Wednesday, November 12, 2025

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 21

 RUMAH KENANGA DI TENGAH  BELANTARA  21

(Tien Kumalasari)

 

Sanusi tertawa melihat wajah Alvin yang tampak muram. Ada kegelisahan bagi Alvin yang sulit digambarkan. Mengapa Hasto tiba-tiba mendekati Kenanga? Sudah sejauh mana hubungan mereka? Sudah berapa kali Hasto mengunjungi Kenanga? Bagaimana sikap Kenanga terhadap kedatangan Hasto? Apakah Kenanga mengimbangi ketertarikan Hasto, kalau belum bisa disebut cinta?

Alvin mencoba tersenyum tipis.

“Kamu juga menginginkan Kenanga?” tanya Sanusi lagi.

Alvin mencoba menolak anggapkan Sanusi, dengan mengibaskan tangannya ke arah Sanusi.

“Kita reuni, mari bersenang-senang,” ajaknya sambil tersenyum, kemudian melangkah mendekati teman-temannya yang lain.

Ada organ tunggal di datangkan Sanusi untuk memeriahkan suasana. Mereka bergantian mengalunkan suara diiringi alunan musik yang mengikuti nyanyian mereka.

Alvin duduk di sudut ruangan sambil menikmati cemilan yang dihidangkan. Pikirannya tidak ke arah pertemuan itu, tidak bisa berbaur dengan kegembiraan mereka. Ada sedih, kecewa, patah hati, melanda.

“Apa aku benar-benar jatuh cinta pada gadis hutan yang menawan itu?” kata batinnya. Ia ingin menampiknya, tapi mengapa mendengar Hasto sedang mendekati Kenanga lalu dadanya terasa nyeri? Seakan ribuan jarum menusuknya.

Alvin belum pernah jatuh cinta, yang dirasakannya sekarang ini tidak pernah dirasakan sebelumnya.

“Inikah cinta? Mengapa rasanya begitu sakit?”

Tiba-tiba terdengar suara dari arah depan, dengan pengeras suara, yang memanggil namanya.

“Yang akan menyumbangkan suara sekarang adalah bapak direktur yang terhormat. Alvin.”

Lalu suara tepuk tangan menggema, dan semua pandangan mengarah kepadanya.

“Apa?” Alvin berteriak.

Lalu seperti mendapat aba-aba, semuanya berteriak.

“Nyanyi … nyanyi … nyanyi …” berulang-ulang dan memekakkan telinga.

“Maaf, aku lagi agak batuk,” teriaknya.

“Alasaaaan …” teriak mereka.

Lalu tiba-tiba seseorang menggamit tangannya.

“Ayolah Alvin,” suara itu sangat lembut. Alvin menatapnya. Ia adalah Sinta, salah satu teman kuliahnya yang sejak masih sama-sama kuliah selalu ingin mendekatinya.

“Aku … batuk …” lalu Alvin memperdengarkan suara orang terbatuk-batuk.

“Tidak apa-apa, suara serak-serak basah itu justru bagus.”

Sinta terus menariknya, dan Alvin terpaksa mengikutinya.

Suara tepuk tangan mengikuti langkahnya. Tapi setibanya di panggung Alvin tak tahu harus menyanyikan apa. Pikirannya sedang kalut, mana bisa menyanyi.

Sinta yang masih terus mengikutinya, berbisik di kupingnya.

“Alvin, ada apa denganmu? Bukankah kamu selalu suka menyanyi?”

“Aku bingung harus nyanyi apa..”

“Ayo nyanyi bareng aku saja…”

Sinta mendekati pemain organ dan mengatakan lagu apa yang akan dinyanyikannya..

Lalu musik mulai mengalun, dan Sinta lebih dulu mengalunkan lagu, sambil menggandeng tangan Alvin …

“I can’t stop loving you …. So I’ve made up my mind. To live in memories of old lonesome time …..”

Dan terpaksa Alvin mengikutinya. Tepuk tangan memenuhi ruangan. Suara suitt.. suit terdengar .. membuat senyuman Sinta merekah.

Ia merasa sedang mengungkapkan perasaannya kepada Alvin, yang hanya tersenyum datar.

Ketika lagu berakhir, Alvin kembali duduk di sudut ruangan, tempat dia duduk sebelumnya. Sinta mengikutinya, lalu duduk di depannya.

“Ada apa denganmu?”

“Aku kan sudah bilang, agak batuk.”

“Tapi suara kamu masih tetap bagus.”

“Kepalaku pusing. Sepertinya aku mau pulang terlebih dulu.”

“Alvin, jangan begitu. Ini pertemuan kita yang pertama sejak kita berpisah setelah wisuda. Apa kamu tidak kangen pada aku, karena aku bekerja di Jakarta?”

“Tidak ada waktu kangen, bukankah kita kemudian sibuk dengan urusan kita masing-masing?”

“Sampai lupa mencari jodoh ya?”

Alvin hanya tersenyum. Wajah gadis dengan kain dan kebaya yang diikatkan di depan perut melintas, membuatnya murung.

“Apa yang dilakukan Hasto di sana malam ini?” kata batinnya.

“Alvin, duduklah sebentar, lihat, mereka sedang mengambil makanan, ayo kita makan.”

“Sungguh aku mau pulang saja, kepalaku sangat pusing.”

“Aku antarkan kalau begitu, takut kamu jatuh di jalan.”

“Aku membawa mobil.”

“Waduh, bagaimana kalau kamu kenapa-kenapa di jalan?”

“Tidak, aku masih bisa menyetir. Mana Sanusi, aku mau pamit.”

“Dia sedang sibuk melayani teman-teman yang sedang makan.”

“Kalau begitu tolong pamitkan aku ya,” kata Alvin sambil berdiri.

“Alvin, aku hanya sehari di sini, besok aku ke rumahmu sebelum sorenya kembali ke Jakarta.”

Tapi Alvin tak menanggapinya. Ia melangkah keluar, menghampiri mobilnya dan memacunya pulang.

Sinta menatapnya dengan wajah murung.

“Apakah aku kurang cantik? Susah sekali mendekati Alvin. Kata teman-teman dia juga belum punya pacar. Apa dan bagaimana gadis yang dia cari?” gumamnya sambil kembali berbaur dengan teman-temannya.

***

Ketika sampai di rumah, dilihatnya rumah sepi. Rupanya pak Warsono menemani Alisa yang katanya mau menjaga sang ibu.

Ketika ia mau masuk ke kamarnya, simbok tergopoh dari belakang.

“Tuan Alvin, katanya Tuan pulang malam, simbok baru mau mengunci pintu depan.”

“Acaranya sudah selesai.”

“Apa Tuan mau makan? Masakan simbok masih utuh, karena tuan besar dan non Alisa tidak makan di rumah.

Alvin memang merasa lapar, walau pikirannya sedang tidak tenang. Ia tak ingin mengecewakan simbok.

“Baiklah Mbok, aku mau makan, tapi ganti baju dulu,” katanya sambil masuk ke dalam kamar.

Simbok segera menyiapkan makan untuk sang tuan muda dengan suka cita. Masakan yang dibuatnya untuk makan malam tak sia-sia.

***

Sementara itu pak Warsono masih menemani Alisa yang menunggui sang ibu di rumah sakit. Lalu Alisa meminta ayahnya pulang saja, takut sang ayah kelelahan.

Ketika sedang berbaring di sofa, tiba-tiba ponselnya berdering.

Alisa mengangkatnya, karena mengenal nama orang yang menelpon. Ia adalah Sinta, dulu teman kuliah Alvin, yang sering datang ke rumah.

“Alisa?” suara dari seberang.

“Ya, ini mbak Sinta ya?”

“Iya, senang kamu tidak melupakan aku. Aku kira sudah tidur kamu Sa.”

“Belum, ini sedang menunggui ibuku di rumah sakit.”

“Lhoh, ibu sakit apa?”

“Banyak, kelelahan juga. Ada apa nih Mbak, tumben menelpon.”

“Aku sedang liburan di sini. Tapi tidak mengganggu kan?”

“Tidak, aku sedang tiduran.”

“Tadi aku datang ke pertemuan teman-teman kuliah, di rumah Sanusi.”

“O, iya. Bukankah mas Alvin juga ikut?”

“Iya, tapi tadi Alvin kelihatan tidak begitu gembira, bahkan kemudian pulang awal, karena kepalanya pusing, katanya.”

“Jadi mas Alvin saat ini sudah pulang?”

“Sudah sejam yang lalu, atau lebih. Tapi sekarang aku tahu, Alvin tidak bersemangat karena ibunya sakit.”

“Ya, mungkin begitu Mbak. Sebenarnya aku sudah sanggup menggantikan menjaga ibu di rumah sakit, sementara mas Alvin akan menemui teman-temannya.”

“Tapi benar, Alvin kelihatan tidak bersemangat. Ya sudah Sa, aku hanya mau membicarakan tentang Alvin, tapi aku sudah menemukan sebabnya, yaitu Alvin tidak bersemangat karena ibunya sakit. Semoga ibu segera sembuh ya Sa.”

“Aamiin. Terima kasih Mbak.”

“Besok kalau ada waktu aku usahakan mampir.”

“Baiklah, terima kasih. Besok kebetulan nggak ada kuliah, aku di rumah sakit menemani ibu. Kalau mas Alvin pasti di kantornya.”

“Gimana sih Sa, besok kan hari Minggu?

“Oh, ya ampun, pikiranku ke mana, aku kira Senin. Kalau begitu mas Alvin bisa datang kemari juga, supaya ketemu mbak Sinta juga.”

“Baiklah, sampai besok ya Sa.”

Alisa menutup ponselnya.

“Telpon dari siapa Sa?” ternyata sang ibu mendengarnya.

Dari mbak Sinta, teman kuliah mas Alvin dulu. Ibu ingat kan? Dia sering ke rumah,” kata Alisa sambil mendekat ke arah ibunya, yang semula dikira tidur.

“Iya, ibu ingat, yang cantik dan tinggi semampai itu kan?”

“Iya.”

“Dulu ibu kira dia itu pacarnya Alvin. Tapi Alvin membantahnya.”

“Kalau mas Alvin suka, baguslah. Tapi kan mas Alvin orangnya susah.”

“Aku juga heran. Seperti apa gadis yang dicari kakakmu itu.”

“Ya sudah, ini sudah malam, ibu malah membicarakan mas Alvin lagi.”

“Ibu terbangun mendengar kamu bicara, ibu kira ayahmu masih ada di sini, ternyata kamu sedang menelpon.”

“Bapak Alisa minta pulang. Kasihan kalau bapak juga kecapekan.”

“Benar. Bapakmu kalau di rumah sakit tidak bisa istirahat dengan nyaman.”

“Sekarang ibu tidur ya.”

“Apa yang dikatakan Sinta tadi?”

“O, tadi tuh mengatakan kalau dia datang ke pertemuan teman-temannya, dan juga bertemu mas Alvin.”

“Bertemu Alvin ya? Mudah-mudahan Alvin suka.”

“Mbak Sinta malah bilang bahwa mas Alvin pulang duluan, katanya mengeluh kepalanya pusing.”

“Alvin sakit?”

“Entahlah, tadi ketika mau berangkat baik-baik saja.”

“Coba kamu telpon dia.”

“Ya, nanti Alisa telpon, tapi ibu tidur saja dulu, hanya pusing, mungkin juga kecapekan.”

Tapi ketika Alisa menelpon, Alvin tidak mengangkatnya. Mungkin sudah tidur, atau mungkin enggan mengangkatnya.

***

Pagi hari itu hari Minggu, agak siang setelah makan pagi, pak Warsono mengajak Alvin untuk ke rumah sakit. Tak ada alasan untuk menolaknya biarpun sebenarnya masih ingin menyendiri di kamarnya.

Ia langsung mendekati sang ibu, karena sehari kemarin tidak sempat menemuinya.

“Ibu, bagaimana keadaan Ibu?”

“Ibu mendengar semalam kamu pusing. Kamu sakit?” tanya sang ibu tanpa menjawab pertanyaan Alvin, membuat Alvin heran. Bukankah alasan pusing itu diutarakan karena dia ingin segera pulang dan meninggalkan arena pertemuan yang masih hiruk pikuk oleh tawa dan dendang ria teman-temannya? Dan satu-satunya yang diberi alasan pusing hanyalah Sinta. Apakah Sinta mengabari ibunya?

“Kamu sakit?” ulang sang ibu.

“Alvin baik-baik saja. Mengapa Ibu mengira Alvin sakit?”

“Semalam kamu pulang mendahului teman-temanmu di pertemuan itu karena merasa pusing kan?”

Alvin yakin, bahwa ibunya mendengar dari Sinta. Apakah Sinta datang kemari?

“Semalam mbak Sinta menelpon aku,” jawaban itu Alisalah yang mengatakannya. Jadi Sinta menelpon adiknya? Alvin sangat kesal mengetahui ulah Sinta.

“Hanya capek dan ingin segera pulang kok Bu,” jawabnya kepada sang ibu.

“Syukurlah. Ibu memikirkan kamu karena Sinta mengabari hal itu. Hubungan kamu sama Sinta baik kan? Ibu masih ingat, Sinta itu cantik dan pintar bukan?”

Alvin tak menjawab.

“Mbak Sinta bilang, nanti mau datang kemari,” sambung Alisa.

“Mengapa?” tanya Alvin tak suka.

“Pastinya karena mendengar bahwa ibu sakit, jadi ingin membezoek ibu,” kata Alisa.

“Sebenarnya aku mau pulang sekarang, tapi nanti saja, kalau mbak Sinta datang baru aku pulang.”

Alvin merasa kesal. Dari dulu Sinta mengejarnya, tapi dia tak pernah mempedulikannya. Mengapa sekarang masih juga ingin mendekati keluarganya?

“Sinta itu baik, apa kamu tidak menyukainya?” tanya sang ibu.

“Iya, aku suka karena mbak Sinta itu baik.”

“Kalau begitu menikahlah dengannya,” sentak Alvin kesal.

“Mas!” Alisa cemberut.

Alvin tiba-tiba menubruk ibunya, merangkulnya erat dan berkata dengan terbata-bata.

“Ibu, restuilah Alvin. Biarkan Alvin memilih gadis yang Alvin sukai.”

Bu Warsono terkejut. Ia seorang ibu, dan tangis anaknya adalah kesakitan yang benar-benar sakit. Bukan pada raganya, tapi jiwanya. Tapi ini menyangkut jodoh sang anak, yang sesungguhnya tidak berkenan baginya. Batinnya berperang antara ingin membuat anaknya bahagia, dan menentang pilihan yang dianggapnya tidak pantas.

***

Besok lagi ya.

 

44 comments:

  1. Alhamdulillah eRKaDeBe_21 sdh tayang.
    Matur nuwun bu Tien.
    Sugeng dalu.

    ReplyDelete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Rumah Kenanga Di Tengah Belantara telah tayang

    ReplyDelete
  3. 🏑🌳🏑🌴🏑🌳🏑🌴
    Alhamdulillah πŸ™πŸ˜
    Cerbung eRKaDeBe_21
    sampun tayang.
    Matur nuwun Bu, doaku
    semoga Bu Tien selalu
    sehat, tetap smangats
    berkarya & dlm lindungan
    Allah SWT. Aamiin YRA.
    Salam aduhai πŸ¦‹πŸŒΉ
    🏑🌳🏑🌴🏑🌳🏑🌴

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun jeng Sari
      Aduhai

      Delete
  4. Alhamdulliah
    Matur nuwun bunda. Semoga tetap sehat. Tetap berkarya sekalu

    ReplyDelete
  5. Matur suwun Bu Tien salam sehat utk keluarga di Solo

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA~21 telah hadir. Maturnuwun, semoga Bu Tien beserta keluarga tetap sehat dan bahagia serta senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin YRA.🀲

    ReplyDelete
  7. Assalamualaikum bu Tien, maturnuwun cerbung " Rumah Kenanga di Tengah Belantara 21" sampun tayang,
    Semoga ibu Tien serta Pak Tom dan amancu selalu sehat dan penuh berkah aamiin yra .. salam hangat dan aduhai aduhai bun πŸ€²πŸ™πŸ©·πŸ©·

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Maryani
      Aduhai aduhai

      Delete
  8. Alhamdulillah sudah tayang
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
  9. Semoga bunda Tien dan pak Tom selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  10. Selamat mpm bunda..terima ksih cerbungnya..slm seroja unk bunda sekeluarga πŸ™πŸ₯°πŸŒΉ❤️

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " RUMAH KENANGA DITENGAH BELANTARA ~ 21 " sudah tayang.
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah yg di tunggu sdh tayang mksh Bu Tien smg sll diberikan kesehatan aamiin

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien❤️🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  14. Matur nuwun Bu Tien, cerita horor menuju cerita percintaan, semoga happy ending, dan tokohnya bagus2, .sehat dan bahagia selalu Bu TienπŸ™

    ReplyDelete
  15. Terima kasih Bunda, serial baru cerbung Rumah Kenanga Ditengah Belantara....21...sdh tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
    Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Aamiin.

    Semoga Alvin di restui oleh Bundanya berjodoh dengan gadis yang ia sukai, tetapi lamaran Hasto memperisteri Kenanga, sudah di terima oleh Kakek nya Kenanga, gimana nih. Alvin hanya bisa gigit jadi dong..😁😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  16. Matur nuwun Bu Tien, salam sehat bahagia selalu....

    ReplyDelete
  17. Mks bun .....sehat"sll ....selamat mlm salam sehat jangan lupa bahagia bersama kelrg tercinta

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillaah matur nuwun Bu Tien salam sehat wal'afiat semua ya πŸ™πŸ€—πŸ₯°πŸ’–πŸŒΏπŸŒΈ

    Tetap sabar ya Alvin 😁🀭

    ReplyDelete
  19. Wah, sudah muncul saingannya Kenanga untuk dekati Alvin...kalau jodoh tak akan ke mana.πŸ˜…

    ReplyDelete

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 34

  RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA  34 (Tien Kumalasari)   Alvin terkejut. Apakah itu kebakaran di rumah Kenanga? Ia segera mengajak tiga o...