MELANI KEKASIHKU 11
(Tien Kumalasari)
Maruti tak pernah lupa, Anindita yang terkadang kemayu dan menggemaskan, membuat semua orang menyayanginya. Kejadian yang membuatnya berduka ketika itu adalah saat dokter Santi menculiknya bersama Sasa. Lalu kejadian itu membuat dokter Santi dipenjara.
Ibunya meninggal ketika Anindita sudah menikah dengan Anggoro, seorang pengusaha dari Jakarta. Maruti sangat senang, dan berharap Anindita berbahagia disamping suami yang mencintainya. Dengan begitu akan ada yang menjaga Anindita biarpun jauh darinya.
Saat itu Maruti mengira Anindita sibuk sebagai ibu rumah tangga, dan Maruti mengabaikannya. Bertahun-tahun kemudian, hubungan mereka terputus, karena sepertinya Anindita mengganti nomor kontaknya.
Entah mengapa, hari itu Maruti kembali teringat adiknya, dan seakan tak bisa menahan kerinduannya lagi.
“Maruti, kamu masih disini?” tiba-tiba Panji mendekati isterinya, yang masih melamun di teras.
“Oh, iya mas, udaranya segar disini, aku jadi mengantuk.”
“Ini hampir maghrib, tak baik dibawa tidur.”
“Iya ya mas, nggak terasa, sudah sore. Andra belum pulang?”
“Belum, ada urusan yang harus diselesaikannya.”
“Apa dia sudah memasang iklannya?”
“Besok pagi iklan itu akan ditayangkan di beberapa surat kabar.”
“Semoga iklan itu membawa hasil ya mas.”
“Semoga. Ayo masuk kerumah dan siap-siap. Sebentar lagi adzan.”
“Baiklah, sebenarnya aku sedang menunggu Andra.”
“Sebentar lagi dia pasti sudah sampai di rumah. Kamu jangan sedih begitu dong Mar, kita sedang berusaha, dan sabar menunggu hasilnya, kan ? Ayolah terus berdoa, Allah pasti akan mendengar doa kita.”
Panji menarik tangan Maruti penuh rasa sayang, dan merangkulnya serta membawanya masuk ke dalam rumah. Maruti bergelayut manja dibahu laki-laki gagah yang sangat dicintainya, dan yang juga sangat mencintai dirinya.
“Kalau aku dan Andra ke kantor, kamu boleh jalan-jalan kemana saja. Kerumah teman kamu, ke rumah Laras, atau kamu bisa mengundangnya kemari agar hati kamu bisa terhibur,” kata Panji sambil membimbing isterinya ke dalam rumah.
“Iya mas, aku sudah janjian sama Laras. Besok dia akan datang kemari.”
“Bagus, kalian kan bisa bebincang apa saja, yang membuat kamu lebih tenang, lebih terhibur. Kalau kamu sendirian, hati kamu akan terus memikirkan hal yang membuat kamu sedih.”
Maruti mengangguk. Sesungguhnya ia tak ingin membawa suaminya kedalam suasana hatinya yang sedang sedih, tapi rasa sedih itu ternyata tak bisa disembunyikannya dari raut wajahnya.
***
“Kamu tidak kemana-mana Bi, ini kan hari Minggu?”
“Lagi males pak, menemani bapak saja dirumah, apalagi simbok kan sedang pulang kampung.”
“Kamu kalah sama ibu kamu. Biarpun hari Minggu, dia tak pernah melewatkan waktu untuk bersenang-senang dengan teman-temannya.”
“Ibu kan memang suka begitu pak. Tapi kalau bapak tidak suka, bapak kan bisa melarangnya?”
“Kamu seperti tidak tahu ibumu saja. Mana mau dia mendengarkan kata-kata bapak, apalagi melarang, wah.. bisa jadi perang nanti. Dan bapak itu kan orangnya nggak suka rame-rame begitu, jadi ya lebih baik bapak biarkan saja. Yang penting dia tidak melakukan hal yang buruk. Dan kalau ibumu senang, bapak juga senang kok.”
“Sebagai suami, bapak berhak dong melarang.”
“Lha kalau dilarang terus jadi rame, wah.. bapak nggak suka itu. Sudah biarkan saja semau dia. Kalau dirumah malah lebih banyak berkicaunya. Ya sudah, lebih baik bapak diamkan saja. Yang penting tidak kelewat batas. Misalnya pulang sampai malam. Itu yang bapak nggak suka.”
“Bapak sungguh baik.”
“Ah, kamu nih.. Oh ya, apa kabar gadis yang kamu suka itu? Kamu bilang kamu suka sama seseorang?”
“Bapak ingat saja,” kata Abi sambil tertawa.
“Ingat dong. Kalau ibumu memaksa kamu agar menikahi gadis pilihannya, maka bapak memaksa kamu agar berterus terang tentang gadis itu.”
“Abi suka, tapi Abi tidak tahu apakah dia suka sama Abi atau tidak.”
“Memangnya kamu belum berterus terang sama dia?”
“Belum.”
“Aduh, kamu tuh kelamaan Bi, kalau suka ya baiknya langsung tembak, tunggu apa sih. Keduluan orang lain baru tahu rasa kamu.”
“Bapak kok doanya jelek gitu.”
“Itu bukan doa. Bapak mengingatkan kamu, bahwa kalau memang kamu suka, ya langsung tembak saja.”
“Lagi nunggu saat yang baik pak.”
“Saat yang baik itu yang bagaimana?”
“Misalnya harus mencari tempat yang romantis, yang gimanaaa.. gitu, terus membawa bunga, atau kotak berisi cincin, terus Abi berlutut didepannya.. “
“Hahaaa.. kamu ini seperti hidup di alam sinetron saja. Klise itu Bi. Dulu di waktu muda, bapak nggak seperti kamu itu. Kelamaan dan nggak penting.”
“Dulu waktu sama ibu, bapak gimana dong?”
“O, kalau sama ibumu tuh, bapak dijodohin sama kakek. Pacar bapak banyak sebelum itu, tahu.”
“Waaah, bapak Don Yuan rupanya.”
“Terserah kamu mau bilang apa. Dulu bapak ini disukai banyak gadis-gadis. Tapi ya hanya sekedar jalan bersama, makan bersama .. gitu saja, nggak lebih.”
“Bagaimana bapak menyatakan cinta pada gadis yang bapak sukai?”
“Ajak dia makan, bilang aku suka. Selesai.”
“Terus kalau sudah bosan bapak tinggalkan dia?”
“Biasanya mereka yang meninggalkan bapak.”
“Memangnya kenapa? Nggak sayang meninggalkan cowok ganteng seperti bapak?”
“Kebanyakan dari mereka pergi karena cemburu. Ya sudah, bukan salah bapak kan? Mereka yang suka.”
Abi tertawa.
“Bapak itu beda sama kamu Bi, kamu sangat santun, seperti almarhum kakek kamu. Tapi bapak bukan laki-laki yang kurangajar lho. Bapak menghormati setiap wanita. Sungguh.”
“Petualangan itu berhenti setelah kenal sama ibu ?”
“Ya, kakek kamu kesal aku ganti-ganti pacar, lalu dijodohkan sama anak temannya, ya ibumu itu.”
“Syukurlah, dan lalu lahirlah Abisatya.”
“Kamu itu mengalihkan pembicraan saja, tadi bapak menanyakan sesuatu kan?”
“Iya, kan Abi sudah menjawab bahwa Abi tidak tahu apakah dia suka sama Abi atau tidak?”
“Tapi siapa dong gadis itu, apa bapak kenal sama dia?”
“Mm.. mungkin kenal..”
“Jadi penasaran nih bapak. Siapa dong?”
Tapi Abi sungguh beruntung, karena mobil yang membawa ibunya sedang memasuki halaman.
“Nah, itu ibu sudah datang, besok saja ya pak.”
“Lagi ngomongin apa nih, asyik banget,” kata bu Cokro sambil mendekat.
“Lagi ngomongin, ibu nanti kalau pulang bawa oleh-oleh apa ya?”
“Itu, ada kue-kue suguhan dari pertemuan tadi, ibu berikan sama sopir, biar dia bawa pulang.”
“Ya sudah, nggak apa-apa, yang penting ibu pulang,” kata pak Cokro bercanda.
“Ya pulang lah, masa nggak pulang. Oh ya Bi, tadi ibu ketemu Indi lagi. Dia titip salam sama kamu.”
“Wa’alaikum salam,” jawab Abi singkat.
“Ibunya bilang, dia sedang merayu Indi agar mau menuruti kemauan orang tuanya.”
“Kok itu lagi sih bu,” kata Abi kesal.
“Dengar Bi, dulu bapak sama ibu itu juga dijodohin sama orang tua. Menurut kok kami. Dan nyatanya kita hidup bahagia, ya kan ?”
“Sekarang bukan jamannya ya bu, sudahlah, biar Abi cari sendiri,” potong pak Cokro sambil berdiri masuk kerumah, lalu bu Cokro mengikutinya dari belakang.
“Bapak itu nggak pernah kompak sama ibu,” omel bu Cokro yang didiamkan saja oleh suaminya.
“Sebentar lagi saat makan malam lho bu, aku sudah lapar nih. Abi pasti juga lapar.”
“Oh iya, ibu lupa kalau simbok tidak ada. Aduuh.. capek sebenarnya, tapi sebentar, ibu panasin dulu sayurnya. Tapi mau ganti pakaian dulu nih.”
Biarpun suka bepergian, tapi kalau keadaan memaksa, bu Cokro tidak pernah segan melayani suaminya. Seperti malam itu, biar capek setelah pertemuan dengan teman-temannya, begitu selesai berganti pakaian bu Cokro langsung ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
***
“mBok, kok belum tidur, ini kan sudah malam ?”
“Kamu sendiri, mengapa juga belum tidur?”
“Karena simbok belum tidur, Melan juga belum bisa tidur.”
“Simbok tiba-tiba merasa takut.”
“Takut apa mbok ?”
“Takut kehilangan kamu Mel. Dari kamu masih bayi, menangis didekapan ibu, menatap ibu dengan mata beningmu, saat itu juga ibu sudah jatuh cinta sama kamu.”
“Saat simbok mendekap aku, menghentikan tangisku, aku sudah tahu bahwa simbok adalah seorang ibu yang aku cintai.”
Simbok merangkul Melani yang berbaring di sampingnya.
“Sesungguhnya, simbok takut kehilangan kamu Melan.”
“Mengapa simbok bilang begitu? Melani akan tetap menjadi anaknya simbok.”
“Biarpun kamu sudah bertemu dengan orang tua kamu ?
“Biarpun Melan sudah bertemu orang tua kandung Melan, simbok tetap menjadi simbokku.”
“Bagaimana kalau orang tua kamu meminta agar kamu tinggal bersamanya?”
“Simbok akan Melani bawa, sehingga kita tak akan pernah berjauhan.”
“Benarkah ?”
“Melani tak akan pernah bisa berjauhan dari simbok. Nanti kalau hutangnya Melan kepada majikan Melan sudah lunas, Melan akan minta agar simbok tak usah bekerja lagi.”
“Hutang apa Melan?”
“Kan Melan berhutang tiga juta dari uang yang dicopet dulu itu? Tapi dengar-dengar majikan tidak mau Melan menggantinya. Cuma nggak enak ya mbok, rasanya.”
“Bagaimanapun orang berhutang itu kan tidak enak nduk.”
“Iya, benar mbok.”
“Melan, kamu pasti juga sangat rindu kepada orang tua kandung kamu.”
“Melan tak bisa membayangkan, betapa sedihnya kehilangan seorang anak. Penculik itu sangat kejam. Mengapa memisahkan anak dari orang tuanya?”
“Benar, dia itu kelihatan kalau jahat. Simbok tak bisa melupakan raut wajahnya. Sangat cantik, tapi matanya seperti mata iblis. Sangat teriris hati simbok kalau teringat ketika kamu menjerit-jerit dalam gendongannya.”
“Beruntung Melan ketemu simbok, yang mencintai Melan dengan penuh kasih sayang.”
Melan balas memeluk simbok erat-erat, seakan tak ingin melepaskannya lagi.
“Aku sangat sayang sama simbok,” bisik Melan.
***
“mBak Maruti, lihat, iklan itu sudah ditayangkan hari ini,” kata Laras yang datang sambil membawa koran.
“Iya Laras, aku sudah membacanya. Kamu pagi-pagi sudah sampai disini ? Tidak masak?”
“Aku kesini justru mau membantu mbak Maruti masak. Lihat, aku membawa ikan yang sudah aku bersihkan, nanti kita sama-sama masak. Asyik kan?”
“Ya ampun Laras, kamu seperti tahu apa keinginan aku saja. Aku sedang menunggu tukang sayur dan akan membeli ikan.”
“Aku sudah membeli satu kilo setengah, nanti kita masak bersama. Bagaimana dengan ikan bumbu kuning?”
“Wah, enak sekali. Itu kesukaan mas Panji.”
“Tuh, aku kan sudah merasa bahwa mbak Maruti akan senang.”
“Kalau begitu ayo kita masak, nanti kamu bawa yang separo untuk dirumah kamu sendiri.”
“Iya mbak, aku sudah sekalian membawa bumbu-bumbunya, jadi mbak Maruti tidak usah membeli lagi. Ya kan ?”
“Baiklah. Kamu nih Laras, benar-benar sahabat sejati.”
“Besok mbak Maruti gantian masak dirumah aku.”
“Siap Laras. Mas Panji bilang, aku harus punya teman saat mas Panji dan Andra ada di kantor.”
“Itu benar, saat sendiri pikiran bisa kemana-mana. Disaat seperti ini mbak Maruti harus punya teman ngobrol, atau teman beraktifitas kainnya.”
“Iya Laras, kalau ada kamu aku merasa tenang dan terhibur. Ayo kedapur, tapi aku buatkan kamu minum dulu ya?”
“Tidak usah, nanti aku buat sendiri saja.”
“Ya nggak bisa begitu, biar aku buatkan dulu ah,” kata Maruti sambil menggandeng Laras ke arah dapur.
“Ya sudah, terserah mbak Maruti saja.”
“Aku juga masih punya ayam, barangkali enak kalau lauknya ditambah ayam goreng, sama sayur asem. Biar seger. Aku masih punya juga sayurnya.”
“Bagus mbak. Hari ini dapur mbak Maruti akan bergoyang.”
“Kok bergoyang sih?” Maruti tertawa.
“Biasanya kan masak sendiri, nah karena ada aku, jadi rame kan?”
“Kirain kamu mau masak sambil bergoyang. Aku hampir muterin lagu ndang-ndut lho.”
Dan hari itu dapur Maruti memang bergoyang karena keduanya memasak sambil bercanda.
***
Seorang wanita cantik sedang membuka koran pagi yang baru saja datang. Ia membukanya sambil menghirup secangkir kopi. Didekat cangkirnya masih ada secangkir lagi yang belum disentuh. Suaminya masih di kamar, bersiap akan masuk kantor.
“Lama banget sih mas, keburu dingin kopi kamu nih!” teriaknya.
“Sebentar...” jawab suaminya dari dalam.
Wanita itu melanjutkan membuka-buka koran, lalu matanya terbelalak melihat sebuah iklan terpampang di salah satu halaman. Wajah wanita itu mendadak pucat. Ia melongok kearah dalam, dan merasa lega ketika suaminya belum juga keluar dari kamar. Ia cepat-cepat memasukkan koran itu dibawah meja, lalu kembali menghirup kopinya.
Terdengar langkah-langkah mendekat.
“Ini kopi aku?”
“Iya, sudah agak dingin, mas sih, kelamaan.”
Laki-laki yang tidak lagi muda itu duduk lalu menghirup kopinya.
“Apakah koran hari ini belum datang?”
“Belum tuh, tumben belum ada koran. Ayo ke ruang makan dulu, kita sarapan, nanti kamu kesiangan.”
***
Besok lagi ya.
Makasih bu...
ReplyDeleteBu dokter Alhamdulillah juara 1
DeleteHallooo.... Apa kabar semua ??
DeleteSlmt , Bu Dokter number one
DeleteAlhamdulillah..
Deletesehat dan tetap Aduhaaaai bunda Tien sayang..❤️😘
Selamat buat jeng dr Dewiyana, dimalam kesebelas kehadiran Melani Kekasihku dapat juara 1.... masak kok seputaran Yogja terus...sekali kali ya pindah Jakarta, Semarang, Sragen, Ngasem Jonegoro, Cimahi, mBandung, dan kota lainnya. Matur nuwun bu Tien .... Salam SEROJA dan tetap ADUHAI.......
DeleteSalam Aduhai .....
DeleteSelamat bu dokter Dewiyana juara pertama......
Salam sehat buat mbak Tien dan semua penggemar dimana saja berada.......
#
DeleteSampun bu.... Ada 10 yang menurutku perlu dikoreksi naskahnya, tp nyumanggakaken, aku rak mung saderma melu maca lan nyiapke bahan koreksi jika berkenan.
“Belum tuh, tumben belum ada koran. Ayo ke ruang makan dulu, kita sarapan, nanti kamu kesiangan.”
Mesti lho ....munggelnya pas klimak macane.... Asyik mengikuti alurnya tahu²....besok lagi ya.....
Deg2kan ya Kek....ternyata besok lagi
DeleteMtnuwun mbak Tien
MK sebelas dah tayang
ReplyDeleteMksh bunda Tien sehat selalu
Penisirin bngt baca yuk
ADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien 😊🌹🌹🌹
halooooo, kok masih kancrit.
Deletehayo semangat..... terapkan langkah-2 mencapai tujuan, jangan "leno" tetap waspada..... Pasti bisa !!!
Opo iki Kek?
DeleteAsyik asyik asyik tayang gasik Melanie Kekasihku. Sugeng Dalu jeng Tien.salam sehat
ReplyDeleteSugeng Dalu mbak Tien.... Mugi tansah pinaringan sehat bugar bahagia sejahtera panjang usia.....
ReplyDeleteAamiin
DeleteMatur nuwun ibu Dewi
MET malem mb Tien...
ReplyDeleteSalam aduhai dari Kediri...
Semoga selalu sehat njih...
Matur nuwun Melani tayang fasik 🙏🙏🙏
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman,
Alhamdulillah ....
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir.....
Matur nuwun bu Tien..
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin..... .
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN.
Salam ADUHAI pak Wedeye
DeletePresensi
DeleteAlhamdulillah, terima kasih bu Tien...🙏🙏
terimakasih bu Tien.. salam aduhai dari kelompok baca penyintas kanker payudara
DeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Umi Iswardono, Trie Tjahjo Wibowo
Hallow bu...
DeleteSalam sehat dan tetap ADUHAI
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimajasih bunda Tien Melani 11
Semoga bunda Tien selalu sehat walafiat aamiin
Salam sehat dan aduhai dari Purworejo
Alhamdulillah sdh tayang lagi MK tambah seru
ReplyDeleteAlhamdulillah .... terima kasih bu tien semoga sehat selalu
ReplyDeleteAamiin, ibu Tutus
DeleteSiapa wanita itu.... makin asyiik... terima masih mbu Tien... sehat sehat trs...
ReplyDeleteSelamat Nu Dewiyana jaga gawang nya berhasil....
Siapa dia?
DeleteADUHAI PAK Zimi
Alhamdulillah 🙏🙏🙏
ReplyDeleteMakasih Bunda.Sehat selalu dan tetap semangat
ReplyDeleteSugeng dalu sederek sedsya. salam sehat. Maturnuwun mb Tien
ReplyDeleteSemoga yg membaca koran Dita.
Semoga suami Dita baik
Salam sehat nan aduhai mb Tien
Yuli Semarang
Jeng Yuli...
DeleteBiar muncul nama,caranya....
- Klik tulisan unknown
- Klik edit profil
- Isi biodatanya
- Klik simpan
- Selamat mencoba
Alhamdulillaah... MK 11 sudah hadir,
ReplyDeleteTrima kasih ibu Tien,
Semoga ibu dan keluarga sehat selalu,
Aamiin yaa Robbal’alamiin...
Salam SeRoJa... ADUHAI....
Salam ADUHSI ibu Nur
DeleteMmaturnuwun mbak Tien
ReplyDeleteSami2 Opa
DeleteTerima kasih bu tien salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteSami2 Opa.
ReplyDeleteLama nggak komen njih
Alhamdulillah MK 11 tayang gasik
ReplyDeleteTrmksh mn Tien, smg dehat sll
Salam ADUHAI
DeleteBiar tambah penisirin nih bu Tien. Aduhai. Selamat mb. Dokter juara 1.nyanggong dari jam berapa itu?
ReplyDeleteAlhamdulillah MK Eps 11 sudah tayang, terimakasih mBak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSemoga mBak Tien tetap sehat, bahagia bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.
Alhamdulillah tayang gasik... Makasih mbak Tien. Salam aduhai selalu...
ReplyDeleteSiapa ya wanita cantik itu? Kenapa dia menyembunyikan koran yang memuat iklan tentang Melani? Wah penisiran banget nih..
Lanjut mbak Tien...
Akhirnya yg kutunggu datang juga, terima kasih Bu Tien, salam aduhai dr Pasuruan
ReplyDeleteAlhamdulillah…
ReplyDeleteSdh tayang, salam sehat bu Tien
Alhamdulillah MK sudah tayang. Maturnuwun Bu Tien...
ReplyDeleteWah ikut deg-degan juga baca MK 11, siapa ya wanita cantik yang membaca koran itu sipenculikkah?... Terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah ..... terima kasih bu tien
ReplyDeleteSemoga bu tien sehat2 selalu
Salam aduhai
Wow, makin aduhai ceritanya... Makasih bu Tien
ReplyDeleteMatur nuwun bunsa Tien...🙏
ReplyDeleteDokter santikah penculik itu ?
ReplyDeleteKejam amat ......
Jadi gemes .......
Terimakasih bu Tien 🙏
Semoga bu Tien sehat selalu. Aamiin 🤲
Bagus bu, matur nuwun
ReplyDeleteUnknown
DeleteBiar muncul nama,caranya....
- Klik tulisan unknown
- Klik edit profil
- Isi biodatanya
- Klik simpan
- Selamat mencoba
Alhamdulillah sudah tayang MK11.Iklan tentang Melani sudah tayang..Siapa wanita cantik yang pucat setelahbaca iklan
ReplyDeleteDugaan saya dokter Santi..kau Dita koq tusak mungkin.
Lha baca iklan langsung pucat..bisa bisa ketahuan kalau dia penculik bayi
Semoga bu Tien bisa membantu pencarian orang tua Melani. Aamiin
Sugeng dalu, sugeng istirahat..semoga bu Tien sehat selalu dan bisa lanjut membantu pencarian Dita
Membantu mah gampang, kan bu tien yg mengetik penculikan. Tinggal buka laptop, nunal nunul dan besok lg ya ... Kita pembaca yg ambyar. Apalg kalo hari minggu. Pengin cepet senin, senin ... Senin
DeleteSmoga tetap sehat, bagas wars bu tien.
Aamiin
DeletePak Danar ADUHAI deh
Alhamdulilah sudah hadir. Matur nuwun Bu Tien sehat selalu n bahagia.
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang, terimakasih mb Tien penuh dag-dig-dug menanti lanjutan nya
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien MK 11 nya, salam sehat selalu aduhai...
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah berkunjung ke rumah.
ReplyDeleteMungkin lama ya, ketemunya ortu Melani . Keburu jadi rebutan para jomblo ...
Salam sehat penuh semangat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Matur nuwun Ibu Tien, mugi sehat...
ReplyDeleteWah bikin penasaran siapa perempuan cantik? Emaknya Sasa mungkin..
Alhamdulillah MK~11 sudah hadir.. maturnurun, salam sehat & salam ADUHAI kagem Bu Tien.. 🙏
ReplyDeleteTrimakasih mbak Tien MK11nyaa...
ReplyDeleteMakin seruu..
Iyaa betul kan jangan2 dr.Sisca yg bw Melan kecil..
Naaah skrg yg baca iklan dikoran dgn kageet dan simpan korannya siapa ya..jgn2 dr.Siska lagi..mknya disembunyiin..klo Dita rasanya ga mungkin..pasti senang dan bilang ke suaminya ttg iklan itu..
Duuuh..pinisiriin..siapa yaa...
Eeeh udh besook lagii..
Nunggu deeh..😊
Salam sehat dan aduhaiii mbak Tieen..🙏😘🌹
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng salami2nyo....
Rencana menghalangi agar Melani tidak bertemu ortunya di mulai; dia tidak bekerja tapi terbang ke kota tempat Melani dulu ditinggalkan, hiih gêmês lho segitu sengitnya sampai di bela-belain mbolos hanya buat agar orang bingung, ayu ayu membuat hati kaku, gimana nanti sang suaminya bila tahu plan B nya yang membuat dia masuk penjara lagi, oalah pak sampeyan dhuwé bojo éntuk ayuné thok atiné kaya Sarpakenaka.
ReplyDeleteYang pasang iklan juga nggak sadar dibalik kekejaman penculik yang dilakukannya berdasarkan dendam masa lalu.
Tuh kan esmossii; atimu dinggo bal-balan sama penutur biså sengitmu ndulit lho..
ADUHAI
Semua adhem adhem sadja, padahal disana mati matian mempermainkan peluapan kesumat demi memuaskan pelunasan kata² nya biar valid.
Dan menepuk dadanya kaya kingkong sambil meneriakan 'saya gituloh'
Berhasilkah plan B ngerecokin maksud baik Andra demi ibunya.
Besok lagi aja yaa...
Terimakasih Bu Tien;
Melani Kekasihku yang ke sebelas sudah hadir,
Serem ngebayangin nya.
Sehat sehat selalu doaku, Bu Tien
sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Nanang pasti gitu.lhoh
DeleteJangan2 yg lihat iklan di koran itu ibunya melanu
ReplyDeletejgn2 wanita itu yg menculik Melani ketika bayi dan membuangnya .. mgknkah wanita itu dokter santi? ditunggu kelanjutan crtnya mb Tien. slm seroja dan salam aduhai.. semangat hari sumpah pemuda smg menjd semangatnya abisatya mendekati Melani.. smg menjd jodoh mrk. aamiin yra🙏
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien, MK 11 sudah hadir. Semakin penasaran dibuatnya. Semakin tidak sabar menunggu lanjutannya.
ReplyDeleteSemoga Mbak Tien selalu sehat wal'afiat. Salam Aduhai selalu dari Semarang.
Alhamdulillah MK 11 ,sdh tayang, maturnuwun Bu Tien 🙏,sehat selalu, selamat istirahat, selalu ADUHAI...cerbunya...siapa gerangan yg baca iklan di koran...tambah ADUHAI episode besok....
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteBesok lagi...dgn setia menunggu kehadiranmu
Salam Sehat mbak Tien
Aduhaiii
Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..sehat selalu nggih,Aamiin.
ReplyDelete💙👍😍
ReplyDeleteNah lho, korannya kok disembunyikan? Takut ketahuan suaminya yaaa? Selamat malam bunda tien. Tetap aduhai!
ReplyDeleteAlhamdulillah ... Terima kasih Bu Tien ... Salam sehat penuh semangat 🙏🙏🙏
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
ReplyDeleteMelani kekasihķ 11 udah hadir trims bu tien selalu sehat bu tien
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Mengapa wanita cantik itu bohong kpd suaminya mengenai koran. Mungkinkah wanita tsb Anindita.. Mudah mudahan tebakan saya tdk meleset, ketika baca MK 12 besok. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede....
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
DeleteAamiin Allahumma Aamiin
Salam ADUHAI pak Mashudi
Makin penasaran aja....sambil dag dig dug menunggu episode selanjutnyaa...makasih selalu Bu Tien. Salam sehat selalu. Salam Dr Jogja Maniseee
ReplyDeleteADUHAI ibu Susana, lama nggak komen nih
DeleteJadi deg degan. Siapa yg sdh baca koran ini ya?
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam hangat dan selalu aduhai
Wah Dr.Santi sepertinya sdh nikah lagi ya..?? Siapa suami barunya ..??
ReplyDeleteApakah Dr.Santi akan berusaha menghalangi pertemuan antara Anindita dan Melani..??
Kita tunggu saja kelanjutannya dari Bu Tien pasti ADUHAI.
Salam sehat selalu utk Bu TIEN dan keluarga.
Pasti ADUHAI pak Indiyanto
DeleteApakah koran hari ini blm datang...
ReplyDeleteBlm tuh, tumben blm ada koran....
Jangan" wanita cantik yg lagi baca koran itu dr Santi....
Klihatan kan ada iklan di koran jadi ketakutan
Tapi dimanakah dirimu Anindita....
Jangan sampai anakmu diculik orang lantas kamu hilang ingatan...
Dimanapun kamu berada bila sehat" saja pulanglah kakakmu mencari
Makin seru aja bunda sampai episode ini
Moga bu Tien sekeluarga sll dianugrahi kesehatan
Salam aduhai dari Bojonegoro
Salam ADUHAI ibu Wiwik
ReplyDeleteSalam Aduhai ...ayo itu pasti Santi apa Anindita tantenya Andra???selamat pagi ..salam aduhai
ReplyDeleteAduhai Mbak Tien yg sll banyak ide cerita , mengaduk aduk rasa, bikin penasaran, produktif di sgala cuaca .. terimakasih karya indah skaligus berhikmah ..mohon berkenan menerima ungkap terimakasih teriring doa smoga mbak Tien dan kluarga, sll berkah sehat bahagia .. Aamiin
ReplyDeleteSalam sehat mbak Tien.
ReplyDeleteMelani kekasihku 11.