BUKAN MILIKKU
11
(Tien Kumalasari)
Retno terpaksa membuka matanya dan melihat sosok yang
membuatnya ketakutan setengah mati. Sapto.
“Aa_ap … apa yang kamu lakukan?”
“Masih sore, kenapa tidur?” tanyanya dingin sambil
terus menarik selimut yang dipakai Retno, kemudian melemparkannya ke lantai.
Retno menarik sebuah bantal untuk ditutupkannya ke
dadanya. Badannya gemetaran, melihat tatapan Sapto yang tampak seperti ingin
menelannya. Ia menggeser tubuhnya, menjauh dari Sapto yang masih berdiri di
dekatnya. Tapi karena ia bergeser itu kemudian Sapto tiba-tiba sudah berbaring
di sisinya. Retno bertambah gemetar. Ia semakin menjauh.
“Kamu ketakutan?” tanya Sapto tanpa menoleh ke
arahnya.
“Kamu mau … mau … ap … pa?”
“Bukankah kamu isteriku? Kamu tahu apa kewajiban
seorang istri?”
Retno diam, badannya terasa kaku. Ia meremas jari
tangannya sendiri, lalu bangkit duduk.
“Kamu … kamu … mau apa?”
“Aku menikahi kamu karena sebuah alasan.”
Retno semakin gemetar. Ia tahu apa yang akan dilakukan
pria tampan berwajah dingin itu.
“Aku … tidak .. suka. Apalagi mencintai kamu.”
Sapto memiringkan tubuhnya, menghadap kearah Retno
yang duduk menjauh di ujung ranjang sebelah sana.
“Kamu pikir aku mencintai kamu?” katanya dingin.
“Kalau begitu ceraikan aku.”
“Bisa. Tapi nanti, setelah kamu melahirkan anakku,”
mata dinginnya menatap tajam. Dan itu adalah sebuah ancaman.
Retno ingin menjerit.
“Apakah seorang suami harus memperkosa isterinya?”
Retno bergeser lebih mundur, sehingga tubuhnya
bersandar pada sandaran ranjang.
“Apa aku tidak menarik untuk kamu? Bukankah aku tampan?
Pandanglah aku, dan bertanyalah pada hati kamu, tidakkah kamu menyukaiku?”
“Tidak … tidak …”
“Jangan memenuhi hati kamu dengan rasa ketakutan kamu.
Kamu seorang isteri dan punya kewajiban. Menolak itu dosa.”
Retno menitikkan air mata.
“Jangan menangis. Melihat tangis kamu, semua
keinginanku akan buyar.”
Sapto bangkit, lalu merangkak mendekati Retno. Retno
tak bisa bergerak lagi. Ia sudah duduk terlalu ke pinggir. Satu-satunya jalan
adalah turun dari ranjang. Tapi Sapto menarik tangannya.
“Mau kemana? Menjeritlah kalau kamu ingin menjerit,
biar seisi rumah tahu bahwa kamu telah diperkosa oleh suaminya sendiri. Kamu
tidak malu?”
Retno terisak. Tangannya dipegang erat oleh Sapto.
“Kamu cantik Retno, kalau aku belum beristeri,
alangkah mudah jatuh cinta sama kamu,” katanya sambil menyibakkan rambut Retno
yang terurai di dahinya.
Retno membeku. Ia berharap agar jatuh pingsan saja
supaya tidak melihat dan merasakan apa yang dilakukan Sapto. Ia juga ingin bisa
menghilang agar Sapto tak bisa menyentuhnya.
“Tolong hentikan … “ rintihnya.
“Bukankah semakin cepat aku lakukan akan semakin baik?
Kamu bisa segera hamil, lalu melahirkan dan selanjutnya terserah kamu. Aku akan
menceraikan kamu kalau itu yang kamu inginkan.”
Retno hampir pingsan ketika melihat Sapto melepaskan
satu persatu kancing bajunya. Lalu ia merasa tubuhnya sangat lemas, dan tak
mampu melakukan apa-apa kecuali pasrah.
Tapi tiba-tiba terdengar sebuah benda pecah diluar
kamar. Lalu sebuah teriakan menggema.
“Mas Sapto … mas Sapto.. !!”
Sapto bangkit, mengambil bajunya dan mengenakannya
dengan cepat, lalu turun dari atas ranjang. Ia melangkah pelan kearah pintu dan
membukanya.
“Kenapa lama sekali Mas?” teriakan itu terdengar
keras, sebelum Sapto kembali menutup pintunya.
Retno merasa hidup kembali dari kematian setelah
mendengar pintu itu tertutup.
“Ya Allah, ampunilah aku. Sungguh aku tidak bisa
melakukannya,” bisiknya terisak, lalu memungut selimutnya dan menutupkannya
pada tubuhnya.
“Apakah dia akan kembali lagi?” kecemasan masih
melandanya.
Retno baru saja tertidur setelah menjelang pagi,
ketika ia merasa tak ada lagi yang memasuki kamarnya. Ia bangkit saat matahari
sudah menerobos masuk melalui jendela kaca yang samar karena tertutup korden
tipis. Ia mengambil wudhu dan bershalat.
“Ya Allah, ampunilah hambamu ini,” rintihnya.
***
Setelah mandi, Retno mendengar pintu kamarnya di
ketuk. Retno berdebar. Dia lagi? Pikirnya ngeri.
“Bu Retno,” Retno bernapas lega. Itu suara yu Asih.
Retno membuka pintu dan membiarkan yu Asih masuk.
“Ibu menunggu di ruang makan untuk sarapan,” kata yu
Asih.
“Ada siapa saja?” tanya Retno was-was.
“Hanya Ibu dan mas Budi.”
Retno menghela napas lega.
“Semalam mas Sapto kemari, tapi bu Kori menyusulnya,
jadi tidak jadi menginap,” terang yu Asih tanpa ditanya.
Retno segera tahu kalau yang berteriak adalah Kori.
Diam-diam Retno bersyukur.
“Silakan Bu, sudah ditunggu.”
Retno mengangguk. Ia membereskan tempat tidurnya
sebentar, lalu berjalan keluar menuju ruang makan.
Begitu duduk, Budiono menatapnya tajam.
“Mbak Retno agak pucat. Sakitkah?”
“Aku tidak apa-apa.”
“Kamu seperti kurang tidur Ret,” kata bu Siswanto.
Retno tersenyum tipis. Itu benar, ia hanya tidur sejam
atau dua jam semalam itu.
“Sapto menemui kamu?” lanjutnya.
Budiono menatap Retno lagi, menunggu jawaban. Entah
mengapa ia merasa tak senang saat mendengar Sapto datang.
“Hanya sebentar,” jawab Retno singkat dan berharap tak
akan ada lagi pertanyaan lanjutan.
“Kori menyusulnya. Ibu kesal sama dia.”
Retno menyendok sedikit nasi ke piringnya.
“Sayurnya Mbak,” kata Budi sambil menyodorkan mangkuk
sayur kehadapan Retno.
“Terima kasih.”
“Ibu berharap, kamu segera hamil.”
Sendok sayur di tangan Retno nyaris terjatuh. Retno
tak menjawab. Ia mengaduk-aduk nasi yang sudah diguyur sup ayam berikut
sayurannya.
“Makanlah banyak sayur dan buah, agar kamu segera
hamil.”
Retno tersedak karena ucapan itu bersamaan dengan saat
dia menguyah nasi dan hampir menelannya. Lalu terpikir olehnya, kalau saja
dengan hanya makan sayur dan banyak buah akan membuat wanita bisa hamil, ia
akan merasa lebih tenang.
“Pelan-pelan,” kata Budi sambil memberikan gelas
berisi air minum.
Retno meneguknya pelan.
“Kamu nanti ke kantor, Bud?”
“Mm … nanti agak siang ya Bu. Tapi Budi hanya akan
melihat-lihat saja dulu.”
“Ayahmu sudah menyerahkannya sama kamu. Kamu harus
mengurusnya dengan baik. Ayahmu sedang membuka cabang lagi di kota lain.”
“Iya, Budi tahu. Mbak Retno nanti ikut ya,” katanya
kemudian kepada Retno.
Retno menatap Budi. Lalu menatap mertuanya.
“Tidak apa-apa kamu ikut melihat-lihat. Itu usaha
keluarga kita, kamu wajib tahu,” kata Bu Siswanto yang bisa menangkap arti
pandangan menantu barunya.
Retno mengangguk.
Tapi ketika dalam perjalanan ke kantor itu, tiba-tiba
Retno teringat, bahwa mungkin dia akan bertemu Sapto. Bagaimana membatalkan
keinginannya ikut ya, mereka sudah dalam perjalanan.
“Budi, bolehkah aku turun di sini saja?”
“Kenapa?”
“Aku mau beli sesuatu.”
“Aku antar saja. Mau beli apa?”
“Aku … ingin melihat-lihat dulu saja … “
“Berarti belum jelas mau beli apa? Nanti saja, setelah
dari kantor, saya antar Mbak, saya antar kemanapun Mbak inginkan.”
“Lamakah di sana?”
“Tidak, hanya ingin melihat kantor aku.”
“Apakah … apakah … dia ada di sana?”
“Maksud Mbak… mas Sapto?”
“Hm mh.”
“Dia jarang ke kantor. Apalagi dia kan mengurusi usaha yang ada di
Jakarta?
“Oh … “
“Bukankah semalam Mbak ketemu dia? Apa dia nggak
cerita apapun?”
“Mengerikan ,” desisnya.
“Apa?”
“Aku takut ketemu dia. Aku berdosa ya? Aku benci.”
“Maksud Mbak apa? Mengapa berdosa?”
“Aku menolaknya,” lirih Retno.
Budiono menghela napas. Entah mengapa dia merasa lega.
“Ya Tuhan, perasaan apa ini? Aku sudah gila. Dia kakak
iparku. Tidak, tidak boleh. Tidak boleh,” ujarnya dalam hati. Lalu ia mengusap
wajahnya dengan sebelah tangan.
“Apakah aku berdosa?”
“Ya … “ kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya.
“Tapi aku tidak bisa melakukannya.”
“Mbak isterinya.”
Retno menatap jalanan yang ramai pagi itu, dan
tiba-tiba ia melihat seseorang.
“Mas Wahyudi …” desisnya pelan.
Dan mobil Budiono terus melaju. Retno melihat ke arah
kaca spion yang ada di sampingnya, Wahyudi tidak sendiri. Bersama gadis itu
lagi. Lalu ada perasaan tak enak menggumpal dalam dadanya. Bagaimanapun Retno
masih mencintainya.
“Siapa Mbak?”
“Aku melihat dia.”
“Pacar Mbak, namanya Wahyudi?”
“Dia bersama seorang gadis.”
“Mbak masih mencintainya?”
“Sangat susah menghilangkannya. Itu sebabnya aku tidak
bisa melayani mas Sapto.”
“Semalam mbak Kori menyusul, aku mendengar dia
berteriak.”
“Karena itulah mas Sapto kemudian pergi begitu saja.”
“Mas Sapto sangat takut kepada isterinya. Aku kurang
suka karena dia terkadang kasar dan menyebalkan. Ibu juga kurang suka
sebenarnya.”
Retno tak menjawab. Dia tahu bahwa Kori agak kasar
terhadapnya, tapi ia tak ingin memperbincangkannya.
Sekarang mobil Budiono sudah memasuki halaman kantor.
Setelah menghentikan mobilnya, Budiono turun dan membukakan pintu untuk Retno.
“Mari kita masuk Mbak. Ini perusahaan milik bapak.
Salah satu miliknya.”
Retno mengikutinya masuk.
***
“Mas melihat apa?” tanya Wuri yang heran melihat
Wahyudi memandangi ke arah mobil yang melintas. Rupanya Wahyudi mengenali mobil
itu, dari pelat nomor yang tak sengaja diingatnya.
“Retno …”
“Mas melihat Retno?”
Wahyudi menghela napas.
“Ya sudahlah, ayo lanjutkan belanja.”
“Mas belanja banyak, apa Mas masih akan lama tinggal
disini? Kapan kembali ke Jakarta?”
“Entahlah, rasanya aku ingin kembali kemari saja.”
“Pekerjaan Mas?”
“Aku melamar pekerjaan ke tempat kamu saja ya?”
“Apa maksudmu Mas? Memangnya aku punya perusahaan? Mas
jangan mengejekku,” cemberut Wuri sambil berjalan menjauh dari Wahyudi.
“Melamar jadi pegawai warung bu Mantri.”
Wuri menghentikan langkahnya, memukul lengan Wahyudi
sekeras-kerasnya.
“Aduh, sakit tahu. Kamu itu perempuan badannya kecil,
pukulannya keras banget,” omel Wahyudi.
“Habis, mas Yudi ngomongnya aneh. Masa warung kecil
seperti warung ibuku harus menerima karyawan seperti mas Yudi?”
“Siapa tahu boleh.”
“Serius, Mas nggak akan kembali ke Jakarta?”
“Jakarta membuat aku sedih. Disana aku selalu bersama
dia, walau tidak setiap hari. Sama sekali aku tak menyangka akan menjadi
seperti ini hubunganku sama dia.”
“Itu namanya nggak jodoh. Nggak usah disesali. Cari
lagi dong mas.”
“Carikan dong.”
“Ya, nanti aku carikan deh. Yang seperti apa yang Mas
inginkan?”
“Pokoknya jangan seperti kamu, cerewet kayak betet.”
“Hiiiih, sebel deh, dikatain cerewet terus. Lagian
ngomongnya jadi ngelantur. Mas mau cari apa lagi sih?”
“Kompor. Komporku rusak, nyalanya nggak biru lagi, perabot
jadi hitam semua.”
“Baiklah, toko di depan situ saja. Ibu kalau beli
perabot di toko itu, barangnya bagus, harganya murah.
***
Ketika pulang dari belanja, Wahyudi terkejut ketika melihat
di teras ada seseorang sedang menunggu, dan seseorang itu adalah bu Kartomo.
Wahyudi bergegas menghampiri dan mencium tangannya.
“Ibu sudah lama?”
“Tidak, baru saja kok,” kata bu Kartomo sambil
mengulungkan rantang berisi makanan.
“Ibu, ini apa lagi? Rantang yang kemarin belum sempat
saya kembalikan.”
“Nak Wahyudi sudah sehat?”
“Sudah Bu, berkat ibu.”
“Nak Wahyudi harus tetap bersemangat ya.”
“Iya Bu.”
“Mas, kuncinya,” kata Wuri yang menggotong belanjaan
dan ingin membawanya masuk ke dalam rumah.
“Biar aku saja yang membawa, Wuri. Itu kan berat,”
kata Wahyudi sambil membuka pintu rumah.
“Mari Bu, silakan masuk.”
“Dari belanja ya nak?”
“Iya, beberapa perabot rusak karena tidak terawat.”
Wuri meletakkan kardus, lalu menyalami dan mencium
tangan bu Kartomo.
“Nak cantik, namanya siapa?”
“Wuri Handayani, Ibu.”
“Nama yang bagus. Ayo Ibu bantu mengangkat.”
“Jangan Bu, biar Yudi saja, sudah, Ibu duduk saja,”
kata Wahyudi sambil mengangkat belanjaan dan dibawanya ke dapur.
“Mas, aku pulang dulu ya,” kata Wuri.
“Titipan ibumu sudah dibawa?”
“Sudah. Ibu, saya permisi dulu,” kata Wuri berpamit
pada bu Kartomo.
“Mengapa tergesa-gesa Nak.”
“Tadi ibu saya menitip sesuatu, barangkali mau segera
dipergunakan.”
“Baiklah nak.”
Bu Kartomo menatap punggung Wuri sambil tersenyum.
“Gadis itu cantik. Siapa tahu bisa berjodoh dengan nak
Yudi,” gumam bu Kartomo.
“Dia masih kecil Bu,” kata Yudi sambil tertawa.
“Ibu melihat kalian sangat akrab. Dan Nak Yudi juga tampak
lebih segar. Tampaknya nak Yudi juga cepat terhibur dengan adanya dia.”
“Kami sudah dekat sejak dia masih kecil.”
“Dan jodoh itu kan Allah yang mempersiapkannya.
Perbedaan umur bukan halangan. Siapa tahu pada suatu hari, cinta itu bisa
tumbuh.”
“Doakan Yudi selalu ya Bu.”
“Ibu senang Nak Yudi sudah lebih tenang. Bagaimanapun,
apa yang terjadi kita harus bisa menerimanya. Ibu berharap nak Yudi akan segera
menemukan kebahagiaan.”
“Aamiin, terima kasih Bu. Oh ya, kemarin Retno datang
kemari.”
“Benarkah? Apa yang dikatakannya?”
“Dia bersama suaminya. Hanya meminta maaf dan
mendoakan saya. Hanya sebentar. Tapi saya kemudian bisa menerima keadaan ini.
Suami Retno tampaknya sangat baik dan santun. Retno akan bahagia bersama dia.”
“Benarkah?” tapi bu Kartomo senang mendengar itu,
walau sedikit ragu. Benarkah suami Retno baik dan santun? Setahunya yang
namanya Sapto itu angkuh, sombong dan tak punya rasa hormat kepada orang lain.
Mana tahu dia kalau yang bersama Retno adalah Budiono.
***
Budi meminta agar Retno menunggu di ruangannya,
sementara dia keluar untuk sebuah urusan.
Retno melihat ruangan kerja Budiono yang nyaman dan
tertata apik. Ada foto pak Siswanto di tengah ruangan, tergantung di tembok.
Retno merasa ngeri menatapnya. Tapi selebihnya adalah tatanan yang sangat rapi.
Barangkali tadinya ini adalah ruangan pak Siswanto.
Ketika sedang mengawasi setiap sudut ruangan itu,
tiba-tiba pintu terbuka. Retno mengira Budiono yang masuk.
“Kita akan segera pulang kan Bud?”
“Hei, buka matamu lebar-lebar. Aku bukan Budi.”
Retno terkejut. Ia menatap siapa yang datang, dan
jantungnya seakan berhenti berdetak. Kori datang bersama Sapto.
“Lihat mas, isteri mudamu itu melihat-lihat ruangan
ini seperti seorang pejabat saja. Mentang-mentang punya wajah cantik, tapi
tetap saja kampungan.”
Retno marah bukan alang kepalang. Dua kali wanita
bernama Kori ini mengatainya kampungan. Dia bukan wanita lemah. Biarpun ada
Sapto, dia menatap Kori dengan mata berapi-api.
“Dua kali kamu mengatakan aku kampungan. Itu yang aku
dengar, entah berapa kali pula kamu mengatakannya kepada orang lain. Baiklah,
aku memang kampungan, tapi aku masih punya tata krama. Bukan kamu, yang cantik
seperti bidadari, merasa hebat dan terhormat, tapi bicaramu lebih kasar dari
orang jalanan,” katanya panjang lebar.
“Kamu berani menentang aku?” teriak Kori.
“Manusia tak punya tata krama, siapa yang takut?”
“Mas, dengar mas. Kamu mendapatkan isteri kampungan
yang berani menentang aku. Mengapa diam mas, apa karena semalam dia sudah
memuaskan kamu?”
“Diam! Mengapa Mbak selalu kasar kepada dia?” yang
berteriak adalah Budi yang baru saja masuk tapi mendengar umpatan kasar Kori,
kemarahannya langsung memuncak.
“Budi. Kamu juga berani membentak kakak ipar kamu?”
“Budi, sebaiknya aku pergi. Udara disini sangat panas,”
kata Retno sambil beranjak kearah pintu.
“Tunggu Mbak, aku sudah selesai, mari kita pergi,”
kata Budiono sambil mengajak Retno pergi.
***
Besok lagi ya.
Bu ijin posting ini di blog spot njenengan👇👇
ReplyDeleteBagi para blogger yang ingin bergabung, pada acara Jumpa Fans dlm rangka Milad ke 73 tahun Ibu Tien Kumalasari pada Sabtu - Minggu, 26-27 Maret 2022, tempat : Hotel Loji Solo hubungi ibu Nani Nur'Aini 082116677789;
Ibu Iyeng Santoso
08179226969;
Kakek Habi 085101776038.
Matur suwun Bunda Tien...
ReplyDeleteBukanMiliku 11 sdh hadir
smoga bunda n kel selalu sehat bahagia ..
salam Sorejoa dr Semarang
Sami2 Ibu Agustina
DeleteAamiin
ADUHAI
Maturnuwun bu Tien,mugi tansah sehat,sugeng sare
DeleteMaturnuwun mbk Tien
ReplyDeleteSami2 Jeng Nani
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah, makasih Bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat selalu..🙏
Sami2 Pak Yanto
DeleteSalam sehat
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien 🤗💖
Alhamdulillah BM_11 sudah tayang.
ReplyDeleteSugeng dalu bu Tien, tetap sehat fan semangat dan terus berkarya.
Salam ADUHAI
Malam Bunda Makasih yg ditunggu dah tayang
ReplyDeleteSami2 Mas Bambang
DeleteMatur nuwun Mbak Tien BK 11 sudah hadir. Salam Aduhai selalu.
ReplyDeleteSami2 jeng Ira
DeleteADUHAI
BM Maksudnya
ReplyDeleteAlhamdulillah, seblm bobok baja BM 11 dulu manusan bu Tien, slm Aduhai
ReplyDeleteBm tayang mamhad utk minum2 kopi sambil moco bm matur nuwun butien
ReplyDeleteSami2 Pak Muhadjir
DeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteaduhai bu Tien
salam sehat selalu
trimakasih
Alhamdulillah. Sugeng dalu mbak Tien, mugi tansah pinaringan kabagas warasan. Aamiiiin
ReplyDeleteAlhamdulillah BM 11 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan,
Selamat mlm bunda.. Terimaksih BM 11 nya.. Salamseroja unk bunda dan keluarga.. Drisukabumi🙏🙏🌹🌹🥰🥰
ReplyDeleteAlhamsulillah BM 11 dah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bubda Tien,semoga bunda Tien selalu sehat
Salam sehat dan aduhai
Twrima kasih...
ReplyDeleteAlhamdulillah.. maturnuwun bu Tien🙏
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien 🙏, semoga sehat selalu beserta keluarga dan semakin ADUHAI
ReplyDeleteMb Tien, maturnuwun... BM sdh tayang...
ReplyDeleteBikin gemes juga ya Kori
Salam manis mb Tien
Yuli Semarang
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat semoga Bu Tien senantiasa sehat... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah.. Terima kasih Bu Tien..
ReplyDeleteSemoga Ibu selalu sehat..
Salam *ADUHAI*
𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘣𝘢𝘬 𝘛𝘪𝘦𝘯...
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien untuk BM 11-nya. Semoga Bu Tien sehat selalu. Amin... 🙏😇
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Dugaan saya, endingnya adalah retno+budi; Yudi+wuri, sapto tdk punya anak.
ReplyDeleteTerima kasih mbak tien sehat selalu.
Sami2 Pak Andrew
DeleteADUHAI AH
Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat semangat produktip sehingga BM 11 hadir dan tetap bikin penasaran.
ReplyDeleteSemoga Retno terhibur oleh kebaikan ibu mertua dan adk ipar.
Semoga Yudi jadian sama Wuri.
Monggo ibu dilanjut aja, kangen dgn cerita karya Ibu. Matur nuwun Berkah Dalem.
Sami2 Ibu Yustinhar
DeleteAamiin
ADUHAI
Maturnuwun bu Tien BM11 nya..
ReplyDeleteDuuuh...miris dengan kondisi Retno saat didekati Sapto..
Moga yg terbaik buat Retno..
Lanjuut senin yaa..😊
Salam sehat selalu bu Tien dan aduhaiii...🙏💟🌷
Maturnuwun buuu
ReplyDeleteSami2 Ibu Nien
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah tayang.
ReplyDeleteRuwet ni... Yudi dekat dengan Wuri, Retno dengan Budi. Sapto takut kepada Kori, kapan bisa punya anak..
Salam sehat dari Sragentina mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Sami2 Ibu Maria
ReplyDeleteADUHAI selalu
Maps :
ReplyDeleteHotel Loji
(0271) 7892121
https://maps.app.goo.gl/RfyojxE6YQUC8Qso8
*WARA - WARA*
*JUMPA FANS ANGGOTA WAG PCTK* dan temu kangen dengan Idola kita Ibu Tien Kumalasari berkaitan dengan hari lahir beliau, akan diselenggarakan pada :
*_Hari : Sabtu Legi_* *- Minggu Paing*
*_Tanggal : 26 - 27 Maret 2022_*
*_Tempat : HOTEL LOJI_*
*_Jl. Hasanudin 134_*
*_Punggawan, Banjarsari,_*
*_Surakarta_*
Dengan pilihan sbb:
*1.Bermalam dan* *mengikuti Acara*
*Biaya 250.000*(per orang bukan per kamar)
- 1 Kamar 2 orang
- Sarapan dan snack pagi
- Mengikuti acara (Makan makan siang dan snack)
*2.Hanya mengikuti* *acara saja*
*Biaya 80.000* per orang.
- Mengikuti acara ( Makan siang dan snack)
Biaya penyelenggaran acara diambilkan dari uang Kas
- Id Card
- Dekorasi/Dokumentasi
- Organ tunggal
*Dress Code Acara : BATIK*
*Pendaftaran ditutup Senin 21 Maret 2022*
----------------------------------
*SUSUNAN ACARA*
*Temu Kangen Grup PCTK dengan Ibu Tien Kumalasari di Hotel Loji Solo*
*SABTU 26 Maret 2022 (BAGI YANG MENGINAP)*
14.00 check in hotel Loji
14.00 - 16.00 istirahat
16.00 - 17.30 ramah tamah, menikmati coffee break
17.30 - 18.30 maghrib
18.30 - 20.30 menikmati makan malam di GALABO
20.30 istirahat
*MINGGU 27 MARET 2022 di Hotel Loji*
06.00 - 08.30 Sarapan di hotel dan jalan-jalan bagi yang menginap
09.00 - 10.00 Registrasi
10.00 - 13.00 *Acara Temu Kangen Grup PCTK dengan ibu Tien Kumalasari*
1. Pembukaan (Oleh MC ibu Jalmi Rupindah);
2. Sambutan Ketua Panitia (ibu Nani), dilanjutkan penyerahan Cindera mata untuk ibu Tien
3. Sepatah kata bu Tien Kumalasari
4. Kesan-pesan Grup PCTK (ibu Iyeng);
5. Ramah tamah dan foto bersama;
6. Penutup (Kakek Habi);
7. Sayonara.
----------------------------------
*List Pendaftaran Peserta*
*Menginap :*
1. Tien Kumalasari 1
2. Tien Kumalasari 2
3. Djoko BS
4. Hardjoni Harun 1
5. Hardjoni Harun 2
6. Nani Nur'Aini
7. Iyeng Santoso
8.
9.
10.
*Tidak Menginap :*
1. Ibu Jalmi Rupindah:
2. Suami "
3. Putri "
4. Ibu Siswantari;
5. Suami. "
6. Ibu Nur Rochmah ;
7. Ibu Irawati ;
8. Ibu Ranis
9. Ibu Yuliarsih Dwidjo
10. Ibu Nanik
11. Ibu Ninuk
12. Ibu Werdi Kaboel
13. Ibu Werdi Kaboel 2
14. Teman bu Tien
15. Teman bu Tien
16. Teman bu Tien
17. Bpk. Bambang Subekti;
18. Ibu Bambang S
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
*Lanjutkan*
Bagi teman² blogger yang ingin bergabung, hubungi Ibu Nani Nur'Aini 082116677789, Ibu Iyeng Santoso 08179226969, Kakek Habi 085101776038.
NANANG mana ya... sebelas hari nggak nongol blas.
ReplyDeleteADUHAI
Alhamdulillah, BM Eps 11 sudah tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien, semoga tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Aamiin YRA.
Terima kasih bunda Tien BM 11 sdh hadir mengisi malam mingguan, salam sehat selalu dan aduhai
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien ......
ReplyDeleteSemoga di critanya nanti Retno sm Budi...... wahyudi sm Wuri. Sapto semoga gak jadi sm Retno biar balik sm Istrinya .....Aduhai
Sami2 Ibu Endang
DeleteADUHAI
Terimakasih bu Tien.
ReplyDeleteSalam sehat selalu.
Sami2 Ibu Sri
DeleteSalam sehat
Matursuwun bu Tien,BM 11 makin seru...aduhai....salam sehat daru Yk
ReplyDeleteSami2 Ibu Alian
DeleteSalam sehat juga
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSalam hangat selalu mba. Aduhai
Sami2 Ibu Sul
DeleteSalam ADUHAI
Tetap semangat&selalu sehat wal afiat nggih Mbak Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah Maturnuwun
Sami2 Pak Herry
DeleteAamiin
Bu Tien, klu Retno g hamil juga, trus gimana ya perlakuannya? 🙏.... Rahasia... Aduhai bu Tienku
ReplyDeleteTerimakasih perhatiannya Ibu Umi
DeleteBagaimana ya
ADUHAI deh
Trims Bu Tien sdh menghibur
ReplyDeleteTerima kasih bu tien semakin seru .... semoga retno berjodoh dg budi dan yudi dg wuri ..orang oramg baik..
ReplyDeleteSalam sehat dan salam aduhai utk bu tien
Sami2 Ibu Sri
DeleteADUHAI
Assalamualaikum wr wbr. Lama tidak coment mudah2an M Tien sklrg dan semua pembaca/ penggemar kejora pagi sehat wal'afiat. Sukses dan barokah untuk M Tien skrg khususnya dan kita semua pada umumnya. Salam sehat dan bahagia.
ReplyDeleteKulo selalu mengikuti tapi lama tdk bersilaturahmi lewat ini. 🙏🙏🙏
Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,
DeleteMatur nuwun Pak Rochmah Hidayat.
Aamiin
Mulai sekarang komen dong Pak, biar gayeng.
Kok dah nulis tdk bisa terpublikasi y
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien. Semoga selalu sehat.
ReplyDeleteSami2 Ibu Anik
ReplyDeleteAamiin
Terima kasih bunda tien
ReplyDeleteBaru sempet bacanya
Sehat selalu ya bunda
Aamiin
Sami2 Pak Koko
DeleteAamiim
Mtr nuwun bu tien, sehat selalu njih bu, aamiin
ReplyDeleteMoga retno nya malah berjodoh ma budi aja..sama2 org baik 😄
Alhamdulillah..Retno diberi keberanian melawan Kori yang sok cantik dan terhormat. Terima kasih Budiono sudah membela Retno..wah bisa bisa Retno malah jadi istrinya Budi..
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien BKK part 11 SDH tayang ...🙏
ReplyDeleteAyoo Retno cantik ...
Jangan mau dihina hina ... berontak dgn cara mu yg bijak...
Kan bukan mau nya kamu..
hee he he 😊 jadi terbawa emosong nih...😡🤭
Aah dah sapto bisa2 nyeraikan Kori ....eee sadar dahhh ahhh semangat u bu Tien sehat2 selalu👏👏👏💐
ReplyDeleteAssalamualaikum bunda Tien.. aku jg udah lm ga komen di blog bunda, tp ga dicariin.. hiks😭 aku cm mau bilang bunda, aku spt nya ga bs ikutan acara temu ksngen pas ultahnya bunda, maafin aku yaa.. salam doa dari aku pencinta tulisan bunda. Smg bunda sehat sll dan terus berkarya.. salam sayang dr kelg besar kami kakak, adik dan para keponakan Syams Family di Bàndarlampung dan KHM Salmon Djiwadisastra & Family di Bandung, jg Sukabumi, Depok n Zakardaah tentunya❤️😘👍🙏🤗❤️
ReplyDeleteWa'alaikum salam Ibu Lilis.
ReplyDeleteHahaa.. baru mau dicariin udah nongol. Seneng membaca komen Ibu lagi. Tapi kecewa karena Ibu nggak bisa ke Solo.
Tapi baiklah, pasti ada kali lain yang lebih baik untuk bertemu
Terima kasih atas doa yang indah, perhatian yang luar biada dari Ibu Lilis dan para kerabat, di Lampung di Bandunh, di Depok, Sukabumi dan Jakarta.
Terimah kasih banyak, salam cinta dari Solo.
ADUHAI
DAFTAR PESERTA JUMPA FANS TGL. 26-27 MARET 2022 DI HOTEL LOJI SOLO.
ReplyDeleteMenginap :
1. Tien Kumalasari - Solo;
2. Widayat - Solo;
3. Djoko BS/Kakek Habi - Bandung;
4. Hardjoni H - Jakarta
5. Ibu Hardjoni - Jakarta
6. Nani Nur'Aini - Sragen
7. Iyeng Santoso - Semarang
8. Rakha - Sragen
9.
10.
Tidak Menginap :
1. Ibu Jalmi Rupindah - Situbondo;
2. Suami - Situbondo
3. Putri - Situbondo
4. Ibu Siswantari + Cibubur;
5. Suami - Cibubur;
6. Ibu Nur Rochmah - Solo;
7. Ibu Irawati - Semarang;
8. Ibu Ranis - Semarang;
9. Ibu Yuliarsih Dwidjo - Semarang;
10. Ibu Nanik - Semarang;
11. Ibu Nunuk - Salatiga;
12. Ibu Werdi K - Jakarta;
13. Suami bu Werdi ;
14. Nuk HM - Solo;
15. Atin - Solo;
16. Wien - Solo;
17. Susi - Solo;
18. Ismawarti - Solo;
19. Bpk. Bambang Subekti - Sukoharjo;
20. Ibu Bambang - Sukoharjo;
21.
22.
23.
24.
25.
Silahkan dilanjut
Bagi teman² blogger yang ingin bergabung, hubungi Ibu Nani Nur'Aini 082116677789
Kakek Habi 085101776038.
Teman-2 Blogger barangkali ada yang mau bergabung kami tunggu infonya. Pendaftaran ditutup hari Senin, 21 Maret 2022.
ReplyDeleteTerima kasih BM sudah tayang ..Kinanti episode 23 Bu Tien
ReplyDeleteNuryatutik ..mau
ReplyDeleteTerima kasih...bu Tien Kumalasari
ReplyDelete