Wednesday, July 15, 2020

CINTAKU ADA DIANTARA MEGA 20

CINTAKU ADA DIANTARA MEGA  20

(Tien Kumalasari)

Mery yang baru bangun tidur melangkah ke dapur. Dilihatnya Sri sudah menanak nasi dan memasak sayur. Bahkan sudah membuat teh hangat yang diletakkan dimeja dapur. Bahkan ada jagung rebus yang masih mengepulkan uap. Hm.. pasti enak...

"Sri... Sri..." Mery mencari Sri kedepan sambil memanggil-manggil namanya.

"Aku diteras mbak. "

"Kamu itu, mengapa tidak membangunkan aku?"

"Ya tidak apa-apa mbak, Sri tahu kalau mbak Mery pasti capek.Itu sudah Sri buatkan teh hangat, dan jagung rebus mbak."

"Aduh, jagung rebus.. itu yang bawa mbah Kliwon kemarin ya?"

"Iya, tapi pisangnya belum masak benar. Mungkin dua hari lagi."

"Mana, aku yang bersih-bersih," kata Mery.

"Sudah, sudah selesai, ini tingal membuang sampah kedepan, sebelum tukang sampah datang.:"

"Biar aku yang buang saja."

"mBak Mery tuh..."

"Biar saja, nanti setelah membuang sampah ini aku akan minum teh hangat dan menghabiskan jagung rebusnya," kata Mery sambil turun kebawah, lalu membuang sampah ke keranjang yang tersedia diluar pagar.

Sri tersenyum melihat\ Mery tampak bahagia. Kemudian ia mencuci tangan dan duduk menunggu dimeja dapur.

"Hm, simbahku memang hebat. Jagungnya masih muda dan manis."

"Enak ya Sri," kata Mery yang kemudian menyusul duduk dimeja."

"Manis jagungnya mbak."

"Seperti yang ngerebus ya?" canda Mery.

"Seperti yang makan.."

"Kemarin Lastri juga dibawain kan?"

"Sudah, jagung, pisang saya bawakan. Cuma pisangnya baru suluh, belum matang benar."

"Kalau sudah tua pasti cepat matangnya."

"Iya benar."

"Oh ya Sri, aku ingin cerita nih. Kemarin itu kan Basuki mengantarkan aku ke Panti, sebelum kami menginap di Ungaran."

'Oh ya? Masih ingatkah mereka sama mbak?"

"Masih, mereka senang kami datang. Lalu ketika aku bertanya tentang siapa orang tuaku, mereka tidak tau. Ketika ditemukan, pekerja Panti hanya menemukan baju yang menempel dan kaos kaki yang cuma sebelah. Sebentar aku tunjukkan" kata Mery yang kemudian beranjak kekamarnya. Namun ketika kembali, ia tampak panik..

"Aduh.. dimana dia? "Lalu Mery mengeluarkan sebuah baju dan celama bayi dari bungkusan itu...

"Kok nggak ada > Mana ya, aduh.. jatuh dimana ?"

"Apanya mbak? mBak Mery cari apa?"

"Ini lho Sri, Bu Umi, ketua Panti itu memberikan ini. Katanya ketika menemukan aku, dia hanya menemukan ini dan sebuah sepatu kaos berwarna merah. Tapi kok sepatunya nggak ada ya? Gimana nih," kata Mery tampak bingung.

"Sepatu songket berwarna merah? "

"Ya Sri, terjatuh dimana ya..itu salah satu bukti kalau aku ingin mencari orang tuaku," kata Mery sambil berlinangan air mata.

"Tunggu, aduh ma'af aku tidak tau..aku tadi menemukannya tapi sudah aku buang ke tempat sampah."

"Apa ?" 

Mery segera berlari keluar dengan panik. Sri mengikuti...

"Ada apa?" tiba-tiba Timan keluar dari kamar sambil mengendong Tiwi.

"Sepatu... tunggu mas.." jawab Sri sambil lari kedepan, mengikuti Mery.

"Aduh... sudah diambil tukang sampah !!" Mery kemudian berlari menyusuri jalan, memburu tukang sampah yang pasti sudah berkeliling kampung.

"Aduh, salahku..." Sri menepuk jidatnya dengan penuh penyesalan.

"Apa Sri?" tanya Timan yang mengikuti kedepan..

"Itu... tukang sampah... tukang sampah..." dan Sri pun setengah berlari mengikuti Mery yang sudah tak kelihatan.

Timan kebingungan, karena tak tau apa yang terjadi.

Mery berlari kesana kemari, sampai dimana bapak tukang sampah membawa gerobagnya?

Sri yang mengikuti berteriak dari belakang.

"Belok kiri mbak !!"

Mery segera berbelok kekiri. Seorang ibu yang melintas heran melihat dua wanita berlarian.

"Ada apa bu?" tanyanya.

"Mencari tukang sampah. Sampai dimana ya?"

"Tukang sampah?"

"Iya, ada barang saya ikut terbuang tadi."

"Oh, sudah sampai diujung sana, tampaknya truk pengangkut sampah sudah menunggu."

"Oh, ya Tuhan.. tolonglah hamba...," keluh Mery. Keringat mulai bercucuran diwajahnya, bahkan disekujur tubuhnya. Ia berlari menuju ujung jalan.

Sri tak kalah panik, ia terus mengikuti Mery. Sesal menghantui dirinya. 

"Aduuh, mengapa aku membuangnya? Tak tau kalau itu barang berharga," gumamnya  berkali-kali.

"Bodoh.. bodoh..bodoh.." berkali kali Sri memarahi dirinya.

Sebuah truk pengangkut sampah siap diujung jalan itu. Mery melihatnya..

"Semoga tukang sampah kampung belum melemparkannya keatas," gumamnya sambil berlari.

"Paaak... tunggu paaaak..."

Mery terengah didepan tukang sampah -pembawa gerobag dorong itu. Ia menatap Mery dengan heran.

"Pak.. tolong,, sampah.. sampah.. dari.. kampung saya.. belum dibuang kan?" tanyanya terengah.

Sri pun sudah sampai disitu.

"Bagaimana ?" Sri juga terengah-engah.

"Sampah... ini.. baru mau dinaikkan ke truk itu.." kata tukang sampah.

"Oh, jangan dulu, tunggu.."

"Ada berlian ikut terbuang?" tanya tukang sampah setengah bergurau.

"Aduh, lebih dari berlian pak... mana.. saya akan melihat.."

Mery mendekati gerobag, bau busuk segera menyeruak. Sri yang sudah mendekat terpaksa membantu, karena merasa bersalah.

Tukang sampah yang merasa kasihan segera mendekat.

"Begini bu, biar saya yang membongkarnya perlahan, ibu memperhatikan saja. Barangnya apa sih bu?"

"Kaos kaki pak."

"Kaos kaki?" tukang sampah terbelalak heran. Hanya sebuah kaos kaki sampai dibela-belain mengejar tukang sampah dan ingin mengorek isinya?.

"Iya pak, kaos kaki kecil, songket, warna merah."

"Kaos kaki bayi?"

"Iya pak, tapi itu sangat berharga, mana aku pinjam pengoreknya," kata Mery.

"Coba biar saya bu, saya tadi ya seperti melihat, tapi nggak tau kalau itu barang berharga, sebentar ya bu, agak dibawah pastinya," kata tukang sampah sambil mengungkit sampah agar bisa melihat bagian bawahnya."

Bau busuk semakin menyengat. Mery dan Sri  mengernyitkan hidungnya, tapi mata mereka menatap kearah sampah-sampah itu.

Tapi sampai kebawah tak ada kaos kaki yang dicari. Mery putus asa, merebak air matanya. 

"Ma'af ya mbak, Sri sungguh tidak tahu," Sri pun setengah menangis menatap Mery.

"Sepertinya kok tidak ada ya bu. Sekarang saya tuang saja sampah ini, barangkali bisa lebih jelas."

Tukang sampah menumpahkan sampahnya sedikit demi sedikit sambil mengawasi apakah ada kaos kaki kecil berwarna merah. Tapi sampai bersih gerobag itu, kaos itu tak juga ditemukannya.

"Gimana bu, sudah jelas tidak ada disini."

Mery melangkah gontai kembali kerumah, Sri memeluknya  sambil berkali-kali mengatakan ma'af. Sungguh Sri menyesali apa yang telah dilakukannya. Harusnya dia bertanya dulu, ini punya siapa, tapi Sri kan tidak mengira bahwa itu berharga. Yang difikirkannya cuma sepatu boneka Tiwi, sementara Sri tidak pernah melihat ada sepatu seperti itu.

 

***

 

Timan masih berdiri dipagar rumah. Tiwi merosot turun dan berlarian kesana kemari. Berkali-kali Timan melongok kearah perginya Sri dan Mery dengan beribu pertanyaan memenuhi benaknya.

"Ada apa mereka itu, tampak panik dan seperti mengejar sesuatu."

Tiba-tiba Tiwi berteriak.

"Apaaak.. ada atu.. atu..."

"Apa Tiwi?"

"Ada atuuu..." lalu Tiwi memungut sesuatu, sebuah sepatu songket berwarna merah.

 "Aduuh Tiwiii... lepaskan, itu kotor... hiiih.. lepaskaan."

"Atuu.. apaak.."

Timan merebut sepatu songket itu dan membuangnya sembarangan, lalu menggendong Tiwi masuk untuk mencuci tangannya.

"Angan Iwi napa...?"

"Tangan Tiwi kotor karena tadi memegang sepatu kotor. Sudah, sekarang bermain saja disini. Jangan-jangan sepatu itu tercecer dari gerobag sampah." gumam Timan sambil mencuci tangan Tiwi dengan sabun.

"Nah, sekarang tangan Tiwi bersih, wangi."

"Angiii.." Tiwi menirukan sambil mencium tangannya, lalu berlarian ketempat kotak mainannya.

Timan kembali kedepan, menunggu Sri dan Mery yang tak diketahuinya apa yang terjadi pada mereka.

Ketika keduanya kembali, Timan melihat wajah-wajah sedih melingkupi mereka. Bahkan ada bekas air mata dipelupuk mata mereka.

"Ada apa? Aku bingung melihat kalian seperti ini."

"Ini semua salahku mas, ini salahku.." tangis Sri meledak mendengar pertanyaan suaminya.

 Timan memeluknya.

"Nggak apa-apa Sri, itu bukan salah kamu, memang aku yang ceroboh, tidak menyimpan dengan baik." kata Mery.

"Ini apa sih? Aku bingung benar, katakan ada apa?"

Lalu dengan terbata Mery menceritakan, tentang asal usulnya yang tidak jelas, karena hanya ada satu setel baju bayi dan sebuah sepatu songket berwarna merah yang ada bersama dirinya ketika ditemukan didepan panti.

"Iya mas, tadi aku bersih-bersih, menemukan sepatu songket, hanya sebuah, saya pikir barang tak berguna, aku membuangnya kesampah, kami mengejar tukang sampah itu, tapi sepatu itu tidak kami ketemukan. Ini salahku.. ini salahku."

TIman terbelalak. Sepatu songket warna merah? Hanya sebiji? Apa itu bukan sepatu yang tadi diambil Tiwi lalu membuatnya memarahi Tiwi?

Timan melepaskan pelukannya dan berlari kejalan. Ia mencari kecana kemari. Tadi ia membuang sepatu itu sembarangan.

Mery dan Sri juga bingung melihat sikap Timan. Tapi dia ikut turun dan mengikuti langkah Timan. Timan masih mencari-cari, dimana tadi dia membuangnya. Aduh, jangan-jangan masuk kedalam selokan itu. Timan berjongkok ditepi selokan, Ya ampun, airnya mengalir, jangan-jangan terbawa aliran selokan ini. Timan melangkah menyusuri sepanjang aliran selokan itu.

"Ada apa mas?" tanya Mery dan Sri bersamaan.

"Sepatu.. songket.. merah.. hanya sebiji..., " gumam Timan sambil terus mengawasi aliran selokan itu.

"Mas !"

"Tadi Tiwi menemukan sepatu songket merah."

"Haaa... Tiwi?"

"Aku membuangnya karena mengira itu barang kotor yang jatuh dari gerobag sampah."

"Ya Tuhan...." Mery memekik, lalu ikut mencari disekitar selokan itu. Demikian juga Sri.

Tiba-tiba Sri memekik.

"Ituuuuu..."

Timan dan Sri melihat kearah yang ditunjukkan Sri. Sebuah benda kemerahan tampak tersangkut sesuatu ditepi selokan. 

"Iyaaa... ituuu..." teriak Mery lega.

Timan mengambil sebatang kayu panjang, dikaitnya benda itu.

"Terimakasih Tuhan..." bisik Sri dengan wajah berseri.

"Awas, ini kotor, biar aku cuci dulu.." kata Timan. Ia tetap membawa kayu panjang yang diujungnya tersangkut sepatu yang menghebohkan itu.

"Biar aku saja yang mencuci mas," kata Sri sambil meminta kayu itu.

"Biar aku saja.." teriak Mery.

"Sudah, jangan berebut. Biar aku saja. Lihat tuh. Tiwi lari-lari keluar.

Sri terkejut melihat Tiwi sudah keluar dari pagar.

"Ya ampuun, ini anak siapa, kasihan nduk, bingung ya, dirumah nggak ada orang?" kata Mery sambil menggendong Tiwi lalu bersama mereka masuk kerumah.

***

Kristin dikantor sendirian. Hari itu Bagas ijin lagi untuk tidak masuk. Alasannya hanya ada suatu keperluan. Kristin menghela nafas panjang. Tampaknya dia memang harus melepaskan kepergian Bagas. Sangat memalukan kalau dia menghalangi. Nanti Bagas bisa jadi besar kepala. Namun diakuinya, bahwa dia sangat sedih , dan pasti akan merasa kesepian.

"Mengapa kamu tidak bisa mengerti aku Gas?" bisiknya pilu.

Kemudian dia sama sekali tak mampu mengerjakan apapun hari itu. Ia hanya membuka buka file, lalu selebihnya hanya duduk berpangku tangan.

Kristin terkejut ketika tiba-tiba ayah dan ibunya  muncul.

"Papa... mama...," katanya sambil berdiri lalu menciumi mereka satu persatu.

"Kamu ngapain, dikantor cuma berpangku tangan?"

Ketiganya lalu duduk disofa. Kristin duduk disamping ibunya,.. menyandarkan kepalanya dibahu sang ibu.

Bu Suryo mengelus kepala anaknya.

"Begini ya pak, kalau orang lagi jatuh cinta? Apa dulu papa juga begini?"

"Ya enggak, papa dulu begitu bilang cinta, kamu langsung oke.. ya hepi-hepi saja.."

"Hiih.. papa.. masa begitu.. nggak pake proses.. papa ngikutin kemana aku pergi.. lalu dengan memelas mengatakan cinta.. hiih.. aku bilang oke karena kasihan sama papa."

Pak Suryo terbahak. Tak urung Kristin kemudian mengangkat kepalanya dan ikut tertawa. Rupanya kedua orang tuanya juga punya kisah sendiri dalam bercinta.

"Kristin, kamu nggak boleh sedih. Kalau memang Bagas itu jodoh kamu, pada suatu hari pasti dia akan datang menemuimu. Kalau tidak datang ya cari yang lain, masa laki-laki cuma Bagas doang."

"Iya mama..."

"Jangan cuma iya. Semangat. Kaya papa itu lho, hidupnya penuh semangat, tidak gampang putus asa. Ya kan pa?"

"Hm..."

"Sekarang ayo ikut mama sama papa saja,  sudah lama tidak makan siang bertiga kan?"

"Papa katanya mau nemenin aku dikantor."

"Iya, besok aku ke kantor. Tapi aku cuma nemenin lho, kamu yang harus bekerja."

"Iya pa."

"Ayuk kita berangkat sekarang."

 

***

 

"Lega aku sekarang, sepatu itu sudah ketemu," kata Mery setelah menemukan kembali sepatunya.

"Masih agak basah lho mbak, diangin-anginkan dulu, " kata Sri.

"Iya, aku angin-anginkan dikamar saja, nanti kalau diluar takut diterbangkan angin."

"Aku tadi sudah ketakutan setengah mati. Kalau sampai nggak ketemu, aku akan menyesalinya seumur hidup aku," kata Sri.

"Sudah, jangan menyesali apapun, semuanya sudah berlalu. ini sudah kehendak Yang Maha Kuasa, bahwa aku bisa menemukan sebuah tanda sa'at aku ditemukan. Semoga ini adalah jalan bisa bertemunya aku dengan orang tuaku."

"Aamiin, aku akan ikut mendo'akan mbak."

"Ya sudah, ini sudah siang. Aku mau ke warung dulu ya. Gara-gara sepetu itu mas Timan barangkat kepasarnya juga sudah siang."

"Tidak apa-apa mbak, tidak harus datang pagi-pagi setiap hari."

"Ayo kamu ikut saja."

"Ikut?" 

"Sekali-sekali juga Sri, kan kamu sudah selesai memasak. Sebelum mas Timan pulang kita sudah sampai rumah kok."

"Kelihatannya menarik nih, biar Tiwi senang kita ajak jalan-jalan."

"Nah, tuh kamu tau. Nanti aku ajak kamu ke penjual gorengan, mau?"

"Penjual gorengan ?"

"Yang aku cerita itu, dia ditolong Basuki lalu dibawa ke rumah sakit, trus ada uang sisa pembayaran rumah sakit yang oleh Basuki diberikan sama dia, lalu dia, eh.. namanya bu Sumini... nah, oleh bu Sumini uang itu dijadikan modal jual gorengan?"

"Iya, beberapa hari yang lalu mbak sudah cerita. Lalu kita mau kesana?"

"Aku pengin makan gatot gorengnya. Gurih, enak."

"Wah, seperti orang ngidam saja mbak Mery nih."

"Nggak tau kenapa, tiba-tiba ingin sekali makan gorengannya. Sebentar ya, kita bisa lewat kok, setelah itu baru kita ke warung."

"Nggak apa-apa, ayolah, aku ganti baju dulu."

"Aku yang mendandani Tiwi ya, biar cepat."


***


Tapi sesampai ditempat dimana bu Sumini jualan, Mery tak menemukan siapapun. 

"Waduh, nggak jualan lagi? Tiga hari yang lalu juga nggak jualan."

"Nggak jualan lagi mbak, katanya keluar kota," tiba-tiba penjual dawet yang mangkal didekat situ berteriak.

"Oh, keluar kota ya?"

"Iya, katanya mau ketemu anaknya, gitu. Besok barangkali dia mau jualan, berangkatnya belum lama."

"Ya sudah bu, terimakasih."

"Tidak mencicipi dawetnya lagi bu?" penjual dawet itu masih berteriak. 

Mery mengundurkan mobilnya karena kasihan pada penjual dawet itu.

"Dua gelas saja ya bu."

"Baiklah."

"Kok jadi beli dawet mbak."

"Nggak apa-apa, kasihan, dia selalu menawarkan. Tapi enak kok dawetnya. Cobain ya, isinya bukan cuma dawet, ada tape ketan, nangka, pokoknya nanti rasakan saja, sebentar aku turun mengambil dawetnya.

***


Hari itu Basuki sudah selesai memperkenalkan Bagas kepada stafnya. Bagas akan bertugas mulai bulan depan.

"Nanti kamu boleh tinggal dirumah ini Gas."

"Besar amat rumahnya, masa aku sendirian disini?"

"Ada Karso yang tidur dibelakang, Dia bertugas bersih-bersih rumah dan kebun. Lalu kalau kamu makan, bisa beli atau langganan catering."

"Gampang mas, kalau so'al makan. Nggak terbayang aku tinggal dirumah ini sendirian."

"Besok kalau kamu sudah punya isteri, bisa kamu bawa kesini kan?"

Bagas tersenyum. Diam-diam wajah Kristin melintas, lalu terngiang ditelinganya setiap kali Kristin memanggilnya dengan manja.. Bagaaaas..

Tapi kemudian bayangan itu dikibaskannya. Mungkinkah ia bisa dekat dengan Kristin? Hatinya susah ditebak. 

"Heiii.. kok tiba-tiba ngelamun? Ingat pacar ya?"

"Enggak mas, semoga bapak mau aku ajak tinggal disini."

"Haa, ide bagus tuh. Pastilah om Darmono mau, coba aja kamu bilang sama bapak Gas."

Tiba-tiba ponsel Basuki berdering. Basuki heran, ibu Umi dari Panti menelponnya.


***


besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

55 comments:

  1. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Anton,Hadi, Pri ,Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Yowa, Yustikno, Wedeye, Tauchidm,
    Yustinhar. Nova, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Ungaran..
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, matur nuwun Mbak Tien ceritanya semakin menarik dan sangat menghibur.
      Salam sejahtera dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien sehat selalu dan tetap semangat.

      Delete
    2. Salam sehat bahagia dr Nadiun yg sllu setia hadir Bu Tien... Blm lengkap klo blm ada Mery dkk.. Trimakasih semoga Bu Tien dan penggemar sllu sehat n sllu ada dlm lindunganNYA.. Aamiin..

      Delete
    3. Alhamdulillah CADM 20 sudah tayang.. semangkin seru aja ceritanya dan mbak Tien PANCÈN OYÉ dalam mengolah kata-kata...
      Matur nuwun mbak Tien, semoga Mbak Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin
      Salam hangat dan salam SEROJA dari Karang Tengah, Tangerang.

      Delete
    4. This comment has been removed by the author.

      Delete
    5. Jam diblogspotspot perlu di kalibrasi, tapi bagaimana ya caranya.
      Saya nulis komen pkl 01.32 dini hari, tertulis pukul 11.32 AM (setengah duabelas siang)

      Ada bapak/ibu yang tahu mensetting jam di blogspotnya jeng Tien?
      Nggak ada yang perhatikan ya?
      Yang penting baca isinya, menarik, runtut, nggemesi dan.....menghibur.

      Delete
    6. Alhamdulillah, pas terbangun dari tidur malamku, setelah sholat malam buka HP sdh ada CADM_19.
      TERIMA KASIH, JENG TIEN.

      Akhir episode_20 :
      Tiba-tiba ponsel Basuki berdering. Basuki heran, ibu Umi dari Panti menelponnya.

      Semoga dugaanku benar.
      Tadi tukang dawet bilang bu Sumini tidak jualan sedang keluar kota menengok anaknya, sekarang bu Umi dari Panti Asuhan nelpon, hmm......
      99% instingku mengarah bu Sumini yang nyari anaknya ke panti. Semoga benar adanya.
      Jeng Tien memang oye tenan mengubleg-ubleg pikiran penggemarnya menjadi "terbawa perasaan" alias jadi BAPER. Ditunggu CADM_21-nya.
      Salam sehat penuh semangat

      Delete
    7. Alhamdulillah
      Yg ditunggu tunggu sdh hadir
      Matur nuwun bu Tien
      Semoga sehat selalu
      Salam dr Cilacap

      Delete
    8. Alhamdulillah, halo juga mba, sehat slalu buat kita semua.
      Semoga masih panjang ceritanya yaa.....tambah seru.

      Delete
  2. Alhamdulillah, matur nuwun Mbak Tien ceritanya semakin menarik dan sangat menghibur.
    Salam sejahtera dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien sehat selalu dan tetap semangat.

    ReplyDelete
  3. matur suwun,sehat2 n semangat selalu kagem Bu Tien,ditenggo lanjutane🙏🙏👍👍😀😀

    ReplyDelete
  4. matur suwun Bu Tien sehat2 n semangat selalu,ditenggo lanjutane😀😀🙏🙏👍👍

    ReplyDelete
  5. Wah sdh pasti ibu Panti akan memberi kbr klu bu Sumini yg akan menemui anaknya.. pasti yg dimaksud Merry... Bgtu ya mb Tien? Smg ya
    . Lanjut mb Tien...slm seroja utk mb Tien dan kita semua....

    ReplyDelete
  6. Terima ksh ibu Tien...jd deg"an nich...ada apa ya ibu Umi telpon Basuki?

    ReplyDelete
  7. Makasih mb Tien smg sehat selalu .makin seru sj ceritanya di tunggu episode berikutnya yg bikin deg2kan terus.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bu Ida, yang jelas bu Umi gak minta kiriman bantuan, tapu akan menyampaikan berita gembira, apa yang diharapkan mereka berdua saat bbrp hari menanyakan kabar siapa sebenarnya orang tua Mery, sedikit mulai terkuak.
      Wait and see, saja semoga dugaanku benar, sehingga pada hari bahagia Basuki dan Mery, ada juga seseorang yang ikut memberikan doa restunya.
      InsyaAllah.

      Delete
  8. Nah ... Sesebentar lagi Mery bakal ketemu ibunya, Ibu Sumini(?).
    Kelihatannya begitu ya mbak Tien.

    Salam hangat dari Yogya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Om Yowa.....kelihatannya demikian.
      Perasaan priyantun Yogya, pada karo isine atiku.........krasa ya??

      Delete
  9. Halow mbak Tien smg sehat selalu..jangan2 bu Sumini ke panti..dan ibu panti menceritakan klo baju bayi dn sepatu songket sdh diberikan kpd seseorg..hee maaf mbak Tien pikiran pembaca mengelola sendiri..salam sehat dr Pejaten, Pasar Minggu

    ReplyDelete
  10. Cerbungnya semakin membuat penasaran saja
    Salam sehat dari jakarta

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillqh, suwun mba Tien sll sapa salam dg penggemarnya
    Salam sehat sll dr Bekasi. Barokallohu mba Tien😍

    ReplyDelete
  12. Apa bu Sumini ibunya Meri? Lanjut mba Tien. Makasih. Salam hangat selalu

    ReplyDelete
  13. Jam diblogspotspot perlu di kalibrasi, gimana ya caranya.
    Saya nulus komen pkl 01.32 din8 hari, tertulis pukul 11.32 AM (setengah duabelas siang)
    Ada bapak/ibu yang tahu mensetting jam di blogspotnya jeng Tien?
    Nggak ada yang perhatikan ya?
    Yang penting baca isinya, menarik, runtut, nggemesi dan.....menghibur.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mbah
      Sy jg merhatiin selisih 2 jam
      Mungkin dr setting jam di laptop/komputer bu Tien
      Coba disetting kembali
      Kl dekat sy bs bantu

      Delete
  14. Selamat pagi Bu Tien , smga sekel sllu sehat2 , mtr nuwun CADM 20 , slmt berkarya sukses sllu. Salam.

    ReplyDelete
  15. Matur nuwun mbk Tien...
    Salam sehat,semangat dan dilancarkan semuanya...

    Kakek Hasbi,saya juga bingung dengan jamnya,terlambat 2jam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan hanya 2 jam bu Nani, tapi 14 jam. Perhatikan juga tanggalnya. Iya khan? Sekarang aju nulis Kamus, 16 Juli 2020 pkl 21.28 (09.28 PM)

      Delete
  16. Wuuuuah, pembaca ikut heboooh gegara sepatu sebelah .... naaah nada2nya bu Sumini ibunya Mery .. daan Bagas Kristin bagus tuuh dibuat cerita tersendiri .. sama2 anak tunggal, sama2 dipasrahi perusahaan .. pasti banyak dinamika dan pertimbangan .. trims mbak Tien, salam Seroja dr lembah Tidar

    ReplyDelete
  17. Sepertinya bu sumini ibuknya mery semangat mbak tien semoga selalu jaya fan sehat

    ReplyDelete
  18. Jangan lupa istirahat. Dan jaga kesehatan.

    ReplyDelete
  19. Alhamndulillah.... Makasih mbak Tien.
    Rupanya sdh semakin dekat waktunya mbak Mery akankakan sama ibunya.

    ReplyDelete
  20. Seru bacanya... Ikut heboh cari sepatu dan kaus kaki... Makasih Bu... Sehat selalu

    ReplyDelete
  21. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat semangat dan memang luar biasa hsl karya selalu bikin penasaran readersnya.

    Sejak semula sy merasakan kejanggalan ttg jam, tp hanya berpikir kok beda jauh ya...

    Sy deg2 an, mungkinkah ayah Mery adalah ayah Basuki juga? Kita tunggu penjelasan ibu Sumini...

    Semoga Bagas Kristin bisa nyambung lagi..

    Yustin Har dkk menunggu eps 21.Matur sembah nuwun ibu Tien...

    ReplyDelete
  22. Cerbung yang selalu ditunggu2 kehadirannya.. Makasih yaa Mbak Tien.. Sehat selalu.. Terus berkarya..

    Btw, ibu penjual gorengan itu adalah ibunya Mery yaa.. Dari episode kemarin saya sdh menduganya.. Karena chemistry yg terbangun diantara Basuki, Mery dan Ibu Sumini. Benarkah?

    ReplyDelete
  23. Betul jam nya gak sinkron. Tapi bukan hanya selisih 2 jam, tapi selisih 14jam. Saya komen sekarang jam 09.12 AM tgl 16 July 2020, nanti akan tertulis jam 07.12 PM tgl 15 July 2020 (kemarin)

    ReplyDelete
  24. Kok saya udah berkali2 coba ikut komen ngga masuk masuk ya????

    ReplyDelete
  25. Terimakasih udah bisa masuk komennya sekarang.salam sehat selalu bu tien..mungkinkah meri kakanya kristin atau bagas ..dari ayah yng sama?hanya bu tien yng tau.

    ReplyDelete
  26. Jam sudah cocog. Kok masuknya tetap terpaut 2 jam ya.
    Laptop ku sing bodo apa aku

    ReplyDelete
  27. Jam sudah cocog. Kok masuknya tetap terpaut 2 jam ya.
    Laptop ku sing bodo apa aku

    ReplyDelete
  28. Hallo juga Mbak Tien,terima kasih sdh di absen..
    Alhamdulillah CADM 20 sdh tayang..
    Sepatu songket bikin heboh kelg Timan jg Mery, seru deh
    Semoga Bu Umi memberi kabar baik utk Basuki dan Mery..
    Bagas kangen ya sm Kristin..
    Semoga Mbak Tien sehat selalu
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  29. jam segini baru bisa bc KP...lanjut bu Tieun...semoga mery bisa ktm orang tuanya

    ReplyDelete
  30. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  31. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  32. Ternyata part 21 belum ada ya...dah penasaraaaan ngubek2 sampe ndak mandi2..

    ReplyDelete
  33. Terimakasih Cerbung nya ibu Tien...
    Semoga kabar baik dari bu Umi untuk Basuki
    Dan Bagas berjodoh dengan Kristin
    Salam sehat dari Purworejo

    ReplyDelete
  34. Wahhh jangan-jangan bu Sumini ibu kandungnya Merry nih.... 😍😍🥰

    ReplyDelete
  35. Ikut deg deg an mencari sepatu songket ....

    Mbak Tien sehat ya ......sudah berhasil membuat kita semua kembali ke masa dunia cintaa ....padahal jaman sekarang sudah beda .....main "tembak" ( istilah milenial = pengungkapan suka ) trus "jadian" sebagai kata ganti "pacaran" .......beruntunglah yang mengalami deg deg syer padahal cuma kepegang tangannya ....

    Lanjut mbak Tien, semoga sukses dan yang penting selalu sehat ....!! Insya Allah. Aamiin

    ReplyDelete
  36. Ya betul Kakek Habi dan mbk Fifi selisihnya 14 jam


    Gak ada yg bodo Mbk Tien,biarin aja jamnya geseh gk usah dipikir,klo dipikir gak jadi bikin cerita....😁😁
    Sehat dan semangat mbk Tien

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah, matur nuwun Mbak Tien ceritanya semakin menarik dan menghibur.

    ReplyDelete
  38. AJOQQ menyediakan permainan poker,domino, bandarq, bandarpoker, aduq, sakong dan capsa :)
    ayo segera bergabung bersama kami dan menangkan uang setiap harinya :)
    AJOQQ juga menyediakan bonus rollingan sebanyak 0.3% dan bonus referal sebanyak 20% :)

    ReplyDelete

ADA MAKNA 33

  ADA MAKNA  33 (Tien Kumalasari)   Bu Simah mana tahu kertas seperti kwitansi yang bisa di jadikan uang? Seperti apa nanti cara menjadikann...