BUKAN MILIKKU 12
(Tien Kumalasari
Terdengar pintu ditutup keras ketika Budiono keluar
bersama Retno.
“Mengapa kamu diam saja Mas? Mengapa membiarkan dia
menghina aku semaunya? Perempuan rendahan itu tak sadar dia sedang berhadapan
dengan siapa.”
“Bukankah kamu yang memulai?” akhirnya Sapto berkata
kesal.
“Mas menyalahkan aku?”
“Mengapa tiba-tiba kamu memaki-maki dia?”
“Mas sungguh tidak berperasaan. Dia merebut suamiku,
apakah aku harus bersikap ramah terhadapnya? Harus menyanjung dan memujanya? Memangnya
apa yang terjadi sama Mas? Mas bilang tidak suka sama dia, tapi Mas membelanya.
Mas mengacuhkan aku.”
“Mengapa perempuan amat suka bertengkar?”
“Aku tahu, pasti perempuan itu berhasil menyenangkan
Mas semalam. Ya kan mas?”
Sapto menghela napas kesal. Kalau saja Kori tidak
mengganggunya, ia pasti sudah berhasil menguasai Retno yang dianggapnya
sombong. Sapto merasa, wajah tampannya tak akan pernah membuat setiap perempuan
menolaknya. Penolakan Retno semalam hanya dianggapnya sebagai kepura-puraan saja,
supaya dia tidak dianggap wanita gampangan.
“Jawab Mas. Iya kan?”
“Tidak.”
“Tidak? Apa yang Mas lakukan didalam kamar itu
bersamanya? Bisa-bisanya Mas mengatakan tidak?”
“Sudah, diam. Bukankah kamu tahu bahwa aku bersedia
menikah hanya karena satu alasan? Bapak ingin aku punya keturunan, karena aku
anak sulung.”
“Kamu sudah melakukannya semalam. Besok kita harus
kembali ke Jakarta.”
“Besok?”
“Besok Mas, aku tidak tahan lagi. Aku benci perempuan
itu. Sok cantik dan sok punya kuasa.”
“Jangan besok Kori, menunggu bapak pulang dulu.”
“Menunggu bapak pulang? Bukankah kita tidak tahu kapan
bapak akan pulang? O, aku tahu, Mas ingin berlama-lama bersamanya bukan?”
“Kamu jangan ngawur. Aku tidak suka dia.”
“Benarkah? Kalau begitu besok kita pulang. Mau atau tidak,
besok kita pulang ke Jakarta.”
Sapto menatap isterinya dengan wajah muram.
Sesungguhnya dia sedang melamunkan
tentang kebersamaan Retno dan Budiono. Tak nyaman rasanya melihat isteri
mudanya begitu akrab dengan adiknya. Hei, apakah Sapto cemburu? Dan itu berarti
Sapto suka?
Sapto mengusap wajahnya dengan kasar.
“Ayo sekarang kita pulang. Kalau Mas tidak mau, aku
mau pulang sendiri,” ancam Kori dengan wajah cemberut, lalu ia melangkahkan
kaki untuk keluar dari ruangan.
“Kori !! Tunggu !”
Tak urung Sapto mengejarnya. Sesungguhnya Sapto memang
amat mencintai Kori. Mereka berpacaran selama lima tahun sebelum kemudian
menikah. Sebuah kecelakaan yang membuat Kori keguguran, kemudian membuat rahimnya
harus diangkat, membuatnya selalu merasa kasihan, dan tidak tega untuk
menyakitinya.
“Kori, baiklah, besok kita kembali ke Jakarta,”
katanya setelah tiba di sampingnya.
“Benarkah ?” katanya dengan wajah berseri.
“Ya, tapi nanti malam aku ke rumah ibu dulu.”
“O, untuk berpamitan pada perempuan itu?”
“Kori, aku kan harus bilang ibu kalau akan kembali ke
Jakarta.”
“Baiklah, tapi tidak boleh lama. Eh, tidak nanti malam, lebih baik sekarang saja," Kori berubah pikiran.
***
“Sudah, nggak boleh cemberut. Kita sudah tidak ada
diantara mereka,” kata Budiono ketika mereka sudah berada di mobil berdua.
“Yang namanya Kori itu mulutnya sangat tajam seperti
sembilu, dan beracun,” gerutu Retno.
“Dia berubah sejak kecelakaan itu. Ia selalu merasa
tidak beruntung dan dibenci semua orang. Tapi aku juga tidak suka sikap
kasarnya. Demikian juga ibu. Hanya saja mas Sapto selalu mengalah terhadap
isterinya. Barangkali merasa kasihan setelah adanya kecelakaan itu. Sudah,
jangan dipikirkan. Semoga mereka segera kembali ke Jakarta dan Mbak Retno tak
akan bertemu dia setiap saat.”
“Semoga,” jawab Retno singkat.
“Sekarang aku harus mengantar Mbak kemana? Tadi bilang
mau beli sesuatu.”
“Entahlah, aku jadi lupa tadi mau beli apa.”
“Kalau begitu kita jalan-jalan saja di sekitar
pertokoan, siapa tahu dengan begitu Mbak bisa ingat apa yang tadi mau di beli.”
“Terserah kamu saja,” bagi Retno berada di luar rumah
membuatnya lebih nyaman, jadi dia menurut saja ketika Budiono menghentikan
mobilnya di sebuah area pertokoan, lalu mereka berjalan-jalan.”
“Masuk ke mal itu, banyak barang yang bisa dibeli.
Mbak pasti segera ingat apa yang Mbak inginkan.”
Retno mengangguk. Sesungguhnya tadi dia hanya
beralasan akan beli sesuatu, agar bisa turun di jalan dan tidak usah bertemu Kori.
Jadi sekarang dia justru bingung ketika ditanya mau beli apa.
Ia hanya melihat-lihat, lalu menyentuh beberapa baju
ketika sampai di counter pakaian.
“Mbak ingin beli baju?”
“Tidak … tidak,” kata Retno sambil melenggang ke arah
counter yang lain.
“Kalau Mbak ingin, beli saja.”
“Tidak, aduh … itu kan mahal.”
“Tidak mahal, ayo kembali ke sana, dan pilih mana yang
Mbak suka.”
“Tidak, sungguh tidak.”
“Aku belikan untuk Mbak,” Budi memaksa.
“Jangan, sungguh aku tidak ingin,” kata Retno sambil
menjauh dari pajangan pakaian yang tadi dilihatnya.
Retno memang hanya ingin melihat-lihat. Ia kurang suka
membeli baju-baju mahal. Maklum Retno datang dari keluarga sederhana, dan
berusaha berhemat apalagi menjelang pernikahannya dengan Yudi yang akhirnya
gagal.
Ia sampai di counter sepatu. Semuanya menarik, dan
bagus. Tapi lagi-lagi Retno tak akan membelinya. Retno ingin meninggalkan counter
itu ketika tiba-tiba dilihatnya sosok yang membuatnya kesal. Retno ingin
menghindar, lalu mencari keberadaan Budi, tapi ia tak melihatnya, padahal tadi
selalu ada di belakangnya.
Retno mengitari sebuah pajangan sepatu yang agak jauh
dari pintu masuk, supaya tak bertemu Kori dan Sapto. Tapi entah bagaimana, Kori
keburu melihatnya.
“Lihat Mas, baru berapa hari menjadi isteri Mas, dia
sudah belanja di counter barang-barang mahal. Mas memberinya uang banyak?” suara
yang nyaring melengking itu tentu saja didengar oleh Retno. Ingin sekali dia
mendekat dan mencakar wajahnya yang walau cantik tapi memuakkan itu. Sekali
lagi ia mencari Budi.
“Kemana dia?” gumamnya pelan.
Tiba-tiba Budi muncul didekatnya sambil membawa sebuah paper bag.
“Ini buat Mbak,” katanya sambil tersenyum.
“Apa ini Bud?”
“Baju yang tadi Mbak inginkan. Aku yakin ukurannya pas
dengan Mbak.”
“Budi, aku tidak mau,” pekik Retno pelan.
Dan perbincangan itu diamati terus oleh Sapto dan Kori.
“Lihat, adikmu sangat memanjakan kakak iparnya. Hm, rupanya
gadis itu juga pintar merayu. Jangan-jangan Budiono sudah jatuh hati juga sama
dia,” oceh Kori yang kemudian menarik Sapto menjauh dari mereka. Tapi diam-diam
ada rasa kesal dihati Sapto.
Wajahnya sangat gelap ketika mengikuti isterinya
belanja.
Retno bergegas keluar dari counter itu, Budi
mengikutinya.
“Budi, aku tidak ingin baju itu. Aku hanya ingin melihat-lihat.”
“Kalau begitu, anggap saja ini hadiah dari adik ipar
Mbak.”
"Ya ampun Bud."
Jangan menolak, aku beli dengan tulus."
Akhirnya Retno menerimanya dengan berat hati.
“Kamu melihat kakak kamu?”
“Mas Sapto?” tanya Budi sambil menoleh ke sana kemari.
“Apa dia ada disini?”
“Bersama isterinya, dan kata-kata nyinyir itu
dilontarkan lagi untuk menyakiti aku.”
“Heran, kok bisa, di mana-mana ketemu mereka.
“Aku juga heran,” kesal Retno.
“Baiklah, nggak usah dipikirkan. Sekarang apa Mbak sudah
menemukan jawabannya, tadi ingin beli apa?”
“Nggak jadi, aku tadi hanya ingin beli es krim. Tapi
sekarang tidak lagi. Ayo kita pulang,” kata Retno sambil bergegas keluar dari
mal, dan berjalan ke arah di mana mobil Budi diparkir.
“Haa, es krim, ayo kita beli es krim. Ibu juga suka es
krim, nanti kita beli juga untuk ibu.”
“Benarkah?”
Budiono benar-benar mengajak Retno kesebuah warung
penjual es krim, padahal itu juga kata-kata sekenanya yang dicapkannya. Apa
boleh buat, Retno terpaksa menurut.
***
“Kamu dari mana saja sih, sejak kemarin ilang-ilangan,”
tegur pak Kartomo yang tampaknya mau pergi, entah kemana.
“Aku menemui nak Wahyudi kemarin. Kalau ini tadi dari warung
situ,” jawab bu Kartomo.
“Menemui dia? Mengapa? Untuk apa?”
“Bapak itu sungguh tidak berperasaan ya. Kita sudah
melukai nak Wahyudi dengan menikahkan Retno dengan nak Sapto. Tidakkah terpikir
oleh Bapak untuk meminta maaf atau apa?”
“Aku sudah bertemu dia.”
“Dan Bapak sudah meminta maaf?”
“Ya tidak, aku kan tidak bersalah. Menikahkan anak
dengan seorang yang lebih baik itu bukan hal yang salah.”
“Bapak sungguh keterlaluan.”
“Kamu juga keterlaluan. Meninggalkan rumah tanpa pamit
suami, hanya untuk menemui Wahyudi.”
“Aku pergi karena Bapak juga pergi tanpa pamit. Lagi
pula kemarin itu nak Yudi sakit, aku kasihan melihat keadaannya.”
“Mengapa juga kamu peduli? Memangnya siapa dia.”
“Bapak keterlaluan,” kata bu Kartomo sambil melangkah
ke belakang.
“Aku mau pergi dulu,” kata pak Kartomo sambil berlalu.
Bu Kartomo tak menjawab. Ia memang bersalah karena
pergi tanpa pamit kemarin, tapi saat itu suaminya memang tak ada di rumah.
“Ah, biarlah. Sekarang aku tak akan menemui nak Yudi lagi.
Tampaknya dia sudah merasa tenang. Semoga segera mendapatkan ganti yang lebih baik,”
gumam bu Kartomo.
Tapi diam-diam bu Kartomo sedikit terhibur, ketika
mendengar dari Wahyudi bahwa suami Retno ternyata baik dan santun. Bukan
seperti dugaannya.
“Semoga Retno tidak sedih lagi, dan bahagia,” gumamnya
lagi.
***
“Terima kasih Retno, Ibu dapat oleh-oleh es krim,”
kata bu Siswanto ketika Retno
menyerahkan sekotak es krim coklat dan strowbery.
“Bukan Retno bu, Budi yang membelikan untuk Ibu,
katanya Ibu suka.”
“Iya sih, anak-anak sering mentertawakan Ibu, katanya
Ibu itu sudah tua tapi masih suka es krim,” kata bu Siswanto sambil tertawa.
Retno mengambilkan gelas kecil untuk ibu mertuanya, yang
kemudian dinikmati dengan lahap.
“Enak sekali. Ini es krim langganan ibu ya Bud?” tanya
bu Sis kepada Budiono.
“Iya Bu, kebetulan Mbak Retno sedang pengin es krim,
lalu Budi beli sekalian untuk Ibu.”
“Ayo Retno, kita makan es krim nya sama-sama. Ini kan kamu sudah mengambil gelas es krim beberapa buah."
"Saya sudah makan di sana Bu. Itu untuk Ibu saja. Barangkali Budi masih mau."
"Aku juga sudah," kata Budi.
“Makan lagi kan tidak apa-apa. Ini banyak sekali lho.”
“Buat nanti Bu, sekarang Retno mau beristirahat dulu.”
“Oh, baiklah kalau begitu. Istirahatlah,” kata Bu Sis
yang benar-benar menikmati es krim kegemarannya.
“Kemana saja tadi?”
“Ke kantor sebentar, lalu ketemu mas Sapto dan Mbak
Kori.”
“Bagaimana sikap Kori?”
“Buruk. Dia selalu menyakiti Mbak Retno, Budi jadi
kasihan.”
“Kori memang kasar. Nanti Ibu akan beri tahu dia.”
Tiba-tiba terdengar mobil memasuki halaman.
“Sepertinya itu mobil mas Sapto.”
“Kebetulan, nanti Ibu akan menegur Kori.”
Lalu terdengar langkah-langkah mendekat.
Budiono segera menyingkir, dan masuk ke kamarnya.
“Wah, ibu sedang menikmati es krim,” teriak Kori yang
kemudian tanpa sungkan meraih gelas kosong yang tadi disiapkan Retno, dan
menyendokkan es krim ke gelas itu.
“Ini oleh-oleh dari Retno.”
Kori yang sudah menyendok es krim dan memasukkannya ke
mulut, tiba-tiba tersedak.
“Pelan-pelan,” tegur Sapto.
“Es krim apa ini? Nggak enak,” katanya sambil
meletakkan gelas yang tadi diisinya penuh.”
Bu Sis kesal, ia tahu Kori mengatakan itu setelah
mendengar bahwa es krim itu dari Retno.
“Es krim enak begini, kok dibilang nggak enak. Ini
Sap, kamu habiskan saja, sayang dibuang,” kata bu Sis sambil memberikan es krim yang tadi diambil Kori.
“Ibu mau bilang, kamu jangan membenci Retno,” kata Bu
Sis sambil menatap tajam menantunya.
“Oh, jadi dia sudah mengadu sama ibu? Nggak nyangka
ya, mulutnya beracun.”
“Mulut yang beracun adalah mulut yang suka
mengeluarkan kata-kata kasar.”
Kori menundukkan wajahnya.
“Dengar, Retno tidak pernah mengatakan apa-apa pada
Ibu.”
“Bu, besok Sapto mau kembali ke Jakarta,” kata Sapto
tiba-tiba, berusaha menghentikan omelan ibunya untuk Kori.
“Kembali ke Jakarta? Bukankah ayah kamu bilang bahwa
kamu harus menunggu ayahmu pulang?”
“Urusan di Jakarta juga penting Bu, tidak semestinya
Sapto lama-lama meninggalkannya. Nanti Sapto akan menelpon bapak.”
“Bagaimana dengan Retno?”
Kori langsung mengangkat wajahnya.
“Bukankah dia akan bersama Ibu disini?”
“Kamu harus bilang sama dia. Dan ingat, ayahmu ingin
agar Retno segera hamil.”
Wajah Sapto memerah, sementara Kori menatap suaminya
dengan marah.
“Kori harus mengerti. Bukankah kami sudah membicarakan
hal ini sebelum Sapto menikahi Retno? Kamu tidak lupa kan Kori? Bukankah waktu
itu kamu bilang bahwa kamu setuju?”
Kori tidak menjawab. Tapi wajahnya sangat keruh.
“Malam ini biarlah Sapto menginap disini.”
Wajah Kori semakin gelap.
“Kamu mendengar Ibu bicara kan Sap?”
Sapto mengangguk.
Tiba-tiba bel tamu berdering.
“Coba lihat siapa yang datang,” perintah bu Sis.
Sapto segera beranjak ke depan, diikuti Kori. Dan
Sapto terkejut melihat pak Kartomo, berdiri di tengah pintu, dan kemudian membungkukkan
badannya begitu melihat Sapto.
“Nak Sapto, menantuku,” kata pak Kartomo sambil mengulurkan
tangannya.
“Eh, siapa dia, mengapa mengatakan bahwa Mas adalah
menantunya?”
“Dia, ayahnya Retno,” jawab Sapto.
“Oo, ya ampuun … mau apa dia datang kemari?“ senyum
mengejek tersungging di bibir Kori.
***
Besok lagi ya
Yay
ReplyDeleteJeng dokter....juara 1
DeleteMaturnuwun mbk Tien
Yeea Bu dokter bisa mengalahkan kakek Hasbi, terang saja wong lebih muda, he he.🤭🤭
DeleteAh... J. Dokter juara...om kakek kmn yah?
DeleteAlhamdulilah,
ReplyDeleteGagal
ReplyDeleteKakek larinya kurang cepat, Bu dokter ya lebih muda to, legowo saja ya kek Habi.🤭🤭🤭
DeleteYesss
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah tayang.
ReplyDelete👍🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah Maturnuwun Mbak cerbungnya
ReplyDeleteAlhamdulillah …🙏🙏
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien BM_12 Sudah yayang, salam sehat tetap semangat
ReplyDeleteBagi para blogger yang ingin bergabung, pada acara Jumpa Fans dlm rangka Milad ke 73 tahun Ibu Tien Kumalasari pada Sabtu - Minggu, 26-27 Maret 2022, tempat : Hotel Loji Solo hubungi ibu Nani Nur'Aini 082116677789;
DeleteIbu Iyeng Santoso
08179226969;
Kakek Habi 085101776038.
Alhamdulillah dah tayang
ReplyDeleteMakasih Bunda dan met istirahat, sehat selalu dan salam dari kami berdua
bu dokter jaga gawang yaa, selamat no 1
ReplyDeleteManusang bu Tien , BM 12 sdh hadir. slm Aduhai
Alamdulillah...
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap..
Alhamdulillah, mbak Tien semoga sehat selalu dan dlm lindungan Alloh SWT
ReplyDeleteSalam ADUHAI untuk semuanya...
Matur nuwun Bu Tien, mugi tansah pinaringan kasarasan, aamiin...
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat
Alhamdulillah BM12 sudah tayang...salam aduhai bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah yg di tunggu sdh hadir.
ReplyDeleteTerima kasih Ibu Tien..
Semoga sehat selalu dan dlm lindungan Allah SWT.
Salam *ADUHAI*
Alhamdulullah BM 12 sudah tayang ..salam aduhai bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah BM 12 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Slmt mlm bunda Tien.. Terimaksih BM 12 sdh tayang.. Slmseroja, dantetso aduhai dri skbmi🥰🙏🌹
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien..BM12nya..
ReplyDeleteDuuh..makin aduhaii critanya...
Kori menyebalkan...🤨
Lanjuut besok lagiii...
Salam sehat selalu bu Tien..dan aduhaiii...🙏💟🌷
Matur nuwun ibu...
ReplyDeleteMugi ibu tansah pinaringan sehat
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan,
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat beristirahat... Salam sehat... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah udah tayang
ReplyDeleteTerima kasih bunda tien
Sehat selalu ya
Alhamdulilah
ReplyDeleteAlhamdulillah... sehat... sehat. sehat
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang... Trimakasih bu Tien. Sehat selalu bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulilah terima ksh bu tien...salam sehat dan salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien BM sudah tayang sehat selalu, salam aduhai.🙏👍
ReplyDeleteAlhamdulillah BM eps 12 sudah tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari
Salam sehat selalu.
Sami2 Mas Dudut
DeleteSalam sehat
Waduh...
ReplyDeleteKok saya bacanya terasa dikit banget ya tahu : besok lagi ya.
Semoga Retno kuat dgn kelakuan Kori padanya. Tetap bahagia bersama ibu Sis dan Budi yg baik hati.
Monggo ibu Tien, dilanjut aja penasaran terus...
Matur nuwun, Berkah Dalem.
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
BM 12 sdh hadir
ReplyDeleteMaturnuwun, mb Tien
Salam manis nan aduhai
Yuli Semarang
Halo malam jeng Yuli Semarang.
DeleteBeberapa hari yang lalu saya sdh yulis cara edit profil.
1. Klik UNKNOWN di profil komenmu
2. klik Edit Profil kanan atas
3. Isi Biodatamu, up load foto tercantikmu
4. Baca lagi jika sdh OK semua klik SIMPAN
5. Selesai tugasmu
6. Coba masuk lagi blog bu Tien, Insya jika Anda mengikuti petunjukku profilmu sdh berganti.
Salam dari Kakek Habi 085101776038.
This comment has been removed by the author.
DeleteSampun nyobi Kakek, nanging kok dereng saged
DeleteAlhamdulillah, maturnuwun bunda Tien.
ReplyDeleteGimana Sapto, bisa gol apa tidak, apa nyambat dik Budi saja...
ReplyDeletePak Kartomo untuk apa datang ke rumah besan, dikira mau minta loh.
Salam sehat dari Sragentina mbak Tien yang ADUHAI.
Aduhai....matursuwun...sugeng ndalu bu Tien...salam sehat dari Yk.
ReplyDeleteMungkin pak kartomo mau minta tambah uang buat beli minyak goreng, pak latief. 😁
ReplyDeleteHe he he minyaknya tidak ada, antri dulu...
DeleteTerima kasih mbak tien, salam sehat selalu.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien...
ReplyDeleteAlhamdulillah. .
ReplyDeleteWa syukurillah
DeleteApa kabar Abah?
Semakin asiik.
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Sehat dan semangat selalu. Aduhai
Sami2 Ibu Sul
DeleteAamiin
Makasih bu Tien, makin aduhai ...
ReplyDeleteSemoga bu Tien sekeluarga selalu sehat.
Retno biar sama Budi aja kan klau cuma mau punya cucu kan bisa nikahnya Budi gak harus dengan Sapto....trims Bu Tien udah menghibur...sehat selalu bu
ReplyDeleteSami2 Ibu Suparmia
DeleteAamiin
Assalamualaikum wr wb. Siswanto sombong, angkuh,...mengapa pengin dpt cucu saja hrs dari anaknya yg sulung,yg akhirnya hrs melaksanakan kehendaknya.
ReplyDeleteKartomo yg mata duitan, mudah sekali jual anaknya Retno untuk dinikahkan dgn Sapto yg juga sombong. Sekarang mbungkuk-2, kpd Sapto, menantunya. Mungkinkah pengin minta duit...untuk beli minyak goreng kali.... Sabar menunggu kelanjutannya. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede....
Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DeleteAamiin ya robbal alamin
Matur nuwun.pak Mashudi
Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien untuk BMnya,,Kori yg cemburu & Retno yg kesel tdk mau ambil pusing,,wis pokoke Aduhaaii 👍👍👍
ReplyDeleteTinggal lihat komennya bpknya Retno,,
Salam sehat wal'afiat semua bu Tien 🤗💖
Sami2 Ibu Ika Laksmi
DeleteADUHAI
Alhamdulillah, matursuwun BMnya bu Tien, semoga sehat selalu. aamiin
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh baca..Sapto Suami takut istri
ReplyDeleteAlhamdulilah. Matur nuwun M Tien semoga sehat selalu
ReplyDelete