ROTI CINTA 39
(Tien Kumalasari)
Gemetar tangan Ningsih ketika memegang sertifikat itu. Dan diantara lembaran sertifikat itu ada lagi selembar surat dengan tulisan diatasnya “PERJANJIAN HUTANG”. Dengan gemas dia memasukkannya lagi didalam lembaran sertifikat itu, barangkali surat palsu itu berguna pada suatu hari nanti. Sangat beruntung karena Nurdin belum menyimpannya didalam kamarnya. Dengan segera Ningsih memasukkan surat berharga itu kedalam tas yang dibawanya.
Namun ketika Ningsih mau keluar dan kabur, didengarnya mobil memasuki halaman. Hati Ningsih tercekat, tampaknya Nurdin telah pulang. Bersamaan dengan itu bibik pembantu keluar dengan meletakkan gelas berisi minuman dingin diatas meja.
Ningsih membalikkan tubuhnya dan berkata kepada bibik.
“Bik, tolong, biarkan aku sembunyi didalam kamar kamu.”
“Apa ?” tanya bibik dengan bingung.
“Cepat bik, dan jangan bilang pada bapak kalau aku datang,” kata Ningsih sambil menarik lengan bibik ke belakang, lalu masuk kedalam kamar pembantu.
“Tolong ya bik, jangan bilang kalau aku datang. Nanti aku akan mengatakan semuanya pada bibik.
Bibik mengangguk dengan masih merasa bingung. Tapi Ningsih adalah majikan yang baik, dan bibik sangat menghormatinya. Maka dia segera menutup pintu kamarnya, membiarkan Ningsih bersembunyi didalamnya.
Didengarnya langkah tuannya memasuki rumah lalu berteriak.
“Biik..”
Bibik berlari kedepan.
“Ya, pak..”
“Ini minuman siapa? Apakah tadi ada tamu?”
“Ti..tidak pak.. tidak ada,” jawab bibik sambil menenangkan batinnya.
“Mengapa ada minuman disini?”
“Itu.. saya buatkan.. untuk bapak..”
Tumben-tumbenan kamu buat minuman untuk aku lagi? Bukankah pagi tadi sudah?”
“Tadi.. saya.. seperti mendengar bapak minta minum sebelum pergi, saya buatkan minuman dingin, setelah saya keluar bapak sudah.. pergi.”
Nurdin meneguk es sirup yang ada diatas meja.
“Seperti baru, esnya belum mencair.”
“Itu.. saya belum lama menambah es batunya.. udara sangat panas.”
“Ya sudah, aku mau pergi dulu,” kata Nurdin sambil mengambil tas yang terletak diatas meja, tanpa memeriksanya lagi.
“Bapak mau kemana ?”
“Eeh.. kenapa kamu tanya-tanya?”
“Barangkali nanti ada tamu dan bertanya.”
“Bilang saja tidak tahu, gampang kan? Ya sudah, aku ditunggu di kantor notaris nih,” kata Nurdin sambil berlalu.
“Baiklah pak..”
Nurdin segera pergi lagi, dan bibik mengelus dadanya karena merasa lega. Ia segera bergegas ke belakang.
“Bu, bapak sudah pergi.”
“Oh, ya sudah. Mau kemana dia?”
“Tadi bilang di tunggu di kantor notaris, gitu.”
“Baiklah, aku pergi dulu ya bik, dan sekali lagi jangan bilang kalau aku datang.”
“Kapan ibu pulang kemari lagi?”
“Bapak sudah menceraikan aku, aku tidak akan kembali kemari.”
“Ya Tuhan, bapak sungguh keterlaluan. Isteri begini baik dan cantik diceraikan?”
“Ya sudah bik, terimakasih sudah menolong aku.”
“Sedih kalau ibu tidak kembali.”
“Jangan sedih bik, nanti bapak pasti akan membawa pulang ibu yang baru,” kata Ningsih sambil menyelipkan uang duaratus ribu kedalam saku bibik.
“Aduh bu, ini apa?”
“Buat jajan bibik, hanya sedikit. Sudah ya bik, jangan lupa pesan saya,” kata Ningsih sambil melangkah cepat, keluar dari rumah itu.
“Iya bu, saya tidak akan mengatakan bahwa ibu baru saja pulang.”
Bibik merasa heran, ia tidak tahu mengapa isteri majikannya pulang, lalu menghindari bertemu bekas suaminya. Iya, bibik juga heran, mengapa isteri sebaik itu diceraikan. Memang majikannya akhir-akhir ini selalu bersikap kasar kepada isterinya. Bibik sering merasa kasihan melihat Ningsih sering menangis sendiri di kamarnya. Ketika Nurdin membawa Ningsih pergi untuk dipulangkan, Ningsih juga tidak berkata apa-apa pada bibik. Ternyata suaminya telah menceraikannya.
***
Ketika bibik sedang bersih-bersih dapur, didengarnya mobil majikannya kembali memasuki halaman. Lalu terdengar langkah-langkah cepat memasuki rumah, dan sebuah teriakan terdengar, membuatnya hampir terjengkang.
“Bibiiiiik..”
Jantung bibik nyaris rontok mendengar teriakan itu.
“Ya pak..”
“Siapa tadi yang datang kemari?”
“Si..siapa pak? Tidak ada yang datang kemari..” kata bibik dengan gemetar mendengar suara lantang majikannya.
“Jangan bohong kamu !! Pasti tadi ada yang datang. Dan minuman yang kamu buat pasti sebenarnya untuk tamu itu. Ya kan ? Ya kan?”
“Tidak pak.. tidak ada.. itu tadi.. minuman untuk bapak…”
“Bohong !!” teriak Nurdin lebih keras.
Bibik benar-benar ketakutan, ia berlari ke belakang karena terkencing-kencing.
“Setan alas kamu !” Kamu bohong. Siapa yang dataaaang?” teriak Nurdin sambil mengernyitkan hidungnya karena bau pesing menyambar penciumannya.
“Orang gila! Mengapa kamu kencing disini?”
Bibik masih ada di kamar mandi, membersihkan diri. Teriakan demi teriakan membuatnya semakin gemetar. Tapi ia sudah berjanji untuk tidak mengatakannya pada majikannya tentang Ningsih, dan ia memegang janji itu.
Ketika bibik keluar sambil membawa alat mengepel, Nurdin menghujaninya dengan maki-makian yang tak kunjung berhenti.
Bibik mengepel lantai dengan gemetar.
“Kamu tetap tidak mau mengatakannya? Mengapa tidak mau mengatakan kalau ada tamu?”
“Bibik memang.. tidak.. melihat ada tamu ..”
“Kamu tidak melihatnya?”
“Tidak pak..” jawab bibik sambil melanjutkan mengepel, sambil mundur ke belakang.
Nurdin duduk di sofa, dan kembali membuka tasnya. Tapi dengan kesal dia tidak menemukan barang yang dicarinya.
“Heran aku, sudah aku siapkan sejak pagi, dan kebetulan tadi tertinggal dirumah ketika aku pergi, setelah aku kembali, surat itu tidak ada lagi didalam tas,” gumamnya sambil mengeluarkan semua isi tasnya yang berisi surat-surat yang ada hubungannya dengan pekerjaannya, tapi sertifikat curian itu tidak ada. Padahal dia akan mengesahkannya didepan notaris tentang perjanjian hutang palsu yang dibuatnya. Notaris sudah berjanji akan membantunya, walau si penghutang tidak bisa hadir dihadapannya.
“Siapa ya yang mengambilnya? Apa Ningsih datang kemari? Ah, tak mungkin dia berani. Perempuan yang bisanya hanya menangis itu tak akan berani datang kemari sendiri. Tapi mungkin ada orang lain yang menemaninya. Siapa? Bapaknya yang sudah tua dan bodoh itu?” gumamnya sambil merapikan kembali surat-surat yang tadi di obrak abriknya.
“Bibiiiik..!” Nurdin kembali berteriak.
“Ya pak..” kata bibik sambil mendekat.
“Agak mundur.. agak mundur, kamu masih bau..”
Bibik mundur beberapa langkah kebelakang.
“Benarkah tadi kamu tidak melihat ada orang datang?”
“Saya dibelakang terus, membersihkan dapur, tidak mendengar ada tamu.”
“Tapi kamu membuat minuman itu kan?”
“Itu.. untuk bapak.. kalau tamu pasti sudah diminumnya,” jawab Bibik yang entah dari mana datangnya bisikan untuk mengatakan itu.
Nurdin terdiam.
“Pasti ada yang datang,” kata Nurdin sambil melangkah keluar, lalu memacu mobilnya, kearah bandara.
***
Betapa terkejutnya Nurdin ketika mendapat informasi bahwa ada penumpang bernama Sriningsih dengan tujuan Jakarta.
“Baru saja take off..” kata petugas yang memberikan keterangan.
Nurdin sangat marah. Ningsih tidak saja mengambil sertifikatnya, tapi juga surat hutang palsu yang dibuatnya.
Nurdin heran, bagaimana Ningsih berani melakukannya. Dia tidak menyadari, kenekatan Ningsih dipicu oleh kemarahannya karena Nurdin berbuat semena-mena kepada orang tuanya.
Dengan nekat dia memesan lagi tiket, untuk penerbangan berikutnya. Ia harus mendapatkan kembali sertifikat dan surat hutang itu.
“Sejak kapan Ningsih punya keberanian untuk datang kemari dan mencuri surat-surat itu? Perempuan bodoh yang nggak bisa apa-apa.. dari mana dan siapa yang menyuruhnya untuk melakukannya?” gumamnya penuh geram ketika menunggu saat boarding.
Lalu Nurdin berpikir, apa yang akan dilakukannya untuk merebut kembali sertifikat itu, sementara surat hutang palsu yang dibuatnya juga dibawa oleh Ningsih.
“Aku harus mendapatkannya kembali, atau uang seratus juta yang mereka harus bayar segera diberikan kepadaku. Huh,orang miskin, bagaimana cara dia akan membayarkan uang itu?”
***
Pak Kusno duduk mendampingi isterinya yang sejak kemarin murung memikirkan anaknya.
“Sabar ya bu, nanti juga Ningsih pasti kembali. Dia tidak akan berbuat nekat bu, soalnya dia membawa bekal baju.”
Bu Kusno diam saja. Entah sudah berapa puluh kali kata-kata itu diperdengarkan di telinganya, dan tak sekalipun bisa menghiburnya.
Tiba-tiba ponsel pak Kusno berdering.
“Haah, dari Ningsih bu,” kata pak Kusno sambil membuka ponselnya. Bu Kusno mengangkat tubuhnya yang semula bersandar lesu.
“Ningsih ?” sapa pak Kusno.
“Bapak, Ningsih sudah berhasil membawa kembali sertifikat itu.”
“Haa.. kamu berhasil? Kamu ada dimana? Menemui dia? Apa dia memberikannya dengan suka rela?” tanya pak Kusno dengan hati berdebar, sementara bu Kusno segera duduk merapat pada suaminya, ingin mendengar perihal anaknya.
“Bukan pak, dengan pertolongan Allah Ningsih berhasil mengambilnya, berikut surat hutang palsu yang dibuatnya. Ningsih datang ke rumah Nurdin, dan kebetulan melihat tas Nurdin yang berisi sertifikat itu. Nurdin tidak ada dirumah waktu itu, jadi Ningsih bisa melakukannya.”
“Sekarang kamu masih disana ?”
“Tidak pak, Ningsih sudah ada di Jakarta.”
“Syukurlah nak, segeralah pulang.”
“Pak, saya yakin Nurdin pasti mengejar saya setelah tahu bahwa sertifikat itu lenyap. Mungkin dia menyusul ke Jakarta lalu langsung ke rumah bapak, jadi sebaiknya saya tidak pulang ke rumah dulu.”
“Tapi Ning, ibumu menangis terus. Ini bicaralah,” kata pak Kusno sambil menyerahkan ponselnya kepada isterinya.
“Ning.. ini kamu ?”
“Ibu jangan sedih, Ningsih baik-baik saja, dan sudah berhasil membawa kembali sertifikat itu.”
“Kalau begitu cepatlah pulang nak.”
“Tidak dulu bu, kemungkinan besar Nurdin mengejar Ningsih, jadi sebaiknya Ningsih tidak pulang dulu. Nanti kalau Nurdin kemari bilang saja Ningsih pergi entah kemana.”
“Lalu kamu ada dimana ?”
“Ningsih sudah di Jakarta bu, tapi Ningsih mau menginap dirumah pakde dulu, sambil memikirkan apa yang harus Ningsih lakukan, agar membuat Nurdin jera.”
“Tapi kamu baik-baik saja kan ? Soalnya kamu pergi begitu saja tanpa pamit, bapak sama ibu jadi bingung.”
“Maaf bu, Ningsih sengaja tidak pamit, karena kalau pamit pasti bapak sama ibu melarangnya. Entah darimana datangnya, Ningsih tiba-tiba berani melakukannya.”
“Ya sudah Ning, yang penting kamu baik-baik saja.”
“Ningsih baik-baik saja bu. Ibu jangan khawatir, disana NIngsih bahkan tidak ketemu dia sama sekali. Nanti kalau kita ketemu Ningsih akan menceritakan semuanya.”
Pak Kusno dan bu Kusno merasa lega, mendengar suara anaknya yang ternyata baik-baik saja, bahkan telah membawa sertifikat yang semula dicuri Nurdin.
“Hm.. syukurlah bu, anak kita baik-baik saja,” kata pak Kusno setelah meletakkan ponselnya dengan perasaan lega.
“Aku tidak mengira, tiba-tiba Ningsih berani melakukannya. Anak itu kan pendiam, kalau ada apa-apa bisanya cuma menangis.”
“Ibu juga heran pak, mungkin terdorong oleh rasa marah kepada Nurdin karena melakukan perbuatan yang semena-mena terhadap orang tuanya.”
Tiba-tiba ponsel pak Kusno berdering lagi.
Dari siapa nih, nggak ada namanya.
“Angkat saja pak, barangkali penting.”
“Bagaimana kalau Nurdin ?”
“Tinggal dijawab saja kan pak. Maksudnya apa.”
“Hallo…”
“Hallo pak, ini Witri..”
“Oh, nak Witri ?”
“Iya, bagaimana, sudah ada berita tentang mbak Ningsih ?”
“Alhamdulilah nak, baru saja Ningsih menelpon, dia ternyata pergi ke Padang, ke rumah suaminya.. eh.. bekas suaminya.”
“Ya ampun pak.. mengapa mbak Ningsih kesana?”
“Dia berhasil mengambil sertifikat itu tanpa sepengetahuan Nurdin, dan membawanya pulang. Dia sudah sampai di Jakarta tapi belum pulang ke rumah, khawatir kalau Nurdin mengejarnya.”
“Alhamdulillah pak, Witri ikut senang. Kalau nanti Nurdin menyusul, laporkan saja pada polisi pak.”
“Iya sih, tapi bapak ini tidak bisa berurusan dengan polisi, nanti malah keliru. Jadi menunggu Ningsih saja maunya bagaimana, katanya Ningsih juga akan melakukan sesuatu.”
“Baiklah pak, saya ikut senang. Nanti kalau saya pulang kita bicara lagi, barangkali saya bisa membantu.”
“Terimakasih banyak nak Witri.”
***
“Mas, mbak Ningsih sudah kembali,” kata Witri ketika Dian mengantarnya pulang.
“Oh ya, kemana sebenarnya dia pergi ?”
“Ke Padang, rumah bekas suaminya.”
“Mengapa ?”
“Dia berhasil mengambil kembali sertifikat itu tanpa sepengetahuan Nurdin.”
“Bagus dong, berarti tidak ada masalah?”
“Tampaknya setelah mengetahui, Nurdin pasti akan mengejarnya kemari. Jadi mbak Ningsih belum berani pulang.”
“Kalau begitu laporkan saja pada polisi, agar semuanya segera selesai, kalau memang Nurdin bersalah biarlah dia masuk penjara sekalian.”
“Aku sudah bilang, tapi pak Kusno tidak berani melakukannya.”
“Nanti kita bantu mereka, aku punya teman pengacara, dia yang akan mengurusnya.”
“Nanti kalau sampai disana, mas saja yang bicara sama pak Kusno ya? Atau kalau bisa kita temui mbak Ningsih.”
“Ya sudah, nanti kita akan memikirkannya.”
“Terimakasih ya mas, Witri kasihan sama mereka.”
Tetapi ketika sampai dirumah dan mereka turun dari mobil, dari kejauhan dilihatnya bu Kusno sedang menangis di teras, bu Narti menemaninya.
Witri bergegas mendekat.
“Ada apa bu?” tanya Witri cemas. Dia tak melihat pak Kusno didekat mereka.
“Bapaknya Ningsih nak.. bapaknya Ningsih..” tangis bu Kusno.
“Pak Kusno kenapa?”
“Nurdin datang membawa polisi, bapaknya Ningsih dibawanya.”
***
Besok lagi ya
Alhmdllh.. trma kasih... sdh hadit gasik..
ReplyDeleteAlhamdulillah Rocin39 sudah tayang...salam aduhai mb Tien
ReplyDeleteSelamat buat bu Tingting juaranya
ReplyDeleteAlhamdulillah Roti Cinta eps_39 madih hangat, sdh datang.
ReplyDeleteYuk .... kita nikmati bareng-bareng.
Terima kasih bu Tien selamat malam, salam SEROJA dan tetap ADUHAII......
Matur nuwun mbak Tien-ku, roti-nya sudah sampai di Jasem .
ReplyDeleteWaah... super cepat tayang yaa.
ReplyDeleteMatur nuwun nu Tien...
Sugeng daluuu..... Mbak Tien Mugi tansah pinaringan sehat bugar bahagia
ReplyDeleteSalam Aduhai dr Surabaya mbak😘❤️
Alhamdulilah, terima kasih bu tien... suguhan rc 39 sdh tayang semoga bu tien selalu sehat, dan selalu bahagia.. salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteAlhamdulillah Rocin 39 tayang
ReplyDeletePenasaran bngt kura2 Ningsih bs bawa sertifikatnya gak
Takutnya Nurdin plg mlh jd berantem
Hadeeh bunda Tien lg ngaduk aduk perasaan nih
Mksh bunda telah bikin deg deg siiiir
Sehat selalu bunda
ADUHAI
Selamatmalam
ReplyDeleteAlhamdulillah....terima kasih mbak Tien, sudah tayang lagi nih...bikin penasaran terus. Semoga segera hadir lagi roti cintanya... Sehat-sehat mbak Tien..
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik
Alhamdulillah ....
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir.....
Matur nuwun bu Tien..
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin..... .
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
Terima kasih atas sapaan dan RoCin 39 nya..
DeleteSalam Sehat Aduhai selalu
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Luar biasa veritanya, teeima kasih Bu Tien.... Semoga selalu sehat.
ReplyDeleteAlhamdulillah Rocin 39 sdh datang lebih awal.
ReplyDeleteWaduh Pak Kusno dibawa polisi?
Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu
Salam ADUHAI dari Bekasi
Nurdin tunggulah pembalasan selanjutnya ....ayo dian dan witri seger bantu pak kusno ...nurdin aja jeblosin kepenjara
ReplyDeleteKeren , Roti nya udah beredar
ReplyDeleteMa kasih Bunda, met malam dan sehat selalu buat Bunda
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron mbak Tien
Afwan.. ibu Susi
DeleteADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda tien, semoga sehat walafiat
Aamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Alhamdulilah.
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien..🙏
ReplyDeleteTetap ADUHAI ya bun...
Bu Tien.... boleh gak saya jitak Nurdin 😆... ?
ReplyDeleteTrimakasih...Bu Tien, semoga sehat selalu, selamat malam, selamat beristirahat, dan tetap ADUHAI......
semakin panas
ReplyDeleteAlhamdulillah ROCIN nya sdh datang, matursuwun mbak Tien
Aduhai... salam sehat selalu dr Bekti
Whadouhh.. makin ribet jadinya, Nurdin bawa polisi. Tapi Dian pasti dapat mencari solusi yang tepat. Sing salah seleh.
ReplyDeleteTerus Dina bagaimana kabar usaha baksonya, segera buka dong, ini para penggemar bakso sudah antri.
Salam sehat penuh semangat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Wah makin seru ceritanya... terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu dan ADUHAI
ReplyDeleteADUHAI ibu Ika
DeleteAlhamdulillah Roti Cinta~39 sudah hadir... maturnuwun bu Tien..🙏
ReplyDeleteSami2 pak Djodhi
DeleteAlhamdulillah Rocin 39 sdh datang lebih awal.
ReplyDeleteSemakin seru dan bikin penasaran ceritanya.
Terima kasih mbak Tien, semoga sehat selalu
Salam ADUHAI
Aamiin
DeleteADUHAI ibu Pudya
Sugeng dalu bu, alhamdulillah malam ini saya tdk menemukan "hil-hil" yang "mustahal" semuanya mengalir ceritanya..... Tidak ada cacat celanya...
ReplyDeleteBecik ketitik ala ketara....
semoga Ningsih berhasil menjadi pahlawan keluarganya.....
Karena banyak cinta disekelilingnya .....
ADUHAI...... siapa dulu dong penulisnya, Tien Kumalasari....🙂🙂🙂
ADUHAI mas kakek
DeleteAlhamdulillah, RC39 telah tayang. terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
ReplyDeleteUR. T411653L
Sami2 ibu Uchu
DeleteAlhamdulillah, Rodin sudah tayang. Terimakasih Bu Tien. Semoga séhat selalu.
ReplyDeleteAamiin, lama nggak muncul ibu Dyah..
DeleteADUHAI..
Eh, Rocin nqksudnya
ReplyDeleteAlhamdulillah.. Sudah tayang Rocin 39....semoga dngan bantuan Dian malah Nurdin yg akan dipenjara...Becik ketitik olo ketoro.....salam sehat bu Tien....
ReplyDeleteSalam ADUHAI yang sehat ibu Swissti
DeleteAlhamdulillah..... matur nuwun Mbak Tien, semoga sehat selalu. Aamiin.....
ReplyDeleteRocin 39 makin seru saja ...terima kasih bu Tien..salam sehat selalu
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI ibu Winarni
DeleteTrimakasih mbak Tien RC39nyaa...
ReplyDeleteDuuuh..dheg2an sepanjang membaca ini...
Gimana yaaa...kasiaan pk Kusno..semoga Nurdin kena batunya..krn tdk ada bukti utk melaporkan ke polisi justru dia pencurinya...maling triak maling..😠😠
Jd ikut esmosis niii..😡
Semoga besok adem ayem..membahagiakan yaaa...🌹
Salam sehat dan aduhaiii banget mbak Tien..🙏🥰⚘
Salam ADUHAI IBU Maria
ReplyDeleteAlhsmdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien Rocin nys
Semoga bunda Tien selalu sehat aamiin
Salam sehat dan aduhai
Salam sehat dan ADUHAI ibu Salamah
DeleteAlhamdulillah akhirnya Ningsih berhasil membawa kabur sertifikat tanah dan surat hutang palsu. Semoga Dian dan Witri dapat membantu membebaskan pak Kusno dari urusan dengan polisi. PENGACARA TEMAN DIAN DAPAT MEMBANTU MENGATASI MASALAH TERSEBUT. AAMIIN. Ikut mendo'akan
ReplyDeleteAamiin
ReplyDeleteADUHAI ibu Noor
Nah ini sekarang saatnya Dian membantu P Kusno untuk menghadapi Nurdin dengan membawa pengacara...he..he makin ADUHAI ini cerita ROCIN nya. Salam sehat selalu buat Bu Tien dan keluarga..Aamiin YRA🙏🙏👍👍
ReplyDeleteAlhamdulillah..
ReplyDeleteTrims bu tien..
Sehat sllu dn salah aduhaii
Alhamdulillah ROCIN 39 hadir masih anget....😍, maturnuwun Bu Tien ,sugeng dalu , selalu sehat,salam ADUHAI....ningsih aduhai pemberani.
ReplyDeleteADUHAI Yangti
Delete#salam aduhai..
ReplyDeleteBukan main rocin39, bikin hati deg2an. Tks bu Tien.
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Pinternya bu Tien bikin deg degan .....
ReplyDeleteMakin seru saja.....
Makasih bu Tien 🙏
Sami2 ibu Sudarwati
DeleteWow main kayu rupanya, dijelasin juga percuma; tergantung, punya uang jaminan apa enggak?
ReplyDeleteTuh kan namanya juga kaum lemah, kata orang jawa lemah itu tanah, dibawah, yah di injak donk, nggak peduli orang sudah renta digelandang la ini; pokoknya nanti dijelaskan dikantor, tuh kan mereka yang njemput itu suruhan, yang periksa ada lagi, didudukan dulu masalahnya, setelah tahu alurnya baru bagaimana nantinya mau terus apa berhenti; maksudnya perkara curi mencuri ini, kalau curi² pandang mah cari yang bening2 targetnya.
Nah tuh ada juragan yang mau backup, semoga lancar..
ADUHAI..
sudah beberapa juragan yang dengan ketulusanya masalah sampingan yang ikut andil melegakan masalah kliennya, kita tunggu racikan kelanjutan dongeng ini bagaimana Dian ikut berperan
Terimakasih Bu Tien roti cintanya yang ke tiga puluh sembilan sudah tayang,
sehat sehat selalu doaku; sedjahtera, bahagia bersama keluarga tercinta. 🙏🙏
Aamiin
DeleteNuwun Nanang
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun...
Mugi2 tansah rahayu wilujeng sedoyonipun....
Aamiin
DeleteMatur nuwun wo
Alhamdulillah, Rocin 39 sdh hadir, makasih bu Tien. slm sehat tetap semangat
ReplyDeleteAlhamdulillah,semakin aduhai roti cinta..terima kasih Bu Tien..salam sehat selalu,Aamiin.
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI
DeleteSemakin wow aduhai....
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tin.
.cerita yg seruuu
Roti cinta aduhaii
ReplyDeleteIbu Anie juga ADUHAI
DeleteWaduh...
ReplyDeleteJantungku hatiku pada spot sendiri2 deg2an,takut,khawatir dsb...
Ternyata Ningsih bisa jadi pahlawan dan semoga Dian cepat menghubungi polisi untuk menangkap yg bersalah.
Ibu Tien ahli detektip juga rupanya...
Luar biasa...
Monggo ibu, dilanjut aja semakin penasaran nih...
Matur nuwun. Berkah Dalem. Salam ADUHAI
Salam ADUHAI ibu Yustinhar
DeleteLha Witri kalah duluan sm Nurdin...smg Dian bs apalg didukung Baskoro... Ditunggu siapa yg menang antara Nurdin dan Ningsih.. ditunggu sj besok ya para pctk bgmn lihainya mb Tien mengaduk2 emosi kita🤗
ReplyDeleteADUHAI jeng Sapti
DeleteSemakin seru
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
Sami2 KP LOVER
DeleteLaahhh... kok malah jadi semrawut? Pak Kusno malah dibawa polisi. Smoga Dian dan Witri bisa membantu Ningsih dan kelgnya agar masalahnya bisa selesai dengan baik. Dan Nurdin segera mendapat balasan dari perbuatannya. Percayalah... yg benar pasti menang pada akhirnya. Semakin seru dan semakin membuat penasaran.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, smoga Mbak Tien selalu sehat dan bisa berkarya terus. Salam Aduhai selalu dari Semarang.
Aamiin
DeleteMatur nuwun jeng Ira
Terima kasih mbak Tien, betul2 aduhai ikut berdebar...
ReplyDeleteBerdebar yang ADUHAI
DeleteMakasih bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Hestri
DeleteAlamak kok malah mawut2 iki kebalik wes to Nurdin wes weudan hahah Ningsih pintar tdk pulang,semoga Dian akan bantu pak Kusno dan malah berbalik Nurdin yg di di penjara hahahha, nuhun ya bu Tien tambah rame
ReplyDeleteSami2 ibu Yanti
DeleteMakasih mba Tien. Salam hangat mba
ReplyDeleteSalam hangat ibu Sul
DeleteSlmt pgii mbak Tien smg sht sll.. Mkshrocinnya y mbak.. Mkinseru jg.. Smg kebenaran afa dipihak kel ningsih.. Slmaduhai dri sukabumi unk mbak toen sekeluarga.. 🙏😘😘
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Farida
DeleteMbak Tienku sayang...maturnuwun rotinya...
ReplyDeleteWah idenya adaaaa saja. Aku sudah deg-degan khawatir Ningsih gagal merebut sertifikat yang dicuri Nurdin. Eeh...kejutannya, Nurdin malah menciduk pak Kusno dan membawanya ke kantor polisi.
Rupanya Nurdin keblinger. Ngawur dan semena-mena sekali dia, nggak ngrumangsani kalau justru dia yang menuju sel penjara. Pak Kusno tidak punya kesalahan apapun, si Nurdin sontoloyo itu yang memalsukan surat, dan mencuri sertifikat rumah mertuanya.
Semoga Dian-Sawitri bisa menolong mereka.
Maturnuwun mbak Tien...rotinya tetap enak dinikmati pagi, sebab semalam ada kelas hingga pk 21.30, setelah itu bablas zzzzz....
Salam sehat selalu...ditunggu olahan roti selanjutnya..
Jeng Iyeng memang ADUHAI
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Saya heran TKP-nya di Padang, trs Nurdin $mungkin ber ktp Padang, kok bisa bersama polisi menangkap Pak Kusno yng mungkin ber ktp Jakarta... Saya tunggu saja bgmn cerita selanjutnya dari Bu Tien. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin...
ReplyDeleteKerjanya disana, rumahnya di Jakarta.
DeleteMemang tidak boleh ya, orang melapor ke polisi kalau ia berasal dari luar daerah?
Tkpnya bukan di Padang. Ini yg ditangkap kan p Kusno, dengan tuduhan punya hutang 100 juta tidak membayar. Nurdin keblinger sakung emosinya. Jika benar p Kusno dianggap hutang, masalah utang piutang kan bukan perkara pidana. Itu perkara perdata, jadi Nurdin salah alamat. Justru dia yg melakukan tindak pidana karena mencuri sertifikat. Jika dirunut lagi, dia membuat surat pengakuan hutang atas nama p Kusno dengan curang. Dia yang harusnya kena pasal pidana.... Begitu kira2
DeleteSoal lapor polisi, siapapun berhak, meskipun dia orang luar daerah
DeleteAssalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteAlhamdulillah,, Matur nuwun bu Tien, ROTI CINTA nya,lama tdk menyapa krn persiapan PTM ( pembelajaran Tatap Muka )
Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
Salam ADUHAAII bu Tien 🤗🙏
Aamiin
DeleteSelamat bertugas mBh Put
ADUHAI
Jazaakillahu khairan bu Tien🤗🌿🌹
DeleteRotii … Rrotiii …..
ReplyDeleteSelamat malam mbak Tien semoga sehat.. Asyik sekali. Tambah seru jg.. Semoga kebenarandipihak kel Ningsih. Salam dr tugiman di bandung untuk mbak Tien sekeluarga..
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteLongok2 Rocin 40 blm nongol nih? Salam aduhai mbak Tien
ReplyDeleteTerimakasih bundaa... Ceritanya luaar biasa..
ReplyDeleteRotinya belum keluar dari oven ya??
ReplyDeleteSabar nunggu mpe mateng
Ngintip Rocin 40 blom nongol mbak Tien sehat² selalu ya salam aduhaai dari Cibubur kangen kapan sampai Solo lagi??
ReplyDeleteSeru...bener bener seru...
ReplyDeleteCerita nya dirangkai dengan apik
Makin mendebarkan
Salam sehat mbak Tien
Salam aduhai...