Wednesday, June 17, 2020

LESTARI PUNYA MIMPI 24

LESTARI PUNYA MIMPI  24

(Tien Kumalasari)

 

Tari mendekat, melihat Janto memejamkan mata, dan mulutnya bergerak gerak.

Desy melepaskan tangannya yang semula memegangi tangan Janto, kemudian berdiri dan mundur kebelakang.

Ada rasa tidak suka dihati Tari ketika melihat Desy menggenggam tangan suaminya. Tapi bagaimanapun ia tak bisa marah. Desy telah membantunya membawa Janto kerumah sakit dan membuatnya segera mendapat pertolongan.

"Ma'af bu, pak Janto mengigau terus memanggil-manggil nama ibu, dan tangannya seperti meraih sesuatu,  bergerak-gerak terus,  jadi saya memeganginya.

Tari mengangguk. Ia mendekat, memgangi tangan suaminya. Terdengar bisikan lemah dari bibirnya yang pucat kering..

"Tari... Tari..."

Tari mendekap tangan suaminya, meletakkannya didada.

"Ini aku mas, aku sudah ada disini. Mas tenang ya," katanya sambil berlinangan air mata.

Janto masih memejamkan mata, tapi  kemudian menggenggam erat tangan Tari yang memegangnya. Barangkali ada getaran cinta merayapi jemari yang menggenggamnya, dan membuatnya lebih tenang.

"Desy, kamu pasti lelah, istirahatlah di sofa itu, kalau ingin pulang rasanya tidak pantas untuk kamu, ini sudah larut," katanya sambil menoleh kearah Desy.

"Tidak bu, kalau ibu sudah ada disini, saya lebih baik pulang saja."

"Tapi ini sudah larut. Hampir jam duabelas malam."

"Tidak apa-apa bu, rumah kost saya tidak jauh dari sini, saya bisa naik taksi," kata Desy sambil berdiri.

"Sungguh tidak apa-apa?"

Tari membuka tasnya dan mengambil selembar uang lalu diberikan kepada Desy.

"Untuk ongkos taksi, tapi kamu harus berhati-hati. "

"Terimakasih bu, tapi tidak usah, ini sudah ada bu. Sungguh."

Desy menyalami Tari, kemudian keluar dari ruangan.

Tari masih menggengam jemari suaminya. Terasa masih panas. Rasa iba merayapi hatinya. Ia merasa pasti suaminya sangat lelah, ditambah pekerjaan kantor yang melimpah. 

"Mas, cepat sembuh, aku ada didekatmu mas.." bisiknya berkali-kali.

Tiba-tiba Tari teringat bahwa sudah sa'atnya Haris diberi ASI. Tari bingung..

Dipegangnya lengan suaminya, sudah tak sepanas tadi. Tapi matanya masih terpejam. Semoga ini pertanda baik. Tari berdiri dan mencari suster jaga. Menitipkan suaminya karena ia harus menyusukan anak bayinya. Suster itu maklum dan bisa mengerti.

"Baiklah bu, tidak apa-apa, kami akan terus mengontrol perkembangan kesehatannya, ibu tidak perlu khawatir."

"Terimakasih suster."

Tari mendekati suaminya sekali lagi, memegang tangannya dan menempelkannya dipipinya. 

"Mas, aku melihat Haris dulu, dia juga pasti lapar. Nanti aku kembali ya."

Tari meninggalkan rumah sakit dengan perasaan kacau. Hari menjelang pagi ketika itu. Benar-benar kacau. Sendiri tanpa teman, sementara ia juga harus menyusui bayinya yang belum genap dua bulan. Karena itu dia terpaksa mendatangkan ibunya serta adiknya dari jauh agar bisa membantu meringankan bebannya,

 

***

 

Dan benar saja, begitu Tari sampai dirumah, Suci sedang sibuk menghentikan tangis Haris yang kelaparan.  

Tari berlari kebelakang, membersihkan diri dan berganti pakaian, kemudian meraih anaknya dari gendongan Suci.

"O, sayang, kamu lapar? Ma'af ya nak, ibu harus meninggalkan kamu."

Haris terdiam begitu puting ibunya memasuki mulutnya. Dia menyedotnya dengan lahap. Tari terharu, benar-benar anaknya kelaparan. 

"Tari, besok belilah botol botol untuk menyimpan ASI kamu. Sebelum pergi kamu bisa  menyimpannya dibotol-botol, biar Suci memasukkannya ke freezer. Jadi setiap Haris lapar dan kamu belum ada dirumah, dia tak akan rewel."

"Baiklah bu, nanti Tari akan mempersiapkan semuanya, supaya mas Janto ada yang menunggui, dan Haris juga tidak kelaparan."

"Bagaimana keadaan nak Janto?"

"Ketika Tari datang tubuhnya masih sangat panas. Dia mengigau tak henti-hentinya, memanggil nama Tari. Tapi ketika Tari mau pulang ini tadi, panasnya sudah turun, semoga keadaannya segera membaik."

"Ya nduk, semoga begitu. Nanti kalau kamu kembali ke rumah sakit, ajaklah Suci, biar dia bisa bergantian menjaga nak Janto."

"Tidak apa-apa ibu sendirian dirumah?"

"Tidak apa-apa nduk, ibu juga pasti bisa menjaga Haris, asal jangan lupa kamu meninggalkan beberapa botol ASI untuk persediaan."

"Ya bu. Sekarang ibu istirahat saja dulu, pasti semalaman ikut tidak tidur."

"Tadi ibu tidur sebentar, baru bangun ketika mendengar Haris menangis."

"Sekarang tidur lagi saja bu, nanti pas subuh bisa bangun lagi. Di kulkas ada ikan dan sayuran, barangkali ibu ingin memasak. Ibu tak usah memikirkan Tari karena disana banyak orang jualan makanan."

"Tapi kalau bisa pulang kan lebih baik nduk, makanan olahan rumah lebih sehat daripada jajan diluar."

"Iya bu. Bagaimana nanti saja."

 

***

Hari itu Tari datang kerumah sakit sambil membawa baju-baju ganti untuk Janto. Ia datang bersama Suci, perasaannya  lebih lega. Urusan ASI untuk Haris, makan untuk ibunya bisa diselesaikannya dengan baik. Ia harus menunggui suaminya dan melihat perkembangan sakitnya.

Ketika dia datang, dilihatnya mata Janto masih terpejam, tapi menurut suster dia tak lagi mengigau seperti semalam.

Tari memegang tangannya, dan Suci berdiri disampingnya.

"Mas.. ini aku.."

Janto membuka matanya. Wajahnya masih pucat. Ia tampak heran melihat Tari disampingnya, disebuah ruangan yang menurutnya aneh.

"Aku... dimana ?"

"Mas, kamu sakit, dirawat dirumah sakit."

"Aku ?"

Janto memejamkan matanya, mencoba mengingat-ingat. Terakhir kali yang diingatnya ialah bahwa dia berada dikantor, lalu ingin pulang, lalu tak ingat apa-apa lagi sampai ketika dia membuka matanya isterinya mengatakan bahwa dia ada dirumah sakit.

"Kamu disini sejak kemarin siang, Desy yang membawamu kerumah sakit."

"Mengapa kamu ada disini? Bagaimana kamu bisa meningalkan Haris?" Walau lemah bicaranya, Janto masih teringat akan anaknya.

"Begitu mas harus opname dirumah sakit, Suci dan ibu langsung aku minta untuk datang."

"Ini aku mas..Suci.." kata Suci sambil mendekat.

"Oh, ada Suci juga?"

"Suci aku ajak kemari, Haris bersama ibu."

"Bagaimana kalau dia haus Tari, pulang saja, aku tak usah ditungguin."

"Jangan khawatir mas, aku sudah punya stock ASI beberapa botol, cukup untuk sehari."

"Bagaimana bisa?"

"Sudah, kamu nggak usah memikirkan Haris, dia tak akan kelaparan dan kehausan. Sekarang bagaimana rasanya mas?"

"Aku merasa lemas, dan perutku sakit.."

"Mas sabar ya, dokter sudah menangani mas dengan baik"

"Terimakasih Suci. Kita merepotkan ibu juga.."

"Sudah mas, Suci sama ibu malah senang tuh, tiab hari bisa gendong-gendong Haris."

"Iya mas, Suci senang kok. Mas Janto bobuk aja sekarang, kebanyakan ngomong nanti nggak sembuh-sembuh," celoteh Suci.

"Iya, mas pengin makan apa? Ini bubur sumsum belum dimakan, aku suapin ya?"

"Sedikit saja, perutku nggak enak rasanya."

"Nggak apa-apa, sedikit saja<' kata Tari sambil mengambil piring berisi bubur sumsum, jatah dari rumah sakit yang belum dijamah. 

"Suci, kamu istirahat saja dulu di sofa itu, kamu juga pasti capek."

"mBak juga capek kan? mBak juga harus istirahat. Tadi dirumah aku sudah sempat tidur beberapa jam disamping Haris."

"Iya, nanti setelah menyuapi mas Janto aku istirahat."

Dan sesungguhnya sejak semalam Tari juga belum sempat memejamkan matanya. Kekhawatiran akan keadaan suaminya mengalahkan rasa capek itu.

Baru ketika tampak Janto terlelap, Tari membaringkan tubuhnya  begitu saja karena rasa letih yang menggayutnya.

***

Tari terbangun ketika tiba-tiba terdengar Suci berteriak.

"Eeeh, tangannya nggak usah pegang-pegang begitu kenapa sih?"

Tari bangkit dan menatap Suci sedang menuding-nuding Desy.

"Ma'af.. ma'af, saya hanya ingin melihat, pak Janto masih panas atau tidak. Semalam masih panas sekali," kata Desy sambil menjauh dari tempat Janto terbaring.

"Bu Janto, ma'af saya mengganggu, kata Desy sambil mengulurkan tangan kearah Tari.

"Tidak kok, aku sudah cukup istirahat."

"Oh, syukurlah. Itu.. adiknya pak Janto?"

"Itu adikku, dari Solo.. baru datang semalam."

"Oh."

"Baru pulang kantor ?"

"Iya, tadi rekan-rekan kantor pada datang kemari, tapi hanya sebentar. Kata mereka pak Janto tidur, ibu juga sedang tidur, jadi mereka cepat-cepat pulang.

"Oh, pantesan ada parcel buah-buahan diatas meja, pasti dari rekan-rekan kantor itu tadi ya."

"Iya bu.."

"Oh, ma'af, sampaikan ma'af ku ya, aku lelah sekali.. semalam tidak tidur."

"Iya, mereka maklum."

"Suci, kenalkan dulu, ini namanya Desy, sekretarisnya mas Janto."

Suci mendekat tapi wajahnya masam, bagaimanapun dia pernah mendengar tentang Desy. Walau sebenarnya tak ada apa-apa diantara Desy dan kakak iparnya, tapi dia kurang senang pada sang sekretaris itu. Mungkin karena tadi melihat begitu datang dia memegang-megang tangan Janto.

"Oh, iya, saya Suci," kata Suci sambil menjauh, dan kembali mendekati Janto yang masih tampak memejamkan matanya.

"Ibu, saya tidak akan lama, syukurlah keadaan pak Janto sudah lebih baik. "

"Terimakasih Desy, dan sampaikan juga termakasih dari pak Janto atas perhatian rekan-rekan kantornya." 

"Baik bu, nanti saya sampaikan."

Ketika Desy pergi, Tari menegur Suci karena  terlihat jutek ketika menghadapi Desy.

"Suci, bagaimanapun dia sudah membantu mbak. Dialah yang mengantarkan mas Janto kerumah sakit."

"Suci sebel melihat dia memegang-megang tangan mas Janto."

"Tidak apa-apa, kan dia sudah bilang bahwa hanya ingin melihat apakah mas Janto masih panas atau tidak."

Suci mencibir, lalu menyelonjorkan kakinya disofa.

Tari hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Apa kamu ingin pulang dulu, Suci?"

"mBak sendiri disini ?"

"Nggak apa-apa, kamu pulang, mandi lalu kembali kesini, baru aku gantian  pulang, bagaimana?"

"Baiklah kalau begitu, nanti mbak mau dibawakan apa?"

"Nggak usah, kan aku juga mau pulang nanti, siapa tau stock ASI untuk Haris sudah menipis."

"Iya juga ya, baiklah, aku pulang saja sekarang."

"Ayo aku antar kedepan sambil aku carikan taksi," kata Tari sambil menggandeng tangan Suci keluar dari kamar, setelah Suci menyambar sebuah jeruk dari parsel yang terletak diatas meja.

***

 

Ketika sampai dirumah Janto, Suci mendapati ibunya sedang bicara dengan ayahnya di telpon.

"Tidak pak, bapak tidak usah khawatir, katanya keadaannya sudah membaik. Semalam kata Tari, memang masih panas dan terus mengigau, tapi sekarang sudah lebih baik, sudah sadar dan bisa berbicara biarpun masih lemah."

"Syukurlah bu, aku  semalam juga tidak bisa tidur memikirkan kalian."

"Bapak tidak lupa memintakan ijin ke sekolah Suci bukan?"

"Sudah, pagi-pagi sekali aku sudah kesekolah Suci."

"Bapak tadi makan pakai apa?"

"Aku memasak nasi saja, lauknya anak-anak yang beli. Kamu tidak usah memikirkan aku dan anak-anakmu, mereka juga sudah besar dan bisa mengerti, jadi tidak rewel masalah makan."

"Syukurlah, ini Suci baru kembali dari rumah sakit pak."

"Bapak .." kata Suci setelah mengambil ponsel dari ibunya.

"Bagaimana masmu ?"

"Tidak panas lagi, tapi masih mengeluh pusing dan perutnya nggak enak. Makan juga nggak begitu doyan."

"Nanti perlahan pasti akan sembuh, jangan lupa bapak diberi kabar setiap hari ya?"

"Iya pak."

"Nanti dulu, lha Tari mana?"

"Masih dirumah sakit pak, ini Suci mau pulang mandi, lalu kembali kerumah sakit lagi, baru mbak Tari pulang."

"Haris tidak rewel ?"

"Tidak, mbak Tari meninggalkan stock ASI di kulkas."

"Syukurlah. Ya sudah, bapak juga mau mandi, bilang sama ibu, hati-hati menjaga cucu." 

"Ya sudah, sana mandi.." kata ibunya begitu pembicaraan itu selesai.

"Iya bu, susu untuk Haris masih cukup?"

"Tinggal satu botol lagi, bukankah nanti mbakmu juga akan pulang ?"

"Setelah Suci kembali, mbak Tari akan pulang."

"Ya sudah sana, ibu juga sudah memandikan Haris, susu yang tinggal sebotol akan ibu minumkan sebentar lagi."

 *** 

Perawat itu datang, memeriksa suhu badan dan tensi Janto. Tari memperhatikan dengan seksama.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Tari kepada perawat itu.

"Suhu badannya naik lagi, tapi tidak seberapa, tensinya sedikit rendah," kata perawat itu yang kemudian pergi.

Tari duduk dikursi  ditepi pembaringan suaminya. Agak khawatir karena perawat mengatakan suhu tubuhnya agak tinggi.

Janto terus saja memejamkan matanya. 

"Mas..."

Janto membuka matanya.

"Hm... " hanya itu yang diucapkannya.

"Mas merasakan apa?"

Janto menggoyang-goyangkan tangannya.

"Bagaimana mas?"

"Pusing..."

Tari berdiri, dan memijit-mijit kepala Janto. Ketika meraba keningnya, memang terasa agak panas. Tapi kata perawat tidak apa-apa.

"Sabar ya mas. Makanya mas harus makan yang banyak, supaya segera sembuh."

"Haris bagaimana?"

"Dia baik-baik saja mas, jangan khawatir."

Lalu Janto kembali memejamkan matanya.

Tari masih memijit-mijit kepalanya, dan tiba-tiba Tari merasa bahwa suhu badan suaminya semakin panas. Janto tampak menggigil.

Tari berteriak memangil perawat.

***

besok lagi ya

76 comments:

  1. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo,Ops,Kakek Habi, Anton,Hadi, Pri ,Sukarno, Giarto,Gilang, Ngatno,Hartono, Tugiman,Dudut Bambang Waspodo, Yustikno,Wedeye, Tauchidm,
    Yustinhar. Mastiurni,Yuyun, Jum,Sul, Umi, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Yowa. Wikardiyanti, Nur Aini,Yowa,Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi,Wida, Rita, Sapti,Dinar, Wiwid, Meyrha, Trina, Mahmudah, Rapiningsih Yanthi
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Magelang, Madiun, Kediri, Malang Banyuwangi, Surabaya, Bali, Wonogiri, Solo, Jogya, Ungaran..
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhandulillah... matur nuwun Mbak Tien yg selalu menghibur dgn cerita2 segar dan menarik serta selalu membuat penasaran utk mengetahui lanjutannya.
      Salam sejahtera dari Pangkalpinang, semoga Mbak Tien sehat selalu dan tetap berkarya. Aamiin....

      Delete
    2. Alhamdulillah, haloow Mbak Tien .. smoga tambah segar dan sejahera yaa ... sekoga keluarga tari Janto kuat menerima ujian .. Janto segera sehat .. apa perlu kasih jamu typus ?

      Delete
    3. Alhamdulillah
      Akhirnya LPM 24 hadir juga
      Matur nuwun bu Tien
      Semoga senantiasa sehat selalu

      Delete
    4. Trimakasih Bu Tien, smoga sllu sehat, ttp semangat dlm berkarya, karya yg sgt indah.. Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
    5. Halo juga mba. Terima kasih cerbung nya, semangat tetap berkarya. Sehat slalu untuk kita semua. Slalu ditunggu lanjutan nya, dari Kuningan.

      Delete
  2. Alhamdulillaah. Bunda Tien... terima kasih. Semakin gemes dg alur cerita bunda. Penasaran terus-menerus. Sehat selalu ya bunda

    ReplyDelete
  3. Salam sehat mbak Tien,semoga selalu semangat ....luar biasa.
    Hadi - Tangsel

    ReplyDelete
  4. Smg Janto cepat pulih dan RT Tari dan Janto sanawa... Lanjut mb Tien... Slm seroja utk mb Tien dan kita semua.. semangat mb

    ReplyDelete
  5. Dr wonosobo setia menanti ibu tien🥰🥰

    ReplyDelete
  6. jamba hadir mba Tien...
    luaar biasa mantaab ... sukses n sehaat terus njiih mba...

    ReplyDelete
  7. Hallow juga Mbak Tien, terima kasih sdh di sapa
    Alhamdulillah LPM 24 sudah tayang, semoga Janto cepat sembuh dan sehat kembali
    Semakin penasaran.. lanjuut
    Terima kasih Mbak Tien
    Salam sehat selalu dari Bekasi

    ReplyDelete
  8. Makasih mbak Tien
    Salam.sehat selalu dari Batang

    ReplyDelete

  9. Koreksi bu Tien:

    1. Iya mas, Suci senang kok. Mas Haris bobuk aja sekarang, kebanyakan ngomong nanti nggak sembuh-sembuh," celoteh Suci.
    # mas Yanto bobuk aja sekarang,.....

    2. "Tari, bagaimanapun dia sudah membantu mbak. Dialah yang mengantarkan mas Janto kerumah sakit."
    # "Suci, bagaimanapun dia sudah membantu mbak. Dialah yang mengantarkan mas Janto kerumah sakit."

    3. .... lalu kemba;i kerumah sakit lagi, baru mbak Tari pulang."
    # ... lalu kembali kerumah sakit lagi, baru mbak Tari pulang."

    Ini saja yang penting, lainnya saya gak tulus disini.
    Sugeng dalu.


    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe.... Pak Habi kritis juga euy...
      Mantul cerbung karys mba Tien, bahasanya sopan tidak ada yg vulgar sehingga ngena semua pembacanya, gitu ya pak Habi 👍👍🙏

      Delete
  10. Bikin penasaran ceritanya
    Terima kasih jeng tien
    Salam sehat

    ReplyDelete
  11. Terima kasih mba Tien sdh posting LPM24 lebih awal.
    Semoga sehat sejahtera mba unt terus berkarya memberikan inspirasi melalui LPM ini.
    Hatur nuhun

    ReplyDelete
  12. episode ini bisa nafas lega...santayyy😁
    mks ibu Tien...di tunggu episode lanjutannya.

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah. Trimakasih sdh diabsen. Salam sehat dan setia sll dr Bekasi.. smg Lestari dan mas Jantonya semakin sehat. Monggo dilanjut mb Tien...

    ReplyDelete
  14. Semakin penasaran mba Tien. Moga Janto cepat sembuh ya. Dan klg mereka bahagia. Salam sehat dan semangat mba. Makasih

    ReplyDelete
  15. Halo,sugeng enjang mbak Tari. . eh mbak Tien.. Alhamdulillah pagi ini Kita masih bisa bersyukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya.
    Semoga kita semua tetap sehat bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.

    ReplyDelete
  16. Matur nuwun... Salam tahes ulales... dr Sby

    ReplyDelete
  17. Matur nuwun mbak Tien... Ceritambak tien dutunggu saj rw ini dari tante saya trs nyebar ke ibu2 rw jd matur nuwun sanget. Ada typo sedikit harusnya janto tertulis haris, tp gpp kita tetep sangat mudeng

    ReplyDelete
  18. Terima kasih mbak tien..utk cerbung lanjutan LPM part 24. Makin menggugah hati.
    O..ya mbak tien .. hrsnya panggilanku Tari..krn nama lengkapku Trina Dwianthari...he..he..he...
    Selalu selalu sehat dan semangat ya mbak tien...

    *trina. @ Bandung Jabar.

    ReplyDelete
  19. Baru tenang kalau sudah baca ceritanya Bu Tien... Habis itu baru kerja...,,😁😁

    ReplyDelete
  20. Salam sejahtera
    Bak tien semoga sehat selalu. Aku seneng banget ceritanya. Tiap hari selalu menanti kelanjutan cerira ini. Semangat terus ya. Aku dari purwakartJawa barat.

    ReplyDelete
  21. Dari Sleman Jogja...mksih mb Tien lanjutan nya sgt ditunggu...bikin penasaran terus ..bikin bacaaa aja bawaannya

    ReplyDelete
  22. Salam sehat dan sejahtera ...
    Lanjut mbak Tien sampai tuntas ... tas ... tas ... tas.

    ReplyDelete
  23. Semoga dengan sakitnya Yanto ini akan membuat dia sadar bahwa Tari benar-benar mencintainya. Desy juga tidak akan berusaha menarik perhatian dan mengharapkan Yanto mencintainya... Akhirnya keluarga mereka benar-benar bahagia... Lanjut mbak Tien... Salam sehat selalu dari Pati

    ReplyDelete
  24. Alhamndulillah....saling mendoakan smg kita smua sll diberi kesehatan, Aamiin.
    Buah tulisan mbak Tien semakin menarik unt disimak

    ReplyDelete
  25. Haloo mbak Tien smg sehat selalu..sementara masih adem ayem nih smg Janto sgr pulih. Desy mesti belajar menjaga sikap kpd pimpinan tdk gampang menyentuh fisik..salam sehat dari Pejaten , Pasar Minggu

    ReplyDelete
  26. Terimakasih mbk Tien rasa penasaran campur gemessabar menunggu episod lanjutan ..salam sehat sll njih dari solo urara

    ReplyDelete
  27. Apa kamu ingin pulang dulu, Tari?"
    "mBak sendiri disini ?"
    "Nggak apa-apa, kamu pulang, mandi lalu kembali kesini, baru aku gantian pulang, bagaimana?"
    #"Apa kamu ingin pulang dulu , Suci ?".......

    Koreksi dikit buk Tien 🙏

    Maturswun buk tien , salam hangat dari tangerang 🙏😘😘

    ReplyDelete
  28. Puji Tuhan LPM24 hadir. Konflik rt sdh mereda, semoga selalu kuat dlm menghadapi ujian hidup. Yustin Har dkk selalu menunggu karya ibu Tien yg luar biasa itu. Salam sehat n semangat, Gusti tansah paring berkah.

    ReplyDelete
  29. Puji Tuhan LPM24 hadir. Konflik rt sdh mereda, semoga selalu kuat dlm menghadapi ujian hidup. Yustin Har dkk selalu menunggu karya ibu Tien yg luar biasa itu. Salam sehat n semangat, Gusti tansah paring berkah.

    ReplyDelete
  30. Puji Tuhan LPM24 hadir. Konflik rt sdh mereda, semoga selalu kuat dlm menghadapi ujian hidup. Yustin Har dkk selalu menunggu karya ibu Tien yg luar biasa itu. Salam sehat n semangat, Gusti tansah paring berkah.

    ReplyDelete
  31. Semangat terus mbak tien salam dr wngri

    ReplyDelete
  32. Menunggu sll menunggu..datangnya Tari #25 bunda Tien ..salam Tahes Ulales dari Jogya ..lanjuuut.

    ReplyDelete
  33. Salam dari sidoarjo buuu ditunggu lanjutannya smg clbk

    ReplyDelete
  34. Sabar menunggu LPM 25 Mbak Tien..
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  35. wah kapan yang 25 muncul, saya tunggu Bu, makin asyik saja

    ReplyDelete
  36. Menunggu LPM 25.... sabar...sabar....
    Salam sehat selalu..mbak Tien

    ReplyDelete

  37. Menunggu sll menunggu..
    Datangnya Tari #25 ibu Tien ..
    Salam sehat selalu dari Cilacap....
    Lanjuuut.

    ReplyDelete
  38. Salam sehat sll mba Tien dan semuanya, smg pagi ini senantiasa dalam lindungan dan berkah Illahi Robi. Aamiin ya Rob

    ReplyDelete
  39. Salam sehat selalu buat mbak Tien dari saya di Bandung..
    Idih Setiawan

    ReplyDelete
  40. Dengan sabar menunggu LPM #26 Semoga Jeng Tien sehat dan Salam dari Pondok Pinang

    ReplyDelete
  41. D3sy, hidup tanpa orang tua. Sejak kecil diasuh nenek. Dia masih sangat polos.Jadi dia mendambakan kasih sayang, Tari harus mengatasi itu, karena saat ini Desy menemukan yang dicari ada pada diri Janto. Selamat ....mbak Tien meng aduk2 perasaan pembaca. Tangsel menunggu LPM 25 ........

    ReplyDelete
  42. LPM part 25 kok blm tayang ya mbk Tien ....semoga mbk Tien senantiasa sehat ...Gusti paring berkah Amin.

    ReplyDelete
  43. Semoga mba Tien sehat selalu. Kenapa ya sehari kemaren Tari nggak muncul? Nggak biasanya. Salam sehat selalu mba. Ditunggu eps 25 mba

    ReplyDelete
  44. Replies
    1. Sabar ya mbak Dewiyana, episode 25 OTW. .. Ojo Takon Wae.. .Hehehehe..
      Salam sehat bahagia sejahtera..!!!

      Delete
    2. Masih belum ada nih pak... Sedih saya...

      Delete
  45. duh..bolak balik buka...kok blm ada aja ya....mba tien sibuk mungkin ya.....semangaaat mba tien..bikin happy ending ya....muaaach.semoga
    .tari sm nugroho berjodoh heee..ngarep

    ReplyDelete
  46. Mbak Tien sedang ngrampungin surat al Kahfi..sabar ya teman2..sy sendiri jg dr kemarin luntap luntup hee

    ReplyDelete
  47. Semoga Bu Tien sehat2 saja, shg bisa melanjutkan kisah Lestari, aamiin🤲

    ReplyDelete
  48. Hadewww.... dua hari tak ketemu Tari kelimpungan DECH..., ibu-2, enak-2 strong. Lho kok strong tahan banting lha begadang terus nunggu Tari dan Nugroho.

    ReplyDelete
  49. Bu Tien ... Smg sehat yaaa ... Pada tggu Tari & Nugroho ...

    ReplyDelete
  50. Sama..dari kemarin ta intip2
    semoga LPM 25 segera tayang menghibur kita semua.
    Semoga Mbak Tien sehat selalu
    Salam hangat dari Bekasi


    ReplyDelete
  51. Dah kecanduan nih Bu Tien sama LPMnya...dari slese shubuh hingga menjelang Magrib ini, sdh tak terhitung brp kali ngintip episode selanjutnya.. semoga Bu Tien sehat selalu ya Bu..😊😊

    ReplyDelete
  52. Masih setia... Menunggu..dan mengintip... 😁😁#bdg

    ReplyDelete
  53. Menunggu....salam sehat dari Situbondo mbak Tien

    ReplyDelete
  54. Bolak balik ngintip, tetap blm ada..

    ReplyDelete
  55. LPM #25 belum muncul juga. Semoga Mbak Tien dalam keadaan sehat wal afiat dan baik-baik saja. Aamiin.

    ReplyDelete
  56. Ass mb tien...smg sehat selalu...nungguin cerbungnya mb tien...ngidam, klo blm baca kelanjutan cerbung mb tien...males makan..


    ReplyDelete
  57. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  58. Selamat malam Bu Tien, yang antri sdh puanjang lho, dua hari tdk ketemu Tari dan juga celoteh
    Suci. Sudah PKL 20.15 Waktu mBandung, Kec Antapani, Kelurahan Antapani Kulon RT04/RW04. Ditunggu kehadiran LPM Eps_25

    ReplyDelete
  59. Malam Bu Tien... saya sudah galau menunggu LPM 25 kok ngga nongol² ya? Udah diintip berkali nih. Teman² di kantor juga udah pada nungguin cerita selanjutnya. Salam SSW alias Sehat Seger dan Waras buat seluruh penggemar Kejora Pagi.
    Gusti tansah paring Berkah. Amin

    Yacinta Indah - Semarang

    ReplyDelete
  60. Bu Tien maafkan kalau kami merepotkan... Semoga ibu sehat ya... Maklum ini para penggemar berat nya menanti...

    ReplyDelete
  61. Mana nich yg 26 gak sabaran pengin baca

    ReplyDelete
  62. Yg 26 sy bacanya dari web version, makasih mbak tien

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 01

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...