Tuesday, December 6, 2022

KANTUNG BERWARNA EMAS 01

 

KANTUNG BERWARNA EMAS  01

(Tien Kumalasari)

 

Nurani sedang menjemur pakaian di halaman belakang, ketika sebuah teriakan mengejutkannya.

“Nurani! Kenapa baju Karina belum kamu setrika?”

Nurani terkejut. Meletakkan kembali baju yang sudah dipegangnya, memasukkannya kembali ke ember, lalu bergegas masuk ke dalam rumah, menghampiri Amirah yang berdiri diambang pintu dapur sambil berkacak pinggang.

“Ya Bu,” kata Nurani dengan hati ciut.

“Kamu tidak dengar aku mengatakannya? Baju Karina yang harus dipakai pagi ini, belum kamu strika. Bodoh atau apa sih kamu?” hardik Amirah dengan mata menyemburkan api.

“Baju yang mana Bu?”

"Baju yang mana, baju yang mana. Yang akan dipakai pagi ini. Itu seragam kerja, tahu?”

“Bukankah hari ini dia harus memakai atasan berwarna kuning muda?”

“Nah, itu kamu tahu. Kenapa belum disetrika?”

“Tapi sudah saya setrika dan sudah saya siapkan di gantungan, di dalam kamar,” jawab Nurani.

“Apa? Disetrika apa? Kalau disetrika, mengapa masih kusut? Ini mau aku pakai nih,” suara keras terdengar dari dalam kamar Karina.

Nurani bergegas masuk ke kamar Karina.

“Mana Rin? Tuh, sudah aku gantung di situ sejak kemarin, karena aku tahu kamu harus memakainya pagi ini.”

"Ini? Kusut nih?"

“Tapi aku sudah_”

“Sudah apa? Sudah apa? Lihat nih, lihat.”

Karina melemparkan atasan kuning  ke arah wajah Nurani. Nurani menangkapnya.

“Ini kemarin sudah aku setrika.”

“Tidak usah banyak cakap, buktinya masih lecek, tuh lihat, dibagian pinggang masih lecek! Kerahnya juga.”

Nurani menghela napas. 

"Biar aku setrika lagi Rin,” Nurani membawa baju itu keluar kamar, menuju ke arah ruang cucian, dimana masih sebakul penuh yang belum sempat dia setrika.

Dari luar ruang terdengar suara ayahnya.

“Ada apa sih, pagi-pagi sudah ribut?”

“Itu Pak, Karina berteriak, baju yang akan dipakai masih kusut," jawab istrinya.

“Apa tidak bisa disetrika sendiri? Mengapa pakai berteriak? Seperti anak kecil saja,” omel pak Candra.

“Dasar Karina, anak manja. Susah ibu marahin, tapi Nurani memintanya, dan memaksa akan menyetrikanya lagi,” kata bu Candra sambil masuk ke dalam ruang cucian.

“Nurani, sayang, mengapa kamu menyetrikanya? Biarkan Karina melakukannya sendiri,” kata bu Candra yang tiba-tiba terdengar begitu manis, tapi matanya menatap tajam dan marah penuh kebencian, sambil berdiri ditengah pintu.

Nurani diam saja. Sudah biasa kalau ibu tirinya bersikap manis terhadapnya dihadapan ayahnya, tapi kemudian berubah menjadi bengis saat ayahnya pergi.

“Sudah sayang, taruh saja, biar Karina melakukannya sendiri,” kata mulut manis itu lagi.

Tapi Nurani tetap melakukannya, menyemprotkan spray wangi ke baju itu dan menyetrikanya sampai halus mulus.

Bu Candra sudah pergi dari sana, dan Nurani mengelus dadanya.

“Sabar, Ya Allah, beri hamba kesabaran,” bisiknya pelan.

“Nur, kok kamu masih menyetrikanya? Suruh Karina melakukannya,” tiba-tiba terdengar suara ayahnya di depan pintu, sangat lembut dan membuatnya terharu. Sudah bertahun-tahun ia mengalaminya. Mendapat tekanan dan siksaan dari ibu tirinya, tapi dihadapan ayahnya semua orang berkata lembut dan manis. Kecuali Rian, kakaknya Karina yang selalu bersikap manis padanya.

Ibunya meninggal ketika dia berumur lima tahun, lalu tiga tahun kemudian, ayahnya menikah lagi dengan istrinya yang sekarang. Ibu tirinya itu membawa dua orang anak, Rian yang tertua, dan Karina sang adik.  Saat awal berada di rumah, sikap sang ibu tiri masih begitu manis dan sangat menjaganya seperti kepada dua orang anaknya. Karina yang seumuran, dan Rian yang tiga tahun lebih tua. Tapi setelah Nurani lulus SMP, sikap ibunya berubah. Ia bahkan memaksa dirinya tidak usah melanjutkan ke sekolah SMA seperti Rian dan Karina. Ia mengancam Nurani, agar keinginan berhenti sekolah itu atas kemauannya sendiri, bukan kemauan ibu tirinya, sehingga ayahnya bisa menerima karena yang menjalani memang tidak mau.

“Nilai kamu bagus, mengapa tidak mau melanjutkan, Nur?” tanya ayahnya waktu itu.

“Tidak Pak, Nurani selalu merasa pusing kalau terlalu banyak perpikir.”

“Sayang, kalau kamu kecapekan berpikir, kan bisa istirahat dulu?” kata sang ibu lembut.

Nurani diam saja, hanya menundukkan kepalanya.  Dalam hati dia mengeluh, kenapa ada orang sejahat ibu tirinya? Tapi Nurani tak bisa melakukan apa-apa. Ibu tirinya selalu mengancam akan menyiksanya kalau dia membantah keinginannya.

“Ya sudah, biarlah tahun ini Nurani berhenti dulu sekolahnya, nanti tahun depan saja ya Nur?” kata sang bapak.

Nurani lagi-lagi tak menjawab. Betapa ingin dia melanjutkan sekolah, betapa ingin ia mencapai pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, toh ayahnya yang seorang Direktur sebuah Perusahaan besar mampu membiayainya.  Tapi Nurani tak berdaya. Ancaman demi ancaman selalu membuatnya tak berkutik.

“Ini sudah selesai Pak,” kata Nurani sambil tersenyum, lalu membawa kembali baju Karina ke dalam kamarnya.

“Lain kali biar dia menyetrika sendiri baju-bajunya. Dia kan sudah besar,” omel ayahnya sambil masuk ke dalam kamar.

Di pagi hari, semua orang sibuk. Pak Candra siap masuk ke kantor, Rian akan pergi kuliah, dan Karina siap bekerja di kantornya sang ayah. Ia tak mau melanjutkan kuliah karena ingin segera bekerja, dan hanya di perusahaan ayahnya dia diterima bekerja. Itu pun karena rekomendasi dari sang ayah. Lulusan SMA tidak bisa mendapatkan jabatan tinggi di perusahaan, tapi Karina menerimanya. Ia hanya menjadi pembantu kepala gudang yang paling tidak menjadi orang yang dihormati, karena dia adalah anak sang direktur utama.

Sang ibu tiri yang pelit tidak mau memiliki pembantu. Dia bilang, akan melakukannya sendiri. Tapi kenyataannya, Nurani lah yang lebih banyak melakukan pekerjaan rumah. Bersih-bersih rumah, memasak, mencuci dan menyetrika pakaian semua orang, kecuali Rian, yang selalu menyetrika pakaiannya sendiri.

“Biar aku saja Mas,” kata Nurani waktu Rian menyetrika sendiri baju-bajunya.

“Tidak Nur, pekerjaan kamu sudah banyak. Hanya menyetrika baju aku sendiri saja kan tidak apa-apa,” kata Rian sambil tersenyum manis.

Nurani tersenyum. Kebahagiaannya di rumah ini hanya kalau ada ayahnya, dan kakak tirinya yang satu itu. Ia selalu baik, dan selalu membantunya. Bahkan kalau tidak ada kuliah, Rian membantunya menyetrika pakaian yang belum sempat dilakukan Nurani karena pekerjaannya menumpuk.

Ibunya? Apa pekerjaan ibu tirinya? Kalau pagi dia sibuk di dapur, membuatkan minuman untuk semua orang, termasuk Nurani, karena kalau tidak pasti suaminya akan mengerti bahwa dia membeda-bedakan kasih sayang kepada anak-anaknya.

Lalu dia membuat sarapan. Juga untuk semua orang. Pokoknya di mata suaminya, dia adalah seorang istri yang sangat baik, bukan hanya kepada anaknya sendiri, tapi juga kepada anak tirinya.

Tapi begitu semua berangkat, ia segera berangkat pergi, ketemuan dengan teman-temannya, belanja, dan tentu saja setelah dia memrintahkan kepada Nurani, masakan apa yang harus dibuatnya untuk seluruh keluarga. Kecuali di hari Minggu tentu saja, karena ada suaminya yang harus tahu bahwa dia adalah istri teladan, yang sangat memperhatikan keluarga dan siap memasak yang enak untuk suami dan anak-anaknya. Dan tentu saja, disaat seperti itu Nurani juga kebagian makan enak, dan duduk semeja bersama mereka.

***

“Mengapa ya, setelah dewasa, Nurani menjadi anak pendiam?” tanya pak Candra pada suatu hari ketika sedang bersantai di teras rumah.

“Menurutku, Nurani itu kan memang pendiam sih Pak, tidak cerewet seperti Karina,” jawab bu Candra sekenanya.

“Dulu waktu dia masih kecil, sangat cerewet dan terkadang lucu.’

“Namanya anak kecil, ya biasa dong, terkadang cerewet-cerewet lucu menggemaskan. Tapi setelah dia dewasa, kemudian kelihatan sifat aslinya.”

“Aku heran dia tidak suka melanjutkan sekolah.”

“Mungkin dia itu punya kelemahan dalam berpikir Pak, sehingga enggan memikirkan pelajaran sekolah. Sebaiknya kita biarkan saja, mana yang disukainya. Lagi pula dia kan anak perempuan. Kalau sudah menikah, paling dia juga hanya akan menjadi ibu rumah tangga, mengerjakan pekerjaan rumah. Ya seperti aku ini kan Pak. Akhirnya tidak bisa lagi bermain, bergembira seperti saat masih remaja.”

“Oh ya, jadi ingat. Sudah lama kita tidak rekreasi ke luar kota ya Bu, ke pantai, misalnya.”

“Oh, Bapak mau mengajak aku jalan-jalan? Asyik dong, ke pantai.’

“Bukan cuma Ibu dong, sama anak-anak juga.”

“Iya, aku tahu. Tapi … apa Nurani mau ikut ya. Anak itu terkadang susah. Pernah aku mengajak dia belanja ke mal, supaya dia mau memilih apa yang dia suka, tapi dia nggak mau tuh. Katanya lebih senang di rumah. Membaca buku-buku.”

“Nah, itu dia, dia suka sekali membaca, makanya aku sering membelikan dia buku-buku bacaan. Ya novel, ya buku pengetahuan, supaya walau dia itu nggak sekolah, dia bisa mengerti tentang pengetahuan, atau hal-hal yang belum pernah diketahuinya.”

“Jangan-jangan karena kebanyakan membaca, dia sesambat lagi kapalanya pusing,” gerutu bu Candra.

“Aku pernah menanyakannya, katanya dia suka kok.”

“Kalau begitu besok nggak usah diajak jalan-jalan saja, biar dia sibuk membaca di rumah, barangkali dia lebih suka.”

“Ibu tanya dulu saja sama dia, apakah dia mau ikut jalan-jalan bersama kita.”

“Baiklah, nanti saja aku tanyain dia. Semoga saja dia mau. Kasihan juga aku sama dia. Diajak seneng-seneng juga nggak pernah mau.”

“Iya tuh anak. Nanti Ibu tanyain dia ya, siapa tahu dia mau, kalau perlu dipaksa dikit, gitu lhoh Bu.”

“Iya, Ibu selalu maksa kok, tapi kalau dia nggak mau, bagaimana?”

“Coba nanti ibu bilang, kalau nggak berhasil juga, biar aku yang membujuk dia.”

“Baiklah. Tapi kapan sih mau ngajakin jalan-janannya Pak?”

“Ya Minggu depan ini lah Bu. Kebetulan sedang tidak banyak pekerjaan di kantor, jadi kita bisa berangkat hari Sabtu, pulangnya Minggu sore.”

“Wah, senengnya, nginep di pantai? Anak-anak pasti suka.”

***

Tapi bukannya bu Candra membujuk supaya Nurani ikut, dia justru meminta agar kalau ayahnya memintanya ikut, dia harus bilang tidak mau.

“Awas ya, kalau kamu ikut. Di rumah banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Kamu juga harus memasak, supaya saat kita pulang hari Minggu sorenya, di rumah sudah ada makanan yang bisa kta makan.”

“Baik Bu.”

“Ya sudah, sekarang kerjakan semua pekerjaan. Aku mau belanja untuk bekal jalan-jalan nanti. Oh ya, aku juga butuk pakaian renang untuk bisa berenang di pantai. Yang lama sudah usang, sudah tidak pantas lagi dipakai,” kata bu Candra sambil meninggalkan Nurani sendirian di dapur.

“Apa Bu, siapa yang akan jalan-jalan ke pantai?” tanya Rian yang ternyata belum berangkat kuliah.

“Besok Sabtu, ayahmu mau mengajak kita jalan-jalan ke pantai. Senangnya, sudah lama kita tidak jalan-jalan, bukan?”

“Nurani ikut?”

“Ibu baru saja membujuknya, tapi dia tetap nggak mau ikut.”

“Masa sih? Diajak seneng-seneng kok nggak mau?”

“Memang iya. Coba saja kamu tanya dia, masa ibu berbohong?”

Rian beranjak ke arah belakang, mendekati Nurani yang sedang mencuci piring.

“Nur, besok Minggu kamu ikut kan?”

“Tidak Mas,” jawab Nurani tanpa memandang ke arah kakaknya.

“Lhoh, kenapa tidak ikut?”

“Nggak pengin saja. Mau baca-baca buku di rumah. Tentu saja setelah selesai mengerjakan tugas aku bersih-bersih dan yang lainnya.”

“Kamu itu jangan terlalu memikirkan pekerjaan rumah. Sekali-sekali harus keluar, mencari hiburan, jalan-jalan. Begitu.”

“Sudah sering jalan-jalan.”

“Kapan?”

“Tiap hari kan pasti pergi ke pasar?”

“Aduh, jalan-jalan ke pasar, tiap hari ke pasar. Cari pemandangan yang lain.”

Nurani hanya tersenyum. Biarpun ikut jalan-jalan, kalau bersama ibu tirinya dan juga Karina, pasti juga tidak akan menyenangkan. Paling juga akan disuruh-suruh, dibentak-bentak. Ya kan? Kata batin Nurani.

“Kalau begitu besok Minggu jalan-jalan sama aku saja,” kata Rian, mengejutkan Nurani.

“Mas Rian nggak ikut?”

“Nggak, kita jalan-jalan sendiri saja.”

Nurani hanya tersenyum, sambil melanjutkan pekerjaannya mencuci piring, sementara Rian membantu meletakkan yang sudah bersih, meletakkannya di rak piring.

“Sudah Mas, biar aku saja.”

“Nggak apa-apa, aku kuliah agak siang, bisa bantu-bantu kamu.”

“Nanti dimarahin ibu lho, mau kuliah kok ngerjain pekerjaan dapur.”

“Nggak apa-apa, daripada nggak ada pekerjaan,” kata Rian nekat.

***

Pagi hari itu bu Candra sudah pergi, entah kemana, dan Nurani sedang berada di dapur sendirian. Ia sedang meracik bumbu-bumbu masakan yang diperintahkan ibunya untuk dimasak, ketika mendengar suara bel tamu dari luar.

Nurani bergegas ke arah depan. Tak biasanya ada tamu pagi-pagi begini.

Ia terkejut melihat seorang laki-laki ganteng berdiri di teras.

“Selamat pagi,” sapa sang tamu.

“Selamat pagi. Mau mencari siapa ya?”

“Mau ketemu Mbak Nurani.”

“Saya?” tanya Nurani heran.

***

Besok lagi ya.

50 comments:

  1. Alhamadulillah srbung baru sdh tayang.....
    Matur nuwun bu Tien

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah.... Jantung berwarna emas dah tayang... Matur Nuwun mb Tien.... Mugi tansah pinaringan keberkahan sehat dan panjang usia...
      Salam kangen dari Surabaya, 😘❤️

      Delete
    2. Manusang bu Tien Cerbung anyar sudah muncul, slm Aduhai

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku,kantung emas sudah tayang.

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. Alhamdulillah
      Cerbung baru sdh hadir
      Trimakasih bu Tien
      Moga sehat selalu

      Delete
    2. Matur nuwun Mbak Tien sayang. Cerbung baru Kantung Berwarna Emas... Wah kayak Bawang Putih dan Bawang Merah nih. Seru.... !!! Semoga Mbak Tien selalu sehat.

      Delete
  4. Alhamdulillah, *KANTONG BERWARNA EMAS (KBE)* telah tayang Perdana malam ini, terima kasih bu Tien salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  5. Wah Sudah terbit cerbung baru KBE, matur sembah nuwun mba Tien.
    Mugi tansah pinaringan sehat kuat damai bahagia
    Berkah Dalem.🙏🙏

    ReplyDelete
  6. Matur nuwun, bu Tien. Yang ditunggu sdh tayang

    ReplyDelete
  7. Oh..oh..balada Ibu tiri...😂
    belum apa² kq sudah getem² sama bu Candra ya...🤯 hihihi..

    Matur nuwun bunda Tien, tayangan perdananya..🙏🙏

    ReplyDelete
  8. Kalau tentang anak kandung dan anak tiri seperti Bawang putih - Bawang merah... Tapi tiap sutradara punya jalan cerita sendiri " kan.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  9. Waah...bu Tien kereenn....langsung ganti judul baru. Terima kasih, ibu. Sehat selalu.🙏🙏🙏😘

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah cerbung baru sdh hadir,mksh Bu Tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  11. Semoga Nurani , jadi lakon yang menangan ...gak tertindas terus...duuh gemes kalau baca lakon e kalahan...tertindas...
    Hehehe...kok belum" jadi baper nich...
    Matur suwun bunda Tien, salam Tahes Ulales bunda dari bumi Arema Malang dan selalu Aduhaiiii

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah
    Cerbung baru "kabe" 01 sdh mulai tayang
    Trimakasih bu tien
    Semoga bu tien sehat2 trs

    ReplyDelete
  13. Selamat datang KBE
    Terima kasih Bu Tien
    Semoga sehat selalu

    ReplyDelete

  14. Alhamdulillah KANTUNG BERWARNA EMAS~01 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah...
    Cerbung Kantung Berwarna Emas 01 sudah tayang...
    Matunuwun Bu Tien...
    Salam sehat selalu...

    ReplyDelete
  16. Alhamdulilah
    Terimakasih cerbungnya bunda Tien

    ReplyDelete
  17. Alhandulillah yg ditunggu cerbung KBE dah mulai tayang, terimakasih bu Tien.
    Salam sehat dan aduhai dari mBantul

    ReplyDelete
  18. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's, Mbah Wi, Tjoekherisubiyandono, Apip Mardin, Suprawoto, Beny Irwanto,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah Maturnuwun cerbung KBE yang baru kagem Mbak Tien.semoga selalu sehat & tetap semangat

      Delete
  19. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman, Caecilia RA, Mimiet, Sofi, Mamacuss, Manggar Ch.,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sugeng ndalu bu... salam sehat. Matur nuwun cerbung Kantong Emas nya ...

      Delete
  20. Alhamdulillah akhirnya Bu Tien Kumala hadir membawa kantung berwarna emas.....

    Terimakasih Bu Tien.....
    Moga sehat selalu Nggih....

    Aamiin....

    ReplyDelete
  21. Saya kok bau " Jantung Berhati Emas " ya....

    Semoga aduhai.....

    ReplyDelete
  22. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip sehingga cerbung baru KANTONG BERWARNA EMAS sudah tersaji bagi kami para penggandrung karya ibu Tien...

    Baru episode 1 aja sudah bikin gregetan dengan ulah ibu Candra ibu tiri Nurani.
    Semoga ada kesadaran, penyesalan dan pertobatan ibu tiri...

    Siapa tamu yg datang? Mungkin kerabat ibunya Nurani?
    Semoga Nurani kuat dg perlakuan ibu tirinya..

    ReplyDelete
  23. Terimakasih cerbung baru ttg ibu tiri mengandung bawang

    ReplyDelete
  24. Selamat pagii bunda..terima ksih cerbung barunya KBE..smg bunda sll sht walafiat dan tetap berkarya..salam seroja unk bundaqu🙏🙏🥰💞

    ReplyDelete
  25. Wow dari awal udah mengetuk nurani seorg ibu sejati

    Sebaik-baik nya ibu tiri tak akan tulus ke hati kl dari awalnya udah jahat sama anak tirinya

    Krn bpk terlalu sibuk terbuai dgn bujuk rayu istrinya
    Untung gak smw nurut sama ibu nya
    Rian yg bgtu lembut selalu bs mendampingi Nuraini

    Yuuk kita tunggu utk berikutnya
    Mksh bunda Tien sehat selalu doaku

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah cerbung baru KBE sdh terbit...Matur nuwun Bunda Tien Kumalasari. Salam sehat dan tetap aduhai...🙏🦋⚘

    ReplyDelete
  27. Extraordinary cerita nya... Di luar kebiasaan Ibu. .. Keren top markotop...

    ReplyDelete
  28. Terima kasih bu tien kantung berwarna emas sdh tayang, lihat cerita perdananya sdh bikin geregetan .... salsm sehat bu tien

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah cerbung baru sdh tayang.
    Maturnuwun Ibu Tien... 🙏

    ReplyDelete
  30. Tuh kan datang mas mas nggantheng; mas Bambang apa ya..
    Iyå, tapi dudu gentholèt lho.
    Kaé rak kuncung.
    Seragam potong rambut sanggar, bèn yèn ribut ora biså jambak - jambakan.

    Chandra maunya ada pembantu jadi bisa agak ringan dan tidak begitu capek.
    Amirah tuh gitu; begitu ada peluang langsung lelang jabatan, yah gimana lagi anak sudah dua sebentar lagi butuh banyak biaya, ya mengupayakan investor baru, jadi biar ada tabungan buat anak anaknya memungkinkan mengenyam sekolah yang lebih.
    Rupanya Aminah ikut audisi juga.
    Sukses masuk nominasi jadilah selempang terlampir dari pundak kepinggang tertera istri direktur, kan Chandra bawa Nurani anak perempuan yang tentu perlu dibimbing untuk kedepannya.
    Namanya punya cita-cita, ya penjajagan sambil mau mengerti kemauan Chandra, kan sudah cukup jam terbang, buat mengamati kotha kathine lingkungan baru.
    Mulai penelikungan; ketakutan jangan jangan Amirah cuma dijadikan asisten saja, kan sudah dapat status; bagus lho posisinya, menthereng lagi.
    Waduh minta bonus nich.
    Nggak ada lebihnya seeh, ini yang menjadikan Amirah sering uring-uringan campur emosi; bela belain anak kandung, menekan dengan ultimatum pada Nurani yang punya lebel anak tiri, kalau nggak nurut, sesuai kemauan Amirah, bakal kena hukuman, takut juga mereka kan bertiga, ani cuma sendirian, mudah mudahan Rian nggak ikutan gabener, syukur ikutan membantu, seringnya memang gitu.
    Lumayan ada yang perhatian, walau was was juga, kan masih rombonganya.
    Salah ngomong habis sudah.
    Duh Chandra kapan kepekaan mu sama teriakan hati darah dagingmu, tanda tanda sudah ada; dari tidak semangat dan pendiamnya itu, mau curhat sama siapa, begitu bapaknya dirumah Amirah bermuka manis, nempel nggak memberi kesempatan Nurani berbincang bebas sama Ayahnya sendiri.
    Begitu Ayahnya berangkat kerja, sudah merasakan seperti jadi tahanan rumah di kurung dan harus ngikut maunya Amirah.
    Katanya ibu tiri tidak sekejam ibukota.
    Mudah mudahan.

    Terimakasih Bu Tien
    Kantung berwarna emas yang pertama sudah tayang,
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  31. Alhamdulilah..cerbung baru sdh tayang..
    Tks bunda Tien..
    Salam sehat selalu dari sukabumi

    ReplyDelete
  32. Cerbung baru udah tayang hore...tp. Kok cerita awal aja udah bikin mellow ya....trims Bu Tien semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  33. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh mbak Tien. Alhamdulillah bisa mulai bergabung di "Kantung Berwarna Emas". Salam sehat dan bahagia.

    ReplyDelete
  34. Terima kasih karya barunya ibu...mohon ijin sampaikan sedikit komentar:
    - nama tokoh Rian sebaiknya konsisten, di episode2 selanjutnya kadang tersebut "Ryan".
    - di eps.ini ceritanya pak Candra ngajak jalan2 ke pantai hari Sabtu, tapi disebut Rian perginya hari Minggu, lalu dia mau ajak Nurani jalan2 sendiri. Dan kapan terjadinya, memang tidak diceritakan lagi. Tiba2 pindah alur ke Andre.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin cerita jalan-jalan ke pantai bisa dijadikan flashback suatu hari nanti ya? Bu Tien kan piawai membelok2kan alur...👍👍😀

      Delete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 14

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  14 (Tien Kumalasari)   Mbok Truno heran melihat barang-barang yang dibeli Arumi. Ia membuka keresek yang dil...