Wednesday, June 10, 2020

LESTARI PUNYA MIMPI 18

LESTARI PUNYA MIMPI  18

(Tien Kumalasari)

 

Desy melangkah kekamar mandi disebelah belakang seperti ditunjukkan Janto, bukan dikamar mandi yang ada didalam kamarnya. Ia sedikit kedinginan. Semua baju berikut daleman dilepaskannya, digantikannya dengan baju yang diberikan Janto. Ternyata sangat pas ditubuhnya. Tapi ia sungkan meminta kepada Janto untuk meminjam pula bra dan CD milik Lestari. Jadi ia hanya mengenakan baju saja. Tak apa, asalkan kering dan mengurangi rasa dingin yang menggigit.

Desy belum pernah bertemu Lestari, tapi baju yang dikenakannya bisa pas ditubuhnya. Desy keluar setelah menggantungkan baju basahnya di tempat jemuran dibalik kamar mandi itu.  

Ketika melangkah kembali kedepan, Janto sudah menyiapkan segelas teh hangat dimeja.

"Desy, minumlah agar kamu merasa hangat."

"Terimakasih pak, saya jadi merepotkan."

"Sebenarnya kamu ini kenapa, hujan-hujan datang kemari?"

"Saya sebenarnya merasa bersalah telah memberikan jus dingin kepada bapak siang tadi."

"Mengapa?"

"Bukankah itu yang membuat kemudian bapak mengeluh sakit lalu buru-buru pulang?"

"Oh.. itu...." Janto tertawa..

"Karena jus itu barangkali, lalu saya memerlukan mampir sebentar untuk melihat keadaan bapak. Tak taunya kehujanan."

"Tidak, memang aku sedang tidak enak badan. Jadi bukan karena jus itu. Terimakasih perhatiannya, tapi ini membuat kamu kehujanan dan basah kuyup.

"Tidak apa-apa, begitu hujan reda saya permisi pulang."

"Sepertinya hujan ini akan awet. Kamu tinggalkan saja sepeda motor kamu, nanti aku antarkan."

"Tidak pak, tambah merepotkan."

"Tidak apa-apa, dikantor juga aku selalu merepotkan kamu."

"Tidak juga, kewajiban saya kan melayani bapak dikantor."

"Baiklah, minum dulu tehnya, aku masukkan sepeda motormu ke garasi, lalu aku antar kamu pulang."

"Biar saya masukkan sendiri pak."

"Jangan, sudahlah, minum saja tehnya, biar aku urus sepeda motor kamu.

Ketika Desy menyeruput tehnya, Janto sudah memasukkan sepeda motor Desy kedalam garasi, lalu mengeluarkan mobilnya kedepan teras agar ketika masuk kedalam mobil  mereka tak kehujanan.

Sunguh Desy merasa tak enak telah menyusahkan bosnya.

"Sudah siap, mau saya antar sekarang?"

"Baiklah pak, sekali lagi terimakasih dan mohon ma'af ya pak."

"Sudah, lupakan saja. Ayo naik, biar aku mengunci pintu terlebih dulu.

***

Malam itu Tari menata barang-barang yang masih terserak, terutama hadiah-hadiah untuk Haris. Rasanya almari tidak cukup untuk semuanya, jadi Lestari hanya menatanya dimeja.

"Oh ya mbak, aku lupa, tadi siang mas Janto tilpon,  ketika mbak lagi dikamar mandi, aku lupa bilang."

"Kok bisa lupa?"

"Habis, tadi aku disuruh ibu mengantarkan jahitan ke dekat pasar, jadi lupa semuanya."

"Bilang apa dia?"

"Tadi aku lagi ngelihat hadiah yang dari mas Nugroho, dia nanya, aku lagi ngapain, lagi ngelihat hadiah bagus-bagus.. trus dia nanya, hadiah dari siapa, aku bilang dari mas Nugroho."

Tari terkejut.

"Kamu bilang begitu?"

"Iya, apa mas Janto marah ya, telponnya langsung ditutup. Katanya lagi banyak pekerjaan."

Tari terdiam, mungkin saja Janto marah.. ia kan alergi mendengar nama Nugroho..?

"Baiklah, biar aku telpon saja dia."

Tari kemudian  menelpon suaminya, tapi lama sekali tak diangkat.

"Kemana ya dia?"

Tari mencoba berulang-ulang, tetap tak diangkat.

Suci merasa bersalah ketika melihat Tari mengeleng-geleng setiap kali memencet nomor suaminya.

"Ma'af ya mbak, aku keceplosan.. memang mulutku ini agak susah diatur... Ma'af ya," kata Suci sambil memeluk kakaknya.

"Tidak apa-apa Suci, mungkin mas Janto sudah tidur."

"Ini kan masih sore mbak."

"Mungkin sedang beli makanan, kasihan tak ada yang melayani."

"Bukannya dia marah ya mbak?"

"Semoga saja tidak, sudahlah, jangan difikirkan lagi. Ayo menyiapkan makan malam, ini sudah sa'atnya."

"Tapi Haris masih belum tidur tuh, matanya melihat-lihat kearah aku. Hai... gantengnya tante.. mau ngomong apa kamu?"

"Ya sudah, kamu duluan sana, biar aku susukan Haris lebih dulu."

Namun sambil menyusui itu perasaan Lestari sungguh tidak enak Kalau saja dia bisa bicara, tapi apakah Janto memang tak mau menerima telponnya? Kalau begitu dia marah beneran.. Aduhai, Tari sungguh sedih memikirkannya. Ia benar-benar lelah mendapat perlakuan seperti ini. Cemburu yang tidak beralasan. Cemburu buta yang benar-benar membutakan mata hatinya. Bahkan tidak mempercayai cinta isterinya.

"Apakah sebaiknya aku minta dijemput saja ya, supaya kecurigaan dia tidak semakin berlanjut. Aku kira aku bisa kok merawat anak sambil mengurus rumah tangga," gumamnya sambil mengelus kepala anaknya.

***

 

Sudah malam ketika Janto kembali kerumahnya, karena dia mampir kesebuah rumah makan untuk makan malam. Sesampai dirumah ia ingin segera tidur, agar hilang semua kekesalannya.

Begitu memasuki kamar, dilihatnya ponselnya tergeletak diatas meja. Rupanya dia lupa membawanya karena keburu harus mengantarkan Desy pulang.

Dilihatnya beberapa kali isterinya menelpon. 

"Ada apa dia menelpon? Ingin mengatakan kegembiraannya karena Nugroho datang menyambangi dia dan memberikan hadiah istimewa untuk anaknya?" gumam Janto yang kemudian mengabaikan ponselnya, beranjak kekamar mandi untuk membersihkan diri, lalu merebahkan tubuhnya diranjang.

Beberapa sa'at lamanya, tiba-tiba Janto mendengar suara teriakan..

"Pak Janto... pak Janto..."

"Lho itu kan suara Desy, ada apa Desy berteriak-teriak?"

Langkah-langkah mendekat mengejutkannya. Desy menubruknya dengan pakaian yang sudah robek disana sini. Janto merengkuhnya.

"Ada apa kamu ini? Apa yang terjadi ?"

"Aku mau diperkosa pak,  tolong.. lihat, ini baju bu Janto yang saya pakai, ditarik-tarik sama orang itu, sampai tercabik-cabik seperti ini," tangisnya tanpa melepaskan pelukannya.

Nafas Janto sesak, tubuh itu semakin erat merengkuhnya sehingga dia jatuh terjerembab.

"Adduh....."

Janto membuka matanya. Tubuhnya berada dibawah ranjang, sebelah bahunya terasa nyeri.

Tak ada Desy dikamarnya, Janto bingung.

"Ya Tuhan, aku hanya bermimpi. Mengapa aku memimpikan Desy? Aku sama sekali tidak memikirkannya. Apa karena aku tadi mengantarnya lalu kebawa dalam mimpiku?" keluhnya sambil bangkit, lalu kembali merebahkan tubuhnya, sambil mengelus elus bahunya yang sakit.  

 

***

 

Pagi hari itu ketika Janto sudah bersiap berangkat, Tari menelponnya.

"Ya, ada apa, tidak usah dilaporkan, aku sudah tau," kata Janto ketus.

"Apa sih mas, mas itu jauh atau dekat kok ya tidak ada bedanya, suka sekali menyakiti aku. Kalau begitu namanya bukan cinta. Mas memang ingin menyiksa aku bukan?" kata Tari menahan isak.

Hati Janto luluh. Ia tak sampai hati mendengar atau melihat isterinya menangis.

"Tari.. mengapa Nugroho masih menyambangi kamu? Itu yang membuat aku sakit."

"Dia hanya memberikan hadiah buat Haris, pagi sebelum kekantor. Tidak bicara banyak. Aku juga belum mengucapkan terimakasih karena dia telah menyambung nyawaku. Baru kali itu sempat mengucapkannya. Apa mas sudah ? Bukankah kalau tidak ada dia maka aku sudah tak ada didunia ini karena kehabisan darah?" kata Tari bertubi-tubi.

Janto tersentak. Memang benar bahwa kalau tak ada Nugroho mungkin isterinya sudah tak ada lagi disampingnya. Tiba-tiba Janto merasa bahwa bulu kuduknya merinding. Bukan apa-apa, tapi bayangan kehilangan isterinya itu sangat menakutkannya.

"Tari, ma'afkan aku."

"Mas selalu begitu."

"Ya sudah, jangan sedih, aku kan sudah minta ma'af.  Sekarang aku berangkat ke kantor dulu ya."

"Mas, tunggu.. bagaimana kalau minggu depan mas menjemput aku?"

"Menjemput kamu? Tapi Minggu ini dan Minggu depan ada acara kantor, jadi aku belum bisa,   mungkin minggu berikutnya."

"Acara apa hari Minggu mas?"

"Kami sedang merencanakan akan membuka cabang didaerah lain. Minggu besok dan minggu berikutnya ada pertemuan yang tidak bisa aku tinggalkan."

"Ya sudah mas, aku menunggu saja. Berangkatlah ke kantor dan hati-hati. Oh ya mas, semua cucian ngak usah dicuci saja. Masukkan ke laundry saja biar ngak kecapekan."

"Iya.. Aku siap-siap dulu."

Janto teringat mengumpulkan baju kotornya, dimasukkannya kedalam tas. Dan akan dibawanya ke laundry. Memang benar, ia tak harus mencuci sendiri baju-baju kotornya.

 

 *** 

 

Tapi hari itu Janto tidak menemukan Desy diruangannya. Tampaknya dia belum datang. Tapi tumben, biasanya dia datang lebih dulu. 

"Oh, ya ampun .. motornya kan ada dirumah.. mungkin dia naik angkutan umum lalu kena macet."

Janto menelponnya.

"Halo pak, saya minta ma'af."

"Kamu dimana Desy?"

"Saya masih dirumah, saya sakit pak, badan saya panas sekali."

"Waduh, sudah minum obat?"

"Kebetulan tidak punya obat apapun dirumah pak."

"Baiklah, aku suruh orang membawakan obat untuk kamu, tapi kalau sampai sore panasnya belum reda, lebih baik kamu ke dokter. "

"Tapi.. kendaraan saya ada dirumah bapak."

"Nanti aku antarkan kamu. Tapi coba dulu minum obatnya, sebentar, aku akan suruhan orang ketempat kamu."

"Terimakasih pak."

Janto segera menyuruh orang untuk membelikan obat lalu mengirimkannya ke rumah Desy.

 

***

 

Sore itu Janto mengantarkan Desy kedokter, karena dia hanya anak kost yang jauh dari orang tua. 

"Ini bukan panas biasa, saya curiga ini thypus atau demam berdarah."kata dokter itu.

"Lalu bagaimana dok, dikasih obat?"

"Ini obat sementara, hanya untuk menurunkan demamnya, tapi sebaiknya diperiksakan darahnya di laboratorium."

"Oh, baiklah dokter."

"Saya berikan resepnya untuk ambil obat di apotik, dan surat pengantarnya untuk laborat. Besok hasilnya diberikan kepada saya."

"Baiklah."

Janto langsung mengajak Desy ke laborat untuk cek darah. Karena sudah sore, hasilnya baru bisa diambil besok paginya. Janto membelikan obat sesuai resep yang diberikan dokter, lalu mengantarkannya pulang.

"Apa kamu sudah makan?"

Desy mengangguk lemah.

"Kalau begitu segera sesampai dirumah kost kamu, minum obatnya. Besok aku yang akan mengambil hasil lab.nya kemudian langsung membawanya ke dokter," kata Janto sebelum meninggalkan rumah kost Desy.

"Kalau ada apa-apa, segera telpon saya."

"Baik, terimakasih banyak pak."

Janto meninggalkan rumah kost itu dengan perasaan iba. Sebetulnya dia tak tega meninggalkannya dalam keadaan sakit, tapi mau bagaimana lagi. Semoga tak ada apa-apa yang menghawatirkan. Kata batin Janto.

 

 ***

 

Tapi hasil lab menunjukkan bahwa Desy terkena thypus. Ia harus opname dirumah sakit.

Janto sibuk menempatkan Desy dikamar yang baik,

"Kamu tenang saja disini Desy, dokter akan merawatmu sampai sembuh. Sekarang berikan alamat keluargamu atau nomer kontak yang bisa aku hubungi, agar aku bisa mengabarinya."

"Jangan pak. Yang ada dirumah hanya nenek saya, sudah tua. Saya tidak punya orang tua lagi."

"Oh.. begitu ?"

"Iya pak, kasihan nenek kalau mendengar saya sakit, nanti dia sedih dan kebingungan."

"Jadi tak apa-apa seandainya tak ada yang menemanimu disini ?"

"Tidak apa-apa pak."

"Baiklah, tapi kalau ada apa-apa tolong aku dikabari. Kalau bukan aku nanti akan aku minta orang kantor mengurus semuanya. Semoga tidak akan lama, kamu segera sembuh. Yang penting ta'ati semua anjuran dokter."

Desy mengangguk. Tubuhnya terasa lemas dan badannya masih panas. Janto meninggalkannya agar Desy bisa beristirahat.

***

"Jadi nak Janto tidak bisa segera menjemput kamu ?"

"Tidak bisa bu, ada acara dikantor yang tidak bisa ditinggalkan."

"Kalau kamu segera ingin pulang, naik travel saja, biar Suci mengantarkan."

"Jangan bu, kasihan Haris. Nanti saja nunggu mas Janto."

"Ya sudah, ibu itu kan hanya perihatin, kalau nak Janto mengurus semuanya sendiri."

"Kalau disuruh milih sih, lebih suka disini, rame.."

"Hush, kamu itu sudah bersuami, sudah punya kewajiban yang berbeda dengan mengurusi keluargamu. "

"Iya bu.."

 

***

 

Tapi dua minggu yang dijanjikan itupun Janto belum bisa menjemput isterinya. Ia sibuk mengurusi Desy yang ternyata baru duapuluh hari boleh pulang. 

Minggu ketiga itu Janto baru bisa menjemput isteri dan anaknya. Tapi ia enggan membawa box bayi yang pernah dibelinya. Senang hati Tari begitu memasuki halaman rumahnya.

Bagaimanapun Tari rindu dengan rumahnya yang hampir setahun ditinggalinya bersama suaminya.

Ia memasuki rumah yang masih tertata rapi, tapi banyak debu disana sini. 

"Mas Janto nggak sempat membersihan debu-debu..  " gumamnya.

Tapi ketika memasuki kamarnya. ia melihat kamar itu tertata rapi. Dan sudah ada box bayi disana, semuanya dengan tatanan yang apik. Pantesan Janto tak mau membawa box bayi yang sudah dibelinya di Solo.

Tak ada debu dikamar itu, semuanya rapi dan berkilat.

"Aku khusus membersihkan kamar ini untuk Haris. Yang lainnya tidak sempat. Ma'af ya." kata Janto ketika isterinya menidurkan anaknya di box barunya.

"Tidak apa-apa, kan sudah ada aku. Disela-sela merawat Haris aku masih bisa merawat rumah kok."

"Dan merawat aku juga kan?"

"Iya, asalkan tidak neka-neka saja.."

"Neka-neka itu bagaimana sih?"

"Ngomong yang engak-enggak.. aku nggak suka itu."

Janto hanya tersenyum. Tapi alangkah susah menghilangkan rasa cemburu itu.

Lestari melangkah kebelakang. Melihat isi kulkas, adakah persediaan makanan disana. Ternyata tidak ada. Untunglah tadi membawa sayur masakan ibunya dari Kartosura.

Kemudian ia membuka pintu belakang dapur, agar bisa bernafas dengan lega, dengan melihat hijaunya kebun disamping rumah.

Tapi tiba-tiba matanya tertuju kepada sesuatu yang tersampir di jemuran.

Ada pakaian wanita, celana dalam wanita, dan bra, tersampir disana.

Tari tersentak kaget. Jadi ada perempuan menemani Janto dirumah ini? Apa saja yang dilakukannya?

Lestari bergegas kedepan, dengan kemarahan yang tak bisa ditahannya.

 

***

 

besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

57 comments:

  1. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo Ops Kekek Habi Anton Hadi Pri Sukarno Gilang Ngatno Hartono Tugiman DUDUT Bambang Waspodo Yustikno Wedeye Tauchidm
    Yustinhar Mastiurni Yuyun Jum Sul Umi Bunda Nismah Wia Tiya Tibg Hartinah Wikardiyanti Nur Aini Yowa Nani Ranti Afifah Bu In Damayanti DEWI Wida Rita Sapti
    Hallow Pejaten Sidoarjo Garut Bandung Batang Kuningan Wonosobo Blitar Sragen Situbondo Pati Paduruan Cilacap Bengkulu Bekasi Tangerang Tangsel Medan Padang Sawahlunto Pangkalpinang Jambi Nias Magelang Madiun Kediri Banyuwangi Surabaya Bali Wonogiri Solo Jogya
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halllow juga mbak Tien...... rupaya lagi longgar nih kerjaaan... jam segini kok udh tayang... anyway matur nuwun buat hiburan soreπŸ€—πŸ€—
      Dibikin lebih seru lagi yaa mbak.... sekrg ganti Tari yg dibuat cemburu biar impas..... well apapun itu lanjutannya sy doakan semoga semakin banyak ide2 yg dpt menginspirasi mbak Tien utk membuat alur ceritanya jd lebih dramatis, membakar emosi Readers dan bikin kepo 😍😍
      Salam sayang dr Surabaya..... Sehat terus mbaak... Semangaaat πŸ€—πŸ˜—πŸ˜—πŸ˜πŸ˜πŸ’ͺπŸ’ͺ

      Delete
    2. Matur nuwun
      Ahirnya LPM 18 datang juga
      Salam sehat dari cilacap

      Delete
    3. Haloo jg mbak Tien....salam sehat dr Situbondo, makin seru nih ceritanya...mbak Tien sngt pandai bikin kita makin penasaran nih...mau dibawa kmn alhir ceritanya yah....

      Delete
    4. SuGeng sonten mbak Tien Kumalasari dan sahabat semua.
      Alhamdulillah LPM episode 18 sudah bisa menemani nyruput kopi sore.
      Salam sehat sejahtera buat mbak Tien sekeluarga dan sahabat semua. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin

      Delete
    5. Matur nuwun Mbak Tien, ceritanya sungguh menghibur ditambah rasa gemas dan penasaran bgmn lanjutannya.
      Semoga Mbak Tien sehat selalu dan tetap berkarya. Aamiin...
      Salam sejahtera dari Pangkalpinang

      Delete
    6. Makasih sdh diabsen Bu Tien.. Hari rabu pekerjaan sy numpuk.. Baru bisa buka lestari... Comment nya sdh puanjaaaang.. Hehehe..
      Semoga sehat sllu and ttp semangat dlm berkarya utk Bu Tien.. Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
  2. Duuh....bakalan seruu nih. Salam sehat mba Tien. Ditunggu lanjutannya

    ReplyDelete
  3. Matur nuwun mbk Tien πŸ™πŸ™
    Salam sehat....

    Ini aku pas di Solo mbk

    ReplyDelete
  4. Yaelaaaah, mbak Tien bisa2 nya membuat kisruh dengan menambah tokoh Desy ....

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah mrupuut Tari sdh datang mtr nwn bunda Tien salam Tahes Ulales dari Jogya ....lanjuuut

    ReplyDelete
  6. Puji Tuhan, untuk sementara Janto selamat... Walau datang mundur dari biasa dan rasanya cuma sak dulit cukup menghibur kami yg gandrung. Ibu Tien memang luar biasa. Kurindukan lpm19.Salam sehat semangat dari Yustin Har Priok.

    ReplyDelete
  7. Puji Tuhan, untuk sementara Janto selamat... Walau datang mundur dari biasa dan rasanya cuma sak dulit cukup menghibur kami yg gandrung. Ibu Tien memang luar biasa. Kurindukan lpm19.Salam sehat semangat dari Yustin Har Priok.

    ReplyDelete
  8. Wahhh ... mruput mbak Tien.

    Salam sehat dan salam hangat dari Yogya.

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah, terima kasih b. Tien, setiap hari selalu menunggu.Salam sehat selalu dari Kediri, Jatim.

    ReplyDelete
  10. Hallo juga mba Tien.Alhamdulillah yang ditunggu datang lebih awal. Tambah seruu... Slalu menunggu eps.selanjutnya. Salam sehat slalu dari Kuningan.

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah, haturnuhun mba Tien. Salam sehat dan setia sll dr Bekasi... setia menunggu lanjutannya

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah sdh tayang. Matur nuwun. Ben ndang isa maca trus bobo cepat, persiapan sesuk "ngemis"
    Iya ta..... tambah satu pelaku Desy, semoga tidak merusak rumah tangga Tari yang diawal pernikahannya sdh sda riak-2 kecil.

    ReplyDelete
  13. Semakin seru konfliknya . Salam tahes ulales dari nanik sbyv

    ReplyDelete
  14. Semoga tidak terjd perang baratayuda ya mb Tien antara Janto dan Desy... lanjut mb Tien..

    ReplyDelete
  15. makin seru critanya....semangaaat mba tien

    ReplyDelete
  16. Matur nuwun mBak Tien
    Salam sehat selalu dari Batang

    ReplyDelete
  17. Hadir buk Tien sayang ☝️
    Mak tratap atiku buk , tenyata Janto cuma mimpi 🀭🀭🀭
    Smoga rumah tangga mereka baik baik saja , rasa cemburu bisa jadi bukti klo mereka saling cinta 😁😁
    Salam sehat salam hangat dari tangerang πŸ™πŸ™πŸ˜˜πŸ˜˜

    ReplyDelete
  18. nah lho...gantian kan ngambek2nya...😁
    tambah seru bu Tien...lanjutt

    ReplyDelete
  19. Seruuuu abis Bu..😊😊😊
    Mudah2an Lestari dan Janto dpt mengkondisikan suasana hati mereka, hanya sang sutradara yg mengetahui ini πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…
    Salam sehat dan semangat Bu Tien..

    ReplyDelete
  20. Salam dari Sidoarjo bu tien salam sehat dan semangat buuu

    ReplyDelete
  21. Aduuuhh... ada api cemburu lagi nih... πŸ˜‘

    ReplyDelete
  22. Tambah seru nih ceritanya ....πŸ‘πŸ˜€

    ReplyDelete
  23. πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘....
    ini yg aku suka mba Tien...
    mantab dan luar biasa....
    dari Jambi terus mengikuti...
    terimakasih dan sehat selalu...

    ReplyDelete
  24. Halo juga bu Tien...
    Terima kasih episode terbarunya, Makin seru....
    Semoga bu Tien selalu Sehat ..

    ReplyDelete
  25. Aduh Dessy sengaja atau tidak meng antisipasi ? Harusnya kan dia ingat, pakaiannya dibungkus kantong kresek dibawa pulang, kan harus dicuci, masa pak Janto disuruh nyuciin baju dan daleman .......kayanya sengaja nih .......mbak Tien bisa aja bikin greget pembaca ......salam sehat dari TangSel. Hadi .....

    ReplyDelete
  26. Selamat siang mba Tien dan manteman penggemar novel karya mba Tien K, semoga kita selalu sehat selamat.
    Selalu diberi kelancaran untuk mba Tien dalam berkarya sehingga besok atau lusa cerbung LPM ini bisa terbit sehari 2 kali.
    Berkah Dalem Gusti

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas Yustikno Bandung, silahkan japri Saya di 081807321654. Mingkin saya bisa bantu.
      Salam kenal ya..

      Delete
  27. Mbak Tienn sehat trs yaa Diberikan inspirasi yg selalu segar..rasakan ya Janto blm tau klo Tari sdh cemburu dan uring2an bisa2 ga dikasih...salam sehat dr Pejaten, Pasar Minggu

    ReplyDelete
  28. ditunggu lanjutannya mba tien....hampir tiap saat lihat" apa sdh ada blm lanjutannya..heee..hbs penasaran bgt

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama
      Setiap ada kesempatan 1/2 jam sekali dilihat
      Kok gak datang2 ya ?
      Penasaran

      Delete
    2. Sehari uda berapa kal8 bolak balik lihat...mbak Tien lg sibuk kali ya

      Delete
  29. Nah.... Janto kena batunya.
    Terimakasih bu Tien. Salam tahes ulales.

    ReplyDelete
  30. Smg Tari Hadir tidak Jauh beda waktunya dengan munculnya Tari kemarin yaa bunda Tien ...Salam Tahes Ulales dari Jogya ...lanjuuut..

    ReplyDelete
  31. Lestari lestari
    Datanglah datanglah
    Disini ada pesta
    Datang gak diundang
    Pulang gak diantar
    Datanglah datanglah

    ReplyDelete
  32. Gimana ya marahnya lestari πŸ˜‰

    ReplyDelete
  33. Gimana yaa marahnya lestari πŸ˜‰

    ReplyDelete
  34. Matur nuwun mBak Tien aku tunggu sekali berikutnya, tumben brlum muncul sudah waktunya...
    Salam sehat selalu dari tugiman bandung

    Reply

    ReplyDelete
  35. dilihat lagi kok blm muncul ya...biasanya jm gini sudah muncul heeeee.....semangaaat jeng tien...bravo

    ReplyDelete
  36. mana lestari..mana lestari....kok blm muncul ya...semangaaaat mba..
    .

    ReplyDelete
  37. Sehari ada 6 sd 8 kali nunggu LPM 19 wealaaa ternyata belum wonten 🀣🀣🀣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya gak bs dihitung
      Dari pagi sampai saat ini buka2
      Blm ada buka lg, buka lg dan lagi
      Belum ada
      He he he

      Delete
  38. heee sama donk....sudah gg keitung saya buka juga....bolak balik setiap sejam sekali heeee...mana mba tien..
    ..biasanya sdh up jam gini...sibuk mungkin ya

    ReplyDelete
  39. Selamat malam mba Tien, punten mba Tien baik" saja kan.
    Doa kami mba Tien sehat tiada sesuatu yg mengkawaturkan sehingga LPM 19 segera dapat terbit.
    Salam sehat
    Tetap semangat.

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...