Wednesday, November 21, 2018

SEPENGGAL KISAH XXXV

Malam itu Asri benar2 tak bisa tidur.separo hatinya ingin keluar dari pekerjaannya, tapi separo lagi harus menuruti perintah Bowo atasannya,Tapi terasa berat apabila ia harus berhadapan dengan bu Prasojo. Ia bukan hanya menyiksa dirinya sendiri tapi juga bapaknya yang mendapat perlakukan sinis dari isteri majikannya itu.

"Sudah mengajukan surat keluar?" tanya pak Marsam hati2.

"Sudah, tapi pak Bowo melarangnya."

"Melarang bagaimana ?

"Surat keluar itu dirobek robeknya."

Pak Marsam tidak heran. Bowo dan ayahnya sangat menyukai Asri, maksudnya menyukai pekerjaannya.Tapi bagaimana kalau isteri majikannya tak suka?

"Apa yang harus Asri lakukan pak, Asri bingung,"

"Bapak juga bingung nduk.."

"Kalau Asri nekat kan juga kurang baik dimata pak Bowo.Tapi kalau tidak..Asri harus berhadapan dengan kebencian bu Prasojo dan itu pasti menyakitkan."

"Baiklah nduk, jalani saja dulu sambil kita pikirkan jalan keluar yang terbaik untuk kita semua."

Asri berangkat tidur, tapi semalaman matanya tak juga mau terpejam.

 

Pagi hari itu bu Prasojo kembali membicarakan soal pekerjaan untuk Dewi dengan suaminya.

"Bagaimana pak?"

"Apanya yang bagaimana?"

"Aku kasihan sama Dewi. Ibunya sudah janda.. dan semua kebutuhan kan akhirnya harus Dewi yang memikulnya."

"Terus..?"

"Tolonglah beri pekerjaan untuk dia. Dikantor Bowo kan bisa."

"Bowo sudah tidak membutuhkan pembantu lagi. Sekretarisnya sudah oke."

"Asri itu kan pendidikannya rendah, sedangkan Dewi itu sarjana lho. Apa nggak lebih keren pak."

"Ini masalah pekerjaan, bukan masalah keren dan tidaknya. Memangnya mau jadi peragawati apa?Atau bintang sinetron?" Pak Prasojo menghabiskan kopi dicangkirnya lalu berdiri.

"Apa bapak tidak kasihan kalau mendengar orang nggak bisa makan?" 

"Apa maksudmu bu? Orang membantu itu bleh saja, tapi kan juga harus sesuai dengan keadaan kita. Lha kalau memaksa ingin bekerja ya suruh aja bekerja dirumah ini.. biar bantu2 ibu memasak." pak Prasojo menjawab sekenanya.

"Jadi pembantu? Bapak kok gitu.."suara isterinya melengking tinggi.

"Bukan pembantu rumah tangga, membantu ibu atau menjadi asisten ibu dalam mengurusi semuanya. Ibu Kan suka pergi2 arisan.. belanja2.. nah dia bisa mendampingi ibu kan? Nanti bapak yang kasih gajinya."

Pak Prasojo berjalan keruang makan dan duduk disana, menghadapi sarapan pagi yang sudah disiapkan. Dilihatnya Bowo juga sudah rapi dan siap berangkat kerja.

"Sarapan dulu le.."ajak pak Prasojo.

Bowo duduk dihadapan ayahnya..hatinya agak terganggu karena kemarin mendapat surat pengunduran diri dari Asri tanpa diketahui penyebab yang sesungguhnya.Dan ia juga takut kehilangan gadis itu. Mengapa ya.. apa aku benar2 jatuh cinta? Itu pertanyaannya pada dirinya sendiri.Kok aku ketakutan sekali kalau dia benar2 pergi..

"Le..sarapanmu.."tegur pak Prasojo melihat anaknya tampak gelisah."

Bowo menyendok sedikit nasi goreng yang biasanya menjadi sarapan faforitnya, tapi tidak untuk pagi itu. Seperti Asri..semalam Bowo juga sulit memejamkan matanya.

"Ada apa? Ada kesulitan dikantor?"

"Bukan pak.. saya sedang bingung. Kemarin Asri menyerahkan surat pengunduran diri."

"Apa? Asri mau mengundurkan diri?" Kali itu yang berteriak adalam bu Prasojo."

Pak Prasojo melihat kilatan mata senang mendengar berita itu. Tapi pak Prasojo pura2 tidak melihatnya. Ada sedikit pemikiran pak Prasojo bahwa isterinya sedang mendapatkan peluang untuk memasukkan Dewi sebagai pengganti Asri.

"Mengapa le? Apaa gajinya kurang besar?"

"Wah..wah.. cuma lulusan SLTA saja mau minta gaji berapa lagi?" 

Tiba2 bu Prasojo teringat sesuatu. Jangan2 Asri mengatakan pada Bowo tentang baju yang diberikannya itu. Hm, biar saja.. aku sudah siap menjawabnya kalau Bowo mengetahuinya.

"Kenapa le?'pak Prasojo tidak mendengarkan celetuk isterinya.

"Belum tau pak. Katanya banyak kesibukan dirumah, gitu .. tapi Bowo kok nggak percaya. "

"Lalu kamu bilang apa?"

"Saya melarangnya keluar, surat pengunduran itu saya robek2..dan untuk sementara ini tampaknya dia menurut."

"Oalah le.. biarkan saja kalau dia mau keluar.. mengapa pakai dilarang segala? Orang sudah nggak mau bekerja ya sudah biarin saja.. gitu aja kok repot." bu Prasojo menyendok lagi nasi gorengnya. Rasa senang membuatnya sangat doyan nasi goreng buatan pembantunya sehingga dia makan sebanyak banyaknya.

"Biar nanti aku kekantormu dan bicara sama dia." pak Prasojo tak memperdulikan kata2 isterinya. Ia berdiri tanpa menghabiskan sarapannya dan memanggil pak Marsam keras2. "pak Marsaaaam !"

Dan Bowo juga mengikuti ayahnya tanpa memperhatikan ibunya yang masih saja menghabiskan sarapannya.Bu Prasojo juga senang karena Asri tampaknya tak menceriterakan so'al baju itu pada Bowo.


Dirumah bu Harlan, telpon berdering keras.Bu Harlan tergopoh mengangkatnya.

"Hallow...eh.. ya ampuun..mbakyu Pras.. pagi2 sudah menelpon.. arisan bukan hari ini lho mbakyu..oh... ya..syukurlah.. ada apa.. oh ya.. kabar baik apa? Oh.. sebentar lagi Dewi akan diterima bekerja dikantor nak Bowo? Aduuh.. terimakasih banyak mbakyu.."


#adalanjutannya#

 




 

No comments:

Post a Comment

CINTAKU JAUH DARI PULAU SEBERANG 30

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  30 (Tien Kumalasari)     Ketika mbok Manis masuk kembali ke dalam rumah, hatinya terasa disayat melihat sa...