BUAH HATIKU 31
(Tien Kumalasari)
“Apa mas, laki-laki itu berkeliaran di rumah sakit ?” tanya Indra pagi itu ketika Tikno menelponnya.
“Iya pak Indra, untunglah perawat itu memberi tahu, tapi saya sudah melapor ke polisi. Penjahat itu harus segera ditangkap.”
“Benar mas Tikno, kalau tidak, dia akan selalu membuat resah.”
“Kalau bisa hari ini Surti dan bayinya mau saya bawa pulang. Kalau masih dirumah sakit saya merasa tidak tenang. Semalam saya tidak bisa tidur sama sekali. Bapak juga tidak jadi saya antarkan pulang. Tapi saya tidak mengatakan apa-apa pada Surti, khawatir dia justru ketakutan.”
“Yaa.. itu benar, jangan sampai Surti tahu. Sekarang apa yang bisa saya bantu?”
“Tidak ada pak Indra, saya hanya mengabari tentang laki-laki bercambang itu. Sudah jelas dia penjahat yang harus ditangkap polisi.”
“Baiklah, kalau ada apa-apa kabari saya ya mas.”
“Siap pak, sekarang saya akan mencoba menemui dokternya, kalau bisa saya akan minta agar Surti dan bayinya diperbolehkan pulang.”
“Itu lebih baik, semoga berhasil dan selamat semuanya.”
Indra menghela nafas, prihatin, bagaimana laki-laki jahat itu bisa saja tahu bahwa Surti sudah melahirkan.
“Mas, makan pagi sudah siap,” kata Seruni setelah menata meja dibelakang.
“Ya, baiklah.”
“Tadi telpon dari siapa?”
“Mas Tikno, dia bilang laki-laki bercambang itu datang kerumah sakit, nekat memasuki kamar bayi dan ingin menggendongnya.”
“Ya ampun... lalu bagaimana mas?”
“Ya tidak diijinkan lah, sama perawatnya, lalu semalam mas Tikno berjaga tanpa tidur sedikitpun. Tapi dia sudah melapor ke polisi.”
“Syukurlah, semoga segera tertangkap. Eh .. tunggu mas.. laki-laki bercambang? Aku jadi teringat wajah laki-laki yang ketemu kita diparkiran rumah sakit.”
“Oh, dia.. laki-laki itu bercambang, menanyakan ruang bersalin. Jangan-jangan dia.”
“Nah, sikapnya mencurigakan, tapi aku benar-benar pernah melihat laki-laki itu. Ayo, sambil sarapan aku akan mengingat-ingat, dimana pernah melihat dia.”
Seruni melayani suaminya makan, tapi pikirannya kembali membayangkan laki-laki bercambang itu. Ia yakin pernah melihatnya. Tapi dimana ya.
“Kemarin kamu beli makanannya dimana? Aku suka ledrenya..”
“Dekat apotik tempat aku beli obat buat Naya kemarin.”
“Kapan-kapan kalau lewat beli lagi ya.”
“Ya, gampang mas... Oh.. ya Tuhan...” tiba-tiba Seruni memekik sambil meletakkan sendoknya.
“Ada apa?”
“Itu... tukang parkir itu...”
“Kenapa tukang parkirnya?”
“Dia.. laki-laki bercambang itu...”
“Maksudmu.. laki-laki bercambang itu menjadi tukang parkir disana?”
“Betul... betul.. segera laporkan mas, itu sudah jelas, aku yakin dia, makanya sejak ketemu itu kan aku terus mengingat-ingat, kapan dan dimana bertemu dia.”
“Kalau begitu aku akan menelpon mas Tikno.”
“Ya, tapi habiskan dulu sarapannya.”
***
“Apa pak Indra? Tukang parkir ditoko makanan itu?”
“Iya, Seruni kan dari sana .. ingat wajah tukang parkir itu, brewokan gitu katanya . Kemarin ketika saya dan Seruni keluar dari rumah sakit juga ketemu di. Dia menanyakan dimana kamar bersalin.”
“Baiklah pak Indra, saya akan segera melaporkannya kepada polisi. Benar, saja juga ingat tukang parkir itu ketika membelikan makanan buat bapak, sama sekali tidak mengira bahwa dia orangnya.”
“Ya mas, secepatnya, jangan sampai dia kabur.”
“Baik pak, tampaknya sudah ada polisi yang berkeliling disekitar rumah sakit ini. Tapi saya sudah diijinkan membawa Surti dan bayinya pulang hari ini, karena mereka sehat.”
“Syukurlah mas Tikno, semoga semuanya baik-baik saja.”
Tikno segera menghubungi polisi tentang temuan yang dikatakan Indra, sementara Surti sudah berkemas dan pak Mul memangku cucunya yang sudah dandan rapi dan siap diajaknya pulang.
“Surti, aku ke kantor dulu untuk membayar administrasi ya.”
“Ya mas, ini aku juga sudah selesai.”
“Baiklah, aku pergi dulu, setelah itu aku mau pesan taksinya,” kata Tikno sambil berlalu.
“Surti, apa benar kamu sudah merasa sehat?”
“Sudah bapak, daripada beristirahat disini kan lebih baik istiahat dirumah saja.”
“Memang benar, tapi disini kan kesehatan lebih bisa dikontrol.”
“Itu kan kalau sakit, Surti sudah melahirkan lancar dan sehat, Aditya juga sehat. Jadi lebih baik pulang. Ya kan ?”
“Ya sudah, bapak juga lebih senang kalau cepat pulang.”
“Mana bapak, biar Adit saya gendong saja.”
Pak Mul menyerahkan cucunya , sementara ponselnya berdering.
“Hallo.. ini pak Pras ya?
“Iya Mul, bagaimana Surti ?”
“Sudah melahirkan kemarin pak, lancar dan bayinya sehat.”
“Syukurlah Mul, tapi cucumu masih didalam inkubator kan?”
“Inkubator itu apa pak ?”
“Itu, biasanya kan kalau bayi lahir prematur, dimasukkan dulu kedalam inkubator, supaya hangat. Kalau sudah kuat baru bisa dikeluarkan.”
“Ooh.. itu.. tidak pak, anaknya Surti sehat, tidak dimasukkan kemana-mana.”
“Oh ya? Hebat kalau begitu cucumu. Rasanya baru tujuh bulan atau delapan bulan ya usianya dalam kandungan.”
“Nggak tahu saya pak, saya hanya tahu mereka sehat, dan baru sehari nak Tikno sudah mengajak isteri dan anaknya pulang.”
“Oh, bagus kalau begitu. Kapan-kapan aku ingin melihat cucu kamu Mul, sekaligus kangen juga sama cucuku.”
“Kapan pak Pras mau ke Solo?”
“Mungkin dua atau tiga hari lagi, ini neneknya sudah ribut pengin nggendong cucunya juga.”
“Iya pak, bisa dimaklumi, saya juga merasakannya.”
“Aku mengirimkan sedikit uang ke rekening kamu Mul, untuk cucu kamu.”
“Waduh, pak Pras... sudah banyak yang pak Pras berikan untuk keluarga kami.”
“Kamu itu jangan suka menolak rejeki. Lagi pula aku memberi untuk cucu kamu. Kalau kamu kan uangnya sudah banyak,” seloroh pak Prastowo.
Pak Mul tertawa.
“Itu juga karena pak Pras. Tapi orang tua seperti saya kan tidak membutuhkan apa-apa pak, yang penting anak cucu selamat dan berkecukupan.”
“Kamu benar Mul, dan kamu juga harus selalu menjaga kesehatan kamu. Jangan saking sukanya sama cucu lalu lupa beristirahat.”
“Iya pak, saya tahu. Terimakasih atas semuanya pak.”
“Iya, salam untuk Surti dan suaminya.”
“Akan saya sampaikan pak.”
“Dari pak Pras?” tanya Surti ketika ayahnya sudah selesai bicara.
“Iya, pak Pras dan bu Pras sepertinya akan datang ke Solo. Tapi tadi pak Pras bilang mengirimkan sejumlah uang untuk anak kamu, melalui rekening bapak.”
“Waah, pak Pras selalu begitu. Bapak sudah bilang terimakasih?”
“Sudah nduk, nanti nak Tikno suruh mengambil uang itu, kan itu punya anak kamu.”
“Iya pak, nanti bapak bilang saja kepada mas Tikno.”
“Aku keluar dulu ya nduk, tadi handuk bapak diangin-anginkan diluar, lupa.”
“Oh, iya pak, nanti ketinggalan kalau bapak lupa.”
Pak Mul keluar dari kamar, menuju kearah dimana dia mengangin-anginkan handukna. Tiba-tiba dilihatnya seseorang mendekati pintu kamar Surti. Pak Mul mengambil handuknya dan kembali. Laki-laki itu memakai topi yang menutupi hampir separuh wajahnya.
“Mencari siapa nak?” sapa pak Mul curiga, karena laki-laki itu tidak segera masuk kedalam, hanya mengendap endap sambil menoleh kekiri dan kekanan.
“Saya.. saya mau.. membezuk bu Tikno..”
“Kalau mau membezoek ya langsung masuk saja, sebelum dia pulang sebentar lagi.”
“Oh, dia mau pulang hari ini?”
“Iya nak, masuklah. Anda siapa ya?”
“Saya.. temannya pak Tikno, sedang menunggu teman yang lain, kok tidak datang-datang ya?”
“Oo, temannya menantu saya?”
“Apa mas Tikno ada?”
“Sedang kekantor, menyelesaikan administrasi. Mau masuk dulu, sambil menunggu menantu saya?”
“Tidak, sebentar lagi. Masih menunggu teman.”
“Oh, begitu.. ya sudah, saya masuk dulu nak.”
Pak Mul masuk dan melipat handuknya serta dimasukkannya kedalam tas yang sudah siap dibawa pulang.
“Kok lama bapak?” tanya Surti.
“Ada seorang laki-laki berdiri didepan pintu tadi.”
Surti terkejut.
“Laki-laki sia..siappa?” Surti tiba-tiba merasa cemas, ada perasaan yang tak enak dan mengganggunya..
“Katanya temannya nak Tikno mau membezoek kamu.”
“Siapa?” tanya Surti dengan wajah ketakutan.
“Dia hanya bilang bahwa teman nak Tikno, lagi menunggu teman yang lain.”
“Ssiaappa teman mas Tikno?” Surti benar-benar ketakutan.
“Mengapa tiba-tiba kamu panik seperti itu ?”
“Mas Tikno kemana? Mengapa lama sekali?”
“Ya urusannya belum selesai, barangkali. Ada apa kamu Surti?”
Sementara itu, laki-laki bertopi masih berdiri didepan pintu, ada gejolak yang sangat menghentak agar dia bisa segera masuk. Ia menoleh kesana kemari, lalu tiba-tiba dilihatnya dua orang polisi. Laki-laki itu masuk kedalam tiba-tiba.
“Temannya belum datang juga?” tanya pak Mul.
“Belum pak.. entah mengapa.. kok lama,” jawab laki-laki itu.
Surti menatap laki-laki itu, tapi wajahnya hampir separuh tertutup topi. Surti ingin mengatakan sesuatu, ketika tiba-tiba dua orang polisi masuk kedalam.
“Ini kamar ibu Surti?”
“Benar,” jawab pak Mul heran melihat polisi tiba-tiba sudah ada dikamar anaknya.
“Tidak ada orang asing masuk kemari? Ini siapa?” tiba-tiba polisi itu menatap laki-laki bertopi yang berdiri agak dibelakang pak Mul.
“Oh, ini temannya menantu saya pak polisi, dia sedang menunggu teman-temannya,” kata pak Mul.
Polisi itumengangguk, lalu keluar dari sana sambil berpesan :” Jangan membiarkan laki-laki tidak dikenal masuk kedalam kamar ini ya pak.”
Pak Mul mengangguk dengan bingung.
Dan tiba-tiba laki-laki itu beranjak ingin keluar.
“Saya akan mengontak teman-teman dulu, kok lama sekali belum sampai,” katanya sambil keluar dari kamar itu.
Pak Mul membiarkannya, sementara Surti merasa panik.
“Mengapa ada polisi datang kemari?”
“Bapak juga tidak tahu.”
“Coba bapak menelpon mas Tikno, mengapa mas Tikno lama sekali.”
Pak Mul memutar nomor telpon menantunya.
“Hallo, bapak, ada apa?”
“Nak Tikno belum selesai?”
“Ini sudah, tinggal menunggu tanda terima, tadi harus ngantri juga pak. Ada apa?”
“Segera kemari ya nak, kami sedang bingung.”
“Ada apa pak?”
“Tadi ada polisi masuk kekamar, dan berpesan agar melarang laki-laki tidak dikenal masuk kemari.”
“Oh, baiklah, saya segera kembali pak, ini sudah selesai.”
Pak Mul menutup ponselnya, masih dengan wajah bingung.
“Tampaknya suamimu juga tidak tahu apa-apa.”
“Semuanya serba membingungkan. Ayo segera pulang pak, kok tidak tenang rasanya hati Surti.”
“Iya, ini kan juga mau pulang, tinggal menunggu suaami kamu.”
“Ada apa?” tiba-tiba Tikno muncul.
“Ya ampun mas.. kok lama sekali..”
“Iya, rupanya ngantri panjang. Sudah siap?”
“Sudah mas, ayo buruan, tadi ada polisi segala, ada apa sebenarnya?”
“Mungkin mencari orang jahat.”
“Mengapa menyebut namaku? Dia bertanya apakah ini kamar bu Surti, gitu mas.. ada apa?”
“Iya.. mencari penjahat. Ayo pulang sekarang, aku sudah memesan taksi.”
“Nanti dulu, lha tadi ada temannya nak Tikno mau bezoek lho,” kata pak Mul.
“Teman saya siapa pak?”
“Laki-laki, tadinya cuma berdiri didepan pintu, aku suruh masuk katanya sedang menunggu teman-temannya. Tapi kok sampai sekarang malah nggak kembali lagi. Kencan jam berapa? Anak-anak muda suka mengabaikan waktu.”
“Tidak ada teman saya yang mau bezoek kemari tuh?”
“Tuh kan, aku sudah curiga, laki-laki itu menutupi hampir separuh wajahnya. Jadi nggak jelas.”
“Lho, dia masuk kemari?”
“Masuk kemari, sebelum polisi datang, lalu setelah polisi pergi dia juga buru-buru pergi, katanya ingin mengontak teman-temannya.”
“Lha mengapa polisi tidak menangkapnya?”
“Mengapa ditangkap? Aku bilang dia teman nak TIkno.”
“Waduh, dia itu penjahatnya,” kata Tikno geram.
“Penjahat apa mas?” Tanya Surti cemas.
“Ayo pulang dulu, dirumah aku akan cerita, taksi sudah menunggu.”
***
“Lolos lagi ? Apa dia punya ajian ‘belut putih’?” pekik Indra ketika Tikno menceritakan kejadian itu.
“Apa itu ajian ‘belut putih’ pak Indra?”
“Katanya setiap kali mau ditangkap dia pasti bisa lolos.”
“Wah.. menurut saya pak, itu memang belum sa’atnya, suatu sa’at dia pasti tertangkap. Dia ada disekitar kota ini, dan daerah dimana dia berseliweran sudah diawasi.”
“Semoga mas Tikno. Saya juga ikut gregetan melihat ulahnya.”
“Tapi besok pak Indra bisa datang kan?”
“Oh, acara syukuran itu ya?”
“Iya, kok pak Indra bisa lupa sih? Acaranya pagi, kalau mas Naya sehat bisa ikut dong.”
“Semoga bisa mas, beberapa hari yang lalu agak pilek. mBak Darmi juga bilang ingin ketemu Surti. Kebetulan kalau pagi, semoga Naya bisa ikut. Kalau Naya ikut mbak Darmi pasti juga ikut.”
“Iya pak, semoga bisa ikut.”
“Tapi mas Tikno jangan lupa, polisi harus diberi tahu adanya acara itu, siapa tahu dia ada diantara yang datang.”
“Undangan tidak banyak pak, hanya teman sekantor dan tetangga dekat. Polisi akan ada karena saya sudah memberitahukannya.”
“Syukurlah, karena melihat kenekatannya, entah dengan maksud apa, dia kok akan membuat gara-gara.”
***
Hari itu Surti tahu kalau suaminya mengundang beberapa tamu untuk menghadiri acara syukuran dirumah. Tapi Surti dilarang masak apapun. Tikno memesan semuanya dari catering, sehingga tidak merepotkan isternya.
Pak Mul hanya punya tugas menggelar tikar diruang tengah, cukup untuk tigapuluhan orang saja.
“Yang penting saya mensyukuri kehadiran Aditya sebagai karunia dari Allah yang tiada taranya,” kata Tikno ketika itu.
“Bapak sudah rapi.. jam berapa sih mas Tikno mengundang tamunya?”
“Masih jam 10 nanti, tapi daripada nanti tergesa-gesa dandan kan lebih baik sudah rapi. Tapi bapak mau ganti celana panjang saja. Lha itu, cucuku yang ganteng juga sudah rapi,” kata pak Mul sambil mencium cucunya yang sedang digendong Surti.“
“Bapak kebelakang dulu, mau ganti celana panjang saja, sarungnya dekil begini. Sebentar lagi pasti suamimu datang. ” kata pak Mul sambil beranjak kebelakang.
Surti menggendong anaknya kedepan, sambil menunggu suaminya pulang. Semua pesanan sudah dikirim, entah suaminya masih akan membeli apa lagi.
Tiba-tiba seseorang masuk kehalaman. Seorang laki-laki. Surti mengira dia teman kerja suaminya. Surti berdiri untuk menyambut. Tiba-tiba Surti terbelalak melihat wajah laki-laki itu.
“Surti, jangan takut, aku tidak bermaksud jahat.”
“Pergi kamu !! Pergi !! “ teriaknya panik.
“Surti, aku hanya ingin menggendong anakku, sebentar saja..”
“Tidak... ini bukan anak kamu, laki-laki kotor, busuk ! Pergiii!”
Tapi laki-laki itu terus melangkah maju mendekati Surti.
“Aku ingin menggendongnya, sebentar saja..aku rindu mendekap bayi, itu darah dagingku, tolong, ijinkan..,” mata laki-laki itu berkaca-kaca.
“Pergi.. enyah kamu.. jangan sampai kamu menyentuhnya, apalagi menggendong atau mengambilnya. Ini bukan anakmu !! Pergiiii !!!”
Pak Mul yang mendengar teriakan Surti tergopoh keluar, bersamaan dengan suara sirene mobil polisi.
Laki-laki itu terkejut, ia membalikkan tubuhnya bermaksud kabur. Dia, Sardiman si buronan, melompat keatas sepeda motor yang diparkir diluar pagar, lalu memacunya. Polisi yang sudah turun dari mobil menarik senjatanya dan sebuah letupan terdengar, lalu suara sepeda motor terjatuh, dan suara orang mengaduh.
***
Acara syukuran itu telah usai, suasana tegang yang semula memenuhi hati Surti telah mereda. Orang yang ditakutinya telah ditangkap polisi.
“Surti, jangan lagi merasa takut. Kita akan hidup tenang dan bahagia,” kata Tikno sambil menggendong Aditya.
“Terimakasih atas semua cinta yang mas berikan. Terimakasih atas bahagia yang mas selimutkan dalam hidupku. Terimakasih atas kasih sayang mas kepada Aditya yang tak pernah aku bayangkan,” kata Surti sambil menyandarkan kepalanya dibahu suaminya.
Sebelah tangan Tikno merangkul Surti yang berlinangan air mata bahagia.
“Surti, kamu dengar tidak, Aditya meembisikkan sesuatu ditelingaku.”
Surti mengangkat kepalanya, menatap Tikno tak mengerti.
“Ia, baru saja dia berkata. ‘ Bapak, segera berikan adik buat Aditya ya’ “ kata Tikno sambil tersenyum nakal. Surti mengusap air matanya dan tersipu. Pelan dicubitnya lengan suaminya.
Mereka adalah keluarga bahagia, karena telah melakoni hidup dengan jiwa yang bersih dari noda.
MENUNGGU DATANGMU, DALAM KERINDUAN YANG MENYESAK DADA, DALAM SENDU YANG MENGHIMPIT RASA. TOLONG, JANGAN BIARKAN BUNGAKU LAYU, JANGAN SAMPAI HATIKU BEKU. CINTAKU TAK BERBATAS.
T A M A T
***
Besok lagi ya.
LELAKI SETENGAH TUA DENGAN PAKAIAN LUSUH ITU MENDEKAT, SEBUAH TONGKAT MENOPANG LANGKAHNYA, TANGANNYA SEPERTI MENGGAPAI, TAPI LAKI-LAKI MUDA NAN TAMPAN ITU MENATAPNYA PENUH BENCI.
“berhenti disitu! Selangkah lagi kamu mendekat, aku akan menghajarmu !!”
Tunggulah dalam kisah BAGAI REMBULAN .
_____________
Matur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteDitunggu cerita selanjutnya ...
Salam sehat dari Batang, Pekalongan
Alhamdulillah Buah Hatiku 31 sudah tayang..
ReplyDeleteMatur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia, dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dan salam SEROJA dari Karang Tengah Tangerang.
Madiun sllu setia hadir Bu Tien... Salam sehat bahagia. Semoga Bu Tien serta pembaca semua sllu sehat n semangat dlm berkarya utk BU Tien.
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien..
ReplyDeleteSyukurlah badai di keluarga Surti berlalu dan Surti hidup bahagia dg keluarga kecilnya ...kami tunggu cerita selanjutnya bu ....
Alhamdulillah....
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu sudah hadir
Matur nuwun Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Alhamdulillah akhirnya burunan tertangkap
ReplyDeleteHidup Surti bahagia bersama suami dan anaknya
Terimakasih bu Tien
Kutunggu cerita yang lain
Salam sehat dari Purworejo
Alhamdulillah... Suwun mbak Tien BHnya
ReplyDeleteDr Bekasi salam sehat sll
Ditunggu karya selanjutnya
Terima kasih sekali Mbak Tien utk Buah Hatiku... ditunggu cerita yg berikutnya... salam seroja dari Semarang.
ReplyDeleteAlhamdulillah akhirnya hidup Surti bahagia bersama suami dan anaknya
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien
Kutunggu cerita berikutnya
Salam hangat dan sehat dari Purworejo
Makasih Bu Tien ditunggu cerita selanjutnya yaa
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, RAHF Colection,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Ungaran, Jombang,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Terima kasih jeng tien cerbungnya
DeleteDitunggu cerbung berikutnya
Salam sehat dari jakarta
Hallow juga mbak Tien...... matur nuwun sdh disapa... matur nuwun sekali lg Buah Hatiku Happy Ending
DeleteSemoga Allah senantiasa melimpahkan barokah kesehatan, kecukupan rejeki dan kebahagiaan bersama keluarga terkasih
Salam sayang dari Surabaya... ditunggu cerbung berikutnya 🤗😚😍😍
Alhamdulillah.... Happy ending,
DeleteTerima kasih mba. Semoga sehat slalu dan ditunggu karya - karya berikutnya. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Terima kasih bu Tien, menanti cerita selanjutnya ...
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh plong....
ReplyDeleteMtmuwun mb Tien
Salam sehat dan semangat dr Sragen
Maturnuwun Bu Tien, ditunggu karya selanjutnya..
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien... untuk happy ending Buah Hatiku. Ditunggu cerita selanjutnya. Salam sehat selalu buat Bu Tien dari Semarang 🙏💝
ReplyDeleteAlhamndulillah ...terimakasih mbak Tien.
ReplyDeleteTeriring doa smg senantiasa diberi kesehatan dan kekuatan unt berkarya.
Ceritanya sll menarik unt dibaca, smg para pembaca smua bs memetik hikmahnya
Alhamdulillah mksh mb Tien dituggu crita selanjutnya salam sehat sll
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Akhirnya semua bahagia.Ditunggu cerita selanjutnya
ReplyDeleteMatur nuwun.. Mbak tien...Sdh tamat Buah Hatiku.... ditunggu cerita berikut nya... Smg mbak tien sehat selalu jasmani rohani ekonomi
ReplyDeleteTyt benar sardiman merindukan buah hatiku wlu dg jln yg salah...smg sekeluar dr penjara tdk ada keinginan utk meneror Surti..
ReplyDeleteSiaoa tahu berlanjut...ditunggu dl.cerbung yg baru. Slm seroja mb Tien
Matur nuwun..bu tien
ReplyDelete.
Salam sehat dari malang..
Maturnuwun mbak Tien...
ReplyDeleteDeg deg an teruus tp akhir cerita diracik begitu rupa sehingga kelg Surti hepiiiii...
Ditunggu cerbung selanjutnya yg pastinya seruuu..
Salam sehat selalu buat mbak Tien..dan semua pembaca..🙏
Terima kasih banyak mba Tien cerbung Buah Hatiku tamat di episode 31 dengan happy ending
ReplyDeleteSemoga mba Tien selaluvsemangat unt terus berkarya dan semoga sehat selalu. Tuhan memberkati 👍👍💪💪🙏
Terima kasih bunda tien,,, cepat saji cerber nya, semoga selalu sehat njih bunda
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien,deg2an,tp akhirnya melegakan
ReplyDeleteMenunggu cerbung selanjutnya
Salam sehat..
selesai...dari tegang sampai legaa
ReplyDeleteTerima kasih jeng tien cerbung yg bagus, ditunggu cerbung berikutnya
ReplyDeleteHallo Mbak Tien,terima kasih sdh di absen.
ReplyDeleteAlhamdulillah Buah Hatiku 31 sdh tayang
Happy ending... keluarga surti dan mas Tikno bahagia jg keluarga Pak Indra dg seruni berbahagia pula.
Terima kasihbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu.
Salam hangat dari Bekasi
Alhamdulillah cerbungnya happy ending, cerita yang sangat menghibur, makasih Bunda dan ditunggu cerita berikutnya.Jangan lupa jaga kesehatan dan tetap semangat dalam berkarya.Dan jangan lupa bahagia.
ReplyDeleteDoa kami buat Bunda
Happy ending .....
ReplyDeleteLuar biasa, mbak Tien sudah mampu memindahkan fokus dari Seruni ke Surti dengan apik.
Salam sehat semoga tetap bisa terus berkarya ....
Betul...beralihnya tokoh Seruni ke Surti dijalin dengan apik
DeleteTerimakasih mbak Tien. Cerbung yang menarik sudah tamat. Ditunggu karya lainnya. Semoga selalu sehat dan bahagia. Selamat berkarya...(Iyeng Sri Setiawati, Semarang)
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien. Alhamdulillah, salam tahes ulales dari Magelang.
ReplyDeleteNasib Lusi... gak srlesai ya mbak tien?
ReplyDeletealhamdulilah...leegaa...akhirnya si penjahat sudah tertangkap dan surti bisa hidup tenang dan bahagia bersama keluarganya.terima kasih bunda tien...semoga bunda selalu dalam lindungan Allah.Amiin...yarob...
ReplyDeletesehat terus bunda tien...tetap semangaatt...
ReplyDeleteAlhamdulillah. Tamat... Makasih bu Tien.. mg sehat selalu yaa .. dan lanjut nulis lagi....
ReplyDeleteBagus terimakasih
ReplyDeleteAlhamdulillah, happy ending .. bahagianya ...mkasih mbak Tien salam seroja
ReplyDeleteYa kok dah tamat,tp gk apa2 ,bagai rembulan ditunggu ya butien,mksh atas karya2nya.seha2 sll ya Bu tien penggemar setia hartiwi DS jkrt.nuwun.
ReplyDeleteAlhamdulillah akhirnya, Surti bisa hidup tenang dengan Mas Tikno dan Aditya. Makasih mbak Tien. Salam Dewi dari Purworejo
ReplyDeleteMatur suwun saget cerhungnya Mbak Tien
ReplyDeleteSalam hangat dr erlin di Serang Banten
Alhamdulillah sudah tamat akhirnya happy ending...matur suwun jeng tien.....makasih untuk cerita selanjutnya..bagai rembulan
ReplyDeleteMakasih mb Tien cerbung yg luar biasa memberi hiburan d inspirasi bwt kita yg membaca...
ReplyDeleteDitunggu cerbung2 yg lebih seru d heboh😍
Pembaca setia dr Sleman Jogja
ReplyDeleteTrima kasih mbak Tien...
ReplyDeleteKm tunggu cerbung berikutnya...
Pontianak
Menunggu cerbung baru “ Bagai Rembulan “ ya Bu Tien,salam sehat dan tetap semangat
ReplyDeleteAlhamdulillah... happy smuanya...
ReplyDeleteD tunggu karya berikutnya ya bu Tien..Smoga slalu sehat ...Aamiin
Makasih mbak Tien akhirnya legaaaa
ReplyDeleteMatur nuwun mb tien...top markotop...sehat selalu mb
ReplyDeleteAlhamdulillah, terimakasih, Bu Tien... Menunggu Rembulan terbit...😄salam sehat dari Yogya. 😍
ReplyDeleteAmbarawa hadir bu.. Alhamdulillah sudah tamat Buah Hatiku..sekarang sabar menanti Menunggu Rembulan..sehat selalu ya bu Tien🙏
ReplyDeleteEh Bagai Rembulan
ReplyDeleteSalam dari Kota Kudus, mbak Tien.
ReplyDeleteSaya selalu mengikuti dan membaca, tapi baru kali ini nulis di kolom comment
Salam kenal, nggih.
Selamat berkarya, sehat terus agar bisa menghibur nenek seperti saya lewat cerita.
Saya tunggu cerita berikutnya dari kota jenang Kudus.
Cuma bisa maturnuwun mbak tien
ReplyDeleteTerima kasih atas cerita2nya yang selalu menarik mbak Tien..
ReplyDeleteSaya hanya bisa mendoakan semoga selalu sehat barokah..
Salam dari Bandung
Kang Idih..
Cilacap masih setia menunggu
ReplyDeleteAkhirnya tertangkap polisi juga... Matur nuwun b Tien.... Ditunggu episode lainnya.
ReplyDeleteSalam sehat dr sedayu bantul
Selamat malam, terima kasih Bunda Tien,, sehat terus ya Bunda,, sukses selamanya Aamiin 😍😍😍
ReplyDeleteEalaah Sardiman kenapa baru sekarang kamu punya hati ....
ReplyDeleteTrmkasih mbk Tien
Siap menunggu BAGAI REMBULAN
LELAKI SETENGAH TUA DENGAN PAKAIAN LUSUH ITU MENDEKAT, SEBUAH TONGKAT MENOPANG LANGKAHNYA, TANGANNYA SEPERTI MENGGAPAI, TAPI LAKI-LAKI MUDA NAN TAMPAN ITU MENATAPNYA PENUH BENCI.
ReplyDelete“berhenti disitu! Selangkah lagi kamu mendekat, aku akan menghajarmu !!”
Sardiman, kakinya pincang bekas ditembak polisi, ingin ketemu Anaknya Aditya yang saat itu sudah dewasa, diusir oleh
anaknya sendiri.
Hukuman terberat yang dialami oleh seorang manusia yang penuh dosa .....
Bagaimana kelanjutannya, apakah Sardiman insyaf bertobat ? Dan apakah Mas Tikno dan Surti dengan bijaksana memberi tau Aditya, bahwa walau bagaimanapun bentuk dan kelakuannya, Sardiman si pendosa, adalah ayah kandungnya.
Perjuangan emosi dan konflik kejiwaan yang tidak mudah.
Mas Tikno dan Surti BAGAI REMBULAN yang menyinari dunia sejuk tak pilih kasih.
Hanya mbak Tien yang tau jalan ceriteranya ..... Salam sehat dan selamat berkarya mbak Tien ........
Mas Hadi topmarkotop.
DeleteSalam farmasi!!
Mtur swun bu Tien...sukses
ReplyDeleteMenunggu Bagai Rembulan... Kpn tayang ya...
ReplyDeleteAlhamdulillah,menunggu tayang Bagai Rembulan,salam sehat dari Noor Aini Yogyakarta
ReplyDeleteTerima kasih banyak bu Tien... Selalu memberikan kebahagiaan kepada semua pembaca nya. Semoga Allah selalu meridhoi bu Tien. Aamiin ya robbal alamiin
ReplyDeleteSelamat siang mb Tien.... Semoga mb Tien & kelg sehat selalu. Alhamdulillah tuntas sdh Buah Hstiku. Dari Bali saya nantikan cerita berikutnya.... Salaamm
ReplyDeletealhamdulillah...happy ending.
ReplyDeletemks bu Tien di tunggu cerbung selanjutnya🤗😘
Tiap hari mengintip Bagai Rembulan kok belum nongol2,sehari rasanya sdh sebulan.
ReplyDeleteYa beginilah orang yg sdh gandrung dng cerbungnya mbak Tien..
..Salam sehat2 mbak Tien dari Tegal.
Alhamdulillah...happy ending.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien di tunggu cerbung lanjutannya...
Selamat sore Bu Tien , mhn maaf trlmbat. semoga Bu Tien sekel sllu sehat , bnyak terima kasih semua cerita2 goresan pena Bu Tien mnjadikan suatu pejaran dlm khdupan saya. salam dari Jaten.
ReplyDeleteTerima kasih yg tk terhingga utk bu Tien. Sy tunggu cerita selanjutnya
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien,ditunggu cerita berikutnya,slm kenal dr btg🙏
ReplyDelete