Monday, November 24, 2025

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 31

 RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA  31

((Tien Kumalasari)

 

Dari beberapa warga yang ikut duduk bersama di depan rumah Kenanga, tak satupun yang menyukai Lurah lawas. Ia arogan, sombong dan semena-mena. Karena punya banyak uang, maka ia ingin agar semua orang tunduk padanya.

Karenanya begitu dia turun bersama anak buahnya, tak kurang yang mengumpat dan memaki-makinya.

“Dasar tua bangka tak tahu diri.”

“Jangan sampai ia berhasil memiliki Kenanga. Kita harus menghalanginya.”

“Bagaimana caranya? Kalau dia datang bersama anak buahnya yang kejam itu, kita bisa mati kutu karena mereka kejam dan tak punya peri kemanusiaan.

“Makanya harus ada upaya untuk menghalanginya.”

“Bagaimana caranya?”

“Kita sembunyikan Kenanga.”

“Disembunyikan di mana?”

“Mari kita pikirkan bersama. Bersembunyi di mana supaya aman?”

“Tak mungkin di rumahku yang sempit itu.”

“Bagaimana kalau biar dibawa itu … temannya dari kota yang guanteng-guanteng itu.”

“Nah, kalau begitu baru aman.”

“Tapi bagaimana menghubungi mereka?”

“Pasti susah. Orang kota rumahnya mana, nggak ada yang tahu.”

“Apa Kenanga tahu ya? Besok pagi kalau dia bangun kita sarankan saja untuk ikut salah satu diantaranya.”

Dengar-dengar kang Suto juga mau mengambil Kenanga menjadi menantu. Anaknya juga sudah mapan, jadi guru sekolah yang dekat terminal itu.”

“Wah, nggak bakalan berani dia, karena sudah mendengar kalau Lurah lawas mau memboyong dia.”

“Lalu bagaimana baiknya?”

“Besok pagi biar kita ajak Kenanga bicara. Dia pasti juga tak mau dipaksa mengikuti kemauan Lurah lawas.”

Banyak usulan tapi yang paling banyak disetujui adalah ikut ke kota.

“Mana berani dia menyusul ke kota dan ngamuk di sana seperti kepada kita.”

“Masalahnya adalah kita tidak tahu ke mana mencari salah satu diantara mereka.”

“Mereka sering datang, semoga bisa datang lebih cepat sebelum Lurah lawas memaksakan kehendaknya.

***

Dua hari setelah minum jamu pemberian Kenanga, bu Warsono merasa dirinya lebih sehat. Perawat yang membuka pembalut luka terkejut ketika melihat luka itu sudah mengering.

“Ini diberi apa ya Bu, seperti warna kehijauan begini.”

“Maaf suster, anak saya memberi kompres obat dari kampung. Apakah nanti dokter akan marah?”

“Tidak Bu, luka ibu sudah mulai mengering. Ini pertanda bagus. Mulai hari ini sudah tidak perlu diperban lagi. Saya hanya membersihkan kulit-kulitnya yang mengering. Saya kira dokter tidak akan keberatan kalau masih diberikan kompres yang dari kampung itu lagi, karena memang ternyata menyembuhkan.”

“Syukurlah suster.”

“Dari apa ya obatnya ini Bu?”

“Saya juga tidak tahu, yang memberi itu rumahnya jauh di hutan sana. Saya juga minum obat ramuannya.”

“Bagus sekali, tensi ibu sudah normal. Sebentar lagi akan kami cek gula darahnya Bu. Kalau benar sudah stabil, ibu pasti boleh segera pulang.”

“Senang mendengarnya, suster.”

Bu Warsono memang benar-benar senang. Ia sudah merasa nyaman. Nyaman hatinya, nyaman badannya. Sepertinya tak ada keluhan. Ia merasa lebih segar.

***

Dan keesokan harinya bu Warsono benar-benar diijinkan pulang, membuat seisi rumah menjadi bahagia.

“Walaupun aku juga minum obat dari dokter, tapi obat yang diberikan calon mantuku benar-benar membantu,” kata bu Warsono dengan gembira.

“Ibu sudah menyebutnya calon mantu, apakah Ibu benar-benar sudah merasa mantap?”

“Sudah Pak, sekarang ibu hanya memikirkan kebahagiaan anak-anak kita. Kita sudah memiliki harta yang cukup, tidak usah memikirkan besan yang kaya dan lebih terhormat. Yang penting kita tidak membuat anak kita menderita,” kata bu Warsono tulus.

“Apakah Bapak tidak setuju?” tanya bu Warsono ketika melihat suaminya terdiam.

“Aku tidak akan memaksakan kehendak, terserah Ibu saja. Aku tidak suka Ibu bersedih atau kecewa. Dulu aku kira bukan gadis dari desa atau dari hutan itu yang Ibu harapkan. Tapi setelah Ibu merasa mantap, aku juga senang.”

“Segera minta Alvin agar segera membawanya kemari Pak, kasihan anak itu setelah ayahnya meninggal.”

“Nanti ibu katakan saja pada dia. Dengar-dengar dia akan sering mengunjunginya, dan tidak akan memaksa seandainya Kenanga belum mau diajak turun. Alvin maklum, karena pastinya dia masih berduka.”

“Seandainya tidak harus naik bukit yang katanya terjal itu, ibu mau kok ikut menjemput Kenanga.”

“Nanti kalau Alvin sudah siap, kita menunggu di bawah saja, biar yang muda-muda naik.”

“Begitu ya Pak. Ibu setuju. Rasanya ibu ingin segera berangkat ke sana.”

“Ibu itu kalau sudah punya keinginan kok susah sekali dikendalikan. Ibu kan baru saja pulang dari dirawat di rumah sakit. Ibu harus pulih dulu, bari bisa bepergian jauh.”

“Rasanya sudah sembuh kok Pak.”

“Rasanya, tapi kan belum benar-benar sehat. Sebaiknya istirahat dulu sehari dua hari, baru bisa bepergian jauh.”

***

Orang-orang kampung sudah berbincang dengan Kenanga selama dua hari ini. Keputusan terbaik memang sebaiknya Kenanga ikut antara Hasto dan Alvin. Tapi Kenanga masih bingung memikirkannya. Kalau menurut kata hati, ia memang menyukai Alvin, apalagi sang ayah juga sudah mengatakan secara tersamar, bahwa jodohnya akan datang hari di mana ayahnya mengatakannya. Dan yang datang ketika itu adalah Alvin. Lagipula sang ayah sudah menitipkan dirinya pada Alvin. Tapi mengingat Alvin yang menurut Hasto adalah keluarga kaya raya yang tak mungkin mau bermenantukan gadis desa seperti Kenanga, hati Kenanga diliputi perasaan bimbang. Benarkah yang pas untuk dirinya adalah Hasto? Yang kata Hasto pula bahwa orang tuanya juga berasal dari desa, dan kemungkinan besar pasti mau menerimanya. Tapi mengapa hati terasa berat untuk codong kepada Hasto? Ia sama sekali tidak menyukai Hasto yang terlalu mendesaknya. Ia juga tidak suka ketika Hasto berbohong tentang Sinta yang katanya tunangan Alvin.

“Apa kamu tahu di mana rumah teman kamu itu, Kenanga? Salah satu saja diantara mereka, kalau kamu tahu rumahnya, kami akan mendatanginya dan mengatakan bahwa kamu akan segera dibawa Lurah lawas,” kata salah seorang warga dusun yang selalu menemani Kenanga setelah kakek bersorban meninggal.

“Aku tidak tahu Lik, dua-duanya rumahnya di mana, aku tidak tahu,” kata Kenanga sedih.

“Kalau begitu kita tinggal berharap, semoga mereka datang sebelum Lurah lawas memaksakan kehendak untuk segera membawa Kenanga.”

***

Tapi ternyata sebelum Hasto atau Alvin datang, Lurah lawas sudah mendahuluinya. Ia datang bersama beberapa orang bawahannya.

Kenanga yang hanya ditemani seorang wanita dusun sangat terkejut melihat kedatangan mereka. Tanpa basa basi mereka duduk di atas tikar yang memang selalu digelar di depan rumah Kenanga. Lurah lawas berdiri dengan angkuh, menatap Kenanga yang berdiri memandangi mereka dengan wajah kesal, disertai takut.

“Kenanga, aku kira sudah lebih dari sepekan ayah kamu meninggal. Tidak baik seorang gadis hidup sendirian. Sekarang aku sedang menjemput kamu, agar kamu tidak kesepian. Aku kan sudah bilang kalau punya rumah baru yang belum pernah aku tempati, dan itu aku akan memberiikannya untuk kamu. Rumahnya bagus. Kamu akan tinggal di sana dengan lebih nyaman. Lagipula jadi istriku itu enak, kamu tidak akan kekurangan,” kata Lurah lawas panjang lebar.

Wajah Kenanga gelap bagai langit tertutup mendung.

“Pak Lurah kan tahu, belum lama bapak meninggal, mana mungkin aku memikirkan punya suami? Lebih baik biarkan aku tenang. Masalah suami aku belum memikirkannya.”

“Jangan begitu Kenanga. Maksudku begini, kamu tinggal dulu di rumah aku itu, aku akan menunggu sampai kamu benar-benar siap menerima aku sebagai suami.”

“Maaf pak Lurah, aku tidak mau.”

Mendengar jawaban Kenanga, wajah pak Lurah berubah merah padam. Belum pernah ada yang menentangnya. Semua keinginannya harus terlaksana. Oh ya, Lurah lawas lupa, ia belum memberikan apa-apa pada orang tua Kenanga. Tapi kan Kenanga tidak punya orang tua lagi? Baiklah, Lurah lawas punya banyak barang berharga, bahkan yang menempel pada tubuhnya. Orang setua dia, laki-laki pula, ia tak sungkan memakai kalung dan gelang emas. Ia segera melepasnya, lalu dengan gelang dan kalung dalam genggaman, ia mendekati Kenanga, yang kemudian melangkah mundur melihat Lurah lawas mendekatinya.

“Kenanga, jangan menjauh, aku ingin memberikan sesuatu untuk kamu. Ini, lihat apa yang aku bawa ini. Ini adalah kalung rantai yang tak ternilai harganya. Juga gelang bermata berlian ini, setara dengan sebuah rumah mewah. Ini untuk kamu Kenanga, sudah aku persiapkan. Memang tidak aku bungkus atau aku letakkan di sebuah kotak perhiasan, karena perjalanan yang sulit, kemudian aku malah memakainya agar mudah dibawa. Ini, terimalah, ini untuk kamu, Kenanga,” kata Lurah lawas sambil mengulungkan benda di dalam genggamannya.

“Tidak, maaf, aku tidak mau. Bawa saja kembali, aku tidak mau.”

Kenanga melangkah semakin menjauh.

“Kenanga, apa maksudmu? Kamu menolak pemberianku sementara semua orang mengincar barang-barang ini?”

“Atas dasar apa pak Lurah memberikan barang-barang ini?”

“Jangan bodoh Kenanga, tentu saja karena kamu akan menjadi istriku. Masih bertanya lagi?”

“Aku tidak mau. Bawa kembali barang-barang itu, aku tidak mau.”

Sudah sejak tadi pak Lurah menahan kemarahannya, dan mendengar penolakan Kenanga yang dengan tegas diucapkannya, ia tak bisa lagi menahannya. Ia menoleh kepada anak budahnya, yang siap menerima perintah sang majikan.

“Paksa dia!” titahnya.

Serentak lima orang yang semula ngelesot di tikar, kemudian berdiri.

Seorang wanita yang menemani Kenanga, berdiri menghalang di depan Kenanga.

“Pak Lurah, mohon pengertiannya, saat ini Kenanga masih berduka. Mohon pak Lurah bersabar ya,” katanya pelan, sesungguhnya dia juga takut.

“Aku itu hanya akan membawa dia dan menyuruhnya tinggal di rumah bagus. Bukan di rumah beratap tembikar seperti ini. Minggir kamu!”

Tiba-tiba seseorang datang dari arah bawah.

“Ada apa ini?” ia berteriak.

***

Besok lagi ya.

26 comments:

  1. Alhamdulilah
    Terimakasih bunda Tien
    Yang di tunggu sudah tayang

    ReplyDelete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Rumah Kenanga Di Tengah Belantara telah tayang

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
  4. Selamat mlm bunda..terima ksih cerbungnya..slm sehat sll unk bunda sekeluarga πŸ™πŸ₯°πŸŒΉ❤️

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah yg ditunggu dah tayang. Terimakasih bu Tien, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah, suwun mb Tien πŸ™

    ReplyDelete
  7. πŸ‘πŸ‚πŸ‘πŸπŸ‘πŸ‚πŸ‘πŸ
    Alhamdulillah πŸ™πŸ˜
    Cerbung eRKaDeBe_31
    sampun tayang.
    Matur nuwun Bu, doaku
    semoga Bu Tien selalu
    sehat, tetap smangats
    berkarya & dlm lindungan
    Allah SWT. Aamiin YRA.
    πŸ‘πŸ‚πŸ‘πŸπŸ‘πŸ‚πŸ‘πŸ

    ReplyDelete
  8. Matur nuwun Bu Tien, salam sehat bahagia aduhai selalu dari Yk.....

    ReplyDelete
  9. Aduh bunda. Jadi degdegan juga. Ikut emosi. Mudah"an yang datang Alvin dan keluarganya. Terimakasih bunda. Sehat selalu.

    ReplyDelete
  10. Siapakah yg datang? Semoga Alvin yg datang menolong Kenanga. Terima kasih bunda Tien, sehat dan bahagia selalu bunda Tien sekeluarga.... Aamiin ya Rabbal alaamiin🀲🀲🀲

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " RUMAH KENANGA DITENGAH BELANTARA ~ 31 " sudah tayang.
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete
  12. Matur nuwun Bu Tien, sugeng ndalu.

    ReplyDelete
  13. Assalamualaikum bu Tien, maturnuwun cerbung " Rumah Kenanga di Tengah Belantara 31" sampun tayang,
    Semoga ibu Tien serta Pak Tom dan amancu selalu sehat dan penuh berkah aamiin yra .. salam hangat dan aduhai aduhai bun πŸ€²πŸ™πŸ©·πŸ©·

    ReplyDelete
  14. Terima kasih Bunda, serial baru cerbung Rumah Kenanga Ditengah Belantara....31...sdh tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
    Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Aamiin

    Semoga Alvin yang datang, dengan pemberian cincin dari Kakek Bersorban, dia bisa kuwat lan rosa..saat nya berubah.πŸ’ͺπŸ’ͺ..😁

    ReplyDelete
  15. Mks bun kenanga sdh hadir....selamat mlm ....smg bunda dan pak Tom sll sehat sll dlm lindungan Allah Ta'ala...aamiin yraπŸ™πŸ€²

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah....
    Sugeng dalu, mBak Tien.
    Piye hasil kontrol kesehatan mas Tom?
    Mugi tansah pinaringan rahayu widodo, tinebihna ing rubeda lan kalis ing sambikala. Aamiin Yaa Robbal'alamiin 🀲

    ReplyDelete
  17. Terima kasih, ibu Tien...btw, Bu Warsono kok berubah jadi Bu Warsito ya? Typo sedikit...

    ReplyDelete
  18. Semoga bunda Tien dan pak Tom selalu sehat

    ReplyDelete
  19. Alvin datang....
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA~31 telah hadir.
    Maturnuwun, semoga Bu Tien tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga, serta selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin YRA.🀲

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien sehat wal'afiat semua ya πŸ™πŸ€—πŸ₯°πŸ’–πŸŒΏπŸŒΈ


    Ayo Alvin segera dibawa Kenanga nya, tp harus bergulat dulu dg lurah & begundal nya ,

    ReplyDelete
  22. Maturnuwun Bu Tien cerbung yg dinanti2 pembaca setia telah datang πŸ™

    ReplyDelete

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 33

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA  33 (Tien Kumalasari)   Hasto membuka matanya perlahan. Jalannya mobil yang bergoyang-goyang membuatnya te...