Saturday, December 21, 2019

DALAM BENING MATAMU 70

DALAM BENING MATAMU  70

(Tien Kumalasari)

 

Malam itu adalah malam dimana Adhit menemukan seseorang yang harus dicintainya, dan Anggi menemukan suami yang betul-betul menjadi suaminya. Entah itu nafsu, entah itu cinta, Anggi tak perduli. Ia adalah perempuan yang butuh perhatian dari suami, butuh elusan sayang, gelora menggelegak dimalam malam yang dingin. 

Sampai pagi tiba, Anggi masih terlelap dalam pelukan Adhit.

Bu Broto heran melihat Anggi belum bangun pagi itu. Biasanya Anggi bangun selalu hampir bersamaan dengan dirinya, bersama membuat minum dan sarapan buat Adhit. Mungkinkah Anggi sakit?

Ketika bu Broto sedang menata roti yang akan  dibakar dipiring, Anggi muncul dengan rambut masih basah.

"Ma'af eyang, Anggi terlambat bangun," kata Anggi tersipu.

Bu Broto menatap Anggi dan tersenyum ketika melihat rambut ikal yang biasanya tergerai kini basah berbalut anduk.

"Nggak apa-apa, sudah eyang dan Sumi siapkan, bangunkan suamimu dan ajak dia sarapan."

"Baiklah," jawab Anggi sambil membawa nampan yang sudah berisi cawan teh hangat, lalu meletakkannya dimeja ruang tengah. Anggi kemudian masuk kekamar, dan melihat suaminya sudah beranjak ke kamar mandi. Tubuh kekarnya berbalut handuk sebatas pinggang, menampakkan dada bidangnya yang telanjang. Sejenak Anggi terpesona. 

"Baru mau mandi?" pertanyaan yang sekenanya karena dilihatnya Adhit kan memang mau masuk kekamar mandi?

"Hm mh... jawab Adhit sambil tersenyum. Senyuman yang berbeda, bukan senyuman dingin seperti setiap kali dilihatnya. Ada bahagia membuncah dihati Anggi. Ia segera membereskan tempat tidur, lalu menyiapkan ganti baju untuk suaminya. Ini sudah setiap hari dilakukannya, tapi pagi ini semuanya terasa lain. Anggi membuka jendela kamar, dan tersenyum kepada burung-burung yang berceloteh dipohon, kepada bunga-bunga yang berayun perlahan oleh hembusan angin pagi nan segar. Ia juga tersenyum kepada matahari yang muncul diufuk timur dengan kemerahan yang ramah. Selamat pagi wahai hari indahku... bisiknya perlahan.

Ketika Adhit muncul dari kamar mandi, dengan tubuh masih terbalut handuk Anggi mengulurkan handuk kering yang sudah disiapkannya, dan Adhit begitu saja melepaskan balutan handuknya. Anggi melihatnya tersipu, ia ingin keluar dan membiarkan Adhit mengganti sendiri pakaiannya, tapi Adhit menariknya.

Anggi tenggelam dalam dekapannya.

"Ma'afkan aku.." hanya itu yang diucapkannya, lalu mengecup keningnya.

Tubuh Anggi bergetar. Ia belum pernah diperlakukan seperti ini. Tapi ia mengangguk, kemudian melepaskan pelukan suaminya. 

"Bantu aku mengeringkan tubuhku, Anggi," kata Adhit sambil mengulurkan handuknya.

Anggi menerimanya dan mengelap tubuh suaminya dengan perasaan tak menentu. Ia terkejut ketika tiba-tiba Adhit mengangkat tubuhnya dan membaringkannya kembali di ranjang.

***

Bu Broto meletakkan roti bakar yang masih hangat, lalu duduk disana. Ia menunggu Adhit dan Anggi keluar dari kamarnya. Tak enak rasanya minum dan sarapan sendiri. Ber kali-kali menoleh kearah pintu kamar mereka, tapi keduanya belum muncul juga. 

"Hm, tehnya keburu dingin," gumam bu Broto yang kemudian meraih cawan yang sudah disiapkan dihadapannya.  Sa'at itulah keduanya muncul, Adhit sudah dengan pakaian rapi, siap pergi ke kantor.

"Itu, teh kalian keburu dingin," kata bu Broto sambil menghirup minumannya.

Adhit dan Anggi duduk bersebelahan, wajah mereka berseri. Bu Broto melihatnya sekilas, kemudian mengambil sepotong roti bakar yang masih hangat.

Adhit dan Anggi menghirup tehnya, hampir bersamaan, mencomot roti bakarnya, juga hampir bersamaan.

"Eyang mau belanja hari ini. Apa Anggi mau ikut?"

"Iya eyang, Anggi ikut."

"Adhit mau dimasakin apa?"

"Terserah eyang saja, apapun yang eyang masak, Adhit pasti suka."

"Tapi sekarang bukan eyang yang memasak, sudah ber hari-hari Anggi sendiri yang masak."

"Oh ya? Enak, kirain eyang."

"Anggi belajar dari eyang, kami masak bersama yu Sumi juga kok.."

"Baguslah, isteriku pintar memasak. Oh ya, tolong bungkusan hadiah buat Ananda, lupa, nanti siang aku akan mengantarnya kesana.

"Oh iya," kata Anggi yang kemudian bergegas berdiri daan mengambil bungkusan yang dimaksud. Sebenarnya dia ingin ikut kerumah Ayud, tapi ragu mengatakannya. Adhit juga tidak mengajaknya. Ya sudahlah, pikirnya. Lalu ia mengantarkan suaminya sampai mobilnya lenyap diluar pagar.

"Kalau kamu ingin, nanti sehabis memasak kita bisa kerumah Ayud. Eyang juga kangen melihat Ananda," tiba-tiba kata bu Broto, setelah Adhit berangkat ke kantor.

"Benarkah?" 

Bu Broto mengangguk.

"Ya eyang. Anggi juga ingin melihat Ananda," jawab Anggi riang.

*** 

Tapi pagi itu Ayud sedang kebingungan. Ananda diare dan muntah-muntah. Raka urung pergi mengajar karena Ayud memintanya mengantarkan ke rumah sakit. 

Ketika siang harinya Adhit kerumah Ayud, heran karena rumahnya terkunci. 

"Ayud ? Kalian pada kemana?" tanya Adhit ketika menelpone Ayud.

"Mas, Ananda harus opnme dirumah sakit," jawab Ayud sedih..

"Lhoh... kenapa?"

"Sejak pagi muntah-muntah dan diare,"

"Lalu apa kata dokter?"

"Nggak apa-apa katanya, tapi harus opname."

"Kenapa mas nggak dikasih tau?"

"Aku panik mas.."

"Ya sudah mas kesitu sekarang."

***

"Ada apa sebenarnya Yud? "

"Itulah mas, gara-gara aku persiapkan nanti kalau aku sudah bekarja, lalu aku mencoba memberinya susu formula, rupanya nggak cocog."

"Sembrana kamu itu Yud, Ananda itu masih bayi, susu terbaik adalah susu ibu. Biar nanti kamu sudaah bekerja lagi, usahakan yang diminum hanya ASI saja."

"Iya mas, aku menyesal. Tapi sekarang sudah baik, lihat dia tertiidur."

Adhit mendekati keponakannya yang tergolek diranjang, dan tampak pulas tertidur. Adhit mengelus pipinya perlahan.

"Ssst... mas, nanti dia terbangun."

"Apa kata dokter?"

"Kalau tidak ada apa-apa besok boleh pulang. Susu formula dilarang diberikan."

"Itu benar. Jangan sampai anakmu sakit lagi gara-gara ibunya sembrono. Ya le.. nanti pakde akan jewer kuping ibu kamu kalau dia buat kamu sakit," bisik Adhit sambil terus mengelus pipinya.

"Apa kabar Anggi?" tanya Ayud setelah mereka duduk disofa.

"Baik, hari ini katanya mau belanja sama eyang. Tapi pastinya sudah pulang, memasak. Sekarang ini dia lagi rajin belajar memasak."

"Bagus lah, supaya suaminya nggak boros, makan diluar terus."

"Apa kabarnya Mirna?" tiba-tiba Adhit bertanya dan membuat heran yud.

"Apa maksudmu mas? Kok nanyain Mira ke aku ?"

"Oh, bukan apa-apa... kan Mira suka sama anakmu.. barangkali dia juga datang kemari.." jawab Adhit yang tiba-tiba juga menyadari kesalahannya. Ia heran kepada dirinya ketika tiba-tiba menanyakan Mirna pada Ayud.

"Mana dia tau kalau Ananda ada disini? "

"Iya... aku ngelantur," gumam Adhit.

"Mas, diam-diam mas memperhatikan Mirna ya?"

"Apa katamu? Orang cuma bertanya aja, kamu mengira yang enggak-enggak. Sebenarnya aku hanya berfikir, Mira itu luwes sekali menggendong bayi, juga mengasuh anak kecil."

"Mas, darimana mas tau tentang mengasuh anak juga?"

"Kemarin aku melihat dia di toko bersama Dewi dan Bima... ah, sudahlah.. aku kan hanya ngomong sekenanya," jawab Adhit menghindar. Ia menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal, memarahi mulutnya karena bicara salah sehingga menimbulkan prasangka yang bukan-bukan dihati Ayud.

Tapi Ayud sudah menangkap semuanya. Tampaknya ada perhatian khusus dari Adhit kepada Mirna. Aduhai, rupanya kakaknya salah memilih isteri, begitukah?

"Mengapa kamu memandangku seperti itu?" tanya Adhit yang merasa risih karena adiknya menatapnya tak berkedip.

"Mas, semoga dugaanku salah, tapi mas menaruh perhatian pada Mirna kan?"

"Uupsss.... " lalu Adhit berdiri seakan mencari seseorang.

"Mana Raka?"

"Lagi ke instalasi farmasi, ada obat-obat yang harus dibayarnya."

"Baiklah, aku akan menyusul kesana," kata Adhit yang kemudian keluar dari ruangan, diikuti pandangan mata adiknya.

***

Ketika keluar dari rumah sakit itu hati Adhit dipenuhi oleh pertanyaan untuk dirinya sendiri. Ada apa aku ini, mengapa tiba-tiba berfikir tentang Mirna? Bisik batinnya, yang kemudian buyar ketika suara klakson ber talu-talu terdengar disamping mobilnya.

Adhit ingin mengumpat kesal, tapi ketika menoleh kesamping, dilihatnya mobil DEwi beriringan dengan mobilnya. Adhit kemudian membawanya menepi. Entah mengapa ia ingin menepi, dan ketika mobil Dewiikut parkir didepannya, Adhit me longok-longok kedalam mobil ibu.

Adhit turun dari mobil dan mendekati mobil Dewi. Ia masih me longol-longok.

"Adhit, kamu mencari siapa?" tegur Dewi tanpa turun dari mobil. Ia hanya membuka kaca disampingnya.

"Kamu sendiri?

  "Iya, mau menjemput Bima," jawab DEwi.

"Oh, "

"Kamu dari mana sih?"

"Dari rumah sakit, Ananda masuk rumah sakit,"

"Lhah... kenapa?"

"Diare, tapi sudah nggak apa-apa, mungkin besok sudah boleh pulang kok."

"Ya ampuun kok aku nggak dikasih tau.."

"Baru pagi tadi... dan besok katanya sudah boleh pulang."

"Ya sudah nanti aku kesana , ini buru-buru mau jemput BIma dulu."

"Ya, nanti ajak Mirna ya?"

Dewi mengangguk, lalu menjalankan mobilnya. Adhit kembali ke mobil sambil memikirkan lagi kata-katanya, nanti ajak Mirna? Mengapa dia inginkan itu? Dan Adhit kembali meng garuk-garuk kepalanya.

***

besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


17 comments:

  1. mudah2 adhit dan anggi hidup bahagia...keberadaan mirna jgn sampai terjd cinta segitiga..i

    ReplyDelete
  2. Ini kok cerbung kejar tayang ya?
    Saya pensaran sejak kemaren2 mencari no. 70..eh no.69 lagi no.69 lagi yg muncul
    Tadi langsung nyari no.71..yaaah ngga ada
    KIrain bisa sampai the end..atau minimal ssmpai no. 75 deeh

    ReplyDelete
  3. Tuh kan.....Adhiiiit.... lain di bibir lain di hati
    Mbak Tien hebaat.... bikin baper nih

    ReplyDelete
  4. Mirna oh Mirna ternyata Adhit mulai merasa mencintaimu.

    Tinggal tunggu solusi happy ending semua nih, dari mba Tien :)

    ReplyDelete
  5. Adhiiiitttt,,,,,,smoga endingnya bahagia,,,mempunyai keturunan yg lucu"

    ReplyDelete
  6. Ya bikin kesel aja nunggu kelanjutannya gimana sih

    ReplyDelete
  7. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  8. Akhirnya... Adhit mencintai mirna dan mereka menikah atas persetujuan anggi... Anggi org baik, dia akan mengikhlaskan suaminya menikah lagi...

    ReplyDelete
  9. Adit...semoga bahagia...dan pynya keturunan yg lucu lucu..kasiann juga afit keliatan negitu sayang anak anak... Kasian kalau sampai.g ada anak...

    ReplyDelete
  10. Bu tien, jangan sampai adith tergoda mirna dong.... Kasian anggie...
    Semoga adith mencintai dan nenyayangi anggi sepenuh hati

    ReplyDelete
  11. Jangan sampai mirna yang sudah baik itu tercoreng karena jadi orang ketiga.
    Biar adith adopsi anak aja lah

    ReplyDelete
  12. Katnya Orang Tua Adhit mau datang ke Solo.. kok blm diceritain..?
    Atau sekalian nanti melamar Mirna utk jadi istri kedua Adhit..
    Welldone..

    ReplyDelete
  13. Makin penasaran, ga sabar nunggu part 71

    ReplyDelete
  14. Waduuh dah 3 hari episode 71 blm keluar.. Semoga mbak Tien sehat2 saja..

    ReplyDelete
  15. Smoga Anggi merelakan Adhit menikahi Mirna agar punya keturunan, dan mereka tetap hidup rukun saling menyayangi...anak Mirna jg anak Anggi..

    ReplyDelete
  16. Adhit yang baik, semoga berbahagia.

    ReplyDelete

BULAN HANYA SEPARUH

BULAN HANYA SEPARUH (Tien Kumalasari) Awan tipis menyelimuti langit Lalu semua jadi kelabu Aku tengadah mencari-cari Dimana bulan penyinar a...