Friday, January 18, 2019

SEPENGGAL KISAH 136

SEPENGGAL KISAH  136

(Tien Kumalasari)

 

Asri memandangi Damar, dengan pandangan tak percaya. Bagaimana mungkin Damar bisa mengucapkan kata2 seperti itu? Ia tega melakukannya, dan itu membuatnya sedih.Rupanya Damar sakit parah, bukan hanya raganya tapi juga jiwanya belum sembuh benar.

"Kamu terkejut Asri?"

"Kamu tega mengatakan itu Damar?" Ujar Asri lirih, menahan tangis.

"Itu permintaanku, karena tidak ada gunanya aku hidup kalau aku tidak bisa memiliki kamu."

"Ternyata kamu belum sembuh."

"Aku tak bisa menghilangkan itu Asri."

Asri sudah ingin keluar ketika tiba2 terbersit sebuah cara untuk membuat Damar mau melakukannya. Tapi sesungguhnya ia ragu. Ia akan berbohong supaya Damar mau melakukannya.Tapi berbohong itu dosa bukan? Tapi juga, kalau bohong untuk kebaikan, apa salahnya?

"Asri, kalau kamu tidak mau menuruti permintaanku, ya sudahlah tidak apa2. Tinggalkan saja aku disini dan jangan memikirkan aku lagi."

Damar membaringkan tubuhnya, lalu memejamkan matanya rapat2.

Asri mendekatinya, gemetar bibirnya ketika mengatakan itu.

"Baiklah Damar, aku bersedia."

Damar membukaa matanya dan kembali duduk, memandang Asri dengan wajah berseri. Asri ketakutan setengah mati, ia tidah tau, salahkah ia melakukan itu, atau benar.

"Kamu yakin Asri?"

Asri mengangguk, perasaan kacau mengaduk aduk hatinya. Ia tidak yakin, dan memang tidak akan melakukannya, tapi dia berkata sanggup. Ya Tuhan.. ampunilah dosaku. Bisik hatinya.

"Baiklah, aku mau.tapi juga ada syaratnya."

"Katakan saja."

"Persyaratan ini tidak boleh seorangpun tau. Hanya aku dan kamu."

Damar mengangguk senang. Entah karena batinnya yang masih lemah, dia percaya saja apa yang dikatakan Asri. Diam2 dia menunggu, kapan Ongky datang lagi dan membawanya keluar negeri.

Asri dan Bowo pulang dengan perasaan masing2. Asri merasa berhasil tapi dibebani sebuah dosa, sedangkan Bowo merasa senang karena Asri berhasil membujuknya.

"Apa yang kamu katakan sehingga dia mau melakukannya?" tanya Bowo dalam perjalanan pulang.

"Apa mas ?" Asri yang sedang melamun terkejut mendengar pertanyaan suaminya.

"Kamu itu, berhasil membujuk Damar dengan kata2 seperti apa? Jadi penasaran aku."

"Ya cuma memberi dia semangat aja mas, bahwa dia harus kuat, harus bisa melawan penyakitnya.. yah.. banyak mas.. "

"Kamu hebat, dan itu karena kamu orang yang istimewa buat dia."

Asri tak menjawab, kalau saja Bowo tau bahwa ada janji yang tak akan terpenuhi nanti, pasti akan terjadi sesuatu, dan sesuatu itu akan dipikirkannya nanti, kalau Tuhan mengijinkan Damar sembuh.

"Kok diam..?" tanya Bowo

"Pusingku mendadak kumat mas.. bisa mampir apotik sebentar?"

Bowo memandangi isterinya dengan khawatir.

"Ke dokter saja ya, mumpung hari masih sore."

"Nggak mas, ini pusing biasa, mungkin karena Asri hujan2an ketika membantu bapak merawat tanaman."

"Tapi nyatanya masih kambuh2 lagi, harus dokter dong yang menangani."

"Mas Bowo jangan ngeyel, aku mau beli obat saja kok."

"Ya sudah, kita mampir ke apotik didepan itu ya."

 

Ongky senang ketika Bowo mengatakan bahwa Asri sanggup membujuknya.

"Isterimu memang hebat, dia bisa segalanya."

"Iya lah, siapa dulu suaminya.." jawab Bowo bangga.

"Besok aku akan mengurus semuanya, mulai dari pemeriksaan di laborat, surat keterangan dokter,  segala macam urusan imigrasi dan sebagainya, aku akan urus, juga pendaftaran ke rumah sakit yang di Guangzhau. Pokoknya semua aku yang urus. Tapi besok pagi2 aku akan ketemu dia dulu."

Bowo menggeleng gelengkan kepalanya. Sahabatnya yang satu ini memiliki kesetia kawanan yang sangat luar biasa. Tidak mengira, Ongky yang diwaktu mudanya sangat ugal2an dan terkesan seenaknya, ternyata sanggup melakukan hal yang belum tentu orang lain bisa melakukannya.Dan itu adalah perbuatan mulia.

"Oke, aku hanya bisa membantu do'a saja, semoga usaha kamu berhasil, Ongky." 

"Terimakasih sobat, mudah2an ini semua akan membuahkan hasil yang baik. Dan bantu do'a itu memang penting, karena sebuah do'a memiliki kekuatan yang maha dahsyat. "

 

Ongky menyerahkan segala urusana pekerjaan kepada orang kepercayannya, sedangkan dia sendiri mengurus semua keperluan Damar untuk berobat.

Asri walau bersyukur atas kesanggupan Damar itu, tapi hatinya selalu dibayangi oleh ketakutan akan janji yang sudah pasti tak akan bisa ia penuhi. Hari2 yang dilaluinya penuh dengan rasa yang tak menentu. Ia juga menimbang nimbang, salahkah dia, dosakah ia karena telah melakukan kebohongan itu? Namun ia sama sekali tak berani mengutarakannya pada sang suami. Sungguh perasaan Asri tak pernah tenang dihari hari belakangan ini.

Pada suatu sore Ongky sudah tiba dirumahnya, namun Bowo belum pulang dari kantor.

"Bowo belum pulang?"

"Belum, hari ini ada pertemuan dengan klient yang mungkin membuat pulangnya agak terlambat." sahut Asri.

Ongky duduk begitu saja diruang tamu. Dipandanginya Asri lekat2.

"Kamu tampak agak kurusan ya?" tanya Ongky tiba2.

"Masa mas?" Aku kok merasa biasa saja.."

"Menurutku agak kurusan. Masih memikirkan Damar?"

"Ah.. mas Ongky, kan mas Ongky sedang mengurusnya."

"Ya, ini hampir selesai, mungkin minggu depan kita berangkat."

"Oh...begitu ya? "

Asri tiba2 merasa bahwa ia harus mengurangi beban pikirannya. Ia harus mengatakannya pada Ongky. Itu satu2nya jalan, karena Ongky akan selalu menjaga perasaannya didepan Bowo suaminya, itu terlihat ketika ia melihat dirinya ada dirumah bu Surya untuk menjenguk Damar, Ongky tidak mau mengatakannya pada suaminya.

"Ada apa? Kok kelihatannya ada yang kamu pikirkan?" tanya Ongky.

"Iya nih mas..Aku ingin mengatakan sesuatu pada mas Ongky, tapi saya mohon, ini jangan dikatakan kepada siapapun juga, termasuk pada mas Bowo."

"Ada apa nih?"

"Mas, sesungguhnya, mas Damar mau mengikuti kemauan mas Ongky untuk berobat itu, dia mengajukan sebuah syarat."

"Syarat? Syarat apa""

Dan Asripun menceriterakan semuanya, kesanggupannya menuruti karena ingin agar dia mau berobat. Lalu ia bingung sendiri karena merasa tindakannya itu salah, ataukah benar..

"Ya Tuhan, Asri.. kamu menyanggupinya? Kamu bersungguh sungguh?"

"Ya enggak mas, aku nggak mungkin meninggalkan mas Bowo. Aku hanya ingin ia mau melakukannya. Itu saja. Tapi kemudian aku takut sendiri."

Asri menundukkan wajahnya.. dan Ongky merasa iba melihatnya.

"Kalau begitu aku akan batalkan saja semuanya." tiba2 kata Ongky.

"Apa mas?"

"Lebih baik dibatalkan saja,  kalau aku melakukannya, artinya aku menolong seorang sahabat dengan menghancurkan sahabatku yang lain."

"Tapi mas, aku hanya ber pura2... supaya dia mau melakukannya."

"Kamu melakukan hal yang luar biasa , dan itu berbahaya. Dia akan menagihnya dan terus menyiksa hidupmu selamanya.Entah apa yang akan terjadi nanti." Ongky mengeluh.

"Tapi kan dia harus sembuh dulu mas."

Asri termenung, mencoba menimbang apakah dia salah apakah dia benar, dan itu sudah dilakukannya selama berminggu minggu. Tapi keputusannya kemudian sudah bulat.

"Lakukan saja mas, kalau itu dianggap berdosa, biarlah aku yang menanggungnya. Kalau kelak dia akan menyiksa aku, aku yakin pasti akan ada jalan keluarnya"

Ongky terpana, ia meraba raba kembali, sepertinya memang ada cinta dihati Asri.

 

#adalanjutannyaya#

 

 

 


No comments:

Post a Comment

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 11

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  11 (Tien Kumalasari)   Saraswati terkejut, mendengar denting sendok mencium lantai. “Eh, kangmas, sendokny...