau dia tidak mau, mungkin perempuan genit itu tidak akan segera mengajaknya pulang. Ingin sebenarnya pulang sendiri, tapi dia tidak tahu jalan. Tadi dia mengajaknya melewati jalan yang berbelok-belok.

“Enakkah?” Qila menatap Wahyudi tanpa berkedip. Sambil menyuap dan menyantap makanannya pun dia terus memandangi wajah tampan yang menurutnya tak ada cacat celanya itu.

“Laki-laki ini bisa membuatku tergila-gila,” bisik batinnya.

“Sudah Bu, saya sudah selesai, kita harus segera pulang. Saya bisa kena marah kalau tidak menyiapkan obat untuk bapak pada waktunya.”

“Hm, baiklah.”

“Saya tidak mengerti, mengapa ibu mengajak saya,” katanya sambil berdiri.

“Aku sedang sendirian, karena suamiku sedang bersama tamu bisnisnya. Aku butuh teman.”

“Mengapa saya?” kesal Wahyudi sambil berjalan lebih cepat, sementara Qila meletakkan sejumlah uang di meja yang tadi ditempatinya.

“Wahyudi … aduuh, kamu berjalan apa terbang sih?” kata Qila sambil berlari-lari kecil mengejar sosok ganteng yang dikaguminya.

Qila dan Wahyudi sudah duduk di dalam mobil, dan kembali Qila menyuruh Wahyudi memegang setir.  Ketika mobil itu keluar dari parkiran, sebuah mobil lain lewat dari arah yang berlawanan.

Itu mobil yang dikendarai Nano, dan bu Kartiko ada di dalamnya. Nano menatap heran karena mengenali mobil Wisnu. Yang membuatnya lebih heran lagi, adalah dia seperti melihat Wahyudi duduk dibelakang kemudi.

“Benarkah itu Wahyudi? Kok bisa bersama bu Qila sih?” kata batin Nano.

“Ada apa No? Kamu kok seperti melihat sesuatu?” tanya bu Kartiko yang tidak memperhatikan mobil anaknya.

“Itu Bu, seperti mobil pak Wisnu,” kata Nano tanpa mengatakan bahwa dia seperti melihat Wahyudi.

“Oh, mereka sedang makan siang, barangkali. Ada Wisnu dan Qila bukan?”

“Mm … entahlah Bu, saya tidak begitu memperhatikan, hanya memperhatikan mobilnya saja. Mungkin juga saya salah lihat. Mobil kan bisa saja sama.”

“Iya sih No. Mampir ke toko buah di depan itu No, persediaan di  rumah sepertinya sudah menipis.”

“Baik Bu.”

***

Ketika Wahyudi dan Qila sampai di rumah, pak Kartiko sudah duduk di kusi roda, menyaksikan acara televisi di ruang tengah. Wahyudi setengah berlari mendekat.

“Pak, saya minta maaf.”

“Dari mana kamu?” tegur pak Kartiko.

“Saya _”

“Dari mengantarkan saya pak,” kata Qila yang tiba-tiba muncul.

“Kamu? Mengapa menyuruh Wahyudi mengantarkan kamu?” tanya pak Kartiko dengan wajah kesal.

Tadi itu mas Wisnu kan ada pertemuan bisnis dengan pak Purnomo, lalu saya ada keperluan keluar, tiba-tiba saya merasa pusing sekali. Karena sudah dekat rumah saya mampir, saya pikir Nano ada, supaya bisa mengantarkan saya, ternyata adanya cuma Wahyudi. Dan ternyata juga, dia bisa menyetir Pak, jadi _”

“Apa di kantor tidak ada sopir? Ada kan?”

“Sopir kantor mengantarkan mas Wisnu Pak, jadi saya berangkat sendiri.”

Wahyudi yang sedang menyiapkan obat untuk pak Kartiko mendengus kesal. Perempuan yang cantik, tapi kenapa  begitu gampangnya mengucapkan kebohongan? Ingin dia membantahnya, tapi merasa sungkan.

“Lain kali jangan pernah melakukan itu, kecuali sudah minta ijin sama ibumu, atau aku.”

“Tadi itu saya tahu ibu sedang pergi, karena saya lihat mobilnya tidak ada. Dan itu waktunya bapak tidur, jadi saya mau bilang sama siapa?”

“Di rumah ada simbok bukan? Ya sudah, lain kali jangan lakukan lagi.”

“Baiklah, saya sekarang permisi dulu ya Pak, harus segera kembali ke kantor.”

Pak Kartiko tidak menjawab.

“Aku pergi dulu Wahyudi, terima kasih sudah mengantarkan aku.”

Wahyudi pun tidak menjawab.

“Bapak, ini obat yang harus diminum sebelum makan,” kata Wahyudi sambil membawa nampan berisi minum dan cawan kecil berisi obat.

“Baiklah.”

“Saya minta maaf,” kata Wahyudi pelan.

“Tidak apa-apa. Aku tahu kamu melakukannya karena kepatuhan kamu, dan merasa bahwa Qila itu sama saja seperti aku, yang berhak memerintah kamu. Tapi tidak, aku kurang suka pada kelakuan Qila yang semaunya sendiri.”

“Ya, Pak."

Pak Kartiko minum obatnya, kemudian meminta agar Wahyudi menemaninya.

***

“Aku tuh tadi seperti melihat mobil pak Wisnu deh,” kata Nano saat sedang makan siang bersama Wahyudi.

“Di mana?”

“Di depan sebuah rumah makan.”

Wahyudi berpikir, apakah Nano melihatnya saat bersama Qila?

“Yang dimaksud mobilnya pak Wisnu apa yang tadi dibawa bu Qila ya?” kata batin Wahyudi.

“Yang membuat aku heran, aku seperti melihat kamu menyetir mobil itu.”

“Oh, jadi kamu melihatnya?”

“Itu benar kamu?”.

“Yang kamu maksud mobilnya pak Wahyu tuh itu? Iya, aku tadi membawa mobil itu.”

“Kamu bisa menyetir?”

“Entahlah, ternyata aku bisa, tadinya aku tak yakin.”

“Kamu sebenarnya bukan orang biasa Yudi.”

“Apa maksudmu?”

“Kamu bisa melakukan hal yang tidak aku kira sebelumnya.”

“Hanya dengan menyetir mobil? Siapa tahu dulu aku adalah sopir.”

“Hm, bisa jadi. Tapi penampilan kamu berbeda dengan orang biasa.”

“Jadi aku bukan manusia? Jin … barangkali?”

Nano terbahak.

“Maksudku, kamu pasti orang yang punya kelebihan. Atau bahkan kamu tuh orang kaya yang juga punya mobil, siapa tahu.”

Wahyudi tersenyum.

“Orang kaya apa ya? Kaya monyet atau apa?”

“Kamu tuh bercanda, aku serius.”

“Sudah, jangan bicara tentang sesuatu yang nggak jelas.”

“Siapa tahu, sedikit ucapanku bisa membuat kamu teringat sesuatu. Bisa jadi kamu seorang sopir, bisa jadi kamu orang kaya yang punya mobil.”

“Entahlah, semuanya masih gelap bagiku.”

“Eh, tapi kamu kok nggak cerita sih, bagaimana kamu tadi bisa bersama bu Qila?”

“Dia tuh aneh.Tiba-tiba datang dan meminta aku agar mengikuti dia. Aku bingung diberi kunci mobil. Dan aku juga heran ternyata aku bisa menyetir. Jadi dia menyuruh aku menyetir mobilnya.

“Kemana ?”

“Heran, ternyata bu Qila suka berbohong,” kata Wahyudi lirih, khawatir ada yng mendengarnya.

“Berbohong bagaimana?”

“Tadi dia tuh bilang sama pak Kartiko bahwa ada keperluan, padahal tidak. Aku … maaf … agak kurang suka sama dia.”

“Lalu sebenarnya dia menyuruhmu mengantar ke  mana?”

“Muter-muter, lalu makan.”

“Apa?”

“Aku heran mengapa dia melakukannya.”

“Apa ya maksudnya. Dia sedang bingung barangkali.”

“Akulah yang bingung,” kata Wahyudi sambil mengakhiri makan siangnya.

***

Tapi ketika Qila sampai di kantor, ternyata sang suami sudah ada di ruangannya, sedang duduk di depan meja kerjanya, sambil membolak-balikkan lembaran-lembaran kertas.

“Mas, kok sudah datang?”

“Kamu gimana sih? Disuruh mengerjakan ini, kamu malah pergi. Kemana saja kamu?”

“Aku sedih lah, kamu tinggalkan sendirian di sini.”

“Kamu tuh punya tugas di sini. Mana, tak satupun yang kamu kerjakan.”

“Iya mas, aku tadi hanya pergi makan sebentar.”

“Sebentar apa? Satpam di depan bilang kalau kamu pergi sudah dua jam yang lalu.”

“Aku muter-muter cari makan, lalu mampir ke rumah.”

“Rumah siapa?”

“Ya rumah orang tua kamu lah Mas, aku kan sudah tidak punya orang tua.”

“Ngapain kamu ke sana?”

“Ya sudah lah Mas, jangan banyak tanya. Mana, biar aku kerjakan semuanya itu.”

“Sudah hampir selesai,” gerutu Wisnu, sambil meninggalkan meja kerjanya.

***

Hari terus berjalan, sudah hampir sebulan Wahyudi berada di rumah keluarga Kartiko.

“Wahyudi, besok kita libur, apa kamu mau di rumah saja?”

Liburan di keluarga Kartiko tidak selalu di hari Minggu. Kalau Minggunya ada acara, maka mereka diliburkan di hari Senin nya. Memang dibuat bersamaan, agar keduanya bisa berlibur bersama. Keluarga yang baik, dan tidak hanya mementingkan dirinya sendiri, tapi juga berharap karyawannya bisa bersenang-senang bersama.

“Memangnya kamu mau ke mana?”

“Pacaran dong,” kata Nano sambil tersenyum.

“Yaah, seneng dong ketemu pacar.”

“Kamu mau ikut?”

“Masa aku harus ikut orang pacaran, dianggap patung dong nanti.”

“Bukan begitu, aku mau main ke rumah pacar aku. Nanti aku kenalkan sama adiknya.”

“Adik pacar kamu?”

“Dia punya adik yang cantik lho. Tapi dia gadis desa sih.”

“Pacar kamu gadis desa?”

“Memangnya apa salahnya pacaran dengan gadis desa? Kami bahkan akan segera menikah.”

“Oh, syukurlah.”

“Mau nggak?” Nano mengulangi ajakannya.

“Apa? Ikut sama kamu ke rumah pacar?”

“Iya, siapa tahu kamu berjodoh dengan adiknya.”

Wahyudi tersenyum. Ia tak tahu, apakah harus senang mendengar ajakan Nano. Tapi dia juga ingin keluar rumah saat libur.

“Bagaimana?”

“Ya sudah, mau deh. Tapi bukan karena mendengar adik pacar kamu cantik. Aku hanya ingin jalan-jalan keluar saja.”

“Baiklah, kita bisa berboncengan.”

“Tapi janji ya, aku jangan ditinggal sendirian, nanti.”

“Ya enggak, masa aku setega itu.”

“Kalau tiba-tiba kamu pergi sama pacar kamu, bagaimana?”

“Kamu akan ditemani adiknya, namanya Murni.”

“Yaah, nggak mau aku.”

Nano tertawa.

“Kok kamu tiba-tiba seperti anak kecil begitu. Takut ditinggal pergi.”

“Bukan begitu, aku ini kan orang yang sedang bingung. Kalau ditanya sesuatu yang aku tidak bisa menjawabnya, bagaimana?”

“Nggak, aku hanya bercanda. Aku sama Murti itu pacaran tapi tidak suka dolan-dolan berdua, kalau tidak ada yang perlu sekali. Seringnya, kami itu ya hanya duduk-duduk di rumah, omong-omong dengan orang tuanya sebentar. Gitu-gitu saja.”

“Baiklah kalau begitu.”

“Nah, gitu dong. Masa kamu mau mendekam terus di rumah.”

***

Hari itu keduanya berboncengan ke sebuah tempat, agak jauh dari kota. Wahyudi membaca sebuah tulisan besar, Selamat Datang di Desa MATESIH.

“Jauh ya rumah calon istri kamu.”

“Iya, jauh di mata, tapi kan dekat di hati.”

Wahyudi tertawa sambil memukul bahu temannya.

“Iya, aku percaya. Seneng ya, sudah mau punya istri?”

“Kami sudah lama berhubungan, Cuma aku bilang baru nabung dulu. Mungkin tahun depan siap menikah.”

“Alhamdulillah, aku ikut senang.”

“Nanti kamu aku kenalkan sama  adiknya. Sebenarnya adiknya itu lebih cantik.”

“Kenapa kamu tidak memilih adiknya?”

“Masalah cinta itu ukurannya bukan cantik atau tidaknya, tapi merasa cocok dan yang penting ada rasa yang berbeda.”

“Hm, aku harus belajar dari kamu rupanya.”

“Bagus, nanti aku ajarin. Dan pelajaran pertama adalah … aku kenalkan dulu sama Murni. Nanti kamu harus bertanya dulu sama hati kamu, apa yang kamu rasakan setelah bertemu dia.”

“Sepertinya mudah.”

Nano menghentikan sepeda motornya di sebuah rumah sederhana. Seorang perempuan setengah tua sedang duduk di teras, sendirian. Ia segera berdiri ketika melihat Nano datang bersama Wahyudi.

“Nak Marno … lama tidak kemari,” sapa wanita itu.

“Iya Bu, mohon maaf, sedang banyak pekerjaan. Murti ada?”

“Ada, lagi di belakang, ayo silakan duduk. Ini siapa?”

“Ini teman saya, namanya Wahyudi.”

Wahyudi mendekat, mencium tangan wanita setengah tua itu, setelah Nano melakukannya.

“Duduklah Nak,” katanya ramah, kemudian beranjak ke dalam rumah.

Wahyudi dan Nano duduk setelah dipersilakan.

“Murti, itu ada nak Marno, terdengar teriakan dari dalam rumah.

Tak lama kemudian seorang gadis berwajah manis keluar. Nano menyambutnya dengan wajah berseri.

“Apa kabar Murti?”

“Baik Mas, ini siapa?”

“Ini namanya Wahyudi, sahabat aku,” Nano memperkenalkan Wahyudi.

Wahyudi dan Murti saling merangkapkan ke dua tangan.

“Dia ini mau aku kenalkan sama Murni.” 

“Ooh,” Murti tersenyum mengerti. Pasti maksudnya adalah berkenalan untuk sesuatu yang lebih serius.

“Sebentar, aku panggil dia, baru saja dia pulang sekolah,” kata Murti sambil beranjak ke dalam.

Tapi di balik pintu dia berpapasan dengan adiknya yang lagi mengintip.

“Eeh, ngapain kamu ngintip-ngintip?”

“Ssst,” kata Murni tersipu, kemudian setengah berlari ke belakang.

“Murni, ayo keluar, aku kenalkan sama temannya mas Nano. Dia ganteng lho,” rayu Murti.

Tapi Murni menjawabnya dengan ketus.

“Ogah, dia kan sudah tua.”

“Sssst….” Murti menutup mulut adiknya dengan telapak tangan, lalu menariknya ke depan dengan paksa.

Wahyudi terbelalak melihat Murti menggandeng seorang gadis, yang masih mengenakan seragam sekolah.

“Haaa, masih SMA?” kata Wahyudi dalam hati.

***

Besok lagi ya.

 

38 comments:

  1. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 09 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  2. Selamat buat bu dosen Iyeng Santoso .... Juara 1 menyambut kedatangan KACE_09

    Matur nuwun bunda...
    Salam sehat penuh semangat dan
    TETAP ADUHAI....

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah KC~09 sudah hadir... maturnuwun bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah sudah tayang KC 09
    Terimakasih bunda Tien Semoga bunda Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin

    ReplyDelete
  5. Terima kasih... disni rupanya... seruuu

    ReplyDelete
  6. Terima kasih Bu Tien Kembang Cantiknya....sugeng ndalu sugeng istirahat salam sehat semangat...

    ReplyDelete
  7. Karena ceritanya menarik sehingga satu seri itu terasa pendek...
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah cerbung Kembang Cantikku Eps. 09 sudah tanyang. Matur nuwun mbak Tien Komalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Alamiin.

    ReplyDelete
  9. Terima kasih, bu Tien...maunya yang lebih panjang, biar lebih lama bacanya.🤭😅

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien 🌷🌷🌷🌷🌷

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun mbak Tien-ku Kembang Cantikku sudah berkunjung.
    Wahyudi dirayu Qila, ah kasihan belum ingat pribadinya sendiri sudah ada masalah.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  12. Slhamdulillaah dah tayang makadih bunda salam aduhai

    ReplyDelete
  13. Jangan sampai Julaiha (Aqila) menggoda Yusuf (Wahyudi).... ☺☺☺

    Sehat selalu Bu Tien, salam dari Bandung.

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah KC 8 sdh datang, matursuwun bu Tien
    Semoga sehat selalu. Aamiin

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillaah KC 09 sudah hadir.
    Maturnuwun bunda Tien cantik yang selalu aduhai dengan karya2nya, menghibur semua penggemarnya.
    Semoga bunda Tien selalu sehat dan selalu dalam lindungan dan keberkahan Allah SWT.
    Salam sehat dan berbahagia selalu bersama keluarga tercinta 😘😘

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, Matur nuwun bu Tien
    Ternyata Murni ,,,oh sdh tua...

    Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien 🤗🥰

    ReplyDelete
  17. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's, Mbah Wi, Tjoekherisubiyandono

    ReplyDelete
  18. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina,

    ReplyDelete
  19. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  20. Asiiik nih..
    Makasih mba Tien.
    Salam sehat selalu aduhai

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah KC 09 telah tayang , terima kasih mbak Tien, sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin.

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah, matur nuwun … sehat selalu bunda Tien . .

    ReplyDelete
  23. Terimakasih Bunda Tien, wahhhh semakin seru...
    Qila bisa jd ulat bulu nih.... semoga aman2 sj Wahyudi ya...
    Sehat2 selalu Bunda Tien, salam aduuhaaiiiii

    ReplyDelete
  24. Para blogger Penggemar Cerbung Tien Kumalasari. Kami beritahukan keCADM kloter pertama 50 eksemplar sdh terjual habis. Kloter kedua sdh kami buka.

    *Pemesanan buku CADM dibuka lagi kloter 2. Akan dikirim mulai tgl 2 Juli 2022*

    1. Ermi Suhasti 1🌸
    2. Bu Tien 4
    3. Sri Lestari 1🌸
    4. Ny Sri Purwanto 1🌸
    5. Isdarmirah utk Ella 1 🌸✅
    6. Wiwik Suharti 1
    7. Jalmi Rupindah 1

    Jumlah buku = 25
    Dipesan = 10
    Masih ada = 15
    Transfer ke
    BNI 0249117018 a.n Sri Setiawati
    Alamat kirim dan bukti trf dijapri ke Iyeng Santoso
    08179226969

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...