SANG PUTRI 05
(Tien Kumalasari)
“Apa? Mas bilang apa?” tanya Danang sambil menatap tajam kakaknya.
“Kamu tidak mendengar? Telinga kamu masih bagus kan? Aku harus mengulangnya lagi?”
“Mas bercanda kan?”
“Aku sangat serius, jadi pergilah dan jangan mengganggunya lagi.”
“Ooh.. begitu ? Jadi mas sudah jatuh cinta kepada begundal itu?”
“Dia bukan begundal !!” bentak Handoko marah.
“Baiklah.. aku akan bilang pada ibu atas semua ucapan mas Handoko,” kata Danang sambil berlalu dengan wajah merah padam. Belum pernah Handoko membentak adiknya sekasar itu. Danang membawa sakit hatinya dengan luka tak terperi.
Handoko membuka kamar Bintang. Dilihatnya Mirah sedang menepuk-nepuk pantat Bintang, tapi Handoko melihat setitik air membasahi sudut mata Mirah.
“Mirah, ma’afkan aku ya,” kata Handoko pelan.
Mirah menoleh, melihat Handoko diatas kursi rodanya, menatapnya sambil tersenyum. Mirah mengusap matanya yang basah dengan telapak tangannya.
“Aku minta ma’af, aku mengucapkan itu untuk menghentikan kelakuan Danang yang kurangajar.”
Mirah merasa seperti disiram seember air es.
“Jadi hanya untuk mengusir mas Danang..” kata batinnya. Ia mengira Handoko benar-benar menyukainya.
“Ma’af ya.. ma’afkan juga kelakuan Danang,” kata Handoko lagi sambil bersiap menutup kembali pintu kamar anaknya.
“Tidak apa-apa bapak..”
Mirah menatap pintu tertutup itu. Membayangkan laki-laki tampan yang duduk dikursi roda, mengayuh kembali kursinya, lalu Mirah merasa khawatir, apakah tuan gantengnya bisa naik sendiri keranjangnya kembali.
Mirah bangkit.
“Yuuu..” Bintang merengek.
“Sebentar mas.. sebentaaar saja...” kata Mirah sambil keluar dari kamar, menuju kearah depan. Tapi dilihatnya Handoko tidak masuk kekamarnya, ia sedang berusaha duduk diatas sofa. Mirah menatapnya khawatir, tapi Handoko bisa duduk dengan baik. Lalu Mirah membalikkan tubuhnya, kembali kekamar Bintang.
***
Handoko menatap layar televisi yang dinyalakannya, namun hatinya bukan kearah situ. Teringat olehnya ucapan terhadap Danang yang meluncur begitu saja dari mulutnya. Seperti bukan kemauannya sendiri, tapi sungguh, Handoko tidak menyesalinya.
Lalu ditatapnya sebuah foto, dirinya dan Palupi. Foto besar dengan bingkai cantik, yang terpampang disudut ruangan. Mereka bergandengan tangan begitu mesra, dan senyum-senyum bahagia tersungging disana. Bak pangeran dan puteri dari negeri Antah Berantah. Bak Kamajaya dan Kamaratih dari istana dewa-dewa.
“Kemana semua itu? “ gumam Handoko lirih sambil tetap menatap kearah foto.
Handoko mencari disetiap sudut hati, mencari disetiap relung sanubari. Sepertinya tak ada lagi. Tangannya meraba tanpa rasa. Semuanya seperti lenyap ditelan prahara.
“Mas...” Handoko terkejut, Palupi berdiri didekatnya.
“Ada apa?”
“Ayuk keluar ..”
“Kemana?”
“Makan malam diluar mas.”
“Bukankah Mirah sudah memasak untuk kita?”
“Bosan makan makanan rumah.”
“Memangnya sehari berapa kali kamu makan dirumah?”
Palupi yang merasa kesal mendengar penolakan Handoko kemudian masuk kekamar dan mandi.
“Kalau kamu tidak mau biar saja aku keluar sendiri,” gumamnya sambil menarik baju dari dalam almari.
Tiba-tiba terdengar Mirah berteriak.
“Mas Bintaang, jangan main bola disini... ayuk kehalaman saja...”
Tapi sebelum Mirah sempat mengejar Bintang, sebuah tendangan meluncur, tepat mengenai foto bapak ibunya. Derai kaca pecah berhamburan segera memenuhi ruangan.
“Ya ampuun, mas Bintang...” teriak Mirah.
Handoko terpana ditempatnya, potret pasangan Kamajaya Kamaratih itu luruh kebawah, bersama dengan pecahan kaca. Tapi Handoko tidak marah. Ia menarik tangan Bintang agar tidak mendekat dimana kaca berhamburan disana.
“Sini Bintang, nanti kakimu terkena pecahan kaca.”
Mirah mengambil sapu dan pengki serta keranjang sampah, berjongkok memunguti keping demi keping kaca yang berserakan dilantai.
“Mirah, pakai sandal, nanti kakimu luka.” Kata Handoko sambil terus mendekap Bintang.
“Tidak bapak, saya akan hati-hati. Mas Bintang sih, main bola didalam rumah.”
Bintang terdiam, takut bapaknya marah. Ternyata tidak.
“Besok kalau main bola dihalaman saja ya?” katanya lembut.
“Iya bapak.”
Palupi yang sudah mandi dan berpakaian rapi berteriak.
“Ya ampuun, kenapa itu ?”
“Pecah kena bola bu,” kata Mirah sambil terus memunguti kaca-kaca.
“Anak bandel !” omel Palupi sambil memelototi Bintang. Bintang menyembunyikan wajah nya didada bapaknya.
“Sudah, namanya anak-anak.” Katanya sambil mengelus kepala anaknya.
“Itulah kalau anak terlalu dimanja.”
“Bintang itu anak-anak, belum mengerti mana yang baik dan yang buruk. Kalau orang tua yang sudah mengerti baik dan buruk saja masih melanggarnya, apalagi bocah.”
Palupi tak menjawab, ia terus melangkah kedepan, dan ternyata ada taksi yang sudah menunggu dihalaman.
Handoko mendekap Bintang erat-erat, sisa kebahagiaan yang harus direngkuhnya dengan penuh kasih sayang.
“Bapak, ini foto dan piguranya bagaimana. Besok Mirah bawa ke tukang pigura biar dibetulkan ya.”
“Jangan. Taruh digudang.”
“Taruh digudang?” tanya Mirah tak percaya.
“Taruh saja digudang, tak usah foto itu dipasang lagi.”
***
Palupi tidak pergi kerumah teman-temannya. Ia hanya berjalan-jalan, keluar masuk toko, melihat-lihat.. lalu keluar lagi.. lalu ia merasa lapar. Benar, sejak pagi dia belum makan. Lalu ia masuk kesebuah restoran.
Ia meihat-lihat kesekeliling, sa’at makan siang sudah lama lewat, sa’at makan malam belum tiba, jadi sepi disitu. Masih banyak meja yang kosong. Palupi memilih sebuah meja disudut.
Tapi begitu pantatnya menyentuh tempat duduk, ia melihat seseorang yang tidak asing baginya. Seseorang yang pernah dekat dengannya. Palupi berdebar. Benarkah dia? Lalu mulutnya menyebutkan sebuah nama.
“Ryan ?”
Palupi menunggu, dan laki-laki tampan itu menoleh kearahnya. Beberapa sa’at dia menatap Palupi, tampaknya sedang mengingat-ingat.
“Palupi?” serunya ketika sudah mengingatnya. Lalu dia berdiri dan mendekati Palupi. Hampir saja dia memeluknya, tapi dia ingat bahwa Palupi sudah menikah. Jadi dia hanya menyelaminya dan menggenggamnya erat.
“Kamu sudah berubah Ryan.” Kata Palupi ketika Ryan sudah duduk didepannya.
“Berubah tua bukan ?”
“Tidak, berubah menjadi laki-laki yang lebih matang tapi tetap tampan seperti dulu.
Ryan terbahak.
“Aku senang mendapat pujian kamu. Apa kabar Palupi ?”
Palupi menampakkan wajah sedih.
“Ada apa? Tapi nanti dulu, pesan makanan yuk, aku juga baru datang dan belum memesan apapun.
Seorang pelayan mendekat. Keduanya memesan makan dan minum.
“Berapa anak kamu?”
“Satu. Kamu ?”
“Aku belum menikah.”
“Haaa... belum laku juga ?”
“Baru loading.... “ lalu Ryan tertawa terbahak.
“Sudah ada calon?”
“Ada... “
“Syukurlah.”
“Mengapa makan sendirian ? Suamimu mana?”
“Lagi sakit. Habis kecelakaan.”
“Hah? Kecelakaan apa?”
“Naik kendaraan, menabrak pohon. Kaki kirinya patah, lalu dioperasi. Sekarang belum bisa jalan sih. Hanya dengan kursi roda.”
“Ikut prihatin ya.. Tapi kenapa suami lagi sakit kok kamu malah jalan sendiri?”
“Aku tidak bahagia Ryan.”
“Kamu sudah memiliki seorang anak, bagaimana bisa tidak bahagia?”
Palupi menundukkan kepalanya, menampakkan wajah sedih.
Ketika pelayan meletakkan pesanan, Palupi segera menghirup jus alpukat yang dipesannya.
“Hidupku terkekang.”
“Terkekang bagaimana?”
“Suamiku mengekang aku. Mengharuskan aku tinggal dirumah saja, tidak diijinkan kemana-mana.”
“Lha sekarang ini, bagaimana kamu bisa pergi?”
“Aku nekat lah.”
“Nggak boleh itu. Kalau suami melarang ya kamu jangan nekat.”
“Ah.. aku mana betah tinggal dirumah terus?”
“Kamu seorang isteri, dan seorang ibu Lupi, jangan begitu.”
“Ryan, kamu jangan menyalahkan aku. Banyak hal yang kamu tidak tahu, dan membuatku menderita. Aku menyesal dulu tidak menikah dengan kamu saja.”
“Lupi, setiap manusia punya garis hidupnya sendiri-sendiri. Kira-kira enam tahunan yang lalu aku masih laki-laki yang lontang lantung dan belum punya pekerjaan, dan keduanya kita memang tidak berjodoh. Jodohmu adalah laki-laki ganteng yang mapan dan memiliki segalanya. Aku bisa mengerti itu.”
“Tapi ternyata mertuaku tidak menyukai aku, cerewetnya bukan main,” kata Palupi seakan mengadu, dan merasa yakin bahwa Ryan akan bersimpati padanya.
“Kalau mertua cerewet itu biasa, banyak cara untuk mengajari anak dan menantu agar bisa melakukan hal yang benar. Tapi kamu tidak usah mempedulikannya, aku yakin semua itu demi kebaikan.”
“Apa kamu tidak lagi mencintai aku?”
“Palupi, hari-hari yang menggilas telah menguapkannya. Dan aku sudah menemukan seseorang.”
“Tapi aku masih mencintai kamu Ryan.”
Tiba-tiba Ryan merasa menyesal dengan pertemuan itu. Palupi bukan wanita baik-baik yang menggenggam rumah tangganya dengan penuh cinta.
“Ryan..”
Tapi Rian segera menyendok lontong opor yang dipesannya, pura-pura tak mendengar ucapan Palupi.
“Ryan, aku hanya ingin mengatakan apa yang aku rasakan. Sungguh aku tidak bahagia Ryan, aku menderita.”
Ryan terbatuk-batuk. Lalu minum seteguk minumannya.
“Hanya satu yang aku ingin katakan sama kamu Palupi. Jaga rumah tangga kamu. Jangan berpaling dari rasa tanggung jawabmu.”
Palupi tak menjawab. Ia juga segera menyantap makanan yang dipesannya. Ia merasa bahwa Ryan sama sekali tidak bersimpati padanya. Tapi Palupi tak pernah putus asa. Akan dicarinya cara agar Ryan tertarik padanya.
“Kamu naik apa Ryan?”
“Mobil, tapi bukan punyaku. Itu mobil perusahaan dimana aku bekerja.”
“Maukah kamu mengantar aku pulang?”
“Baiklah, tidak apa-apa. Setelah makan aku antarkan kamu pulang.”
***
Ketika sampai dirumah Palupi melihat suaminya sedang makan bersama Bintang. Mirah melayani mereka, bahkan duduk didekat Bintang karena kali itu Bintang ingin disuapi yu Mirah.
Handoko menoleh kearah Palupi yang berdiri ditengah-tengah pintu. Tapi tak mengucapkan apapun. Ia kesal karena isterinya tetap tak mau menuruti kata-katanya agar lebih sering diam dirumah dan melayani keluarganya.
Bintang menatap ibunya, tapi juga tak mengatakan apapun. Karena sering meninggalkan rumah jadi Bintang juga tak begitu dekat dengn ibunya.
“Aku mau nambah ayamnya..” kata Bintang.
Mirah mengambil sepotong ayam dan memotong-motongnya, lalu disuapkannya kepada Bintang.
“Rah, aku juga mau dipotongin ayamnya,” kata Handoko.
Mirahpun mengambil lagi sepotong ayam lalu memotong-motongnya dan diletakkannya disebuah piring kosong, lalu diletakkannya didepan Handoko.
Palupi melihat semuanya dengan kesal. Ia tak sadar bahwa jarak yang ada diantara dia dan suami serta anaknya adalah karena kesalahannya sendiri. Palupi membalikkan badannya, tapi Mirah menghentikannya.
“Ibu tidak makan sekalian?”
“Aku tidak lapar,” jawabnya sambil berlalu.
***
Pagi hari itu sebelum berangkat kekantor, Danang mendekati ibunya. Ia ingin mengatakan tentang apa yang diucapkan Handoko ketika memarahinya, tapi diurungkannya. Kalau kakaknya mengatakan bahwa dia mengganggu Mirah, dia pasti juga akan kena marah.
“Kenapa belum berangkat juga Nang?”
“Iya bu, baru mengingat-ingat, apa ada yang terlupa.” jawab Danang sekenanya.
“Ya sudah duduk dulu, sambil mengingat-ingat. Laptop, ponsel, dompet, kunci mobil..”
Danang menggeleng-gelengkan kepalanya. Maju mundur ketika akan mengadu pada ibunya.
“O ya Nang, ketika ibu kerumah kakakmu, ibu ketemu Widi .”
“Widi ?”
“Cantik lho dia sekarang, semakin dewasa semakin cantik..”
“Iya, minggu lalu Danang juga ketemu.”
“Ibu bilang, mau ibu jodohkan dengan kamu..”
“Hahaa... apa dia mau? Galak sekali dia kalau sama Danang.”
“Iya, tampaknya nggak mau. Ya sudah nanti yang lainnya saja, lagipula kurang bagus kalau saudara sepupu berjodoh.”
“Ya sudah bu, Danang berangkat dulu, belum teringat apa yang harus Danang katakan.”
“Kamu mau mengatakan sesuatu sama ibu?”
“Eh.. bukan.. maksud Danang belum teringat apa yang belum Danang bawa.”
“Kamu itu.”
***
Handoko sudah berdandan rapi. Ia menunggu Widi yang berjanji akan mengantarkannya pagi itu.
“Bapak mau kemana?” Bintang mendekati bapaknya.
“Bapak mau kerumah sakit.”
“Bapak masih sakit?”
“Iya sayang, mau bilang sama dokter, kakinya bapak harus diobati apa lagi.”
“Apakah Bintang tidak boleh ikut?”
“Tidak boleh Bintang. Dirumah sakit banyak orang sakit, kalau anak kecil ikut, bisa ketularan sakit.”
“Bapak sama ibu?”
“Tidak, bapak sama tante Widi.”
“Bapak sudah bisa nyetir mobil?”
“Belum bisa Bintang, nanti bapak mau naik taksi.”
“Oh, mengapa tidak sama ibu?”
“Tidak, ibu barangkali mau bepergian.”
“Ibu pergi terus..” gumam Bintang sambil duduk disebuah kursi.
“Ibu mau jalan-jalan saja, Bintang mau ikut?” tiba-tiba Palupi muncul.
“Mau, sama yu Mirah juga kan ?”
“Tidak, cuma Bintang sama ibu. Tapi bilang sama bapak, ibu mau pinjam kunci mobilnya.”
“Bintang nggak mau kalau yu Mirah nggak ikut.”
“Memangnya kamu itu anaknya siapa sih, anak ibu atau anaknya Mirah?” kata Palupi dengan nada tinggi.
“Jangan membentak Bintang. Dia tidak biasa pergi tanpa Mirah. Itu bukan salah Bintang, tapi karena kamu tidak pernah dekat sama dia,” kata Handoko.
“Aku hanya ingin jalan-jalan sama Bintang, tapi pinjam mobil kamu.”
“Bintang kan tidak mau, kalau kamu tidak mengajak Mirah.”
“Ya sudah, panggil Mirah, ajak dia pergi jalan-jalan.”
Bintang berlari kedalam..
“Yu Miraaaah...” teriaknya riang.
Tapi tiba-tiba sebuah mobil memasuki halaman.
Palupi merasa seperti mengenal mobil itu.
Handoko heran, Widi turun dari mobil.
“Mas, kita tidak usah naik taksi, temanku mau mengantarkan mas Handoko kerumah sakit kok.”
“Aduh, jadi merepotkan teman kamu Widi, bukankah sebaiknya kita naik taksi saja?”
“Tidak apa-apa, dia yang mau kok. Ayo mas, turun, biar dia membantu mas Handoko naik mobil.”
“Mas, mana kunci mobilnya?”
“Oh iya, Handoko membuka tas kecil yang dibawanya lalu menyerahkan kunci mobil kepada Palupi.
“Jangan lama-lama.” Pesan Handoko. Lalu Handoko turun kehalaman.
Lalu seorang laki-laki tampan turun dari mobil, membantu Handoko naik keatasnya. Tapi Palupi terbelalak heran, laki-laki itu Ryan.
***
Besok lagi ya.
Terimaksih bu tien..udah tayang lanjutan nya..menunggu terus tiap malam.salam seroja
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinahyù, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Terima kasih Bunda Tien,sehat terus njih Bunda,, Aamiin 😍😍😍
Delete1. Ia meihat-lihat kesekeliling, sa’at makan siang sudah lama lewat,
Delete# melihat-lihat #
2. Jadi dia hanya menyelaminya dan menggenggamnya erat.
# menyalaminya #
3. Tapi Rian segera menyendok lontong opor yang dipesannya, pura-pura tak mendengar ucapan Palupi.
# Tapi Ryan.......#
Wah....makin seru
Ternyata gadis pilihan Ryan adalah Widi.
Semakin sewot tuh isteri yang nggak mau diatur.
Lanjut Bu Tien.
Alhamdulillah.......
DeleteSang Putri 05 sudah hadir
Matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Alhamdulillah SANG PUTRI 05 sudah tayang.
DeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Besok lagi yaaa.. .
Alhamdulillah...sdh selesai baca SP 5,Seruuuuu....
DeleteMtnuwun mbk Tien,smg selalu sehat dan semangaat....
Baru awal awal cerita tp sdh seruuu abis kuy... Trimakasih Bu Tien.. Bu Tien sllu top markotop pokok e.. Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
DeleteAlhamdulillah telah hadir SP 5. Matur nuwun mbak Tien🙏..Salam sehat bahagia selalu..
ReplyDeleteAlhamdulillah pas ngintip eh SP 05 muncul... kasihan Handoko ke RS tanpa ditemani istrinnya. Dan Palupi kaget bulan kepalang ...gak menyangka kalau pacr Ryan adalah Widi.yang sepupunya Handoko.
ReplyDeleteSalam sehat dan semangat mbal Tien
Terimakasih bunda Tien.... Smoga sll sehat ya bund.... Aamiiin YRA, salam sayang dr Bekasi 💗💗💗
ReplyDeleteDasar Palupi... Makasih mba Tien. Semangat selalu mba
ReplyDeleteMakasii ibu.. Saya sangat suka semua cerbung ibu 💕💕
ReplyDeleteMksh bu Tien. Smkn seru ceritanya..
ReplyDeleteWah mantan pacar yg antar suami Palupi ke dokter bakal jd suami mba Widi seru nih,Mbak Tien super hebat ngolab crita nya.
ReplyDeleteSalam seroja mbak Tien dr TegL.
Matur nuwun...mbak tien... semakin menarik sj konfliknya, smg mbak tien sehat selalu bisa berimajinasi terus
ReplyDeleteAlhamndulillah...terimakasih mbak tien
ReplyDeleteAlhamdulillah sekali intip sudah ada. Terima kasih bu Tien..mudah mudahan Palupi mulai sadar kesalahannya. Bu Tien sehat selalu..aamiin
ReplyDeletePuji Tuhan, ibu Tien sehat dan semangat shg SP05 hadir cantik.
ReplyDeleteRupanya Widi dan Ryan bakal berjodoh dan Palupi malu kali, terlanjur mengeluarkan isi hatinya kpd Ryan.
Skr ini mulai agak ruwet nih critanya, tapi justru bikin penasaran.
Yustinhar Priok menunggu eps 06.Matur nuwun Berkah Dalem.
Alhamdulillah. Absen 🇦🇺. Semoga episode-episode berikutnya juga lebih cepat jam tayang-nya.
ReplyDeleteTERIMA KASIH ya, Bunda Tien. Ananda mendoakan dari jauh, semoga Bunda Tien senantiasa dalam perlindungan-NYA dan bahagia lahir dan batin.
Nite nite with love, Bunda.
Hebat bu Tien, setiap buat cerita gak ketebak
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien...salam sehat dr Situbondo
ReplyDeleteRyan.. oh Ryan.. ternyata kamu pacarnya Widi.. rasain kamu Palupi. Yeee.. semakin seru. Ditunggu lanjutannya Mbak Tien. Matur suwun.. salam seroja saking Semarang.
ReplyDeleteAlhamdulillah SP 5 nya sdh dtg. Suwun mbak Tien
ReplyDeleteSemoga mbak Tien sehat dan bahagia, sll dlm lindungan Alloh ta'ala.
Salam hangat dr Bekasi Timur
Alhamdulillah Sang Puteri 05 sudah hadir
ReplyDeleteWah rupanya Ryan pacarnya Widi sepupunya Handoko..
Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Matur nuwun mbak tien-ku...sp05 telah kubaca. Makin panas saja.
ReplyDeleteTokoh baru muncul, jangan-jangan mbocorin pertemuan dg Lupi kmrn.
Manut saja sama mbak Tien, nunggu besuk malam lagi gak papa.
Salam sehat dari Sragentina.
Ryan calon suami Widi...😊 Terima kasih Bu Tien, salam sehat dari Yogya 😍
ReplyDeleteMatursuwun bu Tien salam dari Magelang
ReplyDeleteAlhamdulillah Sang putri sdh tayang
ReplyDeletehaduh Palupi bikan sadar malah makin menjadi...
Alhamdulillah sudah tayamg episode 5
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya Kutunggu cerita kelanjutannya Semoga bu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo
Tyt pacar Ryan adalah Widi.. wah nggak jd donk mau balikannya Palupi krn tyt akan jd sdr krn pernikahan... Ikut mb Tien sj sabar kok nunggu smp bsk lg... Slm seroja utk mb Tien dan kita semua...
ReplyDeleteTrimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteSP ~05....mulai bergelombang critanya..ikut kaget..ternyata ryan pacar widi..mungkinkah palupi nekat melakukan aksinya..kalo ga mau dipecat jd istri & menantu..😡
Lanjuut mbak Tien..👍👍
Salam sehat dari bandung buat mbak Tien & kelg.
Bgs alurnya bu.. setia menanti kelanjutannya... salam sehat slalu bu Tien
ReplyDeleteTerima kasih Bunda..Sp 5 sudah terbit
ReplyDeleteSalam sehat selalu Bun..Gusti berkahi
Pagi Bunda
ReplyDeleteSemoga selalu sehat dan tetap semangat dalam berkarya.
Makasih untuk cerbungnya yang selalu kami nanti2 kan udah tayang, ditunggu dengan setia episode berikutnya.
Makasih Bunda.
Matur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSaoam sehat dari Batang
Asik ceritanya bgs bu tien semakin seru...makasih bu tien doanya sehat selalu...salam hangat dari jogja
ReplyDeleteTrmksh SP 05 sdh tayang....mantaapp
ReplyDeleteSalam sehat dr blora
Palupi akan semakin tersudut dengan munculnya Ryan kenal dengan suaminya...
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Alhamdulillah..
ReplyDeleteMtur nuwun Bun...
Salam sehat..
Terima kasih jeng tien cerbungnya
ReplyDeleteSalam sehat
Thank U so much Mom Tien.... Salam SEROJA dr Sby
ReplyDeleteNahh ketauan...seruuu...lanjut bu Tien🤗
ReplyDeleteSeruu mbak Tien
ReplyDeleteSalam kenal dari Kudus...(Anie S)
Makasih mbak Tien SP 05 sdh tayang.. Rsnya pengeen bc yg seru2 nya.. Salamseroja dri sukabumi y mbak.. Muuaahh🥰🥰
ReplyDeleteApakah Palupi mau menjaga rumahtangganya dg Handoko?
ReplyDeleteHrs menunggu episode selanjutnya nih, maturnuwun,dan semoga ibu Tien sukses sll
Bertambah hangat
ReplyDeleteAlhamdulilah sudah bisa mengikuti eps 5. Mksh M Tien. Ku selalu sabar menunggu lanjutan Sang Putri
ReplyDeletealhamdulillah... terima kasih bunda semoga bunda selalu sehat dan ttp semangat...Aamiin,,,
ReplyDeleteWah mbak tien paling bisa ngaduk² emosi pembaca. Gimana perasaan palupi lihat mantan pacar ngantar suami?
ReplyDeleteSalam sehat mbak tien.
Cek ricek siapa tahu sdh tayang
ReplyDeleteBelum tayang juga... pokoke tetap sabar menanti kok Mbak Tien... smoga Mbak Tien selalu sehat. Salam seroja dari Semarang.
ReplyDeleteAlhamdulillah bu tien ........ ceritanya semakin seru ..... widi jadian sama ryan ..... kedoknya palupi sdh diketahui ryan ...... waauuu kita tunggu cerita berikutnya
ReplyDeleteSemoga bu tien dan kelg selalu sehat2
Salam dari : arif - mojokerto
Terimakasih Bu Tien menunggu episud lanjutnya
ReplyDeleteTrima kasih Bu Tien.. tetep semangat.. Kami tinggi kalanjutannya
ReplyDelete