Saturday, April 2, 2022

BUKAN MILIKKU 28

 

BUKAN MILIKKU  28

(Tien Kumalasari)

 

Bu Kartomo memandang suaminya curiga. Ia yakin suaminya sedang mencari jalan untuk sesuatu yang tersembunyi, dan itu adalah uang.

“Tidak usah," sergahnya tandas.

“Mengapa tidak boleh?” protes pak Kartomo.

“Tidak boleh. Ada pembicaraan tentang masakan itu saat bu Siswanto mencicipinya. Bapak bisa apa?”

“Iya Pak, ini kan tentang masakan. Bapak tidak akan bisa menjawab kalau ditanya,” kata Retno yang juga kesal melihat sikap ayahnya.

“Ya sudah, aku mau bicara sama nak Sapto saja. Nak Sapto, mari keluar sebentar, ada yang akan saya bicarakan,” katanya kemudian kepada menantunya.

Sapto yang semula ragu, kemudian berdiri karena pak Kartomo terus memandanginya sambil berdiri. Ia mengikuti pak Kartomo ke arah teras.

“Ada apa Pak?”

“Begini Nak, Nak Sapto kan tahu, sekarang Bapak ini tidak bekerja, dan tentu saja tidak punya penghasilan. Maksud saya, saya akan membuka sebuah usaha, untuk kelangsungan hidup saya. Tapi keinginan saya ini terbentur pada modal. Saya kan tidak punya apa-apa.”

“Memangnya Bapak mau berusaha dalam bidang apa?”

“Apa saja Nak. Yang penting punya penghasilan yang bisa untuk makan bersama isteri. Selama ini saya kan hanya mengandalkan tenaga, untuk bantu-bantu siapa saja yang membutuhkan bantuan. Ya membetulkan rumah, ya membetulkan perabot. Pokoknya apa saja. Tapi akhir-akhir ini saya pikir pekerjaan itu tidak sepenuhnya bisa mencukupi kebutuhan. Karena tidak setiap hari ada orang membutuhkan tenaga saya.”

“Yang jelas dong Pak, usahanya apa. Jadi jelas juga berapa modal yang diperlukan.”

“Bagaimana kalau saya punya sebuah warung sembako?”

“Sembako? Dimana Bapak mau menjualnya?”

“Dirumah sini saja. Setiap hari kan orang butuh beras, minyak, gula, sabun dan sebagainya, jadi saya yakin akan bisa berhasil.”

“Berapa modal yang Bapak perlukan?”

“Terserah nak Sapto saja. Berapapun modalnya, akan saya cukupkan untuk penyediaan bahan-bahan pokok itu. Tapi sebelumnya kan harus ada almari, rak dan sebagainya untuk menempatkan dagangan.”

“Baiklah, nanti akan saya bantu. Tentang almari dan rak dagangan itu nanti biar Budi yang menyiapkannya. Setelah siap, Bapak akan saya beri modalnya.”

“Kapan itu Nak?”  pak Kartomo kelihatan sangat mendesak.

“Nanti saya akan bicara sama Budi, biarlah Budi yang mengatur semuanya, berikut penyediaan barang dagangan yang bisa dijual. Eh, tapi tidak usah, saya memberinya modal bukan dalam bentuk uang, tapi barang saja," kata Sapto yang berubah pikiran.

“Bagaimana kalau Nak Sapto memberikan uangnya saja? Saya  merasa nggak enak kalau merepotkan nak Budi. Dan lagi apa yang saya utarakan ini anggap saja saya berhutang, nanti kalau sudah jalan, berapapun modalnya pasti akan saya kembalikan.”

“Tidak apa-apa. Kalau barang sudah disediakan, Bapak tinggal menjual dan memutar dagangan itu sehingga nantinya kalau sudah laku bisa kulakan lagi. Masalah pengembalian modal itu nanti, yang penting Bapak bisa menjalankannya dulu.”

Sementara itu Retno dan Budi sudah keluar dari dalam ruang tamu, bersiap untuk pulang.

“Tampaknya mereka sudah selesai. Siap pulang?” tanyanya kepada Budi.

“Ya Mas, kita pulang sekarang,” sahut Budi yang kemudian mencium tangan bu Kartomo dan juga pak Kartomo, setelah Retno yang kemudian disusul Sapto.

***

“Bicara apa tadi sama nak Sapto?” tanya bu Kartomo curiga, setelah Retno dan Budi serta Sapto pulang.

“Bicara soal bisnis lah, masa bicara soal masakan,” jawab pak Kartomo ketus.

“Pasti tentang uang,” tebak bu Kartomo.

“Ya banyak hal. Namanya bisnis ya pasti ada hubungannya dengan uang.”

“Bapak jangan sembarangan meminta uang. Apalagi kepada pihak menantu dan besan.”

“Memangnya siapa yang meminta uang?”

“Biasanya kan bapak begitu, ngomong apa saja, larinya ke uang.”

“Jangan suka menuduh kalau belum tahu buktinya.”

“Berdasarkan pengalaman saja kok.”

“Besok aku akan membuka sebuah toko.”

“Toko apa? Sok amat Bapak nih.”

“Toko sembako. Lengkap. Paling lengkap di kampung ini.”

“Memangnya Bapak punya modal? Jangan sampai Bapak merepotkan nak Sapto, aku malu, tahu. Kita ini orang tak punya, ya sudah terima saja apa adanya. Jangan sampai merendahkan diri dengan meminta-minta.”

“Aku bukan minta-minta. Namanya bisnis itu ya memberi dan menerima.”

“Bisnis … bisnis … sok tahu tentang bisnis. Pokoknya aku peringatkan Bapak jangan sampai mempermalukan diri sendiri. Kalau Bapak melakukan hal yang rendah, aku juga akan malu.”

“Kamu itu selalu menganggap aku tidak ada bagus-bagusnya. Pokoknya diam, dan nanti kamu tidak usah ikutan. Semua biar aku yang menjalankan,” katanya kemudian pergi keluar rumah sambil mengomel panjang mendek, entah apa yang diucapkannya.

“Kapan suamiku bisa sembuh dari sifat buruknya itu,” gumam bu Kartomo sedih.

***

“Bud, ada pekerjaan untuk kamu,” kata Sapto dalam perjalanan pulang.

“Pekerjaan apa?”

“Pak Kartomo ingin membuka toko sembako.”

Retno mengangkat wajahnya, lalu mendengarkan dengan seksama pembicaraan kakak beradik itu.

“Lalu?”

“Kamu bisa kan, menyuruh orang membuat almari, atau rak untuk menata dagangan? Kamu mungkin perlu mengukur ruang disana, supaya bisa pas nanti membuatnya. Tanyakan pada pak Kartomo apa yang akan dijualnya dan bagaimana penempatannya.”

“Kapan mulainya?”

“Lakukan secepatnya. Lalu setelah selesai, kamu pesan apa saja yang akan dijual, aku beri kamu uang untuk kulakan. Apa saja.”

“Tidak,” kata Retno tiba-tiba.

Budi melongok ke arah kaca spion, melihat Retno yang tampak tidak suka.

“Kenapa Ret?” tanya Sapto.

“Jangan buat apapun untuk ayahku.”

“Ayahmu butuh pekerjaan atau kesibukan, tentunya yang menghasilkan. Pilihannya adalah jualan sembako.”

“Jangan lakukan. Lebih baik tidak,”

“Kenapa begitu? Biarlah ayah kamu melakukan apa yang terbaik untuk hidupnya. Sebuah usaha itu bagus, karena dengan berusaha kita bisa menyesap nikmatnya hasil dari keringat kita,” kata Sapto sambil menoleh ke arah belakang.

“Ayahku belum tentu bisa mengelolanya. Aku tidak mau keluargaku merepotkan kalian. Jadi biarkan saja.”

“Jangan begitu Ret, aku sudah menyanggupinya. Aku tidak akan memberikan uang, tapi barang. Barang yang semoga bisa menjadi awal dari usaha itu.”

Retno menghela napas.

“Kalau sampai tidak berhasil, aku pasti sangat malu pada kalian.”

“Tidak masalah, namanya orang berusaha itu kemungkinannya ada dua. Satu berhasil, dua gagal. Ya sudah. Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa kita berhasil atau gagal, ya kita harus menjalaninya,” kata Sapto bijak.

Retno diam-diam mengagumi jalan pikiran suaminya. Tentu saja dia bisa mengatakannya, karena dia seorang pengusaha. Tapi ayahnya, entahlah. Retno ragu ayahnya akan berhasil mengelolanya. Dan dia sudah mengingatkan suaminya.

“Nah, kamu sudah mengerti kan Bud apa maksud aku?”

“Ya, mengerti Mas, besok biar orang kantor melihat lokasinya sehingga bisa mengerti ukuran serta bentuk almari atau rak yang dimaksud.

***

“Oh, ibumu Ret? Bagus sekali. Aku malah tidak tahu kalau ibu kamu bisa memasak enak,” kata bu Siswanto kepada Retno.

“Saya tidak tahu apakah enak atau tidak Bu, besok Ibu mau memberikan contoh masakan dulu, kalau berkenan, ibu saya bersedia memasakkan, tapi kalau tidak, lebih baik tidak. Ibu takut mengecewakan, karena biasanya hanya menerima pesanan orang-orang sekampung, atau paling tidak untuk tetangga kampung.”

“Memangnya apa bedanya lidah orang kampung dan yang bukan kampung? Tidak apa-apa, aku senang besok akan mencicipi masakan bu Kartomo.

“Semoga tidak mengecewakan.”

“Ya sudah, kamu istirahat saja, pasti capek muter-muter terus.”

Ketika Retno memasuki kamarnya, dilihatnya Sapto sudah berbaring di ranjang. Retno ingin duduk di sofa, tapi Sapto memanggilnya.

“Ret, tidurlah sebentar. Kamu harus beristirahat,” katanya lembut.

“Aku akan duduk saja disini, hari masih sore, nanti ketiduran,” jawab Retno sambil duduk di sofa, lalu meraih sebuah majalah baru yang rupanya baru saja dibawa oleh Sapto.

Retno sedang membuka-buka majalah ketika tiba-tiba Sapto sudah duduk di sampingnya. Retno beringsut sedikit.

“Kok menjauh sih?”

“Gerah.”

“Kan AC nya menyala?”

“Tetap saja gerah.”

“Yang penting kan tidak muntah?”

Retno tetap membalik-balik majalah itu, tak bermaksud membacanya. Tapi Sapto merasa lega karena Retno bersikap lebih lunak dari biasanya. Semalam Retno juga tidak menolaknya dengan ancaman ‘itu adalah dosa’.

Retno membenci perasaannya sendiri. Ia merasa sedang terjebak dalam sebuah kubangan yang membuatnya tak bisa berkutik. Sesekali bayangan Wahyudi melintas, tapi kemudian disusul oleh bayangan Wuri yang tengil dan cantik. Retno merasa harus pasrah.

“Gadis itu baik,” gumamnya pelan, dan tanpa sadar Sapto mendengarnya.

“Gadis mana yang kamu maksud?”

“Gadis yang sering mendampingi dia.”

“Dia siapa?”

“Bekas pacarku,” jawabnya terus terang, tanpa takut suaminya cemburu.

“Kamu masih mengingatnya?”

“Tentu saja aku mengingatnya.”

“Tak bisa melupakannya?” kali ini ada nada cemburu pada ucapan Sapto.

“Sulit.”

Sapto menghela napas panjang.

“Aku akan sabar menunggu terbukanya hati kamu.”

“Kira-kira tiga bulan lagi aku akan melahirkan. Bukankah kamu akan menceraikan aku? Apakah kamu membutuhkan cinta dari seorang wanita yang nantinya akan pergi dari kehidupan kamu?”

“Aku tidak akan menceraikan kamu.”

Retno menatap suaminya, kemudian menundukkan wajahnya.

“Barangkali bercerai lebih baik. Tapi aku akan tetap membawa bayiku.”

“Mengapa bercerai lebih baik? Perceraian itu dibenci oleh Allah.”

“Kehidupan yang menyiksa akan mendapat belas kasihanNya.”

“Aku akan tetap menjadi suami kamu, dan akan membuat kamu bahagia.”

“Bagaimana dengan bayi ini?” tanya Retno sambil menunjuk ke arah perutnya.

Tangan Sapto terangkat, lalu mengelus perut buncit Retno.

“Bayi ini akan tetap menjadi anak kita.”

“Bukankah ayah kamu akan memberikannya kepada Kori?”

“Tak akan aku biarkan,” kata Sapto tandas.

Retno menatap suaminya, mencari kebenaran akan ucapannya melalui sepasang matanya yang tajam.

“Aku tak yakin.”

“Nanti kamu akan mempercayai aku.”

“Mengapa kamu tidak segera kembali ke Jakarta?”

“Kamu mengusir aku?”

“Bukan mengusir. Kalau isteri kamu datang menyusul, akan heboh rumah ini.”

“Dia tidak akan menyusul.”

***

Dan Kori memang tidak menyusul. Ia asyik berjalan-jalan bersama teman-temannya dan tidak pulang sampai suaminya datang.

Sapto tak menemui Kori di rumah. Bibik pembantu yang ditanya sama sekali tidak tahu kemana perginya sang majikan.

“Ibu tidak pernah mengatakan kemana akan pergi, tapi sudah dua hari ini belum pulang juga. Ibu juga membawa beberapa potong pakaian, dan tampaknya akan pergi selama beberapa hari.

Sapto langsung berganti pakaian dan bersiap untuk pergi ke kantor.

Tapi sebelum dia memasuki mobil, dilihatnya Kori datang dengan diantar oleh seseorang.

“Mas sudah pulang?” tanya Kori sambil mendekati suaminya.

“Siapa dia?” tanya Sapto dengan wajah masam.

“O, itu tadi? Yang mengantar aku? Namanya Heru, anaknya bu Tuti, teman arisan aku.”

“Mengapa tidak membawa mobil sendiri dan harus diantar oleh dia?”

“Ahaa, Mas cemburu ya? Dia memamg ganteng. Ganteng dan masih muda. Senyumnya simpatik, dia juga punya kumis tipis yang membuat senyumnya semakin menarik,” kata Kori yang sengaja memanas-manasi hati Sapto.

“Mengapa pulang? Kan sudah ada cowok ganteng yang menemani?”

“Besok pergi lagi sama dia,” kata Kori enteng, sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

Sapto membiarkannya. Hari sudah agak siang dan dia harus segera pergi ke kantor.

***

Bu Kartomo heran ketika hari itu suaminya tampak berbincang dengan beberapa orang yang kemudian mengukur sana mengukur sini, dan pak Kartomo sibuk memberi instruksi.

“Untuk apa rumah diukur-ukur lagi?” tanyanya setelah orang-orang itu pergi.

“Kamu diam saja, menunggu sehari dua hari, lalu silahkan terkejut melihat apa yang aku lakukan,” kata pak Kartomo dengan sombongnya.

“Aku sudah mengingatkan, jangan berbuat hal yang mempermalukan diri kamu sendiri.”

“Kamu itu bicara seperti nenek-nenek saja. Padahal belum jadi nenek.”

“Sebentar lagi aku akan jadi nenek. Dan aku akan terus mengomeli kamu.”

“Aku akan beli penutup kuping, agar tidak pernah mendengar kamu mengomel setiap hari.”

Bu Kartomo masuk ke dalam rumah, dan mulai merajang sayuran dan bumbu yang akan segera dimasaknya. Ia sudah berjanji akan membuatkan contoh masakan agar dinilai oleh besannya. Sementara pak Kartomo mengambil sesuatu dari dalam kamarnya, kemudian pergi keluar rumah.

***

Semi kaget ketika tiba-tiba pak Kartomo muncul.

“Apa kabar Mi,” sapanya manis, setidaknya itulah yang dirasa oleh Kartomo.

“Baik. Mau apa Mas datang kemari?”

“Aku mau makan Mi.”

“Makan apa? Kalau makan ya harus bayar, jangan seperti biasanya, makan seenaknya, nambah berpiring-piring, tanpa bayar,” sungut Semi.

“Ini, aku titipkan dulu uangku sama kamu. Seratus ribu, lihat, itu seratus ribu. Cukupkah untuk membayar makananku yang belum juga aku makan?”

“Oh, baiklah. Mau makan sama apa?” kata Semi yang sikapnya berubah manis.

“Nanti tidak usah kamu kembalikan sisanya. Untuk kamu saja.”

“Iya Mas, terima kasih banyak. Ini mau makan sama apa?”

“Nasi pecel telur ceplok sama rempeyek teri,”  jawabnya sambil tersenyum.

Semi tersenyum senang. Ia mengambilkan makanan sesuai pesanan Kartomo, lalu diulurkannya kepada Kartomo.

Kartomo tersenyum, pancingannya mengena. Dengan selembar uang ratusan ribu, kesombongan Semi sudah runtuh.

“Aku akan membuka sebuah toko,  Mi,”Kartomo mulai membual.

“Toko apa?”

“Toko sembako. Pokoknya lengkap. Kalau kamu mau membeli beras atau gula atau apa saja, belilah nanti di tempatku.”

“Oh ya? Pasti dong kalau aku yang beli dikasih murah.”

“Tentu.”

“Kapan bukanya Mas?”

“Secepanya, ini lagi mau buat almari dan rak-rak untuk menata dagangan nanti. Aku sudah habis lebih limabelas juta, bahkan lebih.”

Semi melongo, benarkah apa yang dikatakan Kartomo?”

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

61 comments:

  1. Alhamdulillah BM 28 dah tayang
    Makasih bunda
    Aduhaii

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien untuk BMnya

    ReplyDelete
  3. Alhamdulilah kesuwun mbakyu Tienkumalasari BM 28 sudah tayang

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah bunda Tien BM 28 sudah hadir , terimakasih selalu sehat dan terus berkarya

    ReplyDelete
  5. Alhamdulilah....

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah tayang... slmt menjalankan ibadah saum Ramadhan kagem bu Tien n sahabat2 semua disini, smg sehat2 puasanya lancar... Aamiin

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah, terima kasih, Selamat menunaikan ibadah puasa, semoga selalu sehat dan tetap semangat, puasa kita ditrima Alloh SWT Aamiiin ya Robbal Alamin Bu

    ReplyDelete
  8. Makasih Bunda BM nya
    Sehat dan tetap semangat dalam berkarya

    ReplyDelete
  9. Slmt mlm bunda Tien..terima ksihBMnya sdh sayang..slm sht sll dan aduhai dri 🙏🥰

    ReplyDelete
  10. alhamdulillah... maturnuwun bu Tien BM nyasalam aduhai dan sehat selalu

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah sdh tayang. Selamat menunaikan ibadah semoga bisa menjalani semua amalan2 di bulan romadhon dan diparingi kesehatan prima.

    ReplyDelete
  12. Matur nuwun bunda Tien BM 28 telah tayang lebih awal..sugeng ngayahi ibadah siam.

    Salam ADUHAI ..

    ReplyDelete
  13. Mb Tien, maturnuwun sampun gasik
    Semoga Retno n Sapto ya mb
    Salam manis
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  14. Alhamdllah yg dtunggu sdh hadir... slmt istirahat... dan slmt mnjlnkn ibaadah puasa...

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah BM 28 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat selalu..
    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah. Matur nuwun bunda Tien

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah BM 28 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  18. Aku gak bisa balapan
    Hore hore aku gak.menang

    ReplyDelete
  19. Terima kasih Bu TIien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  20. Matur nuwun Bu Tien, mugi tansanh pinaringan kasarasan, aamiin....

    ReplyDelete
  21. Matur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah tayang.
    Whuahaa...bos Kartomo sebentar lagi buka toko, terus berkembang jadi toserba. Asal tidak bangkrut saja untuk menyenangkan si-dia.
    Salam sehat dari Sragentina mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah sdh tayang BM28, selamat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan untuk bunda Tien sekeluarga dan semua penggemar cerbung bunda Tien.

    ReplyDelete
  23. 𝐒𝐞𝐦𝐨𝐠𝐚 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮...𝐀𝐚𝐦𝐢𝐢𝐧 𝐘𝐑𝐀.

    ReplyDelete
  24. Matur nuwun ibu Tien..
    BM 28 sudah hadir....
    Semoga ibu Tien dan keluarga sehat selalu,
    Aamiin yaa Robbal’alamiin...
    Salam SeRoJa....ADUHAI....

    ReplyDelete
  25. Ibu Ketua Juara 1 ....
    Selamat.

    Selamat malam bu Tien, selamat malam sahabat² cerbungku, tetap sehat dan sehat terus. Selamat menunaikan ibadah shaum Ramadhan 1443H, bagi sdr²ku yang melaksanakan. Mohon maaf lahir batin

    ReplyDelete
  26. BM 28.
    Wah wah pak Kartomo... dengan sikap yang sombong mulai memamerkan bahwa akan buka toko Sembako dan seperti biasanya, juga mengatakan bahwa sudah mengeluarkan biaya yang banyak sebagai persiapan toko. Dan tentu membuat wanita yang diincar oleh Kartomo terperangah mendengar bualan Kartomo.
    Sementara itu sikap Sapto bertentangan sikap pak Siswanto, yang mengharapkan Sapto menceraikan Retno setelah anak nya lahir, dan mengharapkan anak yang dikandung Retno diserahkan ke Kori.
    Salam sehat dan bahagia Mbak Tien.

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah BM~28 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien, semoga tetap sehat dan salam ADUHAI.. 🙏

    ReplyDelete
  28. BM 28 untuk teman Malming. Matur nuwun, bu Tien

    ReplyDelete
  29. Trims Bu Tien sdh menghibur sehat selalu Bu tien

    ReplyDelete
  30. Terimakasih Bu Tien BM 28 dah tayang,
    Selamat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan...,
    Sehat2 selalu ya Bu Tien & keluarga,
    Salam aduhaiii 🙏😍🌹

    ReplyDelete
  31. Makasih mba Tien .
    Salam sehat dan selalu aduhai

    ReplyDelete
  32. Duh, besok libur sehari...
    Ga sabar nunggu lanjutannya, mbak

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah....BM 28 dah hadir
    Smoga ibu Tien sll sht dan bahagia bersama kluarga
    Salam Aduhai..dari Blora

    ReplyDelete
  34. Trimakasih bu Tien BM28nya..

    Walah pak Kartomo ndobos sm Semi..😏😏
    Aduhaiii...🤭


    Tunggu lanjutannya senin lagi...

    Menyampaikan selamat menunaikan ibadah puasa bu Tien...semoga sehat selalu dalam menjalankannya dan barokah..🙏🤲🤲

    ReplyDelete
  35. Mtr nuwun bu tien...sehat selalu njih bu...selamat menunaikan ibadah puasa...

    ReplyDelete
  36. 𝘛𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘒𝘢𝘳𝘵𝘰𝘮𝘰 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘶𝘬𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘨𝘪𝘣𝘶𝘭...
    𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘣𝘢𝘬 𝘛𝘪𝘦𝘯...

    ReplyDelete
  37. Yaah. J. Nani sih langganan juara. Suwun bu Tirn BM28 tayang

    ReplyDelete
  38. Menjadi bijak karena sikon. Bu Tien, p. Kartomo dikasih teman, jangan tengil sendirian....ahhhhhh

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah sapto pasti akan ceraikan Kori ya ujung2 cinta ma Retno.terina kasih bu Tien

    ReplyDelete
  40. Terimakasih bu Tien, semoga sehat selalu. 👍

    ReplyDelete
  41. Assalamualaikum wr wb. Kesombongan Kartomo tdk ada habisnya, malah justru semakin sombong, ketika Sapto memberikan angin kpd nya. Saya tunggu saja lanjutan ceritanya. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin dan tetap semangat berkarya sebagaimana kita bersemangat menuaikan puasa ramadhan thn ini. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener sy jd jengkel dg kelakuan pak kartomo, kok ga malu ya

      Delete
  42. Hari demi hari Sapto mulai berubah sikapnya sama Retno dan bisa bijaksana untuk menenuhi keingingan mertua yg matre n angkuh. Akankah berubah sifat P Kartono dan bgmn nanti setelah tahu sifat Kori yg suka berfoya2 dg Siswanto. Tetap kekehkah untuk menjadikan mantu kesayangannya ????
    Matur nuwun M Tien kutunggu eps berikutnya.
    Salam sehat dan selamat menjalankan ibadah puasa Romadhon 1443H.

    ReplyDelete
  43. Sapto sudah mulai bersikap baik keoada Retno sebaliknya Retno blm bisa mempercayai Sapto sepenuhnya.Kori ternyata juga mulai bermain dg Heru apakah akan menjadi selingkuhannya dan sepertinya Sapto tidak mempedulikannya siapa yg akan diceraikan Sapto Retno tidak mungkin karena bayinya.Kori ????????

    ReplyDelete
  44. Matur nuwun bu Tien. Wah pak Kartomo mulai kumat lagi

    ReplyDelete
  45. Terimakasih Bu Tien eps. 28 sudah tayang, ditunggu eps berikutnya.
    Selamat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan...,
    Sehat2 selalu ya Bu Tien... .

    ReplyDelete
  46. Trm ksh ..Bu Tien untuk BM eps 29 ....selalu dan selalu membuat penasaran .....salam sehat dalam aduhai..dari end mashuri Bojonegoro Jatim

    ReplyDelete
  47. Hehe...eps 28....dan eps 29 selalu ditunggu....Bu Tien dan semuanya sehat selalu nggih .....aamiin....

    ReplyDelete
  48. Alhamdulillah, suwun Bu Tien....
    Salam sehat selalu.....🙏🙏

    ReplyDelete
  49. Alhamdulillah... matursuwun mbak Tien cerita yg menarik telah tayang
    Sehat selalu njih mbak Tien 😘

    ReplyDelete
  50. Aduhai Matur nuwun mbak Tien ... selamat menunaikan rangkaian ibadah di bln Ramadhan ... salam sehat selalu

    ReplyDelete
  51. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,

    ReplyDelete
  52. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Supralina, Endang Mashuri,

    ReplyDelete
  53. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem Massachusetts, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 29

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  29 (Tien Kumalasari)   Arum menyelesaikan administrasi dengan segera. Peringatan bahwa dia harus beristira...