Wednesday, September 29, 2021

ROTI CINTA 39

 

ROTI CINTA  39

(Tien Kumalasari)

 

Gemetar tangan Ningsih ketika memegang sertifikat itu. Dan diantara lembaran sertifikat itu ada lagi selembar surat dengan tulisan diatasnya “PERJANJIAN HUTANG”. Dengan gemas dia memasukkannya lagi didalam lembaran sertifikat itu, barangkali surat palsu itu berguna pada suatu hari nanti. Sangat beruntung karena Nurdin belum menyimpannya didalam kamarnya. Dengan segera Ningsih memasukkan surat berharga itu kedalam tas yang dibawanya.

Namun ketika Ningsih mau keluar dan kabur, didengarnya mobil memasuki halaman. Hati Ningsih tercekat, tampaknya Nurdin telah pulang. Bersamaan dengan itu bibik pembantu keluar dengan meletakkan gelas berisi minuman dingin diatas meja.

Ningsih membalikkan tubuhnya dan berkata kepada bibik.

“Bik, tolong, biarkan aku sembunyi didalam kamar kamu.”

“Apa ?” tanya bibik dengan bingung.

“Cepat bik, dan jangan bilang pada bapak kalau aku datang,” kata Ningsih sambil menarik lengan bibik ke belakang, lalu masuk kedalam kamar pembantu.

“Tolong ya bik, jangan bilang kalau aku datang. Nanti aku akan mengatakan semuanya pada bibik.

Bibik mengangguk dengan masih merasa bingung. Tapi Ningsih adalah majikan yang baik, dan bibik sangat menghormatinya. Maka dia segera menutup pintu kamarnya, membiarkan Ningsih bersembunyi didalamnya.

Didengarnya langkah tuannya memasuki rumah lalu berteriak.

“Biik..”

Bibik berlari kedepan.

“Ya, pak..”

“Ini minuman siapa? Apakah tadi ada tamu?”

“Ti..tidak pak.. tidak ada,” jawab bibik sambil menenangkan batinnya.

“Mengapa ada minuman disini?”

“Itu.. saya buatkan.. untuk bapak..”

Tumben-tumbenan kamu buat minuman untuk aku lagi? Bukankah pagi tadi sudah?”

“Tadi.. saya.. seperti mendengar bapak minta minum sebelum pergi, saya buatkan minuman dingin, setelah saya keluar bapak sudah.. pergi.”

Nurdin meneguk es sirup yang ada diatas meja.

“Seperti baru, esnya belum mencair.”

“Itu.. saya belum lama menambah es batunya.. udara sangat panas.”

“Ya sudah, aku mau pergi dulu,” kata Nurdin sambil mengambil tas yang terletak diatas meja, tanpa memeriksanya lagi.

“Bapak mau kemana ?”

“Eeh.. kenapa kamu tanya-tanya?”

“Barangkali nanti ada tamu dan bertanya.”

“Bilang saja tidak tahu, gampang kan? Ya sudah, aku ditunggu di kantor notaris nih,” kata Nurdin sambil berlalu.

“Baiklah pak..”

Nurdin segera pergi lagi, dan bibik mengelus dadanya karena merasa lega. Ia segera bergegas ke belakang.

“Bu, bapak sudah pergi.”

“Oh, ya sudah. Mau kemana dia?”

“Tadi bilang di tunggu di kantor notaris, gitu.”

“Baiklah, aku pergi dulu ya bik, dan sekali lagi jangan bilang kalau aku datang.”

“Kapan ibu pulang kemari lagi?”

“Bapak sudah menceraikan aku, aku tidak akan kembali kemari.”

“Ya Tuhan, bapak sungguh keterlaluan. Isteri begini baik dan cantik diceraikan?”

“Ya sudah bik, terimakasih sudah menolong aku.”

“Sedih kalau ibu tidak kembali.”

“Jangan sedih bik, nanti bapak pasti akan membawa pulang ibu yang baru,” kata Ningsih sambil menyelipkan uang duaratus ribu kedalam saku bibik.

“Aduh bu, ini apa?”

“Buat jajan bibik, hanya sedikit. Sudah ya bik, jangan lupa pesan saya,” kata Ningsih sambil melangkah cepat, keluar dari rumah itu.

“Iya bu, saya tidak akan mengatakan bahwa ibu baru saja pulang.”

Bibik merasa heran, ia tidak tahu mengapa isteri majikannya pulang, lalu menghindari bertemu bekas suaminya. Iya, bibik juga heran, mengapa isteri sebaik itu diceraikan. Memang majikannya akhir-akhir ini selalu bersikap kasar kepada isterinya. Bibik sering merasa kasihan melihat Ningsih sering menangis sendiri di kamarnya. Ketika Nurdin membawa Ningsih pergi untuk dipulangkan, Ningsih juga tidak berkata apa-apa pada bibik. Ternyata suaminya telah menceraikannya.

***

Ketika bibik sedang bersih-bersih dapur, didengarnya mobil majikannya kembali memasuki halaman. Lalu terdengar langkah-langkah cepat memasuki rumah, dan sebuah teriakan terdengar, membuatnya hampir terjengkang.

“Bibiiiiik..”

Jantung bibik nyaris rontok mendengar teriakan itu.

“Ya pak..”

“Siapa tadi yang datang kemari?”

“Si..siapa pak? Tidak ada yang datang kemari..” kata bibik dengan gemetar mendengar suara lantang majikannya.

“Jangan bohong kamu !! Pasti tadi ada yang datang. Dan minuman yang kamu buat pasti sebenarnya untuk tamu itu. Ya kan ? Ya kan?”

“Tidak pak.. tidak ada.. itu tadi.. minuman untuk bapak…”

“Bohong !!” teriak Nurdin lebih keras.

Bibik benar-benar ketakutan, ia berlari ke belakang karena terkencing-kencing.

“Setan alas kamu !” Kamu bohong. Siapa yang dataaaang?” teriak Nurdin sambil mengernyitkan hidungnya karena bau pesing menyambar penciumannya.

“Orang gila! Mengapa kamu kencing disini?”

Bibik masih ada di kamar mandi, membersihkan diri. Teriakan demi teriakan membuatnya semakin gemetar. Tapi ia sudah berjanji untuk tidak mengatakannya pada majikannya tentang Ningsih, dan ia memegang janji itu.

Ketika bibik keluar sambil membawa alat mengepel, Nurdin menghujaninya dengan maki-makian yang tak kunjung berhenti.

Bibik mengepel lantai dengan gemetar.

“Kamu tetap tidak mau mengatakannya? Mengapa tidak mau mengatakan kalau ada tamu?”

“Bibik memang.. tidak.. melihat ada tamu ..”

“Kamu tidak melihatnya?”

“Tidak pak..” jawab bibik sambil melanjutkan mengepel, sambil mundur ke belakang.

Nurdin duduk di sofa, dan kembali membuka tasnya. Tapi dengan kesal dia tidak menemukan barang yang dicarinya.

“Heran aku, sudah aku siapkan sejak pagi, dan kebetulan tadi tertinggal dirumah ketika aku pergi, setelah aku kembali, surat itu tidak ada lagi didalam tas,” gumamnya sambil mengeluarkan semua isi tasnya yang berisi surat-surat yang ada hubungannya dengan pekerjaannya, tapi sertifikat curian itu tidak ada. Padahal dia akan mengesahkannya didepan notaris tentang perjanjian hutang palsu yang dibuatnya. Notaris sudah berjanji akan membantunya, walau si penghutang tidak bisa hadir dihadapannya.

“Siapa ya yang mengambilnya? Apa Ningsih datang kemari? Ah, tak mungkin dia berani. Perempuan yang bisanya hanya menangis itu tak akan berani datang kemari sendiri. Tapi mungkin ada orang lain yang menemaninya. Siapa? Bapaknya yang sudah tua dan bodoh itu?” gumamnya sambil merapikan kembali surat-surat yang tadi di obrak abriknya.

“Bibiiiik..!” Nurdin kembali berteriak.

“Ya pak..” kata bibik sambil mendekat.

“Agak mundur.. agak mundur, kamu masih bau..”

Bibik mundur beberapa langkah kebelakang.

“Benarkah tadi kamu tidak melihat ada orang datang?”

“Saya dibelakang terus, membersihkan dapur, tidak mendengar ada tamu.”

“Tapi kamu membuat minuman itu kan?”

“Itu.. untuk bapak.. kalau tamu pasti sudah diminumnya,” jawab Bibik yang entah dari mana datangnya bisikan untuk mengatakan itu.

Nurdin terdiam.

“Pasti ada yang datang,” kata Nurdin sambil melangkah keluar, lalu memacu mobilnya, kearah bandara.

***

Betapa terkejutnya Nurdin ketika mendapat informasi bahwa ada penumpang bernama Sriningsih dengan tujuan Jakarta.

“Baru saja take off..” kata petugas yang memberikan keterangan.

Nurdin sangat marah. Ningsih tidak saja mengambil sertifikatnya, tapi juga surat hutang palsu yang dibuatnya.

Nurdin heran, bagaimana Ningsih berani melakukannya. Dia tidak menyadari, kenekatan Ningsih dipicu oleh kemarahannya karena Nurdin berbuat semena-mena kepada orang tuanya.

Dengan nekat dia memesan lagi tiket, untuk penerbangan berikutnya. Ia harus mendapatkan kembali sertifikat dan surat hutang itu.

“Sejak kapan Ningsih punya keberanian untuk datang kemari dan mencuri surat-surat itu? Perempuan bodoh yang nggak bisa apa-apa.. dari mana dan siapa yang menyuruhnya untuk melakukannya?” gumamnya penuh geram ketika menunggu saat boarding.

Lalu Nurdin berpikir, apa yang akan dilakukannya untuk merebut kembali sertifikat itu, sementara surat hutang palsu yang dibuatnya juga dibawa oleh Ningsih.

“Aku harus mendapatkannya kembali, atau uang seratus juta yang mereka harus bayar segera diberikan kepadaku. Huh,orang miskin, bagaimana cara dia akan membayarkan uang itu?”

***

Pak Kusno duduk mendampingi isterinya yang sejak kemarin murung memikirkan anaknya.

“Sabar ya bu, nanti juga Ningsih pasti kembali. Dia tidak akan berbuat nekat bu, soalnya dia membawa bekal baju.”

Bu Kusno diam saja. Entah sudah berapa puluh kali kata-kata itu diperdengarkan di telinganya, dan tak sekalipun bisa menghiburnya.

Tiba-tiba ponsel pak Kusno berdering.

“Haah, dari Ningsih bu,” kata pak Kusno sambil membuka ponselnya. Bu Kusno mengangkat tubuhnya yang semula bersandar lesu.

“Ningsih ?” sapa pak Kusno.

“Bapak, Ningsih sudah berhasil membawa kembali sertifikat itu.”

“Haa.. kamu berhasil? Kamu ada dimana? Menemui dia? Apa dia memberikannya dengan suka rela?” tanya pak Kusno dengan hati berdebar, sementara bu Kusno segera duduk merapat pada suaminya, ingin mendengar perihal anaknya.

“Bukan pak, dengan pertolongan Allah Ningsih berhasil mengambilnya, berikut surat hutang palsu yang dibuatnya. Ningsih datang ke rumah Nurdin, dan kebetulan melihat tas Nurdin yang berisi sertifikat itu. Nurdin tidak ada dirumah waktu itu, jadi Ningsih bisa melakukannya.”

“Sekarang kamu masih disana ?”

“Tidak pak, Ningsih sudah ada di Jakarta.”

“Syukurlah nak, segeralah pulang.”

“Pak, saya yakin Nurdin pasti mengejar saya setelah tahu bahwa sertifikat itu lenyap. Mungkin dia menyusul ke Jakarta lalu langsung ke rumah bapak, jadi sebaiknya saya tidak pulang ke rumah dulu.”

“Tapi Ning, ibumu menangis terus. Ini bicaralah,” kata pak Kusno sambil menyerahkan ponselnya kepada isterinya.

“Ning.. ini kamu ?”

“Ibu jangan sedih, Ningsih baik-baik saja, dan sudah berhasil membawa kembali sertifikat itu.”

“Kalau begitu cepatlah pulang nak.”

“Tidak dulu bu, kemungkinan besar Nurdin mengejar Ningsih, jadi sebaiknya Ningsih tidak pulang dulu. Nanti kalau Nurdin kemari bilang saja Ningsih pergi entah kemana.”

“Lalu kamu ada dimana ?”

“Ningsih sudah di Jakarta bu, tapi Ningsih mau menginap dirumah pakde dulu, sambil memikirkan apa yang harus Ningsih lakukan, agar membuat Nurdin jera.”

“Tapi kamu baik-baik saja kan ? Soalnya kamu pergi begitu saja tanpa pamit, bapak sama ibu jadi bingung.”

“Maaf bu, Ningsih sengaja tidak pamit, karena kalau pamit pasti bapak sama ibu melarangnya. Entah darimana datangnya, Ningsih tiba-tiba berani melakukannya.”

“Ya sudah Ning, yang penting kamu baik-baik saja.”

“Ningsih baik-baik saja bu. Ibu jangan khawatir, disana NIngsih bahkan tidak ketemu dia sama sekali. Nanti kalau kita ketemu Ningsih akan menceritakan semuanya.”

Pak Kusno dan bu Kusno merasa lega, mendengar suara anaknya yang ternyata baik-baik saja, bahkan telah membawa sertifikat yang semula dicuri Nurdin.

“Hm.. syukurlah bu, anak kita baik-baik saja,” kata pak Kusno setelah meletakkan ponselnya dengan perasaan lega.

“Aku tidak mengira, tiba-tiba Ningsih berani melakukannya. Anak itu kan pendiam, kalau ada apa-apa bisanya cuma menangis.”

“Ibu juga heran pak, mungkin terdorong oleh rasa marah kepada Nurdin karena melakukan perbuatan yang semena-mena terhadap orang tuanya.”

Tiba-tiba ponsel pak Kusno berdering lagi.

Dari siapa nih, nggak ada namanya.

“Angkat saja pak, barangkali penting.”

“Bagaimana kalau Nurdin ?”

“Tinggal dijawab saja kan pak. Maksudnya apa.”

“Hallo…”

“Hallo pak, ini Witri..”

“Oh, nak Witri ?”

“Iya, bagaimana, sudah ada berita tentang mbak Ningsih ?”

“Alhamdulilah nak, baru saja Ningsih menelpon, dia ternyata pergi ke Padang, ke rumah suaminya.. eh.. bekas suaminya.”

“Ya ampun pak.. mengapa mbak Ningsih kesana?”

“Dia berhasil mengambil sertifikat itu tanpa sepengetahuan Nurdin, dan membawanya pulang. Dia sudah sampai di Jakarta tapi belum pulang ke rumah, khawatir kalau Nurdin mengejarnya.”

“Alhamdulillah pak, Witri ikut senang. Kalau nanti Nurdin menyusul, laporkan saja pada polisi pak.”

“Iya sih, tapi bapak ini tidak bisa berurusan dengan polisi, nanti malah keliru. Jadi menunggu Ningsih saja maunya bagaimana, katanya Ningsih juga akan melakukan sesuatu.”

“Baiklah pak, saya ikut senang. Nanti kalau saya pulang kita bicara lagi, barangkali saya bisa membantu.”

“Terimakasih banyak nak Witri.”

***

“Mas, mbak Ningsih sudah kembali,” kata Witri ketika Dian mengantarnya pulang.

“Oh ya, kemana sebenarnya dia pergi ?”

“Ke Padang, rumah bekas suaminya.”

“Mengapa ?”

“Dia berhasil mengambil kembali sertifikat itu tanpa sepengetahuan Nurdin.”

“Bagus dong, berarti tidak ada masalah?”

“Tampaknya setelah mengetahui, Nurdin pasti akan mengejarnya kemari. Jadi mbak Ningsih belum berani pulang.”

“Kalau begitu laporkan saja pada polisi, agar semuanya segera selesai, kalau memang Nurdin bersalah biarlah dia masuk penjara sekalian.”

“Aku sudah bilang, tapi pak Kusno tidak berani melakukannya.”

“Nanti kita bantu mereka, aku punya teman pengacara, dia yang akan mengurusnya.”

“Nanti kalau sampai disana, mas saja yang bicara sama pak Kusno ya? Atau kalau bisa kita temui mbak Ningsih.”

“Ya sudah, nanti kita akan memikirkannya.”

“Terimakasih ya mas, Witri kasihan sama mereka.”

Tetapi ketika sampai dirumah dan mereka turun dari mobil, dari kejauhan dilihatnya bu Kusno sedang menangis di teras, bu Narti menemaninya.

Witri bergegas mendekat.

“Ada apa bu?” tanya Witri cemas. Dia tak melihat pak Kusno didekat mereka.

“Bapaknya Ningsih nak.. bapaknya Ningsih..” tangis bu Kusno.

“Pak Kusno kenapa?”

“Nurdin datang membawa polisi, bapaknya Ningsih dibawanya.”

***

Besok lagi ya

 

 

 

106 comments:

  1. Alhmdllh.. trma kasih... sdh hadit gasik..

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah Rocin39 sudah tayang...salam aduhai mb Tien

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah Roti Cinta eps_39 madih hangat, sdh datang.
    Yuk .... kita nikmati bareng-bareng.

    Terima kasih bu Tien selamat malam, salam SEROJA dan tetap ADUHAII......

    ReplyDelete
  4. Matur nuwun mbak Tien-ku, roti-nya sudah sampai di Jasem .

    ReplyDelete
  5. Waah... super cepat tayang yaa.
    Matur nuwun nu Tien...

    ReplyDelete
  6. Sugeng daluuu..... Mbak Tien Mugi tansah pinaringan sehat bugar bahagia
    Salam Aduhai dr Surabaya mbak😘❤️

    ReplyDelete
  7. Alhamdulilah, terima kasih bu tien... suguhan rc 39 sdh tayang semoga bu tien selalu sehat, dan selalu bahagia.. salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah Rocin 39 tayang

    Penasaran bngt kura2 Ningsih bs bawa sertifikatnya gak

    Takutnya Nurdin plg mlh jd berantem

    Hadeeh bunda Tien lg ngaduk aduk perasaan nih

    Mksh bunda telah bikin deg deg siiiir

    Sehat selalu bunda
    ADUHAI

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah....terima kasih mbak Tien, sudah tayang lagi nih...bikin penasaran terus. Semoga segera hadir lagi roti cintanya... Sehat-sehat mbak Tien..

    ReplyDelete
  10. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah ....
      Yang ditunggu tunggu telah hadir.....
      Matur nuwun bu Tien..
      Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
      Aamiin..... .

      Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN

      Delete
    2. Terima kasih atas sapaan dan RoCin 39 nya..
      Salam Sehat Aduhai selalu

      Delete
  11. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi

    ReplyDelete
  12. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  13. Luar biasa veritanya, teeima kasih Bu Tien.... Semoga selalu sehat.

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah Rocin 39 sdh datang lebih awal.
    Waduh Pak Kusno dibawa polisi?
    Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
    Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu
    Salam ADUHAI dari Bekasi

    ReplyDelete
  15. Nurdin tunggulah pembalasan selanjutnya ....ayo dian dan witri seger bantu pak kusno ...nurdin aja jeblosin kepenjara

    ReplyDelete
  16. Keren , Roti nya udah beredar
    Ma kasih Bunda, met malam dan sehat selalu buat Bunda

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda tien, semoga sehat walafiat

    ReplyDelete
  18. Matur nuwun bunda Tien..πŸ™

    Tetap ADUHAI ya bun...

    ReplyDelete
  19. Bu Tien.... boleh gak saya jitak Nurdin πŸ˜†... ?

    Trimakasih...Bu Tien, semoga sehat selalu, selamat malam, selamat beristirahat, dan tetap ADUHAI......

    ReplyDelete
  20. semakin panas
    Alhamdulillah ROCIN nya sdh datang, matursuwun mbak Tien
    Aduhai... salam sehat selalu dr Bekti

    ReplyDelete
  21. Whadouhh.. makin ribet jadinya, Nurdin bawa polisi. Tapi Dian pasti dapat mencari solusi yang tepat. Sing salah seleh.
    Terus Dina bagaimana kabar usaha baksonya, segera buka dong, ini para penggemar bakso sudah antri.
    Salam sehat penuh semangat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  22. Wah makin seru ceritanya... terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu dan ADUHAI

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah Roti Cinta~39 sudah hadir... maturnuwun bu Tien..πŸ™

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah Rocin 39 sdh datang lebih awal.
    Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya.
    Terima kasih mbak Tien, semoga sehat selalu
    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  25. Sugeng dalu bu, alhamdulillah malam ini saya tdk menemukan "hil-hil" yang "mustahal" semuanya mengalir ceritanya..... Tidak ada cacat celanya...

    Becik ketitik ala ketara....
    semoga Ningsih berhasil menjadi pahlawan keluarganya.....
    Karena banyak cinta disekelilingnya .....

    ADUHAI...... siapa dulu dong penulisnya, Tien Kumalasari....πŸ™‚πŸ™‚πŸ™‚

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah, RC39 telah tayang. terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
    UR. T411653L

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah, Rodin sudah tayang. Terimakasih Bu Tien. Semoga sΓ©hat selalu.

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah.. Sudah tayang Rocin 39....semoga dngan bantuan Dian malah Nurdin yg akan dipenjara...Becik ketitik olo ketoro.....salam sehat bu Tien....

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah..... matur nuwun Mbak Tien, semoga sehat selalu. Aamiin.....

    ReplyDelete
  30. Rocin 39 makin seru saja ...terima kasih bu Tien..salam sehat selalu

    ReplyDelete
  31. Trimakasih mbak Tien RC39nyaa...

    Duuuh..dheg2an sepanjang membaca ini...
    Gimana yaaa...kasiaan pk Kusno..semoga Nurdin kena batunya..krn tdk ada bukti utk melaporkan ke polisi justru dia pencurinya...maling triak maling..😠😠
    Jd ikut esmosis niii..😑

    Semoga besok adem ayem..membahagiakan yaaa...🌹

    Salam sehat dan aduhaiii banget mbak Tien..πŸ™πŸ₯°⚘

    ReplyDelete
  32. Alhsmdulillah
    Terimakasih bunda Tien Rocin nys
    Semoga bunda Tien selalu sehat aamiin
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah akhirnya Ningsih berhasil membawa kabur sertifikat tanah dan surat hutang palsu. Semoga Dian dan Witri dapat membantu membebaskan pak Kusno dari urusan dengan polisi. PENGACARA TEMAN DIAN DAPAT MEMBANTU MENGATASI MASALAH TERSEBUT. AAMIIN. Ikut mendo'akan

    ReplyDelete
  34. Nah ini sekarang saatnya Dian membantu P Kusno untuk menghadapi Nurdin dengan membawa pengacara...he..he makin ADUHAI ini cerita ROCIN nya. Salam sehat selalu buat Bu Tien dan keluarga..Aamiin YRAπŸ™πŸ™πŸ‘πŸ‘

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah..
    Trims bu tien..
    Sehat sllu dn salah aduhaii

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah ROCIN 39 hadir masih anget....😍, maturnuwun Bu Tien ,sugeng dalu , selalu sehat,salam ADUHAI....ningsih aduhai pemberani.

    ReplyDelete
  37. Bukan main rocin39, bikin hati deg2an. Tks bu Tien.
    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  38. Pinternya bu Tien bikin deg degan .....
    Makin seru saja.....
    Makasih bu Tien πŸ™

    ReplyDelete
  39. Wow main kayu rupanya, dijelasin juga percuma; tergantung, punya uang jaminan apa enggak?
    Tuh kan namanya juga kaum lemah, kata orang jawa lemah itu tanah, dibawah, yah di injak donk, nggak peduli orang sudah renta digelandang la ini; pokoknya nanti dijelaskan dikantor, tuh kan mereka yang njemput itu suruhan, yang periksa ada lagi, didudukan dulu masalahnya, setelah tahu alurnya baru bagaimana nantinya mau terus apa berhenti; maksudnya perkara curi mencuri ini, kalau curi² pandang mah cari yang bening2 targetnya.
    Nah tuh ada juragan yang mau backup, semoga lancar..

    ADUHAI..

    sudah beberapa juragan yang dengan ketulusanya masalah sampingan yang ikut andil melegakan masalah kliennya, kita tunggu racikan kelanjutan dongeng ini bagaimana Dian ikut berperan

    Terimakasih Bu Tien roti cintanya yang ke tiga puluh sembilan sudah tayang,
    sehat sehat selalu doaku; sedjahtera, bahagia bersama keluarga tercinta. πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun bun...
    Mugi2 tansah rahayu wilujeng sedoyonipun....

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah, Rocin 39 sdh hadir, makasih bu Tien. slm sehat tetap semangat

    ReplyDelete
  42. Alhamdulillah,semakin aduhai roti cinta..terima kasih Bu Tien..salam sehat selalu,Aamiin.

    ReplyDelete
  43. Semakin wow aduhai....
    Maturnuwun mbak Tin.
    .cerita yg seruuu

    ReplyDelete
  44. Waduh...
    Jantungku hatiku pada spot sendiri2 deg2an,takut,khawatir dsb...
    Ternyata Ningsih bisa jadi pahlawan dan semoga Dian cepat menghubungi polisi untuk menangkap yg bersalah.

    Ibu Tien ahli detektip juga rupanya...
    Luar biasa...

    Monggo ibu, dilanjut aja semakin penasaran nih...
    Matur nuwun. Berkah Dalem. Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  45. Lha Witri kalah duluan sm Nurdin...smg Dian bs apalg didukung Baskoro... Ditunggu siapa yg menang antara Nurdin dan Ningsih.. ditunggu sj besok ya para pctk bgmn lihainya mb Tien mengaduk2 emosi kitaπŸ€—

    ReplyDelete
  46. Semakin seru
    Terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  47. Laahhh... kok malah jadi semrawut? Pak Kusno malah dibawa polisi. Smoga Dian dan Witri bisa membantu Ningsih dan kelgnya agar masalahnya bisa selesai dengan baik. Dan Nurdin segera mendapat balasan dari perbuatannya. Percayalah... yg benar pasti menang pada akhirnya. Semakin seru dan semakin membuat penasaran.

    Terima kasih Mbak Tien, smoga Mbak Tien selalu sehat dan bisa berkarya terus. Salam Aduhai selalu dari Semarang.

    ReplyDelete
  48. Terima kasih mbak Tien, betul2 aduhai ikut berdebar...

    ReplyDelete
  49. Alamak kok malah mawut2 iki kebalik wes to Nurdin wes weudan hahah Ningsih pintar tdk pulang,semoga Dian akan bantu pak Kusno dan malah berbalik Nurdin yg di di penjara hahahha, nuhun ya bu Tien tambah rame

    ReplyDelete
  50. Slmt pgii mbak Tien smg sht sll.. Mkshrocinnya y mbak.. Mkinseru jg.. Smg kebenaran afa dipihak kel ningsih.. Slmaduhai dri sukabumi unk mbak toen sekeluarga.. πŸ™πŸ˜˜πŸ˜˜

    ReplyDelete
  51. Mbak Tienku sayang...maturnuwun rotinya...
    Wah idenya adaaaa saja. Aku sudah deg-degan khawatir Ningsih gagal merebut sertifikat yang dicuri Nurdin. Eeh...kejutannya, Nurdin malah menciduk pak Kusno dan membawanya ke kantor polisi.
    Rupanya Nurdin keblinger. Ngawur dan semena-mena sekali dia, nggak ngrumangsani kalau justru dia yang menuju sel penjara. Pak Kusno tidak punya kesalahan apapun, si Nurdin sontoloyo itu yang memalsukan surat, dan mencuri sertifikat rumah mertuanya.
    Semoga Dian-Sawitri bisa menolong mereka.
    Maturnuwun mbak Tien...rotinya tetap enak dinikmati pagi, sebab semalam ada kelas hingga pk 21.30, setelah itu bablas zzzzz....
    Salam sehat selalu...ditunggu olahan roti selanjutnya..

    ReplyDelete
  52. Assalamualaikum wr wb. Saya heran TKP-nya di Padang, trs Nurdin $mungkin ber ktp Padang, kok bisa bersama polisi menangkap Pak Kusno yng mungkin ber ktp Jakarta... Saya tunggu saja bgmn cerita selanjutnya dari Bu Tien. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kerjanya disana, rumahnya di Jakarta.
      Memang tidak boleh ya, orang melapor ke polisi kalau ia berasal dari luar daerah?

      Delete
    2. Tkpnya bukan di Padang. Ini yg ditangkap kan p Kusno, dengan tuduhan punya hutang 100 juta tidak membayar. Nurdin keblinger sakung emosinya. Jika benar p Kusno dianggap hutang, masalah utang piutang kan bukan perkara pidana. Itu perkara perdata, jadi Nurdin salah alamat. Justru dia yg melakukan tindak pidana karena mencuri sertifikat. Jika dirunut lagi, dia membuat surat pengakuan hutang atas nama p Kusno dengan curang. Dia yang harusnya kena pasal pidana.... Begitu kira2

      Delete
    3. Soal lapor polisi, siapapun berhak, meskipun dia orang luar daerah

      Delete
  53. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

    Alhamdulillah,, Matur nuwun bu Tien, ROTI CINTA nya,lama tdk menyapa krn persiapan PTM ( pembelajaran Tatap Muka )
    Sehat wal'afiat semua ya bu Tien

    Salam ADUHAAII bu Tien πŸ€—πŸ™

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin
      Selamat bertugas mBh Put
      ADUHAI

      Delete
    2. Jazaakillahu khairan bu TienπŸ€—πŸŒΏπŸŒΉ

      Delete
  54. Selamat malam mbak Tien semoga sehat.. Asyik sekali. Tambah seru jg.. Semoga kebenarandipihak kel Ningsih. Salam dr tugiman di bandung untuk mbak Tien sekeluarga..

    ReplyDelete
  55. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  56. Longok2 Rocin 40 blm nongol nih? Salam aduhai mbak Tien

    ReplyDelete
  57. Terimakasih bundaa... Ceritanya luaar biasa..

    ReplyDelete
  58. Rotinya belum keluar dari oven ya??
    Sabar nunggu mpe mateng

    ReplyDelete
  59. Ngintip Rocin 40 blom nongol mbak Tien sehat² selalu ya salam aduhaai dari Cibubur kangen kapan sampai Solo lagi??

    ReplyDelete
  60. Seru...bener bener seru...
    Cerita nya dirangkai dengan apik
    Makin mendebarkan
    Salam sehat mbak Tien
    Salam aduhai...

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...