MAWAR HITAM 32
(Tien Kumalasari)
Suara menggelegar bak guntur di siang bolong itu, dan tatapan mata menyala bagai singa menemukan mangsanya, membuat Sinah keder. Tersaruk dia melangkah, tanpa berani lagi menatap pak Sunu, langsung keluar dari ruangan.
Celingukan ke sana kemari, Sinah akhirnya memutuskan untuk menemui Andra di ruangannya.
Tapi betapa terkejutnya Sinah ketika tidak melihat Andra di dalam ruangan. Ia mendekati sekretarisnya, tak cukup memanggil namanya, ia juga menowel lengannya.
“Di mana pak Andra?”
“Keluar Bu.”
“Ke mana? Apa dia pulang?”
“Saya tidak tahu, maaf,” kata Tatik yang walaupun tahu kalau Andra sudah diusir mertuanya, tapi tak ingin bicara dengan yang namanya Mawar.
“Cuma di tanya saja kok tidak mengaku. Apa dia pulang?”
“Sungguh saya tidak tahu Bu, jadi saya harus jawab apa?”
“Mentang-mentang menjadi sekretaris direksi, kamu sombong sekali.”
“Maaf Bu,” kata Tatik yang kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Sinah melenggang keluar dengan kesal. Ia tak mengerti, mengapa tiba-tiba pak Sunu menghardiknya dan mengusirnya keluar. Apa dia tidak tahu kalau dirinya bekerja di perusahaannya?
“Atau dia tidak suka? Kalau memang begitu aku harus berterus terang kepadanya tentang apa yang terjadi. Karena Andra ternyata tidak bisa mempekerjakan aku dengan sungguh-sungguh. Tapi bagaimana menemui pak Sunu? Tadi dia sudah mengusir aku. Atau … aku menunggu dia saja di ruang pak Andra ya, nanti dia pasti masuk ke sana. Baiklah, lebih baik aku bicara. Sudah jelas, pak Sunu tidak suka aku bekerja di sana, jadi lebih baik aku harus berterus terang tentang apa yang terjadi,” pikir Sinah.
Dengan pemikiran itu, Sinah kemudian membalikkan tubuhnya, kembali menuju ke ruang kantor Andra.
Tatik menegurnya.
“Ibu mau apa?”
“Aku mau menunggu di dalam, apa tidak boleh?”
“Tapi saya tidak tahu apakah pak Andra masih akan kembali atau tidak.”
“Kalau dia tidak kembali, aku akan menunggu pak Sunu,” katanya sambil nyelonong masuk ke dalam, dan dengan tidak tahu malu duduk bersilang kaki di sofa yang ada di ruangan itu.
Tatik geleng-geleng kepala.
“Rupanya perempuan itu tak tahu apa yang terjadi,” gumamnya pelan, tapi kemudian dia pergi menemui pak Sunu di ruang keuangan, karena tak ingin disalahkan karena membiarkan Mawar masuk ke ruang direksi.
Pak Sunu sedang bicara dengan Satria dan pak Asmat ketika Tatik mengetuk pintu.
Pak Sunu sangat marah mendengar penuturan Tatik bahwa Sinah menunggu di ruangan.
“Suruh dia pergi,” katanya tandas.
“Saya sudah melarangnya, tapi dia nekat. Katanya dia juga ingin bicara dengan Bapak,” kata Tatik sedikit takut.
“Ada satpam? Suruh dia menyeretnya keluar.”
Tatik segera kembali, memencet interkom ke arah satpam. Ia menyuruh satpam agar memaksa Sinah keluar dari ruangan direksi.
Tentu saja Sinah mencak-mencak.
“Apa maksudmu? Aku menunggu pak Andra.”
“Pak Andra tidak kembali kemari, jadi sebaiknya Ibu keluar.
“Aku mau bicara pada pak Sunu.”
“Pak Sunu memerintahkan saya agar meminta Ibu pergi. Pak Sunu tidak ingin bicara.”
“Apa maksudnya ini? Lepaskaaan!” teriak Sinah ketika satpam menariknya keluar. Ia tetap saja berteriak-teriak tanpa malu ketika satpam itu tetap mencengkeram tangannya setengah menyeretnya ke arah depan.
Sesampai di luar, satpam mendorongnya ke halaman, lalu menghalanginya ketika Sinah memaksa ingin kembali.
“Kamu itu tidak tahu apa-apa, aku harus bicara dulu dengan pak Sunu,” Sinah tetap saja berteriak, tak peduli beberapa pasang mata menatap ke arahnya.
“Yang memerintahkan saya membawa Ibu keluar itu pak Sunu, berarti pak Sunu tidak ingin bicara dengan Ibu.”
“Dasar bodoh! Aku akan melaporkan kelakuan kamu ini pada pak Andra.”
Satpam itu tak menjawab, dia berdiri ditempat biasa dia berjaga, dan bersiap menghalangi kalau Sinah bermaksud masuk kembali.
Dasar Sinah. Ia kembali ke mobilnya, tapi ia hanya duduk di belakang kemudi. Ia harus bertemu pak Sunu dan mengatakan semuanya. Ia sama sekali tak tahu bahwa Andra sudah lebih dulu mengatakannya.
***
Sementara itu di ruang keuangan, Satria dan semua staf sangat menyayangkan dikeluarkannya Andra dari perusahaan itu. Tak seorangpun tahu permasalahannya, kecuali Satria. Pak Sunu hanya mengatakan bahwa kesalahan Andra sangat fatal dan dia tak ingin menantunya itu melanjutkan usahanya lagi di perusahaan itu.
Pak Sunu hanya mengatakan bahwa ada persoalan pribadi yang tidak boleh semua orang tahu.
Ketika menanyakan tentang perempuan yang mengaku bernama Mawar itu, pak Asmat mengatakan bahwa tampaknya Mawar memang memaksa untuk bekerja, padahal sesungguhnya Andra tidak menghendakinya.
"Saya juga heran, mengapa pak Andra menuruti kemauannya."
Pak Sunu hanya mengangguk-angguk. Dia tentu saja mengerti permasalahannya. Sinah memaksa, dan Andra takut kalau sampai Sinah melaporkan apa yang terjadi kepada keluarganya.
“Ya, sudahlah. Selama Andra tidak ada, aku akan menggantikannya sementara waktu, sambil menunggu orang yang tepat untuk mewakili kalau aku tidak ada di tempat,” kata pak Sunu kemudian.
Ketika pak Sunu keluar dari ruangan, Satria mengikutinya.
“Kalau permasalahan saya sudah selesai, dan Bapak ada waktu, saya ingin bicara.”
“Aku selalu ada waktu. Ada permasalahan apa Satria, dari tadi aku memang melihat wajahmu tidak gembira.”
“Calon istri saya diculik orang.”
“Diculik?” kata pak Sunu, terkejut.
“Ya, sekarang sudah ditangani polisi. Banyak yang ingin saya katakan pada Bapak, tentang pak Andra.”
“Baiklah, selesaikan dulu permasalahan kamu, aku juga sedih mengingat sebenarnya aku sangat menyayangi Andra. Tapi aku tidak bisa mentolerir perbuatan yang dilakukannya,” kata pak Sunu, sendu.
“Sesungguhnya sedikit banyak saya tahu permasalahannya. Tapi saya harus pamit sekarang ini, karena ada info tentang penculikan itu.”
“Baiklah, bisa lain kali, aku tidak bisa mengganggu. Semoga calon istrimu segera diketemukan, dan penjahatnya segera dibekuk.”
“Aamiin. Terima kasih perhatiannya, Pak.”
Satria mengantarkan sampai ke mobil, tapi sebelum sampai, tiba-tiba Sinah turun dari mobilnya dan setengah berlari mendekati pak Sunu. Tentu pak Sunu dan Satria kaget setengah mati, karena sudah diusir ternyata masih ada di situ.
“Tuan Sunu, mohon maaf. Jangan pergi dulu. Ada yang ingin saya katakan pada Tuan.”
Wajah pak Sunu gelap seketika.
“Tidak ada yang perlu dibicarakan. Pergilah, Sinah.”
“Tuan, saya bukan Sinah.”
“Kamu Sinah. Jelas-jelas kamu Sinah.”
Satria yang masih berada di dekat pak Sunu tidak terkejut. Ia sudah menduga bahwa pak Sunu sudah mengetahui semuanya.
“Tuan, saya Mawar, dan sudah menjadi istri pak Andra, karena_”
“Diaam!”
“Kamu bohong Sinah! Pak Andra tidak memperistri kamu lagi. Kamu memerasnya atas kejadian itu.” tiba-tiba kata Satria, membuat Sinah terkejut. Ternyata Satria juga sudah tahu.
“Sinah …? Sinah ... ? Ya ampun, saya bukan Sinah, walau wajah saya mirip Sinah.”
“Kamu Sinah, dan kamu memeras pak Andra,” kata Satria, keras.
Pak Sunu heran, Satria tampaknya mengetahui sesuatu.
“Pergilah. Aku sudah tahu semuanya, karena Andra sudah berterus terang atas semua kejadian, dan akal licikmu untuk mendapat kesenangan. Sekarang enyah dari hadapanku. Aku tak sudi bicara dengan perempuan busuk seperti kamu.”
Sinah luruh dalam kebingungan. Dia merasa seperti jatuh dari ketinggian, dan tubuhnya terhempas batu, lalu sekujur tubuhnya luka dan terasa sakit. Ia tak mengira Andra malah sudah berterus terang kepada mertuanya.
“Pergi! Mengapa masih berdiri di situ?”
Sinah tak mampu berkata-kata. Ia diam saja ketika pak Sunu memasuki mobilnya.
“Satria, apa aku bisa mengantarkan ke mana kamu akan pergi?”
“Tidak Pak, saya membawa sepeda motor.”
“Lain kali bawa mobil perusahaan. Jangan naik motor lagi.”
Satria hanya tersenyum, dan mengangguk.
Ia melangkah mendekati motornya ketika mobil pak Sunu meluncur pergi.
Tapi sebelum menstarter motornya, Sinah mendekatinya.
“Satria, tunggu sebentar.”
“Aku sedang tergesa-gesa, maaf,” katanya sambil menstarter motornya.
“Tolong aku Satria, aku sebenarnya hanya ingin menikmati hidup enak. Pak Andra yang lebih dulu memperkosaku.”
Satria menjalankan motornya, tak peduli pada Sinah yang berteriak-teriak memanggilnya.
“Satria, aku mencintai kamu!” teriakan terakhir yang didengar Satria sebelum keluar dari gerbang perusahaan, tak membuat Satria terkejut.
Tapi sesungguhnya Satria tidak langsung pergi. Kecurigaannya tentang Sinah yang menjadi dalang penculikan, membuatnya ingin mengikuti ke mana perginya Sinah. Siapa tahu dia menemukan petunjuk.
***
Andira terkejut ketika tiba-tiba Andra datang sendiri. Wajahnya kucel, muram dan tak bersemangat. Begitu melihatnya duduk, Andra langsung ambruk di depannya dan menangis terisak.
“Kenapa, Andra?” tanya sang ibu mertua.
“Mas Andra, kamu kenapa?” tanya Andira kebingungan.
“Aku berdosa sama kamu, aku ingin mengatakannya sejak lama, tapi aku tak punya keberanian. Aku takut kehilangan kamu.”
“Memangnya ada apa Mas?”
“Kalau aku mengatakannya, kamu jangan marah ya? Kamu juga jangan membenciku. Walau aku sangat buruk di matamu, tapi aku mohon, jangan membenciku, Andira. Aku bersumpah, aku sangat mencintai kamu.”
“Tidak usah bersumpah Mas, aku percaya pada Mas, ada apa ini Mas, jangan membuat aku bingung.”
“Nanti Bapak saja yang mengatakan semuanya. Aku datang untuk pamit, aku akan pergi, Andira.”
“Mas, apa yang Mas lakukan? Ada apa ini?”
Andra tak menjawab, ia merangkul sang istri sangat erat, menumpahkan tangisnya di bahunya, membuat Andira yang tak tahu permasalahannya juga ikut menangis, sedangkan sang ibu mertua tak mampu mengatakan apa-apa. Tentu saja semuanya bingung, karena Andra tak mengatakan apapun, kecuali minta maaf, jangan membenci, dan pamit pergi. Ia juga meletakkan kunci mobil di atas meja.
“Mas, jangan pergi, apapun permasalahannya, mari kita hadapi bersama, aku tidak bisa kehilangan Mas.”
Andra kemudian berdiri, merangkul sang istri sekali lagi, lalu mendekati sang ibu mertua dan mencium tangannya.
“Aku harus pergi, aku minta kamu memaafkan aku, aku mohon jangan membenciku,” kata Andra yang kemudian secepatnya membalikkan tubuh dan melangkah pergi.
“Mas Andra, jangan pergi,” teriak Andira sambil menangis. Ia berusaha meraih tangan Andra, tapi Andra melepaskannya, membuat Andira terjatuh. Andra membangunkannya, tapi kemudian pergi secepatnya.
Andira meraung sambil menjatuhkan tubuhnya di tanah. Sang ibu yang mengejarnya kemudian membangunkannya.
“Andira, jangan begini, ayo telpon ayahmu, dan tanyakan apa yang sebenarnya terjadi.”
Andira bangkit, merangkul sang ibu sambil masih menangis.
Ketika itu mobil pak Sunu memasuki halaman. Andira dan sang ibu berhenti melangkah, menunggu pak Sunu turun dari mobil.
“Ada apa?” tanya pak Sunu setelah mendekat, dan memeluk bahu anaknya. Ia menduga, Andira sudah mengerti semuanya.
“Bapak, katakan apa yang terjadi,” tangis Andira yang kemudian duduk di samping sang ayah, yang masih merangkul bahunya, lalu Andira menjatuhkan kepalanya di dada sang ayah.
“Andra pulang? Mana dia?” karena melihat mobil Andra, pak Sunu mengira Andra ada di rumah.
“Mas Andra pergi, apa yang terjadi? Dia hanya pamit dan meminta maaf. Dia juga bilang agar Andira tidak membencinya. Apa yang terjadi Pak, Andira tidak mau kehilangan mas Andra.”
Sesak dada pak Sunu mendengar tangis sang anak.
“Baiklah, bapak akan mengatakannya.”
Lalu dengan terbata-bata, pak Sunu menceritakan semuanya, tentang Sinah yang beralih menjadi Mawar, yang memeras Andra karena kesalahannya di saat mabuk ketika pulang malam, dan seterusnya, sampai kemudian pak Sunu memecatnya.
Bu Sunu dan Andira terkejut.
Andira mengangkat wajahnya dan menatap sang ayah dengan marah.
“Mengapa Bapak memecatnya? Andira akan memaafkannya, mas Andra mencintai Andira, Andira juga mencintai mas Andra,” teriak Andira yang kemudian lari ke jalanan, membuat pak Sunu dan istrinya terkejut.
***
Besok lagi ya.
Matur nuwun mbak Tien-ku Mawar Hitam telah tayang
ReplyDeleteWow Sudah tayang... terima kasih Bunda Tien ..Salam Sehat
ReplyDelete
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung *MAWAR HITAM 32* sdh hadir...
Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
Aamiin...
Alhamdulilah sdh tayang maturnueun bu Tien
ReplyDeleteMatur nuwun, Bu Tien
ReplyDeleteHamdallah sampun tayang
ReplyDeleteMatur suwun bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah..
ReplyDeleteeMHa_32 sdh hadir.
Terima kasih bu Tien.. salam SEROJA dan tetap ADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda Tien dan pak Tom selalu sehat
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Semoga sehat walafiat
Salam aduhai hai hai
Alhamdulillaah andira masih mencintainya, semoga utuh kembali keluarga kecilnya, sinah jadi gelandangan
ReplyDeleteMakasih bunda
π π«π π«π π«π π«
ReplyDeleteAlhamdulillah ππ
Cerbung eMHa_32
telah hadir.
Matur nuwun sanget.
Semoga Bu Tien & kelg
sehat terus, banyak berkah
& dlm lindungan Allah SWT.
Aamiinπ€². Salam serojaπ
π π«π π«π π«π π«
Ceritanya tambah seru aduhai. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu sekeluarga sehat wa'afiat...
ReplyDeleteAlhamdulillah, MAWAR HITAM(MH) 32 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.
ReplyDeleteAlhamdulillah MAWAR HITAM~32 telah hadir. Maturnuwun Bu Tien, semoga panjenengan beserta keluarga tetap sehat dan bahagia serta selalu dalam lindungan Allah SWT.
ReplyDeleteAamiin YRA..π€²
Terima kasih Bunda, cerbung Mawar Hitam 32..sdh tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedialakala. Aamiin.
Topeng Mawar sdh di paksa di buka oleh pak Sunu, semua nya sdh tahu bahwa Sinah ingin hidup kepenak di atas penderitaan nya Andra.
Pak Sunu..jadi kelabakan, melihat anak kesayangan nya nangis gulong komeng...π
Mau bertahan dengan keputusannya atau ingin Andira hidup nya menderita ya..π€π
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien ...
Ikut seneng ...dg berkumpulnya semua Putra Putri juga Cucunda ...Sehat Sehat Sehat nggih ❤️πΉπΉπΉπΉπΉ
Aamiin Allahumma Aamiin
DeleteMatur nuwun jeng
Wah makin seru ya dan makin bikin penasaran ceritanya apakah akan dimaafkan atau tetap diusir oleh mertuanya si andra itu
ReplyDeleteWah Tapi bener sumpah cerita dari ibu Tin itu benar-benar seru dan aku tetap bisa nyimak Meskipun aku tunanetra total dengan pembaca layar
ReplyDeleteTerima kasih banyak Des. Hardi
DeleteSalam hangat dan semangat buat kamu. ππ
Alhamdulillah dah tayang yg ditunggu2 pembaca penasaran lnjutannya, mudah2an Sinah tetap tersingkirkan dari kehidupan Andra, Dewi bisa diketemukan Satria dan bahagia berdua, semoga happy anding, tokoh 2nya bahagia,kecuali SINAH.Maturnwun Bu Tienπ
ReplyDeletematur nuwun Bunda Tien, semoga selalu sehat
ReplyDeleteAlhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " MAWAR HITAM 32 " sudah tayang
ReplyDeleteSemoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin
Alhamdulillaah " Mawar Hitam-32" sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga sehat
dan bahagia selalu..
Aamiin Yaa Robbal' Aalaamiinπ€²
Alhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien, sehat wal'afiat semua ya, dg kesibukan nya berkumpul keluarga masih terus menulis untuk penggemar setia nya πππ₯°ππΏπΈ
ReplyDeleteSinah oh Sinah....
Kalau Andira sampai lari ke jalan, itu bagaikan film India.
ReplyDeleteAyo cari produsen film atau sinetron..
Terimaksih Mbak Tien...
Terima ksih bunda MH 32 nya.slmt pgi slmt beraktivitas dan salam sht sll unk bunda ππ₯°❤️πΉ
ReplyDeleteDitunggu apisode 33 bu Tien
ReplyDelete