BUAH HATIKU 03
(Tien Kumalasari)
"Ya ibu, terimakasih banyak, tidak apa-apa, sambil menolong orang yang membutuhkan bantuan. Tapi tentang kapan bisa menjemputnya saya tanyakan dulu sama mas Indra ya bu, sekarang mas Indra belum pulang."
"Baiklah Seruni, atau begini saja, dia biar naik kereta saja, nanti sesampai disini kalian bisa menjemputnya di stasiun. Bagaimana?"
"Bagus itu bu, kapan dia berangkat, kalau hanya menjemput di stasiun se-waktu-waktu juga bisa, kalau mas Indra tidak bisa, Seruni juga bisa, ibu."
"Ya sudah kalau begitu ibu suruh dia berangkat besok atau dua hari lagi untuk dia bersiap-siap."
"Baiklah ibu, nanti kalau sudah berangkat kami diberi kabar ya bu."
"Iya Seruni, ibu itu kecuali ingin membantu pak Mul, juga memikirkan kamu, apalagi kalau nanti kamu sudah punya anak, kalau tidak ada pembantu kan repot."
Aduuuh.. Seruni kembali merintih.
Ketika mendengar mobil suaminya memasuki halaman, Seruni segera menyambutnya di tangga teras. Ponsel masih dipegangnya. Begitu suaminya turun dan mendekat, Seruni menyambutnya dengan mencium tangannya.
"Kok bawa-bawa ponsel sayang?"
"Iya mas, baru saja ibu menelpon."
"Ada berita apa?"
"Ibu mau mengirimkan seorang gadis supaya menjadi pembantu dirumah kita."
"Pembantu? Ibu mau mengirimkan pembantu?"
"Kata ibu, dia itu Surti, anaknya pak Mul yang dulu keamanan di kantornya bapak. Sekarang sudah merasa tua jadi sudah minta pensiun. Karena kasihan, pak Mul disuruh bekerja menjadi tukang kebun dirumah sana, sedangkan Surti mau dikirim kemari."
"Apa kita harus menjemput Surti ke Surabaya?"
"Ibu tadi usul, Surti disuruh naik kereta saja, kita tiinggal menjemput di stasiun."
"Iya aku ingat pak Mul, waktu aku masih kecil sering digendong-gendong sama pak Mul."
"Kalau begitu mas juga sudah kenal sama Surti?"
"Kalau Surti, aku lupa-lupa ingat, umurnya jauh dibawah aku dan tidak pernah dibawa kekantor pastinya. Cuma dengar namanya saja."
"Mas tahu nggak apa kata ibu tadi. Katanya, selain kasihan sama anak itu, ibu juga memikirkan kita, kalau kita sudah punya anak, pasti repot, itu sebabnya ibu menerima Surti."
"Ah, itu lagi..."
"Mas, apa tidak sebaiknya kita berterus terang saja pada ibu, bahwa aku tidak akan bisa memberinya cucu?"
"Ya, tapi kapan-kapan sajalah."
"Sebaiknya semakin cepat semakin baik mas, supaya ibu dan bapak tidak terus berharap. Sakit aku setiap ibu mengatakan .. anak.. anak.. dan anak.. "
"Ya, sabarlah sayang. Aku mandi dan ganti baju dulu ya, nanti kita bicara lagi."
***
Hari esoknya Surti sudah ada dirumah keluarga Prastowo.
"Surti, apa kamu sudah siap berangkat ke Solo?"
"Sudah bu."
"Kamu berangkat sendiri berani kan ?"
"Berangkat sendiri ? Tapi kan Surti tidak tau dimana pak Indra tinggal?"
"Kamu naik kereta dari sini, nanti sesampai di Solo kamu dijemput. Jadi tidak usah menunggu Indra datang kemari, nanti kelamaan, so'alnya Indra kan bekerja, tidak tahu kapan bisa kemari."
"Oh, kalau begitu baiklah bu."
"Kalau begitu, biar nanti bapak memesankan tiket kereta untuk kamu. Barang-barang yang harus kamu bawa, bawa saja sekalian."
"Iya bu, Surti hanya membawa beberapa lembar baju."
"Ya sudah, aku mau bilang bapak bahwa kamu sudah siap, juga akan mengabari Indra supaya bisa menjemput di stasiun.
Surti segera mendekati ayahnya yang sedang menyirami tanaman di kebun.
"Pak, kata bu Pras, aku akan berangkat ke Solo besok.
"Ya sudah, tidak apa-apa, jaga diri kamu baik-baik. Mas Indra itu juga keluarga pak Pras, dia putra satu-satunya."
"Surti belum pernah melihatnya pak."
"Iya, kalau kamu memang belum pernah melihatnya, tapi bapak sudah tahu, sejak kecil sudah sering main di kantor. Setelah lulus sekolah juga membantu ayahnya di kantor. Tapi kemudian dia memegang anak perusahaan ayahnya di Solo.
"Ya pak."
"Kamu tidak usah khawatir, mereka orang-orang baik semuanya."
"Iya pak, bapak tidak apa-apa ya kalau aku tinggal?"
"Tidak nduk, jangan khawatirkan bapak, apalagi bapak juga bekerja disini, bapak tidak akan kelaparan."
Surti mengangguk dan terharu. Sejak ibunya meninggal ketika Surti baru masuk sekolah dasar, ayahnyalah yang merawatnya. Tapi waktu itu ayahnya masih kuat bekerja sebagai keamanan di kantornya pak Pras, setelah tidak kuat, ayahnya hanya kadang-kadang saja mendapat pekerjaan. Membantu membetulkan rumah, bersih-bersih atau apalah, yang penting bisa mendapatkan uang untuk makan. Tapi sekarang Surti lega, ayahnya ada yang menjaga.
***
"Ya bu... nanti saya jemput. Jam berapa ya sampai Solo?" tanya Indra ketika ibunya menelpon.
"Entahlah, coba kamu tanya ke stasiun, dari sini nanti jam duabelas atau setengah duabelas ya... Lima jam-an atau bagaimana, ibu tidak menanyakan tadi."
"Iya bu, kira-ira empat sampai lima jam, nanti Indra tanya ke stasiun."
"Baiklah, kasihan dia itu, hanya lulus SMP, bapaknya tidak kuat membiayai.."
"Iya, biar saja ikut Indra bu... supaya pekerjaan Seruni lebih ringan."
"Itu benar, lagi pula besok kalau kalian punya anak kan bisa membantu momong anak kamu. Oh ya, kalau tidak salah keretanya Gaya Baru."
"Iya bu."
Indra menghela nafas. Ia tahu bapak dan ibunya sangat ingin bisa segera menimang cucu.
"Barangkali benar kata Seruni, aku harus berterus terang tentang keadaan Seruni yang tidak akan bisa memberikan seorangpun cucu bagi orang tuaku," bisik batin Indra, akan tetapi dia ketakutan akan sikap kedua orang tuanya nanti. Bagaimana kalau disuruhnya dia menceraikan Seruni? Tidak, tak akan, Indra sangat mencintai Seruni.
Indra menggaruk-garuk kepalanya sendiri, sambil menghempaskan tubuhnya kesofa.
"Ada apa mas?" tanya Seruni yang baru datang dari belakang.
"Oh, nggak ada, nanti harus menjemput ke stasiun, sekitar jam 4, kamu ikut kan? Nggak enak kalau aku sendiri, nanti dia sungkan."
"Ya mas, aku ikut, sekarang mas makan ya, sudah siap semuanya."
Indra bangkit, melangkah keruang makan seperti orang tak berselera.
"Kenapa mas, seperti ogah-ogahan begitu? Bosan dengan masakan aku?" tanya Seruni begitu melihat Indra duduk dan tidak segera membalikkan piringnya.
"Apa? Bosan masakan kamu? Ya nggak mungkin sayang, Masakanmu tak ada duanya didunia ini."
"Kalau begitu kenapa ?" kata Seruni sambil membalikkan piring Indra, lalu menyendokkan nasi dan lauk kepiringnya.
"Aku cuma segan menjemput ke stasiun." jawabnya berbohong.
"O, kalau cuma itu, biar aku saja, sendiri nggak apa-apa."
"Jangan, kamu kalau nyetir ngebut."
"Yee... masak sih.."
"Iya, aku tahu bagaimana kalau kamu mengendarai mobil."
"Ah.. cuma sekali itu saja. Tapi aku juga bisa pelan kok."
"Nggak, ya sudah nanti sama aku saja."
Indra melahap makanannya. Ia tak ingin mengatakan apa yang tadi difikirkannya, khawatir kalau Seruni terluka.
***
Surti hampir memasuki kereta ketika tiba-tiba seseorang menyapanya.
"Surti... ! Kamu Surti anaknya pak Mul kan?"
"Oh, iya.. ini mbak Susi ?"
"Lusi..."
"Oh iya.. mbak Lusi.. mau kemana ?"
"Aku mau pulang, tadi mengantar saudara yang mau ke Solo. Kamu mau kemana?"
"Saya juga mau ke Solo mbak."
"Mau ngapain ke Solo?"
"Mau kerumahnya pak Indra."
"Pak Indra... anaknya pak Pras?"
"Iya, mau kerja disana mbak, habisnya bapak sudah tua, saya harus membantunya dengan meringankan beban bapak."
"Oh, ya ampun.. aku sering menyuruh pak Mul membersihkan rumah.."
"Bapak sekarang juga ikut dirumahnya pak Pras."
"Oh, gitu ya."
"Ya sudah mbak, saya pergi dulu, takut terlambat."
"Titip salam untuk Indra ya, bilang ada salam dari bekas pacarnya, Lusi. Awas jangan lupa."
"Baiklah mbak."
"Hm.. enaknya kalau setiap hari bisa melihat wajah Indra, melayani.. melakukan apa yang disuruh. Aduh, gila apa? Masa aku harus menjadi pembantu kalau ingin setiap hari ketemu Indra?" gumam Lusi sambil menatap kepergian Surti.
Surti bergegas mencari kereta yang harus ditumpanginya, meninggalkan Lusi yang kemudian juga sudah langsung keluar dari stasiun Gubeng.
***
Distasiun Solo Balapan , Seruni dan Indra menunggu.
"Keretanya apa ya?" tanya Seruni
"Kalau tidak salah Gaya Baru atau apa ya.. kok kurang memperhatikan aku.." kata Indra.
"Gimana sih mas? Kamu tuh tampaknya males banget. Nggak suka ya dapat pembantu?"
"Oh, suka kok, kan bisa meringankan beban kamu, lalu kamu harus khusus melayani aku," kata Indra sambil tersenyum nakal.
"Iih, apaan sih."
Ketika kemudian diumumkan bahwa kereta Gaya Baru akan memasuki stasiun Solo Balapan, Seruni dan Indra berdiri. Mereka menunggu dipintu keluar, dan Indra sudah membawa sebuah karton bertuliskan 'SURTI'.
Seorang gadis tampak menjinjing sebuah tas, dan melongok kesana kemari. Ketika dibacanya tulisan 'SURTI' , dia mendekat.
"Pak Indra?" sapanya.
"Kamu Surti dari Surabaya?" tanya Indra.
"Ya pak, saya anaknya pak Mul, disuruh kemari oleh ibu Pras.
"Oh, bener dia Seruni." kata Indra sambil menoleh kearah isterinya.
Surti menatap Indra lekat-lekat, lalu menatap Seruni.
"Mereka ini pasangan yang benar-benar serasi, satunya ganteng, satunya cantik," batin Surti.
"Ya sudah Surti, ayo ikut aku," kata Seruni.
Surti mengikuti keduanya, sambil menjinjing tasnya yang tampak berat. Maklum, bu Prastowo menitipkan juga oleh-oleh untuk anak dan menantunya.
***
"Surti, ini kamar kamu, ada almari kecil, taruh dan tata pakaianmu didalamnya.
"Baik bu."
"Kamar mandi disana, itu dapur. Kamu bisa memasak?"
"Bisa bu, asal yang tidak aneh-aneh, maksudnya masakan sederhana saja, masakan Jawa."
"Baguslah, kalau yang bukan masakan Jawa nanti aku kasih tahu kamu."
"Baik bu. Dimana bayinya?"
Seruni terkejut.
"Apa kamu bilang?" tanya Seruni dengan nada agak tinggi.
"Kata bu Pras.. saya..." Surti tiba-tiba sadar kalau dia salah bicara.
"Bayinya belum ada."
"Oh, ma'af bu, barangkali saya salah dengar. Mungkin maksudnya kalau ibu sudah punya bayi, saya disuruh momong bayinya juga."
"Ya sudah, kamu istirahat saja dulu. Kalau mau minum ambil sendiri, itu ada galon aqua."
Seruni melangkah kedepan dengan perasaan yang campur aduk.
Dilihatnya Indra sedang membaca koran sore yang tadi sempat dibelinya. Seruni duduk begitu saja didepan suaminya. Wajahnya tampak muram.
"Heii... mengapa permaisuriku tampak muram begitu? Ada yang membuat kamu kesal? Surti mengecewakan kamu ?"
Seruni menyandarkan kepalanya di sofa. Indra meletakkan korannya, lalu duduk disamping isterinya.
"Ada apa ?"
"Tidak ada."
"Yee.. mengapa bicaranya ketus begitu ? Aku salah ya ?"
"Mas, bagaimana kalau kita berterus terang saja pada ibu, bahwa aku mandul."
"Seruni.."
"Tadi Surti bilang, dia dipesan oleh ibu, bahwa nanti Surti akan bertugas momong anak kita."
"Ah.. itu membuat kamu kesal ya?"
"Aku melalui hari-hariku dengan sesuatu yang mengganjal dikepala. Lama-lama aku nggak kuat mas."
"Sayang, sabar ya.. sebenarnya ini antara aku dan kamu.. ya kan?"
"Tapi kalau orang tua menuntut bagaimana ?"
Indra memeluk Seruni dan mengelus rambutnya lembut.
"Baiklah, kapan-kapan kita ke Surabaya, mengatakan yang sebenarnya."
"Itu lebih baik mas, aku akan menerima apapun resikonya, daripada aku memendam sesuatu yang sesungguhnya memang terasa berat."
"Resiko yang bagaimana menurut kamu?"
"Siapa tahu bapak ibu menyuruh mas menceraikan aku."
"Ya Tuhan, kamu adalah milikku, aku mencintaimu Seruni, aku tak mungkin melakukannya."
Seruni menghela nafas. Kesedihan masih belum lenyap dari wajahnya.
"Baiklah, Minggu depan kita akan pergi ke Surabaya, dan aku akan mengatakan yang sebenarnya pada bapak sama ibu. Tapi kamu tak usah khawatir, aku tetap akan ada disamping kamu, mencintai kamu dengan segala cinta yang ada."
Seruni mengangkat kepalanya, menghapus air mata yang meleleh dipipinya. Indra yang melihatnya segera mengulurkan tangannya, mengusap pipi Seruni dengan telapak tangannya.
"Sudah, jangan lagi menangis dong. Ayo senyum.."
Seruni menggeleng.
"Jelek ah, ayo senyum, masa cuma minta senyum saja nggak dikasih?"
Seruni mencoba mengulaskan senyum, walau sangat tipis.
"Nah, gitu dong," kata Indra sambil mengelus pipi isterinya.
" Sekarang aku mau mandi dulu ya."
Ketika Indra singgah ke ruang makan untuk mengambil minuman, Surti mendekatinya.
"Ma'af pak.."
"Ada apa?"
"Tadi saya dititipin salam untuk bapak."
"Dari siapa?"
"Dari mbak Susi.."
"Susi siapa?"
"Katanya... katanya.. bekas pacar bapak.. Eh.. bukan Susi.. Lusi..Ma'af pak."
"Kamu kenal dia?"
"mBak Susi.. eh.. Lusi sering menyuruh bapak saya membersihkan dan membetulkan rumahnya."
"Dia itu wong eddan !!"
"Ap..pa pak?"
Indra tak menjawab, lalu pergi kekamar untuk mandi. Kesal juga tiba-tiba ada titipan salam dari 'bekas pacar'..
"Dasar orang gila," umpatnya sambil meraih handuk lalu menutupkan pintu kamar mandi dengan keras.
Dan bantingan pintu kamar mandi itu terdengar oleh Surti yang mau menemui Seruni untuk memberikan kiriman oleh-oleh dari ibu mertuanya. Ia terpaku didepan kamar, dan sa'at itu juga Seruni juga mendengarnya. Ia memburu kekamar dan melihat Surti sedang terpaku didepan pintu.
"Ada apa?"
"Saya tidak tahu bu, apakah bapak marah karena saya mengatakan bahwa ada titipan salam?"
"Titipan salam untuk bapak?"
"Iya, dari mbak Susi... " selalu saja Surti salah mengucapkan nama Lusi.
"Susi siapa?"
"Eh.. itu bu, katanya bekas pacar bapak.. anu.. bukan Susi.. Lusi."
***
besok lagi ya
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Anton,Hadi, Pri ,Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Yowa, Petir Milenium (wauuw), Yustikno, Wedeye, Tauchidm, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, RAHF Colection,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Nenek Dirga, Retno P.R., Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Ungaran..
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamin atas semua harap dan do'a.
Alhamdulillah matur nuwun Mbak Tien.
DeleteSalam sejahtera dari Pkpinang semoga Mbak Tien sehat selalu.
Alhamdulillah Buah Hatiku 03 sudah tayang
DeleteMatur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia, sejahtera dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin
Salam hangat dan salam SEROJA dari Karang Tengah Tangerang.
Hallooow juga mbak Tien..... matur nuwun sdh disapa 🤗😘
DeleteKita ada di era jaman milenial dmn yg tdk mungkin terjangkau dgn nalar manusia bs saja terjadi.... semua tentunya atas kehendak Allah SWT semata..... semoga Indra dan Seruni berhasil melewati krisis RT yg udh mulai nampak di dpn mata
Semoga mbak Tien sekeluarga sehat wal afiat dan bahagia... doaku senantiasa menyertai👐👐
Salam sayang dr Suranbaya 🤗😙😙😍😍
Terima kasih Mbak Tien
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Anton,Hadi, Pri ,Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Yowa, Petir Milenium (wauuw), Yustikno, Wedeye, Tauchidm, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, RAHF Colection,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Nenek Dirga, Retno P.R., Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Ungaran..
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamin atas semua harap dan do'a.
Suwun mbak Tien sdh menyapa dan mengabsen😍❤
DeleteMatur nuwun, bahan koreksi ada di japri. Sugeng dalu.
DeleteAlhamdulillah.... Buah Hatiku tayang gasik. Suwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat setia sll dr Bekasi
Monggo dilanjut mbak Tien... setia menunggu
Makasih Bu Tien.. penasaran deh ending ny..😆😆
ReplyDeleteSalam dari Nias ya bu..
Terima kasih Bu Tien selalu rajin mengabsen saya 😊😊
ReplyDeleteSehat selalu buat Bu Tien.
Salam dari Semarang 🙂
Haduuh... salam dr susi. Eh salam sehat buat bu tien n pembaca setia.
ReplyDeleteTerimakasih bu tien...ditunggu lanjutannya 😊.salam sehat selalu
ReplyDeleteMtnuwun mbak Tien...
ReplyDeleteSalamat dam semangat dr Sragem
Halow mbak Tien smg selalu sehat..apa surti akan jd mata2 lusi? Salam sehat dr Pejaten, Pasar Minggu
ReplyDeleteSelamat malam Bu Tien , smga sekel sllu sehat2 , matur nuwun Buah Hatiku 03 , sugeng ngaso Bu Tien. Salam.
ReplyDeleteAlhamndulillah.... Terimakasih mbak Tien buah hatiku cpt tayang, terlambat taunya.
ReplyDeleteSmg diberi kekuatan unt sll berkarya
matur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Batang
Alhamdulillah Buah Hatiku sdh muncul, Terima kasih Bu Tien, salam sehat dari Yogya. 😍
ReplyDeleteSabar Seruni krn cerbung pasti ada konfliknya... Smg mas Indra nya tetap spt awal setia smp ada keajaiban di kehidupan RT Seruni sesuai judul Buah Hatiku.. kita sabar kok mb Tien menunggu besok
ReplyDeletelagi ya....
Surti..bikin badmood aja. Lanjut mba. Salam hangat selalu
ReplyDeleteHadir bu..
ReplyDeleteTerimakasih n sehat selalu tuk ibu.
Selamat pagi Mbak Tien, terima kasih sdh di sapa..
ReplyDeleteAlhamdulillah Buah Hatiku 03 sdh tayang
Semoga kehadiran Surti tdk membuat suasana keruh di rumah tangganya Seruni..
Terima kasih Mbak Tien semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Selamat pagi Mbak Tien, terima kasih sdh di sapa..
ReplyDeleteAlhamdulillah Buah Hatiku 03 sdh tayang
Semoga kehadiran Surti tdk membuat suasana keruh di rumah tangganya Seruni..
Terima kasih Mbak Tien semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Alhamdulillah,senantiasa sehat Bu Tien ..,Aamiin.Salam dari Kediri.
ReplyDeleteHalah Halah....
ReplyDeleteAlhamdulillah.... Mbak tien...
ReplyDeleteAlhamdulillah...tau-tau sdh episode 03...salam Mbak Tien dari Bogor...
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletetelat bcnyaa...lanjut bu Tien
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteRumah tangga seruni bagas bikin baper, semoga ada jln utk punya anak,bayi tabung barangkali, atau hsil dr dokter kliru...sbnarnya seruni g mandul...
ReplyDeleteMksh mb tien, sehat selalu
Kutunggu lanjutnya mb Tien salam sehat selalu nggih.
ReplyDelete