Monday, June 15, 2020

LESTARI PUNYA MIMPI 22

LESTARI PUNYA MIMPI  22

(Tien Kumalasari)

Nugroho mematikan mesin mobilnya, menatap seseorang yang turun dari dalam mobil didepannya. Laki-laki berperawakan kecil tapi bertubuh tinggi itu dikenalnya. Matanya menatap tajam kearahnya. Nugroho juga turun dari  mobil, berjalan saling mendekat dan saling menatap. Dua mata tajam bertemu, seperti menyemburkan api. Memiliki amarah yang berbeda arah. Yang satu karena cemburu, yang satu karena merasa perempuan yang dikasihinya disakiti. Janto dan Nugroho, masing-masing meiliki keyakinan akan kebenaran yang erat dipegangnya, yang harus dipertahankannya,

"Tarii!! Turun ! " Janto menghardik sambil menuding kearah Tari yang masih duduk didalam mobil.

Tari menggelengkan kepalanya. Bayangan Desy melintas, dan membuat dadanya sesak.

"Ada apa mas?" tanya Nugroho dingin.

"Dia isteriku !!"

"Ya, aku tau... Lalu apa?"

"Suruh dia turun !!"

"Silahkan saja kalau dia mau."

"Kamu jangan ikut campur, kamu bukan siapa-siapa!!"

"Mana yang lebih baik, bukan siapa-siapa tapi bisa menjaganya, atau ... disebut suaminya tapi menyakitinya?"

"Bangsat kamu!! gertak Janto sambil melayangkan pukulan kearah Nugroho.  Nugroho menghindar, tapi sebelah tangannya berhasil menonjok pelipis Janto, dan membuat Janto sempoyongan, kemudian terpelanting.  Pelipis itu luka terkena batu. Janto bangkit dengan geram. Ketika dia merangsek maju, didengarnya jeritan Tari.

"Hentikaaaann!!" teriak Tari yang kemudian turun dari dalam mobil.

Nugroho menoleh kearah Tari, dan kesempatan itu dipergunakan Janto untuk balas menghantam  rahangnya.  Nugroho hampir terjengkang kalau tak ada badan mobil dibelakangnya.

"Hentikan mas... hentikaaan.."

Tari sambil menggendong Haris berdiri diantara kedua lelaki yang siap saling terjang.

"Aku mohon, hentikan."

Janto mengusap pelipisnya yang berdarah, Nugroho mengelus rahangnya yang membiru,

"Kamu minggir Tari, laki-laki ini bilang tak akan merebut kamu dariku, tapi apa yang dia lakukan? Buahh!! Kelakukannya memuakkan. Mau kamu bawa kemana isteriku ?"

"Dan buka sekali lagi kuping kamu, bahwa aku tidak akan merebut isteri kamu. Aku hanya ingin... agar..."

"Diaaam!!" teriak Janto memotong kata-kata Nugroho.

Tari terisak. Ia tak tau harus berbuat apa. sebelah tangannya merangkul Haris, dan sebelah lagi direntangkan diantara kedua lelaki yang sedang bertaruh kebenaran ini.

"Kamu yang diaamm! Dia ini sudah menjadi sahabat aku, derita yang dirasakannya adalah sakitku !!"

"Omong kosong!!"

"Tolong berhentilah. Kita sudah menjadi tontonan." kata Tari ketika melihat beberapa orang mulai mendekat.

"Mas Nugroho, kamu pulang saja dulu, bilang sama Asty aku akan datang lain kali."

"Tapi dia..."

"Biarlah aku bicara sama dia mas, mas pulang dan ma'afkan aku ya. Jangan lupa bilang sama Asty ya mas.." kata Tari sambil terisak.

"Baiklah Tari, tapi kalau dia menyakiti kamu, bilang sama aku, aku yang akan menghajarnya."

Janto melotot kearah Nugroho yang sudah membalikkan tubuh dan masuk kedalam mobilnya.

Lestari merasa lega, ia menghela nafas lalu mengusap air mata dengan ujung bajunya. Kemudian dia melangkah masuk kedalam rumah. Janto mengikutinya dari belakang. 

Suci menyandarkan tubuhnya dipintu. Ia melihat keributan itu dan merasa ketakutan. Beruntung adik-adiknya yang lain ada dibelakang dan tak melihat apa yang terjadi. Dan bapak ibunyapun sedang kondangan di tetangga kampung sebelah.

"Suci, tolong jangan bilang apa-apa sama bapak dan ibu tentang keributan ini," pesan Tari sambil melangkah kedalam, langsung masuk kekamarnya.

Suci mengangguk. Kemudian ia mengambil kapas dan obat merah ketika dilihatnya pelipis Janto berdarah.

"Biar aku bersihkan mas," kata Suci sambil menarik tangan Janto dan diajaknya duduk.

Suci membersihkan darah pada luka dipelipis Janto, kemudian menutup luka itu dengan perban dan plester. Untung tak begitu parah.

"Jangan sampai bapak sama ibu tau bahwa ada keributan ya mas, kasihan mereka."

Janto tak menjawab, wajahnya muram, menampakkan wajah yang masih geram.

"Saya ambilkan minum ya mas."

Suci bergegas kebelakang dan keluar dengan membawa segelas teh hangat. Janto menerimanya dan meneguknya perlahan.

"Mas.. istirahat dikamar dulu.."

"Suci, kakakmu cerita apa saja?"

 "Tidak cerita apa-apa, mbak Tari tak ingin bapak dan ibu tau apapun. Dia hanya mengatakan bahwa mas Janto sedang sibuk makanya mbak Tari pulang kemari."

"Dia salah sangka. Tak ada apa-apa antara aku sama sekretarisku."

Suci hanya mengangguk. Ia merasa tak pantas mengomentari apapun.

"Temui dulu mbak Tari mas, dia ada dikamar."

Janto mengangguk. Ia kebelakang dan masuk kekamar mandi. Salah seorang adik Tari berteriak.

"Ada mas Jantooo!!"

Suci menutup mulutnya dengan jari, sebagai isyarat agar mereka tak berisik.

"Kenapa?"

"Jangan ganggu, mas Janto lagi sakit," katanya agar adik-adiknya tak banyak bertanya.

 

***

 

Janto selesai membersihkan diri dikamar mandi, duduk di kursi yang ada dikamar itu, sambil menatap Tari yang masih menyusukan anaknya.

Tak saling bersapa, hanya kebisuan yang merayapi kamar itu. Sesekali terdengar suara Haris mengecap nikmatnya ASI ibunya.

"Kamu salah sangka Tari," akhirnya Janto membuka suara.

Tari tak menjawab, membenarkan letak anaknya dipangkuan, setelah memindahkannya kesebelah kanan. Tampak nikmat menyedot ASI, Haris sama sekali tak tau apa yang sebenarnya terjadi pada ayah ibunya.

"Tak ada apa-apa antara aku dan Desy."

Tari mendongakkan kepalanya.

Terbayang olehnya ketika Janto mengelus pundak Desy dan mengulurkan tissue pengusap air matanya. 

"Harusnya kamu masuk dan kamu akan mengetahui semuanya.

Tari membelalakkan matanya. Masuk dan melihat suaminya bermesraan? 

"Kamu salah sangka. Baru saja Desy mendapat tilpun dari kampung, yang mengabarkan neneknya meninggal."

Tari menatap Janto,  mencoba bisa menerima perkataan suaminya.

"Dia tak punya siapa-siapa.."

Kata-kata itu seperti memaksa agar Tari menurunkan sedikit belas kasihan.

"Sejak kecil dia ikut neneknya, dibesarkan dan disekolahkan, hingga bisa bekerja di kantorku."

Tari menatap tak berkedip. Sebuah cerita yang mengharukan. Dibesarkan dididik disekolahkan hingga sekarang bisa menghidupi dirinya sendiri, kemudian tiba-tiba ia ditinggalkannya.

"Ia menangis waktu itu dan aku berusaha menghiburnya. Percayalah Tari, aku tak punya perasaan apa-apa. Aku hanya mencintai kamu Tari."

Tari membayangkan kembali bagaimana tangan suaminya mengelus pundak Desy. Dicobanya mengerti, dicobanya agar amarah yang membara menjadi padam. Dicobanya agar cinta yang dikatakan suaminya bisa benar-benar menyatu dihatinya.

"Kamu harus percaya Tari, kalau tidak karena cinta, mana mungkin aku bersusah payah menyusul kamu kemari, sementara pekerjaan dikantor  menumpuk, dan semuanya adalah tanggung jawabku

Tari menatap Haris yang sudah melepaskan putingnya, dan tampak sudah pulas. Ia berdiri, meletakkan Haris di boxnya, menata agar berbaring dengan nyaman, lalu menyelimutinya.

Tari membenahi pakaiannya, dan kembali duduk ditepi pembaringan.

Janto terdiam, menunggu reaksi Tari setelah dia bicara panjang lebar.

Tiba-tiba Tari berdiri, mendekat kearah meja disamping box anaknya, dan mengambil sepotong kapas. Ia melihat pelipis suaminya kembali berdarah. Janto terkejut ketika Tari tiba-tiba memegang kepalanya dan melepas plester dari pelipisnya. Tari membersihkan darah itu dengan alkohol yang tersedia disitu.

Janto meringis karena pelipisnya terasa perih. Tapi perih dihatinya seperti tersiram guyuran air dari sorga, terasa sejuk dan membuatnya terhanyut. Ini pelampiasan sebuah cinta, tak usah diucapkan dengan kata-kata, dan Janto merasakannya. Janto memeluk pinggang isterinya, dan merengkuhnya. Tari sudah selesai menutup kembali luka di pelipis suaminya dan juga luka dihatinya.

"Aku akan mencoba percaya, dan akan membuktikan bahwa cinta itu ada." kata Tari. Belum ada senyuman yang melegakan, tapi Janto mengerti, perhatian ketika melihat luka dikeningnya adalah sebuah ungkapan cinta.

***

"Ya ampun mas, sampai sebegitunya pak Janto membenci mas?" kata Asty sambil menggosok rahang suaminya dengan salep anti lebam. 

"Sakitkah mas ?"

"Tidak, sudah.. ini cukup Asty."

"Mengapa bisa terjadi baku hamtam mas, seperti anak kecil saja."

"Ini tentang mempertahankan kebenaran."

"Apa maksudnya?"

"Janto berselingkuh.."

"Apa? Tari mengatakannya?"

"Tidak, Tari tak mengatakan apa-apa. Suci yang bilang. Aku kesal terhadap perlakuan itu. Tari begitu baik, bagaimana Janto bisa melakukan sesuatu yang menyakitinya?" 

Asty menatap suaminya. Ia melihat sinar mata berkilat disana, sinar mata penuh kemarahan. Asty selalu bisa mengerti, masih ada cinta dihati suaminya terhadap Tari. Suaminya tak rela Tari disakiti. Asty menghela nafas, mencoba menghilangkan cemburu yang mengirisnya. Tidak, ia harus menerimanya. Tari adalah sahabatnya, dan cinta itu  ada bukan karena  salah siapa-siapa.

"Mengapa ya pak Janto tega melakukannya?"

"Dasar laki-laki kurangajar dia !!!!" katanya geram.

Asty menyesal telah mengucapkan kata-kata  yang kembali menyulut amarah Nugroho.

"Ya sudahlah, mas jangan terlalu memikirkannya. Semoga Tari dan pak Janto bisa segera menyelesaikan permasalahannya."

"Coba kamu menelpon dia Asty, tanyakan bagaimana keadaannya," pinta Nugroho kepada isterinya. 

"Nanti saja mas, barangkali sa'at ini mereka sedang berbincang untuk menyelesaikan masalah mereka."

"Aku tak sabar mendengar bagaimana keadaan mereka."

Asty diam.

"Ma'af Asty, aku menganggap Tari sebagai sahabat, sebagai saudara, jadi kamu jangan salah sangka."

"Iya aku tau. Apalagi aku percaya pada Tari, dia tak akan menyakiti aku.."

"Apa aku menyakiti kamu ?"

"Tidak .. kamu suami yang baik..."

Nugroho tersenyum. Senang hubungan mereka tak pernah menjadi hubungan yang menyesakkan rasa. Dan itu karena Asty memiliki hati yang baik dan perangai yang santun. Barangkali dia menyembunyikan sesuatu yang membuatnya sakit, tapi dia selalu bersikap manis. Justru Nugroho merasa berdosa karena masih sulit menghilangkan rasa cintanya pada Tari.

"Dan kamu isteri yang sangat baik," balas Nugroho sambil memeluk isterinya.

***

 

Tari masih berada dikamarnya. Tapi Janto merasa sedikit lega karena Tari tampak sudah tenang. Sinar matanya tampak lembut.

"Apakah besok kamu mau pulang bersama aku?"

"Ada yang aku inginkan sebelum kita pulang."

"Katakan saja."

"Kita menemui mas Nugroho dan mas harus meminta ma'af."

Janto membelalakkan matanya. Ia harus ketemu Nugroho dan meminta ma'af? Janto tak merasa bersalah.

"Mengapa? Aku salah apa? Dia yang selalu berusaha mendekati kamu." katanya kesal.

"Bukan. dia tidak seperti itu. Bahwa hubungan kami dekat, itu adalah seperti saudara. Asty itu sahabatku. Dia sangat baik dan tak pernah berprasangka buruk terhadapku. Mas Nugroho juga sangat menyayangi dia."

"Kamu bilang sama dia bahwa aku berhubungan dengan sekretarisku?"

"Tidak. Seburuk-buruknya aku, tak mau aku menjelekkan suami sendiri kepada orang lain. Kepada keluargakupun tidak. Hanya kepada Suci aku mengadu, sesak dadaku kalau harus menyimpan derita seorang diri. "

"Tapi kan itu tidak benar?"

Tari menghela nafas. Sesungguhnya dia belum sepernuhnya mempercayai suaminya,walau kemarahannya sudah sirna.

"Dan tampaknya Nugroho menuduhku melakukan itu. Darimana dia tau?"

"Bukan aku. "

Tiba-tiba teringat olehnya Suci yang berbincang dengan Nugroho ketika ia masih mandi.

"Jangan-jangan Suci."

"Haa.. Suci.."

"Anak itu sungguh tak pernah bisa menjaga mulutnya  Ma'af ya mas." keluh Tari.

Janto terdiam, teringat olehnya kemarahan Nugroho tadi. Dia menuduhnya menyakiti Tari. 

"Maukah kita kesana ? Agar semua kesalah fahaman ini tuntas. Aku tidak suka mas Janto selalu berprasangka buruk sama mas Nugroho, dan itu mas lampiaskan kepadaku setiap sa'at."

"Apa kamu akan ikut pulang besok  bersamaku?"

"Ya, kalau sebelumnya mas mau menemui mas Nugroho dulu."

Mau tak mau Janto menyetujuinya. Mungkin benar, semuanya harus segera diselesaikan, agar permasalahan tak semakin berlarut dan dia tak selalu merasa curiga.

***

Tari mengatakan kepada keluarganya bahwa Janto terantuk pintu  sehingga pelipisnya luka. Orang tua tak boleh merasakan derita anaknya. Dan mereka juga lega, karena Janto  bersikap biasa saja.

"Kata Tari nak Janto sedang sibuk, mengapa sudah sampai disini ?"

"Iya pak, saya pikir Tari ingin segera kembali, lalu saya menjemputnya."

"Jadi  nanti nak Janto mau mengajak Tari pulang ke Pasuruan?"

"Ya pak, kalau Tari bersedia."

"Sebaiknya memang begitu. Aku sudah memarahi Tari, ketika suaminya sibuk mengapa justru dia meninggalkannya."

"Mudah-mudahan Tari sudah tidak capek untuk melakukan perjalanan besok, so'alnya baru kemarin dia sampai."kata Janto.

 

***

 

Sementara itu dikamar Tari menjewer kuping Suci keras sekali. 

"Auuw.. sakit dong mbak."

"Suci, lain kali kamu harus hati-hati kalau bicara. mBak ajak kamu bicara, karena mbak anggap kamu sudah dewasa. Mengapa kamu masih suka ceplas ceplos begitu? Hayo, tadi kamu ngomong apa sama mas Nugroho?"

Suci segera teringat, benar tadi  keceplosan ngomong sama Nugroho bahwa Janto selingkuh. Suci langsung memeluk kakaknya.

"Ma'af ya mbak, iya Suci keceplosan." 

"Itu membuat mas Nugroho sangat marah pada mas Janto. Kamu tadi melihat bagaimana serunya pertikaian mereka. Dasarnya mas Janto tidak suka sama mas Nugroho.. jadi deh..!!"

"Iya, ma'af mbak.."

"Lain kali kamu harus bisa mengatur bibirmu ini, supaya tidak sembarangan bicara," kata Tari sambil mencubit lirih bibir adiknya.

"Iya, aku akan berusaha lebih hati-hati. Apa mas Nugroho masih marah?"

"Aku akan mengajak mas Janto kesana malam ini. Jaga Haris sebentar ya."

"Asyyiiik.... iya.. lama juga nggak apa-apa." teriaknya riang.

***

Dan malam itu juga Janto dan Tari sudah sampai dirumah Nugroho.

Nugroho yang semula terkejut, kemudian menerima mereka dengan baik. Begitu bertemu pandang, Tari mencubit pinggang Janto, mengingatkan bahwa Janto harus meminta ma'af. 

"Selamat malam, mas Nugroho.."

"Selamat malam, mas Harjanto.." jawab Nugroho yang keheranan melihat Janto dan isterinya datang berdua, dan tampak sudah berdamai.

Mereka bersalaman akrab, Tari dan Asty saling pandang dan menyimpan senyum melihat kedua laki-laki yang sebelumnya bertikai kemudian bisa bersalaman dengan manis.

"Saya minta ma'af," lanjut Janto.

"Sayalah yang harus minta ma'af."

 "Banyak hal sudah terjadi, dan saya merasa dengan tidak adanya komunikasi diantara kita, maka kesalah fahaman akan terus berlarut-larut."

"Itu benar. Saya katakan sekali lagi disini, bahwa saya tidak akan merebut Tari dari sisi mas Janto. Tapi saya tidak ingin dia menderita. Berita bahwa telah terjadi suatu hubungan yang tidak baik antara mas Janto dan...."

"Itu tidak benar," kata Janto memotongnya.

"Saya sudah menjelaskannya pada Tari bahwa tak ada hubungan apa-apa diantara saya dan sekretaris saya. Dia itu sangat menghormati saya. Saya hanya mencintai isteri saya."

"Alhamdulillah.." Nugroho bernafas lega.

"Semoga dengan pertemuan kita ini, kita akan tetap menjadi saudara."

"Pasti mas Janto, dan setelah ini semoga tak ada lagi yang akan saling menyakiti."

Ketika kemudian Nugroho dan Janto berbincang akrab, Asty menyuruh pembantu untuk menyuguhkan minuman, lalu Asty menarik Tari kedalam kamar.

"Anakmu lucu sekali, dan ganteng ya Asty."

"Sayang kamu tidak jadi membawa anakmu kemari."

"So'alnya sudah malam, nanti lain kali pasti ada waktu untuk bertemu."

"Tari, apa kamu mempercayai apa yang dikatakan suami kamu bahwa tak ada hubungan apa-apa antara dia dan sekretarisnya?"

"Aku mencoba mempercayainya Asty."

"Dengar Tari, apapun yang terjadi kamu harus menjaga suamimu. Sekretaris itu juga setiap hari ada disamping suami kamu, dan setiap sa'at setan bisa saja menyemburkan bisa nikmat yang setiap sa'at orang bisa mereguknya."

"Ya Tuhan..."

"Aku tidak menakuti kamu Tari, tapi kamu wajib ber-hati-hati. Hanya saja pesanku, kalau hal itu terjadi, jangan lagi kamu kabur dari rumah. Rebut kembali cinta suami kamu !!" kata Asty sambil menarik tangan Tari kembali kedepan, untuk berbincang bersama Janto dan Nugroho.

Ketika itulah ponsel Janto berdering.

"Tari, tolong, ponselku tadi aku masukkan kedalam tasmu."

Tari membuka tasnya, dan mengambil ponsel suaminya. Matanya menatap tajam kearah ponsel itu. 

"Dari Desy," kata Tari singkat.

***

besok lagi ya

          

 

 

 

 

49 comments:

  1. Alhamdulillah.... matur nuwun Mbak Tien eps 22 telah tayang. Makin panas dan tambah ingin tahu kelanjutannya.
    Semoga Mbak Tien selalu sehat dan tetap berkarya. Aamiin....

    ReplyDelete
  2. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo,Ops,Kakek Habi, Anton,Hadi, Pri ,Sukarno, Giarto,Gilang, Ngatno,Hartono, Tugiman,Dudut Bambang Waspodo, Yustikno,Wedeye, Tauchidm,
    Yustinhar. Mastiurni,Yuyun, Jum,Sul, Umi, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Yowa. Wikardiyanti, Nur Aini,Yowa,Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi,Wida, Rita, Sapti,Dinar, Meyrha, Trina, Mahmudah
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Magelang, Madiun, Kediri, Banyuwangi, Surabaya, Bali, Wonogiri, Solo, Jogya, Ungaran..
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang ditunggu tunggu datang juga
      Matur nuwun bu Tien
      Semoga tansah sehat

      Delete
    2. Alhamdulillah....setelah weekend, akhirnya yang ditunggu datang. Itu sekretaris nya ada apa lagi yah nelpon bos nya.lajuuut mba. Sehat slalu. Salam hangat juga dari yati Kuningan Jabar

      Delete
    3. Haloo sugeng ndalu Mbak Tien, semoga sll bahagia sehat utamanya .. trims LPM 22 sdh terbit .. Asty sungguh baik dan sabar .. Tari sll diuji sabar level 8 ... ditunggu kelanjutan LPM smoga penuh hikmah

      Delete
    4. Hallow juga mbaaak...... matur nuwun sapaannya setelah berhari minggu kmrn 😍😍
      Asty jempol 4 yaa mbak Tien..... Semoga bisa selalu mengingatkan Tari bagaimana bersikap dan berperilaku terpuji sebagai isteri kepada suaminya... tentunya berdasarkan pengalaman pribadinya dan cerita ini bs menjadi contoh yg perlu diteladani dlm pengalaman hidup ber rumah tangga bg pasangan muda
      Bravo mbak Tien.... Semoga sehat dan senantiasa dlm LindunganNYA... tetap semangaaaat πŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺ
      Doaku selalu πŸ‘πŸ‘
      Salam sayang dr Surabaya πŸ€—πŸ˜˜πŸ˜˜πŸ˜πŸ˜

      Delete
  3. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo,Ops,Kakek Habi, Anton,Hadi, Pri ,Sukarno, Giarto,Gilang, Ngatno,Hartono, Tugiman,Dudut Bambang Waspodo, Yustikno,Wedeye, Tauchidm,
    Yustinhar. Mastiurni,Yuyun, Jum,Sul, Umi, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Yowa. Wikardiyanti, Nur Aini,Yowa,Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi,Wida, Rita, Sapti,Dinar, Meyrha, Trina, Mahmudah
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Magelang, Madiun, Kediri, Banyuwangi, Surabaya, Bali, Wonogiri, Solo, Jogya, Ungaran..
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhandulillah dan trimakasih Madiun sdh disapa sm Bu Tien.. Semoga kesehatan serta berkah sllu bersama kita semua Aamiin.. Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
    2. Alhamdulillah hari ini Kita masih bisa bersyukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya.
      Alhamdulillah akhirnya Janto dan Nugroho bisa berdamai, tinggal Janto yang harus membuktikan kalau gak ada hubungan cinta dgn Desy. .. Oh Desy.. jangan jadi pelakor ya. .

      Salam sejahtera buat mbak Tien Kumalasari dan keluarga..

      ...besok lagi ya... Daagg..

      Delete
  4. Matur nuwun mbak Tien
    Salam sehat selalu dari Batang

    ReplyDelete
  5. Ahamdulillah yg ditunggu2 akhirnya dayang juga mtr nwn bunda Tien smg Tahes Ulales...jogya sll menunggu ...lanjuuut..

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah akhirnya LPM muncul sehabis shalat isya... Makasih mbak Tien... Semoga tetap sehat dan terus berkarya... Ditunggu episode berikutnya mbak... Salam hangat dari Mahmudah Pati

    ReplyDelete
  7. LPM selalu dinantikan ... Belum plong kalau belum disapa Tari, Janto, Asty, Nugroho, Suci.

    Salam hangat dari "kota gudeg".

    ReplyDelete
  8. Lega rasanya baca LPM ke 22 ini..
    Ahirnya hub tari dgn suami, dan sahabatnya bisa membaik kembali..
    Oia Bu Tien, bisa gak ya cerita selanjutnya Desy ditiadakan saja, anggap saja dia tidak bisa meninggalkan dan merawat rumah almarhum neneknya 😝😝😝
    Salam dr Nias ya buk..

    ReplyDelete
  9. Matur nuwun mbak tien... konflik terus berlanjut tiada henti membuat gregeten
    Salam tahes ulales dari Sby

    ReplyDelete
  10. alhamdulillah akhirnya nongol juga episode 22....lgsg dibaca....tambah penasaran...kok aq sukanya tari sm nugroho ya...asa kurang kl tari sm janto..

    ReplyDelete
  11. Makasih mba Tien. Makin seru nih. Baru aja berdamai ....Apalagi nih selanjutnya? Ditunggu mba . Salam sehat dan tetap semangat

    ReplyDelete
  12. Makasih bu tien makin seru semoga clbk di tunggu lanjutannya buuu

    ReplyDelete
  13. Saya ambilkan minum ya mas."
    Tari bergegas kebelakang dan keluar dengan membawa segelas teh hangat. Janto menerimanya dan meneguknya perlahan.
    #Suci bergegas kebelakang.......

    Koreksi kecil buk Tien πŸ™πŸ™
    Semoga ke depannya Janto tidak merusak kepercayaan Tari.
    Lanjut buk Tien. Salam hangat dari tangerang 😘😘

    ReplyDelete
  14. Smg sehat selalu mbak Tien. Sebetulnya blm damai2 amat sih.. Janto sdh banyak ngalah lo dn mau bersikap jentel baiknya desy dipindah ke bagian lain sj dan Tari tdk usah melibatkan nugroho apapun masalahnya. Biarpun sahabat tp kn mantan pcr dn masih cinta..hadeuhh cm lo mbk Tin hee. Salam sehat dr Pejaten, Pasar Minggu

    ReplyDelete
  15. jambi hadiiir...
    makasih mba Tien....
    sukses dan sehat teras njiih...

    ReplyDelete
  16. Hallow juga Mbak Tien.. terima kasih sdh disapa..
    Alhamdulillah LPM 22 sdh hadir
    Seru ceritanya, mau apalagi nih Desy?
    Lanjuuut
    Terima kasih Mbak Tien..
    Salam sehat dari Bekasi

    ReplyDelete
  17. Deg2an banget hatiku menyaksikan puncak konflik.
    Puji Tuhan skr sdh mulai ada kedamaian dan ketentraman dlm berkeluarga maupun dlm bersahabat dg mantan dan rival. Ibu Tien memang luar biasa...Yustinhar dkk g sabar nunggu datangnya LPM23.Semoga Ibu selalu sehat dan semangat...

    ReplyDelete
  18. Terima kasih jeng tien
    Yanto dan nugroho bisa damai
    Salam sehat

    ReplyDelete
  19. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  20. Halow juga bu Tien....makasih sdh tayang episode yg ditunggu2..
    Semoga bu Tien selalu Sehat...

    ReplyDelete
  21. Lpm 22 akhirnya terbit juga..smg mb Tien sehat dan smg Desy tdk hadir sbg org ketiga... Slm seroja mbak Tien....

    ReplyDelete
  22. Matur nuwun mbk Tien...
    Siap menunggu cerita berikutnya....

    ReplyDelete
  23. Terima kasih bunda Tien. Selalu menanti kehadiran bunda dg cerita serunya. Sehat selalu ya bunda

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah... Bekasi hadir... salam sehat sll mba Tien

    ReplyDelete
  25. Syukurlah..begitu terbangun lagsg baca ...Bunda bikin tambah seru aja...
    Ditunggu selanjutnya..semoga damai pada mereka...salam sehat dari Surabaya..

    ReplyDelete
  26. Terimakasih bu Tien. Salam sehat selalu dari Magelang.

    ReplyDelete
  27. Lika liku awal berumah tangga..banyak kecemburuan...
    Waaahhhh..mantaaabbbb mbak tien..
    Bikin gemesss bacanya..jadi pengen cepet besok lagi...cepet lanjut lagi bacanya...
    Hatur nuhun mbak Tien...selalu sehat dan dalam Lindungan Allah SWT.. Aamiin..

    *Trina @Bandung.

    ReplyDelete
  28. Trima kasih mbak Tien, karya2 MB Tien banyak yg bisa diambil pelajarannya. Lika liku kehidupan rumah tangga memang macam2, tapi MB Tien juga menunjukkan solusinya. Bagus mbakπŸ‘πŸ‘lanjuut. Salam dari JogjaπŸ™‹. Rapiningsih

    ReplyDelete
  29. tambah seru ceritanya...ayo bu Tien lanjuttt...πŸ˜‰

    ReplyDelete
  30. Aduh tambah seru ceritanya, jadi penasaran. Makasih bu Tien......lanjutannya ditunggu segera loh

    ReplyDelete
  31. Terima kasih mbak Tien ceritanya semakin seru. LPM 23 Sdh biasanya yang nunggu.

    ReplyDelete
  32. Waduh tanggung banget motong ceritanya...bikin gemes d penasaran lanjutannya...
    Ditunggu ya mbak Tien...sehat selalu

    ReplyDelete
  33. Yah ......ada lagi .....runyem
    lagi .?.....mudah2an Tari kebal , kan semua ada disitu .....

    Salam sehat .....TangSel menanti lanjutan ........

    ReplyDelete
  34. Saya dari pagi buka gak ada terus. Tau nya udah 22 jam. Gak tenang kalau belum baca... Cuma kenapa susah ya buka nya? Tari buat saya agak lebay, dikit dikit kabur... Lebih hebat Asty padahal di awal kayaknya genit

    ReplyDelete
  35. 23 nya blm muncul.... penasaran...bolak balik lihat..blm ada aja heeee

    ReplyDelete
  36. Menunggu ...🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  37. blm ada aja lpm 23...ditunggu mba tien...selalu

    ReplyDelete
  38. Nuwun bu Tien....Selalu menghibur...semangat terus...."Damayanti Yogya"...ditunggu 23 nya....

    ReplyDelete
  39. Menunggu LPM 23..
    Penasaran itu Desy mau apa sih nelp Janto
    Terima kasih Mbak Tien
    Salam sehat selalu dari Bekasi

    ReplyDelete
  40. Ditunggu kelanjutannya mbak salam warga Pekanbaru Riau

    ReplyDelete
  41. Ada ya cowok kek gt, udah gak jodoh masih posesif aje..

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...