Saturday, November 22, 2025

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 30

 RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA  30

(Tien Kumalasari)

 

Kenanga termenung gelisah. Mengapa juga ada lurah lawas sudah tua masih pengin istri muda? Ingin sekali Kenanga menangis menggerung-gerung, memanggil sang ayah yang telah meninggalkannya. Begitu rumit hidupnya sekarang. Bukan masalah mengobati orang, tapi masalah jodoh. Kalau berpegang pada wasiat sang ayah, mestinya yang harus menjadi jodohnya adalah Alvin. Tapi mengapa kemudian muncul Hasto, Lurah lawas, dan masih ada lagi orang dusun yang pernah berkata ingin mengambilnya sebagai menantu.

“Kenanga, makanlah dulu, nanti kamu sakit,” kata seorang wanita dusun yang sedari tadi menemaninya.

“Aku bingung Lik.”

“Masalah Lurah lawas itu?”

“Iya. Ada-ada saja, sudah tua masih pengin punya istri lagi.”

“Dia itu sudah berkali-kali kawin cerai. Semuanya yang dipilih perawan. Mentang-mentang uangnya banyak, lalu dipakai untuk memberi iming-iming uang pada orang tua si gadis. Namanya uang, ya banyak yang suka.”

“Aku takut sekali Lik.”

“Kalau kamu takut, lebih baik kamu ikut salah satu diantara anak muda yang sering datang kemari itu. Yang kemarin itu ganteng banget lho Nduk.”

“Orang kaya Lik.”

“Memangnya kenapa kalau kaya? Kamu harus senang dong, bisa hidup sebagai orang kaya.”

“Begitukah? Tidak Lik, kaya atau miskin itu hanya sandangan. Kalau kita mengabdi kepada kekayaan, yang kita dapatkan adalah sandungan. Karena itu aku takut memilih. Hanya saja sebenarnya aku belum ingin memikirkannya. Aku belum bisa melupakan bapak,” kata Kenanga sedih.

“Kami bisa memaklumi, tanah pemakaman kakek belum kering, kamu pasti tidak ingin memikirkan jodoh. Hanya saja kami semua prihatin, kalau kamu terus sendirian kan ya kasihan.”

“Aku tidak pernah merasa sendirian, hanya saja aku tidak mau diganggu masalah jodoh terlebih dulu.”

“Ya sudah, sekarang kamu makan dulu saja, ayo aku temani. Nanti kita semua pasti ikut memikirkan keadaan kamu.”

“Bagaimana supaya Lurah lawas itu mengurungkan niatnya ya Lik?”

“Nanti kita bicarakan bersama, hanya saja entah nanti bagaimana. Kan kamu tahu sendiri, lurah lawas itu punya anak buah banyak. Dengan uangnya, dia bisa melakukan apa saja.”

“Itu membuat aku takut Lik.”

“Tapi kamu tidak usah takut, nanti kami akan membicarakan masalah itu bersama-sama.”

“Aku mau makan sedikit Lik, tapi setelah ini aku mau tidur sebentar ya, sudah berhari-hari tidak bisa tidur.”

“Ya, baiklah, ayo aku temani.”

***

Alisa dan Sinta sudah sampai di rumah, tapi beristirahat sebentar kemudian pergi ke rumah sakit untuk menemui ibunya yang sangat menghawatirkannya. Dan Sinta.walau masih tertatih segera terbang pulang ke Jakarta.

“Kamu baik-baik saja Sa?”

“Baik Bu.”

“Kenapa jalanmu pincang begitu?”

“Luka, tapi sudah diobati. Kenanga pintar mengobati orang, hanya dengan daun-daunan. Dia juga mengirim obat untuk Ibu.”

“Benarkah? Apa kamu bilang kalau ibu sakit?”

“Alisa bilang, mas Alvin nangis-nangis di rumah sakit, minta agar ibu merestui hubungannya dengan Kenanga. Lalu dia tanya, ibu sakit apa? Alisa jawab saja apa adanya. Ini obat untuk Ibu.”

“Wadahnya kok begitu?”

Ini botol dari tembikar. Sudah lama sekali. Kata mbak Kenanga, kalau ibu percaya boleh minum, kalau nggak percaya jangan diminum.”

“Mengapa begitu? Orang bisa percaya kalau sudah membuktikan bukan?”

“Kata Kenanga, kalau kita tidak percaya sesuatu berarti ragu-ragu, dan percaya adalah setengah dari kesembuhan.”

Bu Warsono tampak terdiam.

“Kenanga dan ayahnya itu sudah banyak menyembuhkan orang sakit. Ibu lihat kaki Alisa ini, juga tangan Sinta, sebenarnya patah. Tadinya digerakkan sedikit saja rasanya sakit.”

”Patah? Separah itu?”

“Iya Bu, kan Alisa dan Sinta jatuh ke dalam jurang.”

“Apa? Jatuh ke dalam jurang?”

Alisa menutup mulutnya. Ia keceplosan, padahal Alvin sudah wanti-wanti agar tidak berterus terang supaya sang ibu tidak kepikiran.

“Ini Bu, sebenarnya tidak boleh dikatakan jurang, hanya kubangan, jadi Ibu jangan khawatir. Ini … tulang yang patah sudah bisa digerakkan, dengan obat dari Kenanga. Tapi ini harus dibebat untuk beberapa hari, demikian juga Sinta.”

“Sebenarnya apa yang kalian lakukan di sana? Kamu tidak suka kakakmu menyukai Kenanga, lalu kamu membuat gara-gara?”

Lalu Alisa berterus terang kepada ibunya, bahwa dia mengatakan pada Kenanga bahwa Sinta adalah tunangan Alvin. Tapi setelah tahu kebaikan Kenanga, baik Alisa maupun Sinta kemudian bersimpati kepada Kenanga.

“Ternyata kalian ingin berbuat jahat,” sungut sang ibu.

“Alisa minta maaf. Sekarang Alisa mendukung mas Alvin. Kenanga itu baik dan cantik. Tidak heran mas Alvin tergila-gila,” kata Alisa sambil menundukkan wajahnya.

“Jangan pernah berbuat sesuatu yang buruk. Karena niat buruk kalian, maka kalian terjatuh dan terluka.”

“Alisa janji tak akan mengulanginya.”

“Baiklah, ambilkan gelas, tuangkan obatnya untuk ibu.”

Alisa bergegas mengambil gelas, menuangkan obat berwarna kehijauan itu setengah gelas, seperti anjuran Kenanga.

"Obat dari dokter yang ibu minum sudah jeda dua jam, pastinya boleh minum obat Kenanga ya,” kata bu Warsono.

Dengan ucapan ‘bismillah’ bu Warsono meneguk jamunya.

“Wangi, tapi pahit sekali.”

“Yang satu ini, harus dikompreskan pada luka Ibu.”

“Tapi luka itu dibebat, boleh tidak dibuka lalu diberikan obat itu? Semoga nanti tidak dimarahi susternya.”

“Alisa buka sebentar ya Bu, lalu dengan kapas yang dibasahi, akan Alisa tempelkan di situ. Nanti Alisa bungkus lagi.”

Pengobatan dari Kenanga sudah dijalankan.

“Di mana Sinta sekarang?”

“Sudah pulang ke Jakarta. Dia juga membawa obat dari Kenanga.”

“Semoga semuanya segera sembuh. Tapi ibu kok ngantuk ya, apa efek obat yang ibu minum tadi? Luka ibu ini setelah dikompres jadi terasa dingin, rasa sakitnya nggak ada lagi.”

“Semoga benar-benar cocok obat dari Kenanga ya Bu, sekarang Ibu tidur saja dulu, Alisa juga mau tiduran di situ, sambil menunggu bapak datang.”

Bu Warsono mengangguk, lalu memejamkan matanya.

***

Malam hari itu seperti biasa beberapa penduduk dusun menyalakan obor di sekitar rumah Kenanga, lalu mereka duduk sambil berbincang sehingga suasananya menjadi sedikit ramai. Kenanga tidur di dalam rumah, ditemani salah seorang wanita dusun. Agak terasa tenang setelah mengetahui perhatian warga dusun yang besar atas dirinya.

TIba-tiba suara bincang itu terhenti, ketika  datang serombongan orang yang juga membawa obor. Salah satu dari mereka berjalan paling depan, seorang laki-laki tua yang masih bisa berjalan tegap, dengan kumis setebal kepalan tangan, berjalan mendekat dengan pongahnya.

“Ada pak Lurah lawas,” kata seseorang.

“Aku mau bertemu Kenanga,” katanya tanpa basa basi.

“Kenanga sudah tidur, kasihan dia kecapekan.”

“Tidur? Banyak orang di sini dan dia tidur?”

“Kasihan dia Pak, lagi pula dia hampir tidak bisa tidur nyenyak setelah ayahnya meninggal.”

“Coba kalian bangunkan. Aku mau bicara sesuatu yang penting.”

“Bagaiamana kalau besok pagi saja Pak, kasihan dia.”

“Aku bersusah payah datang kemari, masa harus kembali lagi besok pagi? Aku hanya akan mengatakan satu hal saja pada Kenanga.”

Tapi tanpa harus menunggu ada yang membangunkan, Kenanga sudah berdiri di depan pintu. Ia mendengar semuanya, dan merasa yakin kalau dia tidak segera keluar maka Lurah lawas tak akan mau berhenti.

“Ada apa Bapak mencari saya?”

“Ahaaa, Kenanga. Rupanya baru mendengar suaraku saja hatimu sudah tergugah untuk menemui aku.”

“Ada apa sebenarnya? Ini sudah malam, aku harap Bapak segera mengutarakan maksud Bapak dan tidak mengganggu bapak-bapak yang ada di sini,” kata Kenanga tandas.

“Bagus sekali, memang aku ingin mengatakan sesuatu pada kamu Nduk. Dengar, setelah ayahmu meninggal, kamu kan hidup sendirian. Aku kasihan sekali mendengar berita menyedihkan ini. Dan prihatin melihat keadaanmu yang sebatang kara. Aku punya rumah yang tidak atau malah belum terpakai. Masih baru dibangun. Aku akan memberikan rumah itu untuk kamu. Supaya kamu tidak sendirian di belantara ini. Kasihan sekali kamu, Nduk.”

“Tidak apa-apa Pak, ini rumah saya. Setelah bapak meninggal juga tetap menjadi rumah saya. Saya tidak butuh rumah bagus atau baru, karena di sini saya merasa lebih nyaman.”

“Kamu jangan ngeyel. Kamu merasa nyaman karena mereka ini masih sanggup menemani kamu. Tapi semua itu ada batasnya. Nanti kalau mereka merasa repot atau bahkan bosan, kamu tetap akan ditinggalkannya sendirian.”

“Sebenarnya itu bukan urusan Bapak. Tapi saya berterima kasih kalau Bapak memperhatikan saya. Hanya berterima kasih saja, tidak lebih. Sekarang saya ingin beristirahat, minta maaf,” kata Kenanga sambil kembali masuk ke dalam rumah.

Pak Lurah marah bukan alang kepalang. Biarpun kata-katanya halus, tapi sangat terasa menyakiti. Ia ingin memburu ke dalam rumah, tapi beberapa orang menghalanginya.

“Pak Lurah harap bersabar dan mengerti. Saat ini Kenanga masih berduka. Besok kalau hatinya sudah tenang, bapak boleh bicara lagi,” kata salah seorang yang menjadi tetua.

Rupanya pak Lurah lawas masih punya nurani. Mendengar tentang masa berduka bagi Kenanga, hatinya sedikit luluh. Ia memberi isyarat kepada anak buahnya untuk kembali pulang, tapi pak Lurah meninggalkan pesan.

“Baiklah aku pulang, tapi katakan pada Kenanga bahwa secepatnya aku akan segera menjemputnya.”

***

Besok lagi ya.

27 comments:

  1. Terima kasih, ibu Tien.πŸ™πŸ»πŸ’“

    ReplyDelete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Rumah Kenanga Di Tengah Belantara telah tayang

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah, RKDB 30 sdh hadir. Matur nuwun & sugeng ndalu Bu Tien πŸ™

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah sudah tayang
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
  5. Assalamualaikum bu Tien, maturnuwun cerbung " Rumah Kenanga di Tengah Belantara 30" sampun tayang,
    Semoga ibu Tien serta Pak Tom dan amancu selalu sehat dan penuh berkah aamiin yra .. salam hangat dan aduhai aduhai bun πŸ€²πŸ™πŸ©·πŸ©·

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " RUMAH KENANGA DITENGAH BELANTARA ~ 30 " sudah tayang.
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA~30 telah hadir.
    Maturnuwun, semoga Bu Tien tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga, serta selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin YRA.🀲

    ReplyDelete
  8. Slmt mlm bunda..terima ksih cerbungnya..slm seroja dan aduhaaii uno bunda sekeluarga πŸ™πŸ₯°πŸŒΉ❤️

    ReplyDelete
  9. Alhamdulilah .
    Semoga bunda sehat selalu
    Aduh nekad pa lurah. Semoga ada dewa penolong buat kenanga. Alvin.
    .Alvin terus berjuang...

    ReplyDelete
  10. Matur nuwun Bu Tien kenanga sudah hadir,....semoga ibu tetap sehat bahagia bersama Kel tercintaπŸ™

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien❤️🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah, matursuwun nggih Bu Tien

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah, suwun mb Tien 🀲

    ReplyDelete
  14. Aduh kasihan kenanga di paksa" sama pak lurah lawas.....mks bun cerbung nya....selamat mlm sehat" sll πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  15. Matur suwun bu Tien ...Salam sehat dan bahagia buat keluarga di Solo.

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien salam sehat wal'afiat semua ya πŸ™πŸ€—πŸ₯°πŸ’–πŸŒΏπŸŒΈ

    Semakin seru nih ada campur tangan pak lurah,,

    ReplyDelete
  17. πŸ›–πŸ„πŸ›–πŸ„πŸ›–πŸ„πŸ›–πŸ„
    Alhamdulillah πŸ™πŸ¦‹
    Cerbung eRKaDeBe_30
    telah hadir.
    Matur nuwun sanget.
    Semoga Bu Tien dan
    keluarga sehat terus,
    banyak berkah dan
    dlm lindungan Allah SWT.
    Aamiin🀲.Salam seroja 😍
    πŸ›–πŸ„πŸ›–πŸ„πŸ›–πŸ„πŸ›–πŸ„

    ReplyDelete
  18. Terima kasih bunda Tien, sehat dan bahagia selalu bunda Tien sekeluarga. Selamat berlibur dan berkumpul dengan keluarga tercinta, aduhaai

    ReplyDelete
  19. Aduh, Lurah Lawas...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  20. Terima kasih Bunda, serial baru cerbung Rumah Kenanga Ditengah Belantara....30...sdh tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
    Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Selamat berakhir pekan Bunda.

    Waduh...pak Lurah lawas yang thokmes...ingin menjemput paksa Kenanga. Coba klu ayah nya Kenanga msh hidup, pasti tidak berani dia.

    Dengan pemberian cicin dari Kakek Bersorban, mungkin Alvin dapat menolong Kenanga

    ReplyDelete
  21. Waah...pak lurah lawas gercep aja...ayo Alvin cepat bergerak juga, sainganmu banyak lho...πŸ˜…πŸ˜

    Terima kasih, ibu Tien...semoga sehat dan sejahtera selalu.πŸ™πŸ»

    ReplyDelete
  22. Ditunggu pembaca Bu, Kenanga dan Alvin.....πŸ˜ŠπŸ™

    ReplyDelete
  23. Yuk kita jemput kerumah kenanga diatas bukit....🀣🀣

    ReplyDelete

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 33

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA  33 (Tien Kumalasari)   Hasto membuka matanya perlahan. Jalannya mobil yang bergoyang-goyang membuatnya te...