Friday, December 9, 2022

KANTUNG BERWARNA EMAS 04

 

KANTUNG BERWARNA EMAS  04

(Tien Kumalasari)

 

Karina menjerit sekuatnya, sementara Nurani mengumpulkan pecahan piring yang terserak di lantai. Ada rasa was-was karena piring yang terlempar jatuh adalah piring yang biasa dipakai ibunya, dan yang satu adalah piring Rian, karena Rian juga belum makan.

“Apaan sih Mas, sakit. Tahu!” teriak Karina sambil memegangi pipinya yang memerah.

“Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu menjambak rambut Nurani?”

“Aku lapar, mau makan, tapi makanan belum ada.”

“Kamu kira Nurani itu pembantu?”

“Biasanya dia kan yang memasak.”

“Mulai sekarang tidak biasa. Kalau kamu lapar, ambil saja apa yang sudah bisa dimakan. Kecap, atau goreng telur, tapi lakukanlah sendiri.”

“Apa maksudmu Mas?” protes Karina.

“Jangan perlakukan Nurani seperti pembantu.”

“Bukankah biasanya juga begitu?”

“Tidak. Itu tidak biasa. Lagi pula kenapa kamu pulang di jam segini?”

Aku ijin pulang, perutku sakit.”

“Perut sakit atau lapar? Biasanya ketika perut terasa sakit, lalu tidak akan doyan makan.”

“Perutku melilit.”

“Kalau tetap ingin makan, ambil sendiri apa yang sudah ada.”

Rian membantu Nurani membersihkan pecahan piring, menyapu, kemudian mengepelnya.

“Sudah Mas, biar aku saja.”

“Tidak, lanjutkan memasak, dan jangan hiraukan Karina. Kalau dia keburu lapar, biar membuat lauk sendiri. Aku baru tahu kelakuan Karina yang buruk, hari ini. Karena aku selalu tak ada di rumah saat siang, dan Karina juga sedang bekerja. Apakah dia selalu berbuat begitu?”

Nurani tersenyum, tapi dia menggelengkan kepalanya.

“Jangan takut melawan, kalau dia menindas kamu. Lama-lama dia jadi besar kepala.”

Tak lama kemudian terdengar pintu kamar Karina dibanting sangat keras, sampai Nurani terlonjak kaget.

“Anak manja!”

Nurani hanya tersenyum, melanjutkan mengaduk sayur, dan menyiapkan ikan goreng yang sudah dibumbui.

“Ini harus digoreng?” tanya Rian.

“Iya, biar aku saja.”

“Biar aku menggorengnya. Mana wajan?”

Nurani tersenyum. Kalau Rian sudah punya kemauan, dihalangi juga tak akan mempan. Karena itu ia memasang wajan di atas kompor, kemudian menyalakannya, setelah menyiapkan minyak secukupnya.

“Tunggu kalau sudah panas, baru masukkan ikannya, tapi hati-hati, kalau tidak, Mas bisa kena percikan minyak panas.”

“Oh ya?”

“Iya, biasanya kalau sudah dimasukkan, kemudian meletup-letup.”

“Kalau begitu setelah dimasukkan harus ditutup dong, wajannya.”

“Iya, pintar,” kata Nurani sambil menyiapkan tutup wajan.

Rian senang sekali. Hari itu dia tidak masuk kuliah. Setelah pulang dari mengantarkan Nurani ke sekolah, dia membantu memasak di dapur, sambil sesekali bercanda. Nurani sangat senang hari itu, tanpa menduga, rupanya Karina menelpon ibunya sambil menangis.

“Ada apa menangis?”

“Karina lapar, tapi jam segini belum ada masakan yang matang,” rengeknya.

“Kenapa kamu sudah pulang?”

“Karina capek. Gudang banyak sekali barang, dan Karina disuruh ikut menghitung dan mencocokkannya dengan catatan. Lalu Karina pamit pulang. Tapi di rumah belum ada makanan yang siap dimakan.”

“Nurani ngapain?”

“Nggak tahu, barangkali tidur sejak pagi dan baru mulai memasak.”

“Ibu segera pulang.”

***

Nurani sedang menata makanan di meja, setelah menyiapkan piring dan segala perlengkapan makan di sana. Ia sudah menyelesaikan memasak sayur, dan goreng ikan dengan dibantu Rian, itu sebabnya dia bisa menyelesaikannya dengan cepat. Nurani hampir selesai melakukannya, ketika tiba-tiba ibunya muncul dan menarik rambutnya keras, kalau tidak bisa dibilang menjambak, soalnya yang ditarik lebih sedikit, dan rasa pedihnya lebih parah.

“Auuuw! Ibu.”

“Apa yang kamu kerjakan sejak pagi, sehingga jam segini baru selesai memasak? Dan karena itu pula Karina yang sedang sakit tidak bisa segera makan?” hardiknya.

“Bukankah ibu sudah tahu, kalau tadi pagi saya ke sekolah dengan diantar mas Rian?”

“Lalu berapa jam kamu berada di sekolah? Sambil jalan-jalan ya? Sehingga baru bisa memasak saat hari sudah siang? Sehingga semua orang kamu biarkan kelaparan?”

“Saya agak lama di sekolah, karena beberapa guru menge tes saya.”

“Hm, bagus. Itu karena mereka tidak percaya bahwa kamu akan bisa menjalani sekolah SMA setelah berhenti sekian tahun bukan? Dan kamu masih akan nekat memaksa ingin melanjutkan sekolah kamu?”

“Besok pagi saya sudah bisa masuk,” jawab Nurani kesal. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba dia berani menjawab kata-kata ibunya, setelah sekian lama hanya diam ketika diomelin, bahkan dengan kata-kata kasar.

Bu Candra terbelalak.

“Kamu mimpi kan? Apa kamu salah mendengar kata petugas sekolah, yang mengatakan tidak bisa masuk besok tapi kamu mendengarnya bahwa kamu bisa masuk?”

“Saya tidak salah dengar,” katanya sambil beranjak ke belakang, karena dia juga harus menyiapkan jus buah di meja makan.

Tiba-tiba terdengar bu Candra berteriak.

“Mengapa aku kamu beri piring yang ini? Mana piringku yang biasanya?”

Nurani kembali ke meja makan dengan membawa beberapa gelas jus yang sudah disiapkannya.

“Pecah.”

“Apa?” bu Candra berteriak. Barangkali lantai tempatnya berpijak ikut bergetar karena teriakannya yang teramat keras.

“Ada apa sih Bu? Baru saja Ibu datang sudah terdengar teriakan-teriakan begitu keras. Malu sama tetangga dong Bu.”

“Kamu ternyata masih ada di rumah? Hm, bagus. Lihat ini, piring ibu yang biasanya ibu pakai, diganti dengan piring biasa. Katanya pecah. Enak sekali dia menjawabnya. Siapa yang tidak marah coba?”

“Ibu mau tahu? Piring itu pecah karena ulah Karina. Ada dua piring yang pecah. Piring Ibu, dan satu lagi piring Rian, karena yang ditata di sini adalah kedua piring itu, mengingat yang biasa makan siang di rumah hanya Ibu dan Rian.”

Mata bu Candra membulat sempurna.

“Kamu bilang apa? Piring pecah karena ulah Karina? Kamu jangan asal menjelek-jelekkan adik kamu sendiri demi membela Nurani.”

“Karina mau pingsan karena kelaparan, karena masakan belum matang. Lalu karena marah,  dia menggebrak meja sekuat tenaga, dan dua piring terlempar jatuh ke lantai.”

“Dan itu adalah karena kesalahan Nurani bukan? Karena sudah siang belum selesai memasak?”

“Nurani ke sekolah, dan Rian mengajaknya belanja pakaian seragam dan segala perlengkapannya. Apakah Karina tidak punya tangan untuk sekedar menggoreng telur, kalau dia sudah sangat kelaparan?”

“Rian!!” hardik bu Candra marah.

“Nurani bukan pembantu. Dia juga saudara Rian dan Karina, karena Nurani anak kandung bapak.”

“Kamu sudah keterlaluan. Kamu lupa siapa Karina yang adalah adik kandung kamu. Kamu membeda-bedakan antara dia dan Nurani. Apa itu pantas?”

“Bukankah Ibu yang membeda-bedakan antara Nurani dan Karina?”

“Diam Rian! Sejak kapan kamu berani menjawab perkataan ibu kamu?”

“Nurani, ayo kita makan,” teriak Rian sambil duduk di kursi makan.

“Apa maksudmu?”

“Nurani pasti capek, dan juga lapar, jadi biarlah dia makan bersama kita. Nuuuur!” kemudian Rian berteriak lagi.

“Aku nanti saja Mas, mau mencuci baju seragam aku, supaya cepat kering, supaya aku bisa menyetrika sebelum aku pakai untuk sekolah,” jawab Nurani dari tengah-tengah pintu dari arah dapur.

Bu Candra mencibir. Nurani seperti sedang memamerkan kepada dirinya, bahwa dia benar-benar akan masuk sekolah.

***

Dipagi buta Nurani sudah bangun, kemudian bersih-bersih rumah. Setelah itu ia menjerang air untuk minum seisi rumah, lalu memasak untuk sarapan pagi, sekaligus untuk makan siang. Ia melakukannya begitu cepat, karena tangan Nurani adalah tangan yang tangkas. Ia melakukannya karena ibunya memintanya.

Ketika seisi rumah bangun, minuman hangat sudah tersedia di meja ruang tengah, dan sarapan sudah ditata di meja makan.

Pak Candra mencium aroma sup ayam kesukaannya, lalu beranjak ke meja makan. Dilihatnya Nurani sudah siap dengan pakaian seragam SMA nya. Pak Candra mendekat, memegangi kedua bahu anaknya.

“Kamu siap masuk sekolah, sayang?”

“Ya, Pak,” jawab Nurani sambil mengangguk.

Pak Candra menyelipkan uang ratusan ribu di saku baju Nurani.

“Barangkali kamu butuh sesuatu. Sekarang ayo kita sarapan dulu, kamu kan harus berangkat lebih pagi.”

Nurani mengangguk, mengikuti ayahnya ke arah ruang makan. Tiba-tiba Rian muncul.

“Nanti berangkat bareng aku saja Nur, aku ada kuliah pagi,” kata Rian sambil ikut duduk di ruang makan.

“Bu, ayo sarapan sekarang saja, soalnya Nurani harus berangkat pagi,” teriak pak Candra.

Bu Candra muncul, masih dengan pakaian tidur.

“Ibu masak apa tadi? Bagus sekali, ibu tahu kalau Nurani mau masuk pagi, lalu bikin sarapannya pagi-pagi sekali,” puji pak Candra sambil menatap istrinya.

“Sup ayam nih, kesukaan bapak," lanjut pak Candra dengan gembira.

Bu Candra tak menjawab. Lalu duduk di samping suaminya.

“Nurani cantik sekali dengan seragam itu,” kata bu Candra sambil tersenyum manis. Nurani diam saja. Ia juga tak mau protes, walau ayahnya menganggap ibunya lah yang menyiapkan sarapan pagi. Setiap hari pasti ada sandiwara itu, Nurani sudah sangat hapal.

“Kasihan Ibu, sampai belum sempat mandi gara-gara menyiapkan sarapan untuk anak gadis bapak yang pintar ini,” kata pak Candra.

Nurani menyuapkan suapan terakhirnya.

“Karina mana? Apa masih sakit? Kemarin bilang sakit perut. Tapi semalam kan sudah ikut makan bersama kita?”

“ Sudah sembuh kok setelah aku beri obat. Tadi masih bersih-bersih kamar,” jawab bu Candra.

“Bersih-bersih apa. Dia masih molor tuh,” sergah Rian.

“Apa? Kamu jangan ngawur. Ibu lihat sendiri kok. Ya sudah kalian sarapan saja dulu, aku samperin Karina, lalu aku mandi dulu saja, gerah,” katanya sambil berdiri.

“Ya sudah, mandi sana, dan dandan cantik.”

“Nurani sudah selesai, mau berangkat dulu,” kata Nurani sambil berdiri.

“Eit, tunggu dulu, jangan berangkat sendiri, nanti bareng aku saja, aku antar sampai ke sekolah kamu,” kata Rian.

“Baik, aku kenakan sepatu aku dulu,” kata Nurani sambil beranjak ke kamarnya.

Pak Candra tersenyum.

“Ini awal yang sangat menggembirakan. Semoga Nurani berhasil meraih cita-citanya, sehingga harapanku terpenuhi,” gumam pak Candra yang sudah hampir menyelesaikan sarapannya.

“Harapan Bapak pasti terpenuhi, percayalah Pak,” kata Rian.

***

“Mengapa kamu belum bangun?” kata bu Candra sedikit kasar, sambil menarik selimut Karina.

“Aduh, Ibu … kaget aku.”

“Kaget … kaget … semua orang sudah sarapan. Bapakmu bertanya, kamu di mana, aku bilang kamu sedang bersih-bersih kamar, ee … malah masih tidur. Ayo bangun, cepat! Biar ibu yang merapikan tempat tidur kamu,” hardik ibunya kesal.

Karina menggeliat, lalu bu Candra menariknya turun.

“Segera mandi. Jangan sampai bapak menunggu,” katanya sambil melipat selimut Karina dan merapikannya.

***

Siang itu pak Candra mengajak Andre makan siang diluar, karena pekerjaan sudah selesai. Lagi pula hati pak Candra sedang sangat gembira. Betapa tidak, satu-satunya putri kandungnya yang semula enggan melanjutkan sekolah, tiba-tiba bersedia melakukannya, walau sudah empat tahunan berlalu setelah Nurani lulus dari SMP.

Mereka makan dengan lahap, sambil bercerita tentang banyak hal. Ya pekerjaan, ya keadaan rumah tangganya yang tampak penuh bahagia.

Andre mendengarkannya sambil sesekali memberi pujian atas berhasilnya pak Candra membujuk Nurani agar mau melanjutkan sekolah.

“Aneh ya Ndre, rasanya makan siang kali ini kok rasanya enak sekali?”

“Itu karena hati Bapak sedang gembira. Bahkan sangat gembira.”

“Itu benar. Aku benar-benar gembira hari ini. Oh ya, nanti setelah makan kita menjemput Nurani ya? Jam berapa biasanya anak SMA pulang?”

“Kalau tidak salah ya sekitar jam dua an.”

“Kalau begitu kita langsung ke sana saja. Biar dia senang karena ayahnya sangat memperhatikan.

“Baiklah Pak, itu benar, biar dia bertambah bersemangat.”

“Tapi aku mau menelpon Rian dulu, jangan-jangan dia sudah siap menjemput adiknya.”

Pak Candra mengambil ponselnya, dan mengatakan pada Rian bahwa tidak usah menjemput Nurani, karena dia akan melakukannya.

***

Sudah berjalan beberapa Minggu Nurani masuk sekolah, dan selalu menyelesaikan pekerjaannya sebelum berangkat. Selama itu pula pak Candra selalu mengira bahwa istrinya lah yang telah bersusah payah menyiapkan minum dan sarapan untuk semua orang. Memang sih, sebelumnya bu Candra yang selalu menyiapkan semuanya, agar suaminya mengira dia sangat perhatian kepada keluarganya. Tapi sejak Nurani bangun lebih pagi hanya karena harus memasak untuk makan siang mereka, maka Nurani sekalian menyiapkan makan untuk sarapan. Dan sejauh itu pula, pak Candra selalu menganggap bahwa semuanya adalah pekerjaan sang istri.

Tapi pagi itu ia terbangun lebih pagi, karena merasa haus. Dia tak melihat istrinya terbaring di sampingnya, pasti sudah berkutat di dapur seperti biasanya, pikir pak Candra.

Ia turun dari tempat tidur, lalu keluar kamar dan menuju ke ruang makan. Ia terkejut ketika melihat Nurani sedang menata lauk di atas meja.

“Sayang, kok kamu sudah bangun?”

Nurani hanya tersenyum. Baru sekali ayahnya melihat dia bangun pagi-pagi, hanya karena tak ingin membuat ibunya mengomel.

“Mana Ibu?” tanya pak Candra mencari-cari. Tapi ia tak melihat istrinya.

“Bapak mau minum hangat? Coklat susu sudah saya siapkan.”

“Oh ya? Bagus sekali, tolong bawa ke ruang tengah ya, bapak ke kamar mandi dulu,” kata sang ayah.

Tapi ketika pak Candra masuk ke ruang tengah dan menyalakan lampunya, dilihatnya sang istri meringkuk di sofa. Tertidur pulas.

***

Besok lagi ya.

52 comments:

  1. Replies
    1. Selamat pa Wedeye,....
      Malam ini Anda JUARA,....
      SALAM SEHAT

      Delete
    2. Alhamdulillah.....
      Matur nuwun mbk Tien

      Kakek gak jaga gawang ya?

      Delete
  2. Alhamdulillah.....,
    KaBeE_04 sdh tayang,
    Matur nuwun bun, mugi2 panjenengan tansah pinaringan berkah seger waras sak kluarga. Aamiin.
    Salam ADUHAI.

    ReplyDelete
  3. Terima kasih mbak Tien. Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, KANTUNG BERWARNA EMAS (KBE) 04 telah tayang,terima kasih bu Tien salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  5. Sugeng ndalu Bu Tien, matur nuwun KBE 4 sampun tayang. Mugi tansah pinaringan sehat wal afiat ๐Ÿคฒ๐Ÿป

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah...
    Matunuwun Bu Tien...
    Salam sehat selalu...



    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah non cantik Nurani Sudah tayang....
    Matur nuwun Bu Tien....
    Semoga sehat selalu....

    Aamiin

    ReplyDelete
  8. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman, Caecilia RA, Mimiet, Sofi, Mamacuss, Manggar Ch.,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulilah.. Nurani sdh hadir
      Tks bunda Tien..
      Semoga sehat selalu..
      Salam aduhaaii dari Sukabumi

      Delete

  9. Alhamdulillah KANTUNG BERWARNA EMAS~04 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien ๐Ÿ™

    ReplyDelete
  10. Maturnuwun mbak Tien sayang, sudah upload KBE 04 malam ini. Adaa saja ide ceritanya. Hmm...cerita Bawang Putih dan Bawang Merah. Mau dapat petaka apa ya, si Ibu tiri dan Bawang Merah setelah mendzolimi Nurani?
    Bukankan siapa yang menanam, ia akan menuai?
    Gregeten aku !!
    Salam dari Semarang...

    Iyeng Santoso

    ReplyDelete
  11. Terima kasih Bu Tien
    Salam sehat dan aduhai selalu

    ReplyDelete
  12. Terima kasih bu tien.... mulai terbuka mata pak chandra.... hampir tamat riwayatmu bu chandra yg galak .... salam sehat bu tien

    ReplyDelete
  13. Maturnuwun mba ayu Tien,,, KBE 4 sampun tayang ๐Ÿ˜˜

    ReplyDelete
  14. Trims Bu Tien.....semoga borok Bu Candra cepat diketahui suaminya

    ReplyDelete
  15. ๐ŸŒป๐Ÿฆ‹๐Ÿƒ Alhamdulillah KBE 04 telah tayang. Matur nuwun Bunda Tien, semoga sehat selalu dan tetap smangaaats...Salam Aduhai๐Ÿ™๐Ÿฆ‹⚘

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien
    Salam sehat wal'afiat ๐Ÿค—๐Ÿฅฐ
    Smg pak Chandra semakin jelas kelakuan istri nya ,,nah itu tergantung bu Tien ๐Ÿคญ

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah...
    Syukron nggih Mbak Tien ๐ŸŒท๐ŸŒท๐ŸŒท๐ŸŒท๐ŸŒท

    ReplyDelete
  18. Habis gimana donk, masak disuruh ndusel galon, nggak lah mending nungguin kalau babe udah pules ngungsi deh pindah ke sofa kan hangatnya lebih; plastik gitu lo.
    Ih kaya kembang gula aja ; di buntel plastik.
    Rian baru tahu ya, betapa beratnya tekanan yang diperlakukan pada Nurani, dan itu selalu ditutupi sangat rapi.
    Nah lho ketahuan jugakan; pak boos tahu, dengan sendirinya.
    Nggaklah masih dianggap wajar bagi pak boos, itu sudah ber tahun tahun di dobosi Amirah padahal.
    Memang orangnya suabar buanget ; takut ditinggal lari, ngapain, la kan nggak bisa lari cepat, egat egot kaya menthok nggak sampai sampai.
    Rian kayanya punya rencana sendiri tuh.
    Biar Nurani belajar pulang sekolah sendiri, maksudnya biar mandiri gitu. Kan memang udah gedhรฉ, Andre aja kecewa nggak jadi diajak njemput Nurani.
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Kantung berwarna emas yang ke empat sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    ๐Ÿ™

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah...seruuu nih komen pak Nanang..
      Ayo comblagin Nurani.. Pilih Andri atau Rian pak? ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

      Delete
  19. Matur nuwun mbak Tien-ku, Kantung Berwarna Emas sudah tayang.

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah KBE 04 telah tayang. Matursuwun Bu Tien, salam sehat selalu dan tetap smangaaats...Salam Aduhai

    ReplyDelete
  21. Naaah...ketahuan borok bu Candra, mudah2an pak Candra sadar apa yg terjadi di Rumah tangganya.
    Matur nwn bu Tien, Salam sehat dari mBantul

    ReplyDelete
  22. Nah mulai sedikit terungkap sifat istrinya yang sebenarnya. Tapi kan mudah kalau hanya mau membalikkan fakta.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga Nurani tdk lg selalu menderita..
      Giliran ibu tirinya yg galau..
      Semoga pak Chandra bs adil tdk lg bs dibohongi oleh Amirah..
      Kasian Nurani harapan masa depan pak Chandra..

      Delete
  23. Yaa ketahuan deh klu Nurani yg masak ..usir atau jgn di kasih uang tuh karin juga.Trims bu Tien

    ReplyDelete
  24. Ketahuan deh Bu Chandra.
    Makasih mba Tien

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah KBE 04 sdh hadir
    Nah ketahuan Bu Chandra, alasan apa lg nnti yg dikemukakan k pak Chandra
    Terima kasih Bu Tien, tambah seru ceritanya
    Semoga Ibu sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  26. ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

    SELAMAT HARI JADI PCTK yang ke 2, PADA 30 NOVEMBER 2022, SEMOGA TETAP SOLID DALAM MENJALIN SILATURAHMI MELALUI APAPUN, DIBERKATI DALAM SETIAP LANGKAH MULIA, DAN BERLIMPAH CINTA TERHADAP SESAMA. TETAPLAH KOKOH GUYUP RUKUN, SEDULURAN SAK LAWASE.
    SALAM HANGAT DALAM JABAT PENUH CINTA DARI SAYA.

    Tien Kumalasari.
    ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah....
    Salam sehat selalu bunda Tien....

    ReplyDelete
  28. Kok kantung berwarna emas ke 5 belum nongol ,apa libur ya mbak Tien hr ini?Sibuk kondangan ke mas Kaesang di Solo?๐Ÿ˜€

    ReplyDelete
  29. Ngopo ya...kok KBE 05 belum muncul
    Semoga Bu Tien selalu sehat... Aamiin

    ReplyDelete
  30. Semoga bu Tien tetap sehat.
    Mungkin beliau sibuk shg KBE 5 blm bisa tayang๐Ÿ™

    ReplyDelete
  31. Terimakasih Bunda Tien.Smg pak Candra LBH cerdas

    ReplyDelete
  32. Mlm mb Tien hari jadi pctk ke-2 pada 30 Nop 2022 ya? Late better than never .... Happy milad smg seduluran pctk saklawase selalu terjaga ... Mlm ini KBE 05 tdk tayang mgkn mb Tien sedang ikut repot krn mas Walikotanya br punya gawe .. atau mb Tien bersm keluarga p Candra sdg ikut nonton wayang orang ... krn mlm ini mnrt info p Ganjar, mas Gibran dan p Rudy sdg main wayang orang di gdg WO Sriwedari Solo๐Ÿค—

    ReplyDelete
  33. kayaknya memasuki era 5 hari kerja

    ReplyDelete
  34. Terima kasih atas sapaannya..
    Semoga mbak Tien selalu sehat dan semangat berkarya... Aamiin

    ReplyDelete

KAU PASTI DATANG

KAU PASTI DATANG (Tien Kumalasari) Lewat hujan yang mengucur deras kutitipkan pesan seperti yang kau harapkan akan hadir di kehidupanku akan...