Wednesday, May 27, 2020

LESTARI PUNYA MIMPI 05

LESTARI PUNYA MIMPI  05

(Tien Kumalasari)

Janto heran, tapi mengikuti langkah Tari yang mengajaknya kembali ke mobil.

"Tari, ada apa?"

"Ayo kita cari bakso yang lain."

Janto membuka pintu mobil,Tari masuk lalu terduduk lemas disana.

Mobil Janto berjalan perlahan.

"Tari, ada apa?"

"Tidak ada apa-apa mas, ayo pulang saja."

"Kok pulang? Cari warung bakso yang lain saja ya, di Pasar Kembang?"

Tanpa menunggu jawaban Lestari Janto membawa mobilnya kearah Pasar Kembang. Ada warung bakso disana.

Tari diam saja, tidak sepatah katapun terucap karena dia sedang menahan jatuh air matanya.

Janto memarkir mobilnya lalu dibukakan pintu samping untuk Tari. Dituntunnya Tari masuk kedalam, karena gadis itu tampak lemas. Janto berfikir, tampaknya ada sesuatu yang luar biasa disana tadi.

Janto menarik sebuah kursi dan meminta Tari duduk, lalu Janto duduk dihadapannya.

Wajah Tari tampak pucat.

Janto memesan teh panas dan bakso untuk mereka berdua.

"Lestari.."

Tari mengangkat wajahnya. Ada air mata mengambang, dan membuat Janto iba. Diambilnya selembar tissue dan diulurkannya pada Tari.

"Ma'af ya mas," kata Tari bergetar, sambil mengusap air matanya.

"Apa yang harus dima'afkan? Aku justru minta ma'af, apa aku salah mengajakmu ke warung itu? Tapi kan tadinya kamu tidak menolak?Ada seseorang disana yang membuatmu takut ?"

Tari mengusap lagi air matanya yang nyaris meleleh. Sebisa mungkin ia menahan agar jangan menangis diwarung itu. Sesungguhnya ia ingin menjerit, ingin mengatakan pada dunia bahwa ia telah disakiti. Betapa kejam perlakuan terhadapnya. Apa salahku, apa dosaku? Itu jerit batinnya yang tak mampu keluar dari bibir tipisnya.

"Tari.. kalau kamu ingin berkeluh, aku siap membiarkan bahuku untuk kamu bersandar.." bisik Janto pelan. Itu kan sama seperti lirik sebuah lagu yang didendangkan dengan manis.  I'm strong, when I'm on your soulders. Lestari semakin ingin menangis keras.

"Ma'af mas.." isaknya.

"Tahan tangismu, pesanan kita sudah datang," Janto meraih lagi selembar tissue, Tari menerimanya untuk menutupi seluruh wajahnya.

Pelayan meletakkan pesanan mereka. Janto mendekatkan gelas teh hangat kehadapan Tari. 

"Minumlah dulu, Tari."

Tari meraih gelasnya, dan meneguknya perlahan. Rasa hangat menelusuri tenggorokannya yang terasa kering. Ia meneguknya lagi perlahan.  Janto menatapnya dengan iba. Ingin ia merengkuhnya dan menyandarkan kepalanya didadanya yang bidang.

"Ma'af ya mas," Tari mengucapkannya lagi, tapi ini tampak lebih tenang.

"Jangan ucapkan lagi kata ma'af itu, aku tidak apa-apa, aku justru takut bahwa akulah penyebabnya."

Tari menggeleng pelan, meneguk lagi minumannya.

"Mas, maukah mas Janto mengantarkan aku pulang?"

"Iya, pasti aku akan mengantarkan kamu pulang, masa aku biarkan kamu pulang sendiri?"

"Maksudku, pulang ke kampung."

"Kartosuro ?"

"Maukah mas?"

"Aku akan mengantarkan kamu, tenang saja. Tapi makan dulu baksonya ya? Aku masih ingat dulu waktu sekolah kamu suka sekali makan bakso diwarungnya pak Slamet."

Ingatan akan sekolah membuatnya tersenyum tipis. Masa itu, tak pernah ada beban menderanya, tak ada air mata terurai karena disakiti. Yang ada hanya belajar dan bersuka ria bersama teman. 

"Makan dulu Tari, keburu dingin."

Tari menarik mangkuknya agar lebih dekat, dan menyeruput kuahnya. Enak, tapi batinnya yang sakit membuatnya enggan memakan bakso yang sebenarnya adalah makanan favoritnya.

"Dimakan Tari, lupakan semua yang membuat kamu sakit. Kamu itu kuat, kamu jangan menyerah pada rasa sakit yang mendera kamu. Hadapi dia, kalahkan dia."

Tari lagi-lagi tersenyum tipis. Janto menyemangatinya seperti dia sedang menghadapi sebuah pertarungan. Eh ya, apa ini bukan pertarungan? Pertarungan antara melupakan dia atau merebutnya dari siapapun juga. Oh ya, siapa sebenarnya wanita itu? Berhari-hari Nugroho melupakan dia, tak memperdulikan dia walau berkali menghubunginya. Karena wanita itu? Kemudian Tari menyadari, dia hanya gadis kampung yang mungkin tak ada harganya dibandingkan wanita itu. Lalu ada lagi air mata setitik yang langsung diusapnya. Tari menghela nafas, berusaha melawan siksa batinnya.

"Enak baksonya, cobalah ," kata Janto yang sudah mulai mengunyah makanannya.

Tari memotong bakso yang dirasanya terlalu besar, kemudian menyendoknya. Barangkali bakso itu akan terasa nikmat kalau saja tak ada pikiran yang mengganggunya. Tari mengunyahnya perlahan, mencoba melawan sakit hatinya seperti saran Janto.

***

Bapak dan ibu Tari agak heran, melihat Lestari pulang malam itu. 

"Sama siapa nduk?" tanya ibunya.

"Saya bu, mengantarkan Lestari," kata Janto yang kemudian turun dari mobil.

"Lho.. ini kan... aduh bu.. ibu ingat nggak.. seperti pernah mengenal dia kan bu?" kata bapaknya.

"Sebentar, iya.. rasanya pernah kenal.."

"Saya Janto ibu, Harjanto.. dulu kakak kelasnya Lestari waktu masih SMA." kata Janto.

"Lhaaa.. iya.. nak Janto," kata bapak dan ibunya Tari hampir bersamaan.

"Iya bu.."

"Ayo masuk nak.."

"Terimakasih pak, tapi Janto belum pulang sejak pagi, ini mengantarkan Lestari karena tampaknya agak kurang enak badan."

"Lho, kamu sakit to nduk?"

"Cuma masuk angin."

 "Terimakasih sudah mengantarkan nak."

"Terimakasih ya mas," kata Tari.

"Segera istirahat Tari, semoga besok sudah segar kembali."

Tari mengangguk, lalu bergegas masuk.

Begitu Janto sudah pergi, ibunya mengejar Tari yang sudah ada dikamarnya. 

"Kamu sakit ?" tanyanya khawatir.

"Tidak bu, barangkali lelah, dikantor banyak pekerjaan." jawab Tari sambil berbaring diranjang Suci.

"Kalau begitu cuci kaki tangan dulu dan ganti baju, baru beristirahat. Tidak bagus dari bepergian langsung tiduran begitu."

Tari bangkit, dan berjalan kekamar mandi. Dilihatnya adik-adiknya sedang belajar. Mereka menyapa dengan riang.

"mBak Tari pulang? Apa libur?"

"Tidak dik, hanya ingin pulang saja, besok harus masuk kerja. Sudah, lanjutin belajarnya." katanya sambil terus melangkah ke kamar mandi.

Dikamar mandi Tari menumpahkan tangisnya. Ia tak ingin ibu bapaknya tau bahwa dia sedang bersedih. Kemudian dia menyesal mengapa harus pulang. Bagaimana kalau bapak atau ibunya tau bahwa dia habis menangis? Pasti kelihatan karena matanya merah. Lalu Tari mengguyur tubuhnya berkali-kali, seperti ingin menghilangkan desah resah yang meremas-remas batinnya. Tak urung mata merah itu kelihatan, buktinya ibunya sempat bertanya.

"Kamu kenapa? Matamu merah begitu?"

"Kemasukan air bu, tidak apa-apa, mungkin Tari mau flu. Pilek sih." jawabnya sambil kembali masuk kekamar dan berganti pakaian.

"Sudah minum obat?" tanya ibunya sambil menjenguk kedalam kamar.

"Sudah bu."

Ketika ia merebahkan tubuhnya diranjang, ia mendengar dering pesan singkat masuk. Tari meraih ponsel dari dalam tasnya. Rupanya beberapa pesan masuk dan dia tidak mendengarnya. Tak ada pesan dari Nugroho yang sebenarnya diharapkannya. Tari menghela nafas berat. Tapi tertarik pada pesan dari Asty.

"TARI, SEBENARNYA AKU ADA DI SOLO, BERSAMA BAPAK DAN IBU, TADI   MAMPIR KE TEMPAT KOST, TERNYATA KAMU NGGAK ADA. LAGI DIRUMAH YA? BANYAK YANG INGIN AKU CERITAKAN, TAPI LAIN KALI SAJA. MALAM INI AKU PULANG KE WONOSOBO."

Hm, sudah pulang, mau diapain. Tari enggan membalasnya. Juga dari Janto, hanya menanyakan keadaannya. Ah, sudahlah, Tari meletakkan ponselnya setelah mematikannya. Lalu mencoba memejamkan matanya.

***

Mau tak mau Tari harus bangun pagi karena harus masuk kekantor. Matanya masih sembab. 

"Kamu masih sakit Tari, bagaimana kalau tidak masuk kerja dulu?" tegur ibunya.

"Tidak bu, sudah agak mendingan. Di kantor sedang banyak pekerjaan."

"Benar, tidak apa-apa?"

Tari mengangguk lalu mencium tangan ibu dan bapaknya. Adik-adiknya sudah berangkat kesekolah karena jam tujuh pelajaran harus dimulai.

Dijalan ia sedang menunggu bis kota, ketika tiba-tiba sebuah mobil berhenti dihadapannya.

"Lestari.."

Tari tertegun. Tiba-tiba Janto sudah ada didepannya.

"Mas Janto?"

"Aku tau kamu pasti nekat masuk."

"Darimana mas Janto tau?"

"Kamu kan rajin , jadi tidak mungkin mengabaikan pekerjaan kamu dikantor."

Tari tersenyum. Ia menurut ketika Janto menuntunnya masuk kemobilnya.

"Kok mas Janto susah-susah sampai disini?" tanya Tari ketika mobil Janto sudah berjalan.

"Sesungguhnya aku menghawatirkan kamu."

"Aku tidak apa-apa.."

"Kamu bohong kan?"

Lalu Janto mendendangkan sebaris lirik lagu You raise me up.. I'am strong, when I'am on your soulders.. you raise me up, to more than I can be..  sambil mengangguk angguk..

Tak urung Tari tersenyum lebih lebar.

"Suaramu bagus mas.."

"Aku senang melihat kamu tersenyum. Apa aku harus nyanyi terus ?"

"Nyanyilah mas, biar aku ketiduran..."

"Wwee... ya jangan.. kalau kamu ketiduran aku harus gendong kamu ke ruang kerja kamu dong."

Dan Tari benar-benar bisa tertawa. Bagaimana membayangkan dirinya turun dari mobil dengan digendong masuk keruang kerja, dalam keadaan terlelap pula.

Tari jadi teringat, dulu pernah bermimpi menjadi pengantin , lalu digendong dari pelaminan kekamar pengantin. Tapi sa'at itu Tari tidak melihat siapa pengantin prianya. Ia hanya merasa bahagia, dibaringkan diranjang pengantin. tapi  sosok pengantin pria itu tiba-tiba seperti tertutup kabut. Tari yakin  bukan Nugroho. 

Ah,  itu hanya sebuah mimpi, tapi terbukti sekarang, Nugroho tak akan menjadi pengantin pria bagi dirinya,  karena Nugroho sudah menemukan wanita lain,   seperti yang dilihatnya kemarin sore di warung bakso itu. Lalu tawa Tari tiba-tiba lenyap.. dan wajahnya kembali muram.

"I'am strong.. when I'am on your soulders...." dendang itu terdengar lagi.. 

Tari mencoba tersenyum. Janto benar-benar bisa menghibur.. 

 

*** 

Namun di kantor dia tidak bisa sepenuhnya menekuni pekerjaannya. Bayangan Nugroho duduk berhadapan dengan seorang wanita selalu menghantuinya. Jadi itu sebabnya ia mengacuhkan semua pesannya? Tak mau menerima telponnya, bahkan mematikan ponselnya? 

Tari merasa dikhianati. Rayuan-rayuan manis Nugroho ternyata hanya ada dibibir saja. Tari sudah menduga sebetulnya.

"Apalah aku ini bagimu.. hanya gadis kampung yang tak pantas bersanding dengan dirimu. Tapi mengapa kamu selalu memberi harapan atas mimpi-mimpiku?" bisiknya lirih. Air matanya kembali menetes.

"Apa dosaku mas, apa salahku sehingga kamu permainkan perasaanku? Apa artinya semua sikap manis yang kamu tujukan kepadaku?"

Ponsel berdering, dari Asty?  Tari sedang malas bertelpon, apalagi ini jam kerja. Tumben Asty menelpon sa'at jam kerja. Tari menjawabnya dengan pesan singkat.

"MA'AF ASTY, AKU LAGI BANYAK PEKERJAAN , NANTI SAJA TELPONNYA YA"

Ingin rasanya Tari berbincang dengan Asty, mengatakan semua yang dialaminya, tapi Tari ingat, dia tak pernah memberi tau Asty tentang Nugroho. Pasti nanti Asti justru malah mentertawakannya karena sebuah keisengan dilayani dengan serius. Ah, Asty tak tau, bagaimana sikap Nugroho waktu itu.

"I'am strong, when I'am on your sloulder..." dendang itu mengejutkannya. Janto tiba-tiba sudah ada didepannya dengan dendang yang itu-itu juga.

"Hapus air matamu itu Tari.." kata Janto yang melihat air mata Tari mengambang.

  Tari mengusapnya dan tersenyum.

"Tampaknya kamu sangat menderita? Jangan dong Tari, begitu berhargakah dia sehingga kamu mengorbankan banyak air mata yang harusnya kamu simpan untuk hari bahagiamu nanti?"

Tari tertegun. Begitu berhargakah Nugroho sehingga dia menangisinya siang malam? Ditatapnya Janto dengan pandangan terimakasih.

"Baiklah, dia tidak berharga," cetus Tari yang entah sadar atau tidak, meluncur dari bibirnya.

"Oke, sudah sa'atnya makan siang. Mau makan di kantin, atau diluar?"

Tari tak menjawab, ia tak ingin makan apapun, tadi dirumah dia sudah sarapan, nasi gudeg buatan ibunya. Enak. Itu berbeda karena dimasak dengan kasih sayang, dinikmati dengan rasa terimakasih. Tapi dikantinn atau di restoran... sungguh Tari tak berselera.

"Ayo makan diluar saja, sambil melihat lihat suasana yang mungkin bisa membuat kamu lebih baik."

Tari menurut, tapi sebelum beranjak, sebuah pesan singkat masuk lagi.

"TARI, DENGAR, SEDIKIT SAJA DULU. AKU TAK TAHAN INGIN SEGERA MENGATAKANNYA SAMA KAMU. DAN INI ADALAH DO'AMU. TERNYATA PRIA YANG DIJODOHKAN SAMA AKU ITU BENAR-BENAR GANTHEEEEENG... SEKALI."

Tari menutup ponselnya, lalu berdiri mengikuti Janto keluar dari ruangan. Entah mengapa sa'at ini dia enggan berbincang sama siapapun juga.

***

 

 "Bolehkah aku bertanya sesuatu ?" tanya Janto ketika sama-sama makan diluar.

"Tanya so'al apa?"

"Yang dulu sering menjemput itu pacar kamu?"

Tari diam. Sejak dulupun dia tidak berani menganggapnya pacar, biar Nugroho sering mengatakan suka, bahkan pernah menganggapnya calon isteri sekalipun. Tapi bahwa kemudian Tari jatuh cinta sama dia, itu benar. Dan sekarang cinta itu meremas remas jiwanya sehingga hancur ber-keping-keping.

"Kalau keberatan menjawab ya tidak apa-apa."

"Bukan, dia bukan pacarku."

"Oh.. "

"Siapakah aku ini maka ada yang mau mengambilku sebagai pacar?"

"Mengapa bilang begitu ?"

"Aku hanya orang kampung. Bapak ibuku juga orang kampung. Kami tak punya apa-apa yang pantas dibanggakan. Siapa yang mau?"

"Terkadang orang kampung justru menarik."

"Masa?"

"Orang kota sering banyak tingkah. suka mengikuti mode, merasa pintar.."

"Tidak semua kan ?"

"Kebanyakan .."

"O. mas Janto pernah dilukai orang kota ya?"

"Masa sih orang setua aku belum pernah pacaran? Sudah, sudah pernah dan aku memang merasakan bagaimana sakitnya dikhianati."

Tari menatap Janto lekat-lekat. Janto orang baik, lumayan tampan, punya kedudukan, sudah mapan, siapa tega menyakitinya?"

"Terkadang yang terjadi bukan yang kita impi-impikan."

"Benar..."

"Ketika kita jatuh cinta, maka kita harus bersiap untuk patah hati."

Tari mengeluh. Apakah dia tidak bersiap untuk patah hati? Bukankah dulu dia sering meragukan semua kata-kata Nugroho? Dan itu harusnya membuatnya bersiap untuk patah hati. Tapi siap atau tidak, patah hati itu memang menyakitkan.

"Apa kamu lagi patah hati?" tanya Janto membuatnya terkejut.

"Entahlah. "

Janto terdiam. Baru beberapa hari ini Janto dekat dengan Tari, awalnya adalah ketika melihat Tari tampak muram, lalu diajaknya jalan. 

Semula ia tak peduli karena mengira Tari sudah punya pacar. Lalu bagaimana kalau ternyata Tari lagi patah hati? Ada keinginan untuk mendekati Tari, tapi kan Tari sedang bersedih. Apakah ini kesempatan untuk merebut hatinya? Banyak pertanyaan berkecamuk dihati Janto.

"Jawaban 'entahlah' itu sudah menunjukkan 50% kebenaran. Kalau tidak, jawabnya pasti tidak." 

Tari tak menjawab.

"Ya sudahlah, jangan memikirkan yang sedih-sedih, makan yang banyak. Dulu kalau lagi sedih aku justru makan banyak, semua-semua ingin aku makan. Bahkan kalau waktu itu ada kamu didekatku, juga akan aku makan sekalian."

Tari tertawa keras.

Bersama Janto semuanya tampak menyenangkan, banyak canda, banyak tawa. Dan senangnya adalah bahwa Janto suka menyanyi, lagi pula suaranya bagus. Itu membuatnya terhibur.

Adakah bedanya dengan Nugroho? Nugroho juga sedikit kocak, tapi lebih banyak merayu, dan dia itu romantis banget. Dan.. tidaak, Tari tak ingin mengingatnya lagi, apalagi membandingkannya dengan Janto. Ini berbeda,  Sahabat dan kecintaan. Sudahlah, makan tuh  cinta. Tari tak akan perduli lagi.

"Ayo makan saja."

"Baiklah," dan Tari memang kemudian makan dengan lahap.

"Hm, begitu dong."

"Awas mas, jangan dekat dekat aku, nanti aku makan kamu sekalian," canda Tari.

Janto pun tertawa keras mendengar Tari menirukan candaannya tadi.

 

***

 

Ketika pulang kantor tak segan-segan Tari bersedia ketika Janto mengajaknya pulang bersama. Ini hal terbaik yang akan dilakukannya, bahkan setiap hari. Dianggapnya Janto selalu menghiburnya dan membuat beban dukanya menjadi lebih ringan. 

"Sangat berhargakah dia sehingga aku merelakan air mataku mengucur tak henti-hentinya?" Kata-kata itu selalu diingatnya dan menguatkannya.

"Tari, ayo naiklah, kok melamun disitu," teriak Janto ketika Tari masih berdiri termangu ketika pulang sore itu.

"Oh, iya mas."

Lalu setengah berlari Tari mendekati mobil Janto.

Ketika ia hampir masuk ke mobil, didengarnya suara klakson didepan pagar. Tari terkejut, ia mengenali suara klakson itu. Dari jauh dilihatnya Nugroho membuka jendela mobil dan melambaikan tangannya. Tapi Tari langsung masuk kedalam mobil Janto.

"Sudah?" tanya Janto.

"Sudah, ayo mas, jalan."

Mobil Janto meluncur, melewati mobil Nugroho yang diparkir agak mundur dari jalan keluar. Tari tak bergeming, Menolehpun tidak.

 

***

 

besok lagi ya

 

 


50 comments:

  1. Hallow mb Jum mb Yuyun mb Sul mb Enda mb Rita mb Dewi mb Wida mb Meyrha.mb Sapti mb Umi Bunda Nismah mb Ririn mb Yustinhar mb Mastiurni
    Hallow ms Ngatno ms Anton Kakek Habi ms Tugiman ms Hartono ms Gianto ms Ops ms Wignyo ms Hadi ms Sukarno ms Gilang
    Hallow Surabaya Tangerang Yangsel Bekasi Sawahlunto Jambi Padang Pangkalpinang Medan Padang Caruban Cirebon Pati Kediri Malang Madiun Bali Banyuwangi Madura Batang Jogya Jakarta Wonogiri Bandung
    Salam hangat dari Solo

    ReplyDelete
  2. Hallow mb Jum mb Yuyun mb Sul mb Enda mb Rita mb Dewi mb Wida mb Meyrha.mb Sapti mb Umi Bunda Nismah mb Ririn mb Yustinhar mb Mastiurni
    Hallow ms Ngatno ms Anton Kakek Habi ms Tugiman ms Hartono ms Gianto ms Ops ms Wignyo ms Hadi ms Sukarno ms Gilang
    Hallow Surabaya Tangerang Yangsel Bekasi Sawahlunto Jambi Padang Pangkalpinang Medan Padang Caruban Cirebon Pati Kediri Malang Madiun Bali Banyuwangi Madura Batang Jogya Jakarta Wonogiri Bandung
    Salam hangat dari Solo

    ReplyDelete
  3. Haloooo Mbak Tien, matur nuwun hari ini eps 5 tayang lebih awal. Semoga mbak Tien selalu sehat dan selalu dapat menghasilkan karya2 baru utk menghibur pengemar.
    Salam sejahtera dari Pangkalpinang.

    ReplyDelete
  4. jangan2 ... Nugroho sama Asty ? Ya Allah, Mbak Tien, bikin penisirriiin bingiit

    ReplyDelete
  5. Jgn" yg di jodohkan dgn Asty adalah Nugroho , kasihan Lestari๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ . Ada kisah cinta segitiga .
    Mulai penasaran...
    Lanjut buk Tien , salam hangat dri tangerang ๐Ÿ™๐Ÿ™

    ReplyDelete
  6. Duuh ..... Makin seru aja dan slalu bikin penasaran. Mantul( mantap betul) saya suka buanget gaya menulisnya mba. Makasih... Salam dari Kuningan ๐Ÿ˜˜

    ReplyDelete
  7. deg deg siiiirrrrrrrrrrrrrr

    ReplyDelete
  8. Joooz MBK Tien makasih cerbung nya ditunggu kelanjutannya Wida patiii slalu hadiiiir๐Ÿ˜Š

    ReplyDelete
  9. Sehat selalu mb-Tien...salam Haryono - Bekasi

    ReplyDelete
  10. Senangnya..sore2 sdh bisa baca Lestari. Gimana lanjutannya? Apa Nugroho sama Asti? Lanjut mbaTien .Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  11. Senangnya..habis magrib sdh bisa baca Lestari. Gimana lanjutannya? Apa Nugroho sama Asty..? Lanjut bunda Tien .Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  12. Mantuuuul Bu Tien.. Tmbh seru, kyknya cinta segitiga ini..tp yg tau cm Bu Tien.. Kdg sulit ditebak jln ceritanya yg bikin tmbh gemeeees. Salam sehat n ttp semangat dr Madiun yg sllu hadir.

    ReplyDelete
  13. Matur nuwun mbak tien ...pengen lanjut

    ReplyDelete
  14. Salam kenal saya dari Tasikmalaya,, saya selalu mengikuti cerita2 mbak Tien,,hatur nuhun๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š๐Ÿ™๐Ÿ™

    ReplyDelete
  15. Assalamu'alaikum...halloo juga mb tien syang...cinta sekonyong kodeerr...haddiirr...joss gandooss iwak endoogss...lanjuuutt

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah Lestari sdh datang, makin seru ajah... lanjut mba Tien. salam sehat sll dr Bekasi

    ReplyDelete
  17. Aduuuh, Nugroho kenapa sihhh

    ReplyDelete
  18. Wahh keren mba Tien cerbungnya.. seandainya sehari bisa 3 episode.. seneng banget deh.. ๐Ÿ˜€๐Ÿ˜€๐Ÿ˜€

    ReplyDelete
  19. Hallow Ayang.. salam hangat buat Tasikmalaya ya..kakek Habi mana nih

    ReplyDelete
  20. Hallow Ayang.. salam hangat buat Tasikmalaya ya..kakek Habi mana nih

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah Tari sdh datang, terimakasih Bu Tien... Salam sehat dari Yogya.๐Ÿ˜

    ReplyDelete
  22. Halllow juga mbak Tien...... surprise !! Jam segini udh tayang... semoga sehat2 selalu.... salam sayang dr Surabaya... semangat ๐Ÿค—๐Ÿ˜—๐Ÿ˜—๐Ÿ˜๐Ÿ’ช๐Ÿ’ช

    ReplyDelete
  23. Tumben sore sdh tayang, saya masuk sudah 17 komen. Matur nuwun jeng Tien.
    Ini Lembar koreksinya:

    1. Janto meraih lagi selembar tiddue,
    # Janto meraih lagi selembar tissue,..

    2. Tari menerimanya untuk menuutpi seluruh wajahnya.
    # Tari menerimanya untuk menutupi seluruh wajahnya.

    3. kata Janto yang sudah mulai mengunyak makanannya.
    # kata Janto yang sudah mulai mengunyah makanannya.

    4. ..., kemubian menyendoknya.
    # ...., kemudian menyendoknya.

    5. "Teri makasih sudah mengantarkan nak."
    # "Terimakasih sudah mengantarkan Tari, nak."

    6. Begitu Janto sudah oergi, ibunya mengejar Tari yang sudah ada dikamarnya.
    # ...Janto sudah pergi, ibunya....

    7. Tiba-tiba Janto sudaah ada didepannya. # ...Janto sudah ada....

    8. "Hapus air matamu itu Asty.." kata Janto yang melihat air mata Asty mengambang.
    # "Hapus air matamu itu Tari.." kata Janto yang melihat air mata Tari mengambang.

    9. Asty mengusapnya dan tersenyum.
    # Tari mengusapnya dan tersenyum.

    10. Siapakah aku ini maka ada yang mau mengambilku sebagai pacar?"
    # "Siapakah aku ini maka ada yang mau mengambilku sebagai pacar?" (kurang tanda petik di depan Siapakah)

    11. Bukankah dulu dia sering meragukan semua kata-kata Janto? Dan itu harusnya membuatnya bersiap untuk patah hati.
    # Bukankah dulu dia sering meragukan semua kata-kata Nugroho? Dan itu harusnya membuatnya bersiap untuk patah hati.

    12. Janto ketika Tari masih berdiri termangu ketika pulang ssore itu.
    # Janto ketika Tari masih berdiri termangu ketika pulang sore itu.

    Benarkah beberapa koreksiku?

    Makib seru... Lanjut ditunggu episode ke 6 TARI PUNYA MIMPI.

    ReplyDelete
  24. jambi hadir mba Tien...
    terimakasih banyaaak njih...

    ReplyDelete
  25. Seneng banget sdh diabsen...
    Liku2 cinta memang tdk terduga...
    Semoga luka2 bathin cepat sembuh...
    Mungkin Nug jg sakit hati hrs ikuti pilihan ortu... Mb Tien luar biasa. Salam sehat semangat dari Yustinhar Tj Priok.

    ReplyDelete
  26. Seneng banget sdh diabsen...
    Liku2 cinta memang tdk terduga...
    Semoga luka2 bathin cepat sembuh...
    Mungkin Nug jg sakit hati hrs ikuti pilihan ortu... Mb Tien luar biasa. Salam sehat semangat dari Yustinhar Tj Priok.

    ReplyDelete
  27. Seneng banget sdh diabsen...
    Liku2 cinta memang tdk terduga...
    Semoga luka2 bathin cepat sembuh...
    Mungkin Nug jg sakit hati hrs ikuti pilihan ortu... Mb Tien luar biasa. Salam sehat semangat dari Yustinhar Tj Priok.

    ReplyDelete
  28. Terimakasih bu Tien. Salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  29. Lha ini benar-2 sdh dikoreksi
    Selamat pagi jeng Tien, selamat beraktifitas.

    ReplyDelete
  30. Kok saya punya feeling, Nugroho itu dijodohkan sama asty,, bener gak ya ๐Ÿค”๐Ÿค”๐Ÿค” salam dari Nias Bu Tien..
    Tambah seruuu...

    ReplyDelete
  31. Terima kasih Mba Tien, salam kenal dan salam sehat dari Bekasi

    ReplyDelete
  32. Aduuh.... penasaran ingin cepat dilanjut...
    Matur suwun mbak Tien...
    Semoga lancar nulisnya. Aamiin.
    Dari Kediri... Mohon maaf lahir batin. Semoga sehat selalu...
    Aamiin...

    ReplyDelete
  33. Tangsel hadir mbak Tien, seru ...Asty cinta dan raganya untuk Nugroho, Nugroho cintanya untuk Lestari, tapi raganya untuk Asty. Lestari cintanya untuk Nugroho, tetapi raganya untuk Harjanto.Harjanto cinta dan raganya untuk Lestari.
    Apakah demikian .....ah mendahului mbak Tien ....mudah2an keliru ...salam sehat untuk mbak Tien ....

    ReplyDelete
  34. selalu dan selalu aq tunggu lho ...bunda Tien ceritanya...bikin ded..deg...an menerka nerka sambil nunggu warkan Gangsar depan RSUD Caruban,nuwun bunda Tien...

    ReplyDelete
  35. selalu dan selalu aq tunggu lho ...bunda Tien ceritanya...bikin ded..deg...an menerka nerka sambil nunggu warkan Gangsar depan RSUD Caruban,nuwun bunda Tien...

    ReplyDelete
  36. selalu dan selalu aq tunggu lho ...bunda Tien ceritanya...bikin ded..deg...an menerka nerka sambil nunggu warkan Gangsar depan RSUD Caruban,nuwun bunda Tien...

    ReplyDelete
  37. Mba tien mana lanjutanx sudah gk sabaran nih

    ReplyDelete
  38. Medan hadir menunggu episode selanjutnya.

    ReplyDelete
  39. Cerbung nya Bu Tien mang selalu keren....ditunggu selalu karya² nya...sehat selalu ya Bu Tien
    ..

    ReplyDelete
  40. Jogya hadir sll monitor eps 06 bunda Tien ....lanjuuut

    ReplyDelete
  41. Klaten hadir menunggu episode 6...semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat berkarya ..Tuhan memberkati ...Amin.

    ReplyDelete
  42. Klaten hadir menunggu episode 6...semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat berkarya ..Tuhan memberkati ...Amin.

    ReplyDelete
  43. Bagaimana kelanjutan cerbung *LESTARI PUNYA MIMPI* ?

    Asty, hati, cinta dan raganya sepenuhnya untuk Nugroho.

    Nugroho, hati dan cintanya untuk Lestari, namun raganya untuk Asty.

    Lestari hati dan cintanya untuk Nugroho, namun raganya untuk Harjanto

    Harjanto hati, cinta dan raganya sepenuhnya untuk Lestari.

    Bisakah masing2 melupakan dan menerima apa yang ada ?

    Pabaliyeut kata orang Sunda, tapi itulah dinamika kehidupan. Dan itu banyak terjadi disekitar kita ....oh manusia. Kenapa jarang *panci dapat tutupnya*
    Nantikan ceritera selanjutnya .......
    .........penasaran !

    ReplyDelete
  44. Salam hangat dr Banjarmasin...dtunggu mb Tien episod berikutnya...Trm ksh bnyk mb Tien...

    ReplyDelete
  45. Sawahlunto hadir.. mbak Tien..๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ‘๐Ÿ‘

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...