Thursday, December 20, 2018

SEPENGGAL KISAH 93

SEPENGGAL KISAH  93

(Tien Kumalasari)

"Tumben hari ini masakanmu nggak karuan rasanya nduk," kata pak Marsam siang hari itu ketika Asri menghidangkan makan siangnya.

"Masa sih pak? "

"Lha ini, sayur asem nggak ada asemnya, nggak ada manisnya, nggak ada asinnya.. nggak biasanya kamu begini."

Asri menyendok sayur itu, dan memang seperti nggak ada rasanya. Asri membawanya lagi kebelakang sambil berguman " Asri lupa kasih bumbunya, sebentar ya pak."

"Untung yang makan baru bapak, lha kalau suamimu .. apa nggak malu...

Asri kembali membawa sayur yang sudah dibumbuinya lagi. "Cobain lagi pak.."

"Nah, kalau imi sudah enak. Tapi sebenarnya kamu itu kenapa ta nduk, hari ini kamu agak lain dari biasanya. Apa kamu sakit ?"

"Enggak pak, orang sehat kayak begini kok dibilang sakit.."

"Tapi kok kayaknya agak lain, ada yang kamu pikirkan?"

"Bapak ini ada2 saja, cuma so'al sayur nggak ada rasanya kok terus dikira macam2. Sudah pak, makan saja yang banyak, biar sehat."

Tapi sebagai orang tua, pak Marsam menangkap kebohongan dimata anaknya.

 

Sejak kejadian malam itu, Damar sering sekali pulang kerumahnya yang di Solo. Ia masih berharap banyak akan bisa betemu Asri, dengan situasi yang berbeda. Hangat dan manis. Hm, Damar masih tetap bermimpi. Setiap kali pulang ke Solo ia menyusuri jalan2 atau toko2.. atau rumah makan.. dan berharap bisa menemukan pujaan hatinya. Damar benar2 berubah. Ia tak perduli apapun, hanya mengejar kebahagiaan yang diimpikannya, namun melalui jalan dan pandangan yang keliru. Tempaan dan derita yang bertubi tubi telah melukai hatinya yang semula bersih.

Dikeramaian lalu lintas itu tiba2 seorang gadis berteriak memanggilnya.

"Papaaa.." Damar terkejut. Ia sebetulnya ingin sendirian saja, namun gadis Indo yang memanggilnya papa itu mengejarnya, merangkulnya dan menciuminya sesuka hati. Hati Damar tergetar. Seandanya Nancy benar2 anakku.. yang dilahirkan oleh Astri, alangkah bahagianya aku. 

"Kenapa papa jalan2 sendiri? "

"Kalau nggak sendiri .. lalu sama siapa?"

"Kan papa bisa menelpon Nancy, lalu kita jalan2 bersama."

"Ya, tapi papa lagi pengin sendiri,"

"Mengapa? Papa sedih? Papa tau nggak, mama akan menetap disini bersama grandma dan Nancy."

"Oh.." hanya itu yang diucapkannya. Apakah ada pengaruh baginya berita itu?Damar pura2 tak mendengar.

"Papa mau kemana sekarang?"

"Jalan2 saja,"

"Yuk, temani Nancy makan, lapar nih..." rengek Nancy.

"Makan dimana ?" 

"Dimana aja, asal papa suka.. Oh.. itu pa.. yang dipojokan, Nancy suka es krimnya.." Nancy menarik narik tangan Damar, dan tak ada jalan lain kecuali mengikutinya.

 

Ketika bubaran sekolah, pak Marsam menunggu cucunya pulang. Sebenarnya rumah Bowo tidak jauh dari sekolah anaknya, namn pak Marsam tidak tega melihat cucunya pulang sendiri dan jalan kaki pula. Itulah sebabnya mengapa pak Marsam selalu menjemputnya.

"Kakeeek....." dari jauh Pandu sudah melihat kakeknya, yang menjemputnya dengan sepeda motor bututnya. Pandu berlari lari dengan gembira, dan begitu sampai didekat kakeknya langsung melompat keatas boncengan.

"Bagaimana tadi sekolahmu? " tanya kakek Marsam.

"Pandu dapat nilai seratus kek,"

"Wouw.. hebat cucu kakek, untuk pelajaran apa tuh?"

"Matematika kek," 

"Bagus, hebat .. sekarang kita pulang ?"

"Oke kek.."

Pak Marsam menytarter sepeda motornya, dan berjalan pulang. Tapi Pandu menepuk nepuk punggung kakeknya.

"Jangan kesana kek, kita muter2 dulu," rengeknya.

Pak Marsam menghentikan sepeda motornya. "Muter2 kemana, nanti ibumu menunggu.

"Cuma muter aja, supaya nggak cepat sampe rumah. Nggak asyik kek kalau nggak muter dulu."

Tak sampai hati mendengar rengek cucunya, pak Marsam memutar haluan sepeda motornya, supaya jalan pulangnya agak jauh sedikit. Memang penginnya muter2 sih..

Tapi tiba2 Pandu menepun nepuk lagi punggung kakeknya. Pak Marsam pun menghentikan lagi motornya." Ada apa to le?"

"Kakek, Pandu pengin itu.."

"Apa..?"

"Itu, es krim..."

"Waduh, nanti ibumu marah gimana ? Kamu batuk... atau pilek.."

"Nggak kek, satu aja... ayo kek..cepetan kek.." Pandu merengek rengek terus, dan pak Marsam pun terpaksa berhenti didepan rumah makan itu.

"Janji ya, satu saja dan dibawa pulang, nanti ibumu kelamaan menunggu, trus kamu dijewer bagaimana?"

"Iya.. iya.. yang ada coklat..sama strowbery ya kek.."

"Iya, ayu turun dulu, kakek nggak bisa memilih yang mana yang kamu suka."

Dengan gembira Pandu turun. Pak Marsam menitipkan sepeda motornya dan berjalan masuk sambil menggandeng Pandu.

Namun tiba2 sebuah teriakan gembira terdengar melengking :" Panduuuuu..."

#adalanjutannyaya#

 

 


2 comments:

  1. Mbak tien produktif banget ya... hebat sehari bisa segitu banyak.joss tenan kok

    ReplyDelete
  2. Mba Tien, saya mbaca ulang sepenggal kisah 1-93.
    Terus terbawa hanyut didalam alurnya.

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 27

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  27 (Tien Kumalasari)   Saraswati terbelalak menatap bocah kecil yang merangkul leher Adisoma erat. Mata be...