Friday, March 11, 2022

BUKAN MILIKKU 10

 

BUKAN MILIKKU  10

(Tien Kumalasari)

 

Wahyudi yang sedang menyuap makanan menatapnya dengan mulut menganga. Wuri yang merasa risi karena beberapa butir nasi menempel dibibir Wahyudi segera mengambil tissue dan mengelapnya.

“Iih, kamu kayak anak kecil ya, makan belepotan?”

Tapi Wahyudi tetap melongo seakan tak percaya apa yang dilihatnya.

“Retno?” akhirnya teriak Wahyudi.

Entah mengapa, Retno tiba-tiba membalikkan tubuhnya, dan setengah berlari meninggalkan rumah itu.

Wahyudi yang baru sadar segera mengejar sambil berteriak.

“Retno ! Retno !”

Retno sudah sampai di dekat mobil, dan melihat Budiono menunggu di depan mobil itu sambil bersedekap.

“Ada apa Mbak?”

“Ayo kita pergi,” katanya sambil membuka pintu mobil.

“Retno!”

Langkah Wahyudi terhenti ketika melihat sesosok pria ganteng yang tampaknya mengantarkan Retno.

“Retno.”

“Tidak apa-apa Mas, aku datang hanya untuk minta maaf. Semoga kamu bahagia,” katanya dengan suara bergetar, kemudian masuk kedalam mobil.

Budiono mengangguk ke arah Wahyudi, kemudian mengikuti Retno, naik ke atas mobil.

“Ayo kita pergi,” kata Retno lagi.

Budi menjalankan mobilnya, menjauh dari tempat itu.

Wahyudi terpaku ditempatnya. Ada sosok laki-laki ganteng menemani Retno. Itukah suaminya? Wahyudi harus mengaku kalah. Laki-laki itu lebih gagah dan tampan. Apalagi dia memiliki mobil, sementara dia hanya memiliki sepeda motor, itupun keluaran lama. Ia merasa Retno sudah merasa nyaman bersuamikan laki-laki seperti itu.

Wahyudi mengelus dadanya yang terasa nyeri.

“Mas, ada apa?” tiba-tiba Wuri sudah ada di dekatnya.

Wahyudi tak menjawab. Ia kembali melangkah ke arah rumah, diikuti Wuri yang terheran-heran.

Ketika mereka sudah kembali duduk, Wahyudi meneguk minuman yang ada di gelas lalu menyandarkan tubuhnya.

“Siapa wanita cantik itu?”

Wahyudi menghela napas.

“Dia datang untuk memamerkan suaminya,” gumamnya pedih.

“Dia? Pacarmu yang menikah dengan pria lain ?”

“Baiklah, ayo kita habiskan makanan kita,” kata Wahyudi sambil meraih kembali piring makanannya.

Wuri mengikutinya, kembali makan sambil terus menatap Wahyudi yang menyuap makanannya dan tampak menelan tanpa mengunyahnya.

“Mas, pelan-pelan, nanti tersedak.”

“Ketika Wuri menyuap tiga atau empat suapan, Wahyudi sudah menyelesaikannya. Ia meletakkan piring ke atas meja dengan sedikit kasar, lalu meraih gelasnya dan menghabiskan sisa minumannya.

“Apa yang terjadi?”

“Tidak ada. Oh ya, maukah kamu besok mengantarkan aku?”

“Kemana?”

“Mengambil sepeda motorku.”

“Di mana?”

“Di suatu tempat.”

“Maksudnya aku membawa sepeda motor untuk mengantarkan Mas mengambil sepeda motor itu?”

“Kalau kamu tidak repot. Kalau repot biar aku naik ojol saja.”

“Tidak. Harus besok ya?”

“Setelah kamu selesai membantu ibu kamu memasak dan sebagainya.”

“Mengapa tidak sekarang saja? Aku sudah tidak punya pekerjaan. Nanti sore baru membantu ibu bersih-bersih warung.”

“Sekarang? Bagus, kalau bisa sekarang juga lebih baik.”

“Tapi wajah kamu sangat pucat.”

“Omong kosong apa itu.”

“Pasti kedatangan gadis bernama Retno itu tadi penyebabnya.”

Wahyudi mencoba tersenyum.

“Aku pulang dulu untuk mengambil sepeda motor ya, sekalian ganti baju. Bajuku ini kan berdebu setelah bersih-bersih.

Wahyudi mengangguk. Jiwanya tiba-tiba terasa kosong. Mengapa Retno harus datang, kemudian tiba-tiba pergi, lalu mengatakan hanya untuk meminta maaf dan mendoakannya bahagia?

Apakah dia marah melihat dirinya sedang berdua dengan Wuri? Huh, dia sendiri datang bersama suaminya, seakan memamerkan bahwa suaminya ganteng dan kaya.

“Persetan dengan dia,” kesalnya lalu bangkit dan masuk ke kamar untuk berganti pakaian.

***

“Ada apa sebenarnya? Mbak Retno sepertinya marah-marah? Dan tampaknya belum sempat bicara,” tegur Budiono dalam perjalanan.

Retno diam, tapi Budiono melihat setitik air mata meleleh di sepanjang pipinya.

Budiono meraih tissue yang tersedia di mobil itu. Ingin ia mengusapnya sendiri, tapi ada yang menghentikannya. Dia ingat bahwa Retno kakak iparnya. Lalu tissue itu hanya diulungkannya ke arah Retno, yang kemudian dipergunakannya untuk mengusapnya.

Ada seorang gadis yang barangkali juga berhasil mengobati luka di hati Wahyudi. Retno sempat melihat sekilas wajahnya, cantik. Sederhana tapi cantik. Wahyudi suka yang sederhana tapi cantik, dan gadis itu memenuhi seleranya. Ada yang hilang dari relung hatinya. Cinta itu seperti ternodai. Begitu cepat Wahyudi menemukan ganti. Aduhai Retno, padahal Wahyudi merasakan perasaan yang hampir sama. Itu rasa cemburu, walau memang sudah tidak saling memiliki. Ternyata mereka masih manusia.

“Ada seorang gadis bersamanya,” lirihnya.

“Oo ….”

Budiono mengerti. Ia mengangguk dan mencoba tersenyum ke arah Retno.

“Jodoh itu ternyata tidak bisa kita jangkau. Ia akan datang pada saat ia harus datang.”

“Maksud kamu, jodohku adalah kakak kamu?”

“Bukan?”

“Ini bukan jodoh.”

“Apa yang Mbak Retno harapkan?”

“Entahlah.”

“Ya sudah, ayo kita makan saja. Perutku sudah bernyanyi nih.”

***

Saat makan itu Retno juga tak banyak bicara. Budiono terus menatapnya, dan rasa iba itu terus dirasakannya. Betapa kejam orang yang telah memisahkan dua orang yang saling mencintai, demi ambisi sesaat dan disertai kesombongan yang bukan alang kepalang, dan orang itu adalah ayahnya.

“Mbak, apa yang bisa aku lakukan untuk menghibur Mbak? Bagaimana kalau aku melawak?”

Retno menatap adik iparnya. Bagaimana pria tampan yang manis budi ini bisa melawak? Wajahnya sama sekali mulus dan tak ada tanda-tanda untuk bisa melawak.

“Bagaimana cara kamu melawak?”

“Nggak percaya?”

Tapi sebelum Retno menjawab Budiono sudah pergi entah kemana. Retno merasa kasihan juga akhirnya, karena Budiono selalu berusaha menyenangkannya, tapi ia tak mampu menyambutnya dengan perasaan senang.

Tiba-tiba Retno terkejut, disampingnya berdiri seseorang, yang kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah dirinya. Retno menjerit kecil. Ada badut disampingnya.

“Ja_jangaan ….”

Badut itu membuka topengnya, dan tampaklah wajah tampan dengan senyum lebar, yang kemudian duduk didepan Retno.

“Budiiiiii…” pekik Retno sambil menutup mulutnya. Tak urung kemudian Retno tertawa melihat kekonyolan Budi.

“Ya Tuhan, terimakasih karena Engkau telah membuat kakak iparku yang cantik ini tertawa,” kata Budiono sambil menadahkan kedua telapak tangannya ke atas.

“Iih.. konyol deh.”

“Habis, susah sekali membuat Mbak Retno tertawa.”

“Kamu baik sekali Budi.”

“Apakah ini membuat Mbak Retno terhibur?”

“Aku jadi lapar deh.”

“Oh, bagus kalau begitu, dari tadi makan lontong opor hanya diaduk-aduk saja.”

“Aku akan makan sekarang.”

Dan Budiono benar-benar senang melihat Retno makan dengan lahap. Tampaknya ia sungguh kelaparan.

“Kamu tidak makan? Kok malah ngelihatin aku terus sih?” tegur Retno yang kemudian tersipu karena makan seperti orang tidak makan seminggu.

“Seneng ngelihatin Mbak makan. Jadi kenyang deh.”

“Nggak mau ah, kalau aku makan lalu jadi tontonan,” Retno merajuk dengan meletakkan sendoknya dipiring.

“Eh, ayo lanjutin, oke kita makan bersama. Kalau mau nambah boleh kok.”

Tiba-tiba Retno merasa bahwa sejak kemarin, baru ini ia merasakan lapar. Di rumah mertuanya, dia hanya makan beberapa sendok, itupun karena untuk menghormati ibu mertuanya yang sangat perhatian padanya,

Barangkali karena bebannya sedikit ringan saat bersama Budiono. Kekesalan dan kekecewaan karena melihat Wahyudi sedang berakrab-akrab dengan seorang gadis perlahan luntur. Mengapa juga dia harus marah kalau dirinya sendiri juga telah menyakitinya walau bukan murni keinginannya.

“Mungkin aku harus ikhlas dan melupakannya,” bisiknya pelan, kemudian menyendok sepotong lontong dari piringnya.

Tapi Budiono yang mendengar bisikan itu kemudian menatapnya.

“Yang paling bagus adalah melanjutkan perjalanan kita, tanpa harus menoleh ke belakang,” kata Budi bijak.

Retno mengangguk.

“Mudah-mudahan gadis itu bisa membahagiakannya.”

“Gadis … siapa?”

“Tadi aku melihat mas Wahyudi bersama seorang gadis. Begitu akrab. Gadis itu cantik. Sesaat aku dibakar cemburu. Tapi dia bukan milikku lagi, salah kalau aku cemburu.”

“Tapi tadi itu dia melihatku juga dengan pandangan aneh, siapa tahu dia mengira aku adalah suami Mbak, dan dia juga cemburu.”

“Oh, mungkin saja  begitu.”

Retno menghabiskan lontong opornya.

“Mau tambah lagi?”

“Tidak, sudah nggak muat. Mungkin setelah ini aku nggak perlu makan selama tiga hari.”

“Haaa?” dan Budi terbahak-bahak.

“Isshh, ketawanya keras sekali.”

“Mbak bisa lucu juga ya.”

“Saking kenyangnya aku,” kata Retno sambil tertawa lebar.

Tapi ketika Budiono mengajaknya pulang, wajah Retno kembali muram.

***

Wahyudi memboncengkan Wuri kearah rumah Retno. Ia berhenti di jalan mana saat itu  dia terjatuh lalu meninggalkan motornya.

“Mana motormu mas?”

“Aku tadi lupa bertanya pada ibunya Retno, dimana motorku. Jangan-jangan dibawa ke rumah. Kalau iya, aku tak akan mengambilnya.”

“Lhoh, kenapa?”

“Aku enggan bertemu ayahnya.”

Wahyudi menoleh ke arah sekitar tempat itu, lalu melihat sepeda motornya diparkir disebuah teras yang terbuka. Barangkali pemilik rumah sengaja meletakkannya sedemikian rupa sehingga kalau sewaktu-waktu pemilik sepeda motor itu mencari, dia  sudah akan langsung melihatnya.

“Itu dia.”

“Itu motormu Mas?”

“Iya, tunggu disini, aku akan mengambilnya.”

Tapi baru saja Wahyudi turun dari atas sepeda motor Wuri, ia melihat seseorang berjalan ke arahnya. Wahyudi tahu, itu ayahnya Retno. Wahyudi pura-pura tak melihatnya, tapi pak Kartomo menegurnya.

“Nak Yudi !”

“Aduuh,” keluh Wahyudi dalam hati, tapi kemudian karena sungkan ia berdiri menunggu.

“Nak Wahyudi mau ke rumah? Kok berhenti disini?”

“Iy_iya Pak,” jawabnya sekenanya.

“Cepatlah ke rumah, tapi jangan terkejut ya, rumah itu sekarang sudah berubah. Tidak lagi kelihatan rumah tua yang sederhana. Suami Retno yang membangunnya, eh, maksudku, mertuanya,” pak Kartomo pamer tanpa rasa sungkan.

Wahyudi hanya mengangguk.

“Aku mau pergi sebentar, menunggu taksi di depan sana. Datanglah, ibunya Retno ada di rumah. Tapi Retno sudah ikut suaminya di rumahnya yang lebih besar,” lanjutnya sambil menampakkan wajah jumawa. Ia lupa bahwa Wahyudi pasti terluka karena dipisahkan dari gadis yang dicintainya. Tak ada kata maaf, apalagi terima kasih setelah Wahyudi menyekolahkan anaknya sampai lulus dari perguruan tinggi. Ia menganggap bahwa yang dilakukannya sudah benar dan semestinya.

“Gadis ini siapa?” pak Kartomo yang sudah hampir melangkah pergi, tiba-tiba menatap Wuri.

“Dia … pacar saya,” jawab Wahyudi sekenanya.

“Oh, bagus … aku senang, dan memang kelihatan sepadan kok nak, sama-sama tampak sederhana dan lugu.”

Wahyudi tak menanggapi, dan pak Kartomo pun terus melenggang pergi ke arah jalan besar.

“Siapa dia? Gayanya sok kaya. Lihat, celananya panjang sebelah,” oceh Wuri.

“Ssst,” Wahyudi mengingatkan, takut pak Kartomo mendengarkan. Tapi memang benar, celana pak Wahyudi panjang sebelah. Barangkali tadinya beli jadi, kepanjangan, lalu dipendekkan, tapi tidak sepadan, sehingga kelihatan panjang sebelah.

Diingatkan oleh Wahyudi, Wuri justru tertawa ngakak.

“Wuri !”

“Ya ampun Mas, itu kan lucu, kenapa nggak boleh tertawa sih? Siapa dia? Bapaknya Retno?”

“Iya.”

“Sombong amat. Ayo kita ke rumahnya.”

“Eh, nggak usah, untuk apa?”

“Melihat rumahnya yang katanya sudah bagus.”

“Aku mau mengambil motorku dulu. Nanti mampir juga nggak apa-apa, yang ada kan ibunya. Ibunya sangat baik. Tapi … ya ampun, tahu begitu tadi rantangnya kita bawa.”

“Oh iya, aku nggak tahu kalau rumahnya didekat sini, tapi Mas, kok tadi Mas bilang kalau aku pacar Mas sih?”

“Biar saja, aku hanya menjawab sekenanya,” kata Wahyudi enteng.

“Enak saja, ogah aku jadi pacar orang tua.”

“Yeey, siapa tua?”

“Mas itu sudah tua, tahu.”

“Aku? Tua?”

“Memang iya kok. Ketika aku taman kanak-kanak saja, Mas sudah SMA. Jadi sekarang ini untuk Wuri, Mas itu sudah terlalu tua.

“Hm, di jalan kamu mengajak bertengkar ya, coba saja kalau dirumah. Ya sudah.. bertengkarnya dilanjut nanti. Aku mengambil motorku dulu, kamu disini saja,” kata Wahyudi sambil melangkah memasuki halaman.”

“Kasihan Mas Wahyudi. Pasti dia sangat menderita. Ayah Retno itu tadi benar-benar sombong dan mata duitan. Kelihatan sekali dia memisahkan Mas Wahyudi dan Retno demi harta. Dia begitu sombong memamerkan kekayaan menantunya,” gumam Wuri.

Tapi setelah mengambil motor itu, Wahyudi enggan mampir ke rumah Retno. Mereka hanya lewat dan melihat rumah yang memang benar-benar sudah kelihatan bagus itu dari jalan.

***

Begitu datang dari jalan-jalan itu Retno langsung memasuki kamarnya dan berganti pakaian. Rasa gelisah kembali menggayuti perasaannya. Apalagi ketika malam tiba.

Retno menolak ketika yu Asih memberitahukan bahwa makan malam telah siap.

“Aku masih kenyang yu, bilang sama Ibu bahwa aku tidak makan.”

“Tapi Ibu sama mas Budi sudah menunggu, nanti Ibu marah. Sebaiknya bu Retno ke ruang makan dulu sebentar, menemani walau hanya sekedar makan sesendok dua sendok,” bujuk yu Asih.

Akhirnya Retno menurut. Begitu duduk Budi sudah meledeknya.

“Mbak harus makan lebih banyak, supaya bertahan untuk tidak makan seminggu sekalian.”

Retno tertawa pelan. Teringat candanya saat makan siang bersama Budi, dan Retno bilang tak akan lapar selama tiga hari karena kekenyangan.

Tapi seperti kata yu Asih, Retno hanya makan sesendok dua sendok, lalu kembali ke kamarnya.

Ia membersihkan diri, kemudian beranjak ke ranjang untuk tidur.

Sudah jam sepuluh malam saat itu, ketika kantuk mulai menyerangnya, tapi kemudian terdengar pintu dibuka.

Retno berdebar. Ia mencium aroma parfum maskulin yang tidak dikenalnya. Tubuhnya mulai gemetar. Ada orang mendekati ranjangnya. Retno terus memejamkan matanya, pura-pura terlelap. Tapi ia merasa, seseorang menarik selimutnya. Retno menahannya, tapi tarikan itu teramat kuat.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

70 comments:

  1. Lho ya....piye ta iki ?
    Apa ora ana sing balapan ??? Aku
    kepingin memecahkan rekor jeng dr Dewiyana.
    🤣🤣😛😛🌷🌷

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kakek jaga gawang
      Mb Wik lg midodareni
      Hehehe

      Delete
    2. Ayaak, pura2 kaget, padahal udah disanggong, ya om. Selamat nggih juara lagi

      Delete
    3. Welha kakek Habi masih bisa gaya, dumeh number one.
      Kasih tau caranya dong kek.😀😀😀

      Delete
  2. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien
    Aduhai

    ReplyDelete
  3. Makasih Bunda BM 10 dah tayang.
    Met malam dan met istirahat, salam sehat dan ADUHAI

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, semoga sehat selslu bunda 😍😍

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah BM 10 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah tayang
    Matur nuwun bu Tien .salam sehat
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah, suwun Bu Tien...
    Salam sehat selalu...🙏

    ReplyDelete
  8. Alamdulillah...
    Yang ditunggu tunggu telah hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
    Salam ADUHAI dr Cilacap..

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah, mbahwun mbak Tien cerbung Bukan Milikku sudah tayang.
    Salam sehat selalu...

    ReplyDelete
  10. Matur suwun Bunda Tien...
    BukanMiliku 10  sdh hadir 
    smoga bunda n kel selalu sehat bahagia ..

    salam Sorejoa dr Semarang

    ReplyDelete
  11. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,

    ReplyDelete
  12. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,

    ReplyDelete
  13. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan,

    ReplyDelete
  14. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem Massachusetts, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  15. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, matur nuwun bunda Tien.
    Semangat sehat bunda . .

    ReplyDelete
  17. Assalamualaikum ibuuu...
    Pa kabar semoga sehat selalu ya Bu..
    Terima kasih tuk BM nya.
    Salam sehat tuk ibu dan kluarga

    Dan salam Aduhai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam jeng Putri
      Alhamdulillah kabar baik
      Sami2 dan ADUHAI

      Delete
  18. Alhamdulillah maturnuwun Bu Tien 🙏 salam sehat semangat dan ADUHAI

    ReplyDelete
  19. Maturnuwun bu Tien...BM10nyaa..

    Makin aduhaiii...

    Lanjut besok lagii..

    Salam sehat selalu dan aduhaii bu Tien..🙏💟🌷

    ReplyDelete
  20. Alhamdulilah sdh hadir BM 10
    Terimakasih bunda..
    Semoga sehat selalu ya bun..
    Selamat beristirahat..
    Mimpi indah ya bunda..
    Aduhaiii... Love you 🙏🙏🙏❤

    ReplyDelete
  21. Matur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah hadir.
    Mungkin Yudi dapat segera terhibur dengan kedatangan Wuri, tapi Retno pasti yang selalu 'tersiksa' ditengah gelimang harta. Terus apa peran Budi si adik ipar?
    Salam sehat dari Sragentina mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah
    maturnuwun bu Tien
    salam aduhai sehat selalu🙏

    ReplyDelete
  23. Terimakasih sdh muncul kelanjutannya, nuwun bu Tien

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah yg di tunggu sdh hadir..
    Kakek Habi tetap no 1..
    Terima kasih BunTien..
    Sehat selalu
    Salam *ADUHAI*

    ReplyDelete
  25. Horeee.... Alhamdulillah
    Matursuwun mbak Tien
    Salam sehat dan bahagia selaluu

    ReplyDelete
  26. Puji Tuhan saya fikir prei je, dah mau tidur, eh tak nyoba luha taunya dah hadir BM 10 nya.
    Maturnuwun Bu Tien, sehat selalu ya, salam aduhai ah.🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  27. Puji Tuhan, BM 10 yg ku tunggu2 hadir dengan tetap menambah penasaran.
    Saptokah yang datang malam itu?

    Semoga semua menemukan kebahagiaannya masing2.

    Monggo dilanjut aja ibu Tien. Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  28. Makasih bu Tien. Salam sehat dan aduhai selalu.

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien untuk BMnya
    Siapa lg tuh yg Tarik-tarik selimutnya Retno,,,Budi kah atau Sapto

    Selamat beristirahat bu Tien
    Sehat wal'afiat semua,,sal Aduhaaii 🙏🙂

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat semoga Bu Tien selalu sehat... Salam seroja tuk kita semua... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah BM 10 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu
    Salam sehat dan ADUHAI

    ReplyDelete
  32. Aduhai......maturnuwun bu Tien,BM 10 hadir dng segala aduhai nya. Salam sehat dari Yk njih ibu....

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah. Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  34. Terimakasih Bu Tien,BMK part 10 SDH tayang...👍
    Siapakah yg menarik selimut si cantik Retno ya Bu..🤔
    Gak sabar nih nunggu cerita selanjutnya 😆

    ReplyDelete
  35. Woh woh trims Bu Tien sudah menghibur

    ReplyDelete
  36. Assalamualaikum wr wb. Kasar sekali cara menarik selimut yg menutupi tubuh seorang wanita. Saptokah itu, bisa di duga dari kekasaran perilakunya. Kasihan Retno hrs melayani suaminya yg kasar itu. Ini dugaan saja...sambil menunggu lanjutannya. Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun... Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  37. Zlmt pgii bunda Tien.. Terimaksih BM 10 nya.. Slmseroja dan tetap Aduhai.. 🙏🙏🥰🥰🌹🌹

    ReplyDelete
  38. Maps :
    Hotel Loji
    (0271) 7892121
    https://maps.app.goo.gl/RfyojxE6YQUC8Qso8


    *WARA - WARA*

    *JUMPA FANS ANGGOTA WAG PCTK* dan temu kangen dengan Idola kita Ibu Tien Kumalasari berkaitan dengan hari lahir beliau, akan diselenggarakan pada :

    *_Hari : Sabtu Legi_* *- Minggu Paing*
    *_Tanggal : 26 - 27 Maret 2022_*
    *_Tempat : HOTEL LOJI_*
    *_Jl. Hasanudin 134_*
    *_Punggawan, Banjarsari,_*
    *_Surakarta_*

    Dengan pilihan sbb:

    *1.Bermalam dan* *mengikuti Acara*
    *Biaya 250.000*(per orang bukan per kamar)

    - 1 Kamar 2 orang
    - Sarapan dan snack pagi
    - Mengikuti acara (Makan makan siang dan snack)


    *2.Hanya mengikuti* *acara saja*
    *Biaya 80.000* per orang.

    - Mengikuti acara ( Makan siang dan snack)

    Biaya penyelenggaran acara diambilkan dari uang Kas
    - Id Card
    - Dekorasi/Dokumentasi
    - Organ tunggal

    *Dress Code Acara : BATIK*

    *Pendaftaran ditutup Senin 21 Maret 2022*

    ----------------------------------

    *SUSUNAN ACARA*

    *Temu Kangen Grup PCTK dengan Ibu Tien Kumalasari di Hotel Loji Solo*

    *SABTU 26 Maret 2022 (BAGI YANG MENGINAP)*

    14.00 check in hotel Loji

    14.00 - 16.00 istirahat

    16.00 - 17.30 ramah tamah, menikmati coffee break

    17.30 - 18.30 maghrib

    18.30 - 20.30 menikmati makan malam di GALABO

    20.30 istirahat

    *MINGGU 27 MARET 2022 di Hotel Loji*

    06.00 - 08.30 Sarapan di hotel dan jalan-jalan bagi yang menginap

    09.00 - 10.00 Registrasi

    10.00 - 13.00 *Acara Temu Kangen Grup PCTK dengan ibu Tien Kumalasari*

    1. Pembukaan (Oleh MC ibu Jalmi Rupindah);
    2. Sambutan Ketua Panitia (ibu Nani), dilanjutkan penyerahan Cindera mata untuk ibu Tien
    3. Sepatah kata bu Tien Kumalasari
    4. Kesan-pesan Grup PCTK (ibu Iyeng);
    5. Ramah tamah dan foto bersama;
    6. Penutup (Kakek Habi);
    7. Sayonara.


    ----------------------------------

    *List Pendaftaran Peserta*
    *Menginap :*

    1. Tien Kumalasari 1
    2. Tien Kumalasari 2
    3. Djoko BS
    4. Hardjoni Harun 1
    5. Hardjoni Harun 2
    6. Nani Nur'Aini
    7. Iyeng Santoso
    8.
    9.
    10.


    *Tidak Menginap :*
    1. Ibu Jalmi Rupindah:
    2. Suami "
    3. Putri "
    4. Ibu Siswantari;
    5. Suami. "
    6. Ibu Nur Rochmah ;
    7. Ibu Irawati ;
    8. Ibu Ranis
    9. Ibu Yuliarsih Dwidjo
    10. Ibu Nanik
    11. Ibu Ninuk
    12. Ibu Werdi Kaboel
    10. Teman bu Tien
    11. Teman bu Tien
    12. Teman bu Tien
    13. Bpk. Bambang Subekti;
    14. Ibu Bambang S
    15. Werdi Kaboel 2
    16.
    17.
    18.
    19.
    20.


    *Silahkan dilanjut*
    Bagi teman² blogger yang ingin bergabung, hubungi Ibu Nani Nur'Aini 082116677789
    Kakek Habi 085101776038.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayuuuk...teman-teman fans nya mbak Tien, ayo bergabung di acara jumpa penulis idola kita di Solo..

      Delete
  39. Bm tayangxa makin asyiiiik penasaran pembaca bikin degdegan

    ReplyDelete
  40. Hayuuh yg mau tatap muka dgn mbak Tienkumalasari tercinta ttpi tetep prokes ya krn Jateng PPKM level 4 , mbak mana lanjuuut ditungguin nih hehehe salam sehat dan aduhaaai dari Cibubur miss u

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 29

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  29 (Tien Kumalasari)   Arum menyelesaikan administrasi dengan segera. Peringatan bahwa dia harus beristira...