Monday, March 14, 2022

BUKAN MILIKKU 12

 

BUKAN MILIKKU  12   

(Tien Kumalasari

 

Terdengar pintu ditutup keras ketika Budiono keluar bersama Retno.

“Mengapa kamu diam saja Mas? Mengapa membiarkan dia menghina aku semaunya? Perempuan rendahan itu tak sadar dia sedang berhadapan dengan siapa.”

“Bukankah kamu yang memulai?” akhirnya Sapto berkata kesal.

“Mas menyalahkan aku?”

“Mengapa tiba-tiba kamu memaki-maki dia?”

“Mas sungguh tidak berperasaan. Dia merebut suamiku, apakah aku harus bersikap ramah terhadapnya? Harus menyanjung dan memujanya? Memangnya apa yang terjadi sama Mas? Mas bilang tidak suka sama dia, tapi Mas membelanya. Mas mengacuhkan aku.”

“Mengapa perempuan amat suka bertengkar?”

“Aku tahu, pasti perempuan itu berhasil menyenangkan Mas semalam. Ya kan mas?”

Sapto menghela napas kesal. Kalau saja Kori tidak mengganggunya, ia pasti sudah berhasil menguasai Retno yang dianggapnya sombong. Sapto merasa, wajah tampannya tak akan pernah membuat setiap perempuan menolaknya. Penolakan Retno semalam hanya dianggapnya sebagai kepura-puraan saja, supaya dia tidak dianggap wanita gampangan.

“Jawab Mas. Iya kan?”

“Tidak.”

“Tidak? Apa yang Mas lakukan didalam kamar itu bersamanya? Bisa-bisanya Mas mengatakan tidak?”

“Sudah, diam. Bukankah kamu tahu bahwa aku bersedia menikah hanya karena satu alasan? Bapak ingin aku punya keturunan, karena aku anak sulung.”

“Kamu sudah melakukannya semalam. Besok kita harus kembali ke Jakarta.”

“Besok?”

“Besok Mas, aku tidak tahan lagi. Aku benci perempuan itu. Sok cantik dan sok punya kuasa.”

“Jangan besok Kori, menunggu bapak pulang dulu.”

“Menunggu bapak pulang? Bukankah kita tidak tahu kapan bapak akan pulang? O, aku tahu, Mas ingin berlama-lama bersamanya bukan?”

“Kamu jangan ngawur. Aku tidak suka dia.”

“Benarkah? Kalau begitu besok kita pulang. Mau atau tidak, besok kita pulang ke Jakarta.”

Sapto menatap isterinya dengan wajah muram. Sesungguhnya dia sedang melamunkan  tentang kebersamaan Retno dan Budiono. Tak nyaman rasanya melihat isteri mudanya begitu akrab dengan adiknya. Hei, apakah Sapto cemburu? Dan itu berarti Sapto suka?

Sapto mengusap wajahnya dengan kasar.

“Ayo sekarang kita pulang. Kalau Mas tidak mau, aku mau pulang sendiri,” ancam Kori dengan wajah cemberut, lalu ia melangkahkan kaki untuk keluar dari ruangan.

“Kori !! Tunggu !”

Tak urung Sapto mengejarnya. Sesungguhnya Sapto memang amat mencintai Kori. Mereka berpacaran selama lima tahun sebelum kemudian menikah. Sebuah kecelakaan yang membuat Kori keguguran, kemudian membuat rahimnya harus diangkat, membuatnya selalu merasa kasihan, dan tidak tega untuk menyakitinya.

“Kori, baiklah, besok kita kembali ke Jakarta,” katanya setelah tiba di sampingnya.

“Benarkah ?” katanya dengan wajah berseri.

“Ya, tapi nanti malam aku ke rumah ibu dulu.”

“O, untuk berpamitan pada perempuan itu?”

“Kori, aku kan harus bilang ibu kalau akan  kembali ke Jakarta.”

“Baiklah, tapi tidak boleh lama. Eh, tidak nanti malam, lebih baik sekarang saja," Kori berubah pikiran.

***

“Sudah, nggak boleh cemberut. Kita sudah tidak ada diantara mereka,” kata Budiono ketika mereka sudah berada di mobil berdua.

“Yang namanya Kori itu mulutnya sangat tajam seperti sembilu, dan beracun,” gerutu Retno.

“Dia berubah sejak kecelakaan itu. Ia selalu merasa tidak beruntung dan dibenci semua orang. Tapi aku juga tidak suka sikap kasarnya. Demikian juga ibu. Hanya saja mas Sapto selalu mengalah terhadap isterinya. Barangkali merasa kasihan setelah adanya kecelakaan itu. Sudah, jangan dipikirkan. Semoga mereka segera kembali ke Jakarta dan Mbak Retno tak akan bertemu dia setiap saat.”

“Semoga,” jawab Retno singkat.

“Sekarang aku harus mengantar Mbak kemana? Tadi bilang mau beli sesuatu.”

“Entahlah, aku jadi lupa tadi mau beli apa.”

“Kalau begitu kita jalan-jalan saja di sekitar pertokoan, siapa tahu dengan begitu Mbak bisa ingat apa yang tadi mau di beli.”

“Terserah kamu saja,” bagi Retno berada di luar rumah membuatnya lebih nyaman, jadi dia menurut saja ketika Budiono menghentikan mobilnya di sebuah area pertokoan, lalu mereka berjalan-jalan.”

“Masuk ke mal itu, banyak barang yang bisa dibeli. Mbak pasti segera ingat apa yang Mbak  inginkan.”

Retno mengangguk. Sesungguhnya tadi dia hanya beralasan akan beli sesuatu, agar bisa turun di jalan dan tidak usah bertemu Kori. Jadi sekarang dia justru bingung ketika ditanya mau beli apa.

Ia hanya melihat-lihat, lalu menyentuh beberapa baju ketika sampai di counter pakaian.

“Mbak ingin beli baju?”

“Tidak … tidak,” kata Retno sambil melenggang ke arah counter yang lain.

“Kalau Mbak ingin, beli saja.”

“Tidak, aduh … itu kan mahal.”

“Tidak mahal, ayo kembali ke sana, dan pilih mana yang Mbak suka.”

“Tidak, sungguh tidak.”

“Aku belikan untuk Mbak,” Budi memaksa.

“Jangan, sungguh aku tidak ingin,” kata Retno sambil menjauh dari pajangan pakaian yang tadi dilihatnya.

Retno memang hanya ingin melihat-lihat. Ia kurang suka membeli baju-baju mahal. Maklum Retno datang dari keluarga sederhana, dan berusaha berhemat apalagi menjelang pernikahannya dengan Yudi yang akhirnya gagal.

Ia sampai di counter sepatu. Semuanya menarik, dan bagus. Tapi lagi-lagi Retno tak akan membelinya. Retno ingin meninggalkan counter itu ketika tiba-tiba dilihatnya sosok yang membuatnya kesal. Retno ingin menghindar, lalu mencari keberadaan Budi, tapi ia tak melihatnya, padahal tadi selalu ada di belakangnya.

Retno mengitari sebuah pajangan sepatu yang agak jauh dari pintu masuk, supaya tak bertemu Kori dan Sapto. Tapi entah bagaimana, Kori keburu melihatnya.

“Lihat Mas, baru berapa hari menjadi isteri Mas, dia sudah belanja di counter barang-barang mahal. Mas memberinya uang banyak?” suara yang nyaring melengking itu tentu saja didengar oleh Retno. Ingin sekali dia mendekat dan mencakar wajahnya yang walau cantik tapi memuakkan itu. Sekali lagi ia mencari Budi.

“Kemana dia?” gumamnya pelan.

Tiba-tiba Budi muncul didekatnya sambil membawa sebuah paper bag.

“Ini buat Mbak,” katanya sambil tersenyum.

“Apa ini Bud?”

“Baju yang tadi Mbak inginkan. Aku yakin ukurannya pas dengan Mbak.”

“Budi, aku tidak mau,” pekik Retno pelan.

Dan perbincangan itu diamati terus oleh Sapto dan Kori.

“Lihat, adikmu sangat memanjakan kakak iparnya. Hm, rupanya gadis itu juga pintar merayu. Jangan-jangan Budiono sudah jatuh hati juga sama dia,” oceh Kori yang kemudian menarik Sapto menjauh dari mereka. Tapi diam-diam ada rasa kesal dihati Sapto.

Wajahnya sangat gelap ketika mengikuti isterinya belanja.

Retno bergegas keluar dari counter itu, Budi mengikutinya.

“Budi, aku tidak ingin baju itu. Aku hanya ingin melihat-lihat.”

“Kalau begitu, anggap saja ini hadiah dari adik ipar Mbak.”

"Ya ampun Bud."

Jangan menolak, aku beli dengan tulus."

Akhirnya Retno menerimanya dengan berat hati.

“Kamu melihat kakak kamu?”

“Mas Sapto?” tanya Budi sambil menoleh ke sana kemari.

“Apa dia ada disini?”

“Bersama isterinya, dan kata-kata nyinyir itu dilontarkan lagi untuk menyakiti aku.”

“Heran, kok bisa, di mana-mana ketemu mereka.

“Aku juga heran,” kesal Retno.

“Baiklah, nggak usah dipikirkan. Sekarang apa Mbak sudah menemukan jawabannya, tadi ingin beli apa?”

“Nggak jadi, aku tadi hanya ingin beli es krim. Tapi sekarang tidak lagi. Ayo kita pulang,” kata Retno sambil bergegas keluar dari mal, dan berjalan ke arah di mana mobil Budi diparkir.

“Haa, es krim, ayo kita beli es krim. Ibu juga suka es krim, nanti kita beli juga untuk ibu.”

“Benarkah?”

Budiono benar-benar mengajak Retno kesebuah warung penjual es krim, padahal itu juga kata-kata sekenanya yang dicapkannya. Apa boleh buat, Retno terpaksa menurut. 

***

“Kamu dari mana saja sih, sejak kemarin ilang-ilangan,” tegur pak Kartomo yang tampaknya mau pergi, entah kemana.

“Aku menemui nak Wahyudi kemarin. Kalau ini tadi dari warung situ,” jawab bu Kartomo.

“Menemui dia? Mengapa? Untuk apa?”

“Bapak itu sungguh tidak berperasaan ya. Kita sudah melukai nak Wahyudi dengan menikahkan Retno dengan nak Sapto. Tidakkah terpikir oleh Bapak untuk meminta maaf atau apa?”

“Aku sudah bertemu dia.”

“Dan Bapak sudah meminta maaf?”

“Ya tidak, aku kan tidak bersalah. Menikahkan anak dengan seorang yang lebih baik itu bukan hal yang salah.”

“Bapak sungguh keterlaluan.”

“Kamu juga keterlaluan. Meninggalkan rumah tanpa pamit suami, hanya untuk menemui Wahyudi.”

“Aku pergi karena Bapak juga pergi tanpa pamit. Lagi pula kemarin itu nak Yudi sakit, aku kasihan melihat keadaannya.”

“Mengapa juga kamu peduli? Memangnya siapa dia.”

“Bapak keterlaluan,” kata bu Kartomo sambil melangkah ke belakang.

“Aku mau pergi dulu,” kata pak Kartomo sambil berlalu.

Bu Kartomo tak menjawab. Ia memang bersalah karena pergi tanpa pamit kemarin, tapi saat itu suaminya memang tak ada di rumah.

“Ah, biarlah. Sekarang aku tak akan menemui nak Yudi lagi. Tampaknya dia sudah merasa tenang. Semoga segera mendapatkan ganti yang lebih baik,” gumam bu Kartomo.

Tapi diam-diam bu Kartomo sedikit terhibur, ketika mendengar dari Wahyudi bahwa suami Retno ternyata baik dan santun. Bukan seperti dugaannya.

“Semoga Retno tidak sedih lagi, dan bahagia,” gumamnya lagi.

***

“Terima kasih Retno, Ibu dapat oleh-oleh es krim,” kata bu Siswanto  ketika Retno menyerahkan sekotak es krim coklat dan strowbery.

“Bukan Retno bu, Budi yang membelikan untuk Ibu, katanya Ibu suka.”

“Iya sih, anak-anak sering mentertawakan Ibu, katanya Ibu itu sudah tua tapi masih suka es krim,” kata bu Siswanto sambil tertawa.

Retno mengambilkan gelas kecil untuk ibu mertuanya, yang kemudian dinikmati dengan lahap.

“Enak sekali. Ini es krim langganan ibu ya Bud?” tanya bu Sis kepada Budiono.

“Iya Bu, kebetulan Mbak Retno sedang pengin es krim, lalu Budi beli sekalian untuk Ibu.”

“Ayo Retno, kita makan es krim nya sama-sama. Ini kan kamu sudah mengambil gelas es krim beberapa buah."

"Saya sudah makan di sana Bu. Itu untuk Ibu saja. Barangkali Budi masih mau."

"Aku juga sudah," kata Budi.

“Makan lagi kan tidak apa-apa. Ini banyak sekali lho.”

“Buat nanti Bu, sekarang Retno mau beristirahat dulu.”

“Oh, baiklah kalau begitu. Istirahatlah,” kata Bu Sis yang benar-benar menikmati es krim kegemarannya.

“Kemana saja tadi?”

“Ke kantor sebentar, lalu ketemu mas Sapto dan Mbak Kori.”

“Bagaimana sikap Kori?”

“Buruk. Dia selalu menyakiti Mbak Retno, Budi jadi kasihan.”

“Kori memang kasar. Nanti Ibu akan beri tahu dia.”

Tiba-tiba terdengar mobil memasuki halaman.

“Sepertinya itu mobil mas Sapto.”

“Kebetulan, nanti Ibu akan menegur Kori.”

Lalu terdengar langkah-langkah mendekat.

Budiono segera menyingkir, dan masuk ke kamarnya.

“Wah, ibu sedang menikmati es krim,” teriak Kori yang kemudian tanpa sungkan meraih gelas kosong yang tadi disiapkan Retno, dan menyendokkan es krim ke gelas itu.

“Ini oleh-oleh dari Retno.”

Kori yang sudah menyendok es krim dan memasukkannya ke mulut, tiba-tiba tersedak.

“Pelan-pelan,” tegur Sapto.

“Es krim apa ini? Nggak enak,” katanya sambil meletakkan gelas yang tadi diisinya penuh.”

Bu Sis kesal, ia tahu Kori mengatakan itu setelah mendengar bahwa es krim itu dari Retno.

“Es krim enak begini, kok dibilang nggak enak. Ini Sap, kamu habiskan saja, sayang dibuang,” kata bu Sis sambil memberikan es  krim yang tadi diambil Kori.

“Ibu mau bilang, kamu jangan membenci Retno,” kata Bu Sis sambil menatap tajam menantunya.

“Oh, jadi dia sudah mengadu sama ibu? Nggak nyangka ya, mulutnya beracun.”

“Mulut yang beracun adalah mulut yang suka mengeluarkan kata-kata kasar.”

Kori menundukkan wajahnya.

“Dengar, Retno tidak pernah mengatakan apa-apa pada Ibu.”

“Bu, besok Sapto mau kembali ke Jakarta,” kata Sapto tiba-tiba, berusaha menghentikan omelan ibunya untuk Kori.

“Kembali ke Jakarta? Bukankah ayah kamu bilang bahwa kamu harus menunggu ayahmu pulang?”

“Urusan di Jakarta juga penting Bu, tidak semestinya Sapto lama-lama meninggalkannya. Nanti Sapto akan menelpon bapak.”

“Bagaimana dengan Retno?”

Kori langsung mengangkat wajahnya.

“Bukankah dia akan bersama Ibu disini?”

“Kamu harus bilang sama dia. Dan ingat, ayahmu ingin agar Retno segera hamil.”

Wajah Sapto memerah, sementara Kori menatap suaminya dengan marah.

“Kori harus mengerti. Bukankah kami sudah membicarakan hal ini sebelum Sapto menikahi Retno? Kamu tidak lupa kan Kori? Bukankah waktu itu kamu bilang bahwa kamu setuju?”

Kori tidak menjawab. Tapi wajahnya sangat keruh.

“Malam ini biarlah Sapto menginap disini.”

Wajah Kori semakin gelap.

“Kamu mendengar Ibu bicara kan Sap?”

Sapto mengangguk.

Tiba-tiba bel tamu berdering.

“Coba lihat siapa yang datang,” perintah bu Sis.

Sapto segera beranjak ke depan, diikuti Kori. Dan Sapto terkejut melihat pak Kartomo, berdiri di tengah pintu, dan kemudian membungkukkan badannya begitu melihat Sapto.

“Nak Sapto, menantuku,” kata pak Kartomo sambil mengulurkan tangannya.

“Eh, siapa dia, mengapa mengatakan bahwa Mas adalah menantunya?”

“Dia, ayahnya Retno,” jawab Sapto.

“Oo, ya ampuun … mau apa dia datang kemari?“ senyum mengejek tersungging di bibir Kori.

***

Besok lagi ya

 

65 comments:

  1. Replies
    1. Jeng dokter....juara 1


      Maturnuwun mbk Tien

      Delete
    2. Yeea Bu dokter bisa mengalahkan kakek Hasbi, terang saja wong lebih muda, he he.🤭🤭

      Delete
    3. Ah... J. Dokter juara...om kakek kmn yah?

      Delete
  2. Replies
    1. Kakek larinya kurang cepat, Bu dokter ya lebih muda to, legowo saja ya kek Habi.🤭🤭🤭

      Delete
  3. Matur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah tayang.

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah Maturnuwun Mbak cerbungnya

    ReplyDelete
  5. Terima kasih bu Tien BM_12 Sudah yayang, salam sehat tetap semangat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bagi para blogger yang ingin bergabung, pada acara Jumpa Fans dlm rangka Milad ke 73 tahun Ibu Tien Kumalasari pada Sabtu - Minggu, 26-27 Maret 2022, tempat : Hotel Loji Solo hubungi ibu Nani Nur'Aini 082116677789;
      Ibu Iyeng Santoso
      08179226969;
      Kakek Habi 085101776038.

      Delete
  6. Alhamdulillah dah tayang
    Makasih Bunda dan met istirahat, sehat selalu dan salam dari kami berdua

    ReplyDelete
  7. bu dokter jaga gawang yaa, selamat no 1
    Manusang bu Tien , BM 12 sdh hadir. slm Aduhai

    ReplyDelete
  8. Alamdulillah...
    Yang ditunggu tunggu telah hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
    Salam ADUHAI dr Cilacap..

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah, mbak Tien semoga sehat selalu dan dlm lindungan Alloh SWT
    Salam ADUHAI untuk semuanya...

    ReplyDelete
  10. Matur nuwun Bu Tien, mugi tansah pinaringan kasarasan, aamiin...

    ReplyDelete
  11. Terima kasih bu Tien
    Salam sehat

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah BM12 sudah tayang...salam aduhai bu Tien

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah yg di tunggu sdh hadir.
    Terima kasih Ibu Tien..
    Semoga sehat selalu dan dlm lindungan Allah SWT.
    Salam *ADUHAI*

    ReplyDelete
  14. Alhamdulullah BM 12 sudah tayang ..salam aduhai bu Tien

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah BM 12 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  16. Slmt mlm bunda Tien.. Terimaksih BM 12 sdh tayang.. Slmseroja, dantetso aduhai dri skbmi🥰🙏🌹

    ReplyDelete
  17. Trimakasih bu Tien..BM12nya..

    Duuh..makin aduhaii critanya...
    Kori menyebalkan...🤨

    Lanjuut besok lagiii...

    Salam sehat selalu bu Tien..dan aduhaiii...🙏💟🌷

    ReplyDelete
  18. Matur nuwun ibu...
    Mugi ibu tansah pinaringan sehat

    ReplyDelete
  19. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,

    ReplyDelete
  20. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan,

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat beristirahat... Salam sehat... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah udah tayang
    Terima kasih bunda tien
    Sehat selalu ya

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah... sehat... sehat. sehat

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah sdh tayang... Trimakasih bu Tien. Sehat selalu bu Tien

    ReplyDelete
  25. Alhamdulilah terima ksh bu tien...salam sehat dan salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  26. Matur nuwun mbak Tien BM sudah tayang sehat selalu, salam aduhai.🙏👍

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah BM eps 12 sudah tayang.
    Matur nuwun mbak Tien Kumalasari
    Salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  28. Waduh...
    Kok saya bacanya terasa dikit banget ya tahu : besok lagi ya.

    Semoga Retno kuat dgn kelakuan Kori padanya. Tetap bahagia bersama ibu Sis dan Budi yg baik hati.

    Monggo ibu Tien, dilanjut aja penasaran terus...
    Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien

    ReplyDelete
  30. BM 12 sdh hadir
    Maturnuwun, mb Tien
    Salam manis nan aduhai
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo malam jeng Yuli Semarang.
      Beberapa hari yang lalu saya sdh yulis cara edit profil.

      1. Klik UNKNOWN di profil komenmu
      2. klik Edit Profil kanan atas
      3. Isi Biodatamu, up load foto tercantikmu
      4. Baca lagi jika sdh OK semua klik SIMPAN
      5. Selesai tugasmu
      6. Coba masuk lagi blog bu Tien, Insya jika Anda mengikuti petunjukku profilmu sdh berganti.
      Salam dari Kakek Habi 085101776038.

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
    3. Sampun nyobi Kakek, nanging kok dereng saged

      Delete
  31. Gimana Sapto, bisa gol apa tidak, apa nyambat dik Budi saja...
    Pak Kartomo untuk apa datang ke rumah besan, dikira mau minta loh.
    Salam sehat dari Sragentina mbak Tien yang ADUHAI.

    ReplyDelete
  32. Aduhai....matursuwun...sugeng ndalu bu Tien...salam sehat dari Yk.

    ReplyDelete
  33. Mungkin pak kartomo mau minta tambah uang buat beli minyak goreng, pak latief. 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. He he he minyaknya tidak ada, antri dulu...

      Delete
  34. Terima kasih mbak tien, salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  35. Semakin asiik.
    Makasih mba Tien. Sehat dan semangat selalu. Aduhai

    ReplyDelete
  36. Makasih bu Tien, makin aduhai ...
    Semoga bu Tien sekeluarga selalu sehat.

    ReplyDelete
  37. Retno biar sama Budi aja kan klau cuma mau punya cucu kan bisa nikahnya Budi gak harus dengan Sapto....trims Bu Tien udah menghibur...sehat selalu bu

    ReplyDelete
  38. Assalamualaikum wr wb. Siswanto sombong, angkuh,...mengapa pengin dpt cucu saja hrs dari anaknya yg sulung,yg akhirnya hrs melaksanakan kehendaknya.
    Kartomo yg mata duitan, mudah sekali jual anaknya Retno untuk dinikahkan dgn Sapto yg juga sombong. Sekarang mbungkuk-2, kpd Sapto, menantunya. Mungkinkah pengin minta duit...untuk beli minyak goreng kali.... Sabar menunggu kelanjutannya. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
      Aamiin ya robbal alamin
      Matur nuwun.pak Mashudi

      Delete
  39. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien untuk BMnya,,Kori yg cemburu & Retno yg kesel tdk mau ambil pusing,,wis pokoke Aduhaaii 👍👍👍
    Tinggal lihat komennya bpknya Retno,,

    Salam sehat wal'afiat semua bu Tien 🤗💖

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah, matursuwun BMnya bu Tien, semoga sehat selalu. aamiin

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah sdh baca..Sapto Suami takut istri

    ReplyDelete
  42. Alhamdulilah. Matur nuwun M Tien semoga sehat selalu

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 29

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  29 (Tien Kumalasari)   Arum menyelesaikan administrasi dengan segera. Peringatan bahwa dia harus beristira...