BUKAN MILIKKU
10
(Tien Kumalasari)
Wahyudi yang sedang menyuap makanan menatapnya dengan
mulut menganga. Wuri yang merasa risi karena beberapa butir nasi menempel
dibibir Wahyudi segera mengambil tissue dan mengelapnya.
“Iih, kamu kayak anak kecil ya, makan belepotan?”
Tapi Wahyudi tetap melongo seakan tak percaya apa yang
dilihatnya.
“Retno?” akhirnya teriak Wahyudi.
Entah mengapa, Retno tiba-tiba membalikkan tubuhnya,
dan setengah berlari meninggalkan rumah itu.
Wahyudi yang baru sadar segera mengejar sambil
berteriak.
“Retno ! Retno !”
Retno sudah sampai di dekat mobil, dan melihat Budiono
menunggu di depan mobil itu sambil bersedekap.
“Ada apa Mbak?”
“Ayo kita pergi,” katanya sambil membuka pintu mobil.
“Retno!”
Langkah Wahyudi terhenti ketika melihat sesosok pria
ganteng yang tampaknya mengantarkan Retno.
“Retno.”
“Tidak apa-apa Mas, aku datang hanya untuk minta maaf.
Semoga kamu bahagia,” katanya dengan suara bergetar, kemudian masuk kedalam
mobil.
Budiono mengangguk ke arah Wahyudi, kemudian mengikuti
Retno, naik ke atas mobil.
“Ayo kita pergi,” kata Retno lagi.
Budi menjalankan mobilnya, menjauh dari tempat itu.
Wahyudi terpaku ditempatnya. Ada sosok laki-laki
ganteng menemani Retno. Itukah suaminya? Wahyudi harus mengaku kalah. Laki-laki
itu lebih gagah dan tampan. Apalagi dia memiliki mobil, sementara dia hanya
memiliki sepeda motor, itupun keluaran lama. Ia merasa Retno sudah merasa
nyaman bersuamikan laki-laki seperti itu.
Wahyudi mengelus dadanya yang terasa nyeri.
“Mas, ada apa?” tiba-tiba Wuri sudah ada di dekatnya.
Wahyudi tak menjawab. Ia kembali melangkah ke arah
rumah, diikuti Wuri yang terheran-heran.
Ketika mereka sudah kembali duduk, Wahyudi meneguk
minuman yang ada di gelas lalu menyandarkan tubuhnya.
“Siapa wanita cantik itu?”
Wahyudi menghela napas.
“Dia datang untuk memamerkan suaminya,” gumamnya
pedih.
“Dia? Pacarmu yang menikah dengan pria lain ?”
“Baiklah, ayo kita habiskan makanan kita,” kata
Wahyudi sambil meraih kembali piring makanannya.
Wuri mengikutinya, kembali makan sambil terus menatap
Wahyudi yang menyuap makanannya dan tampak menelan tanpa mengunyahnya.
“Mas, pelan-pelan, nanti tersedak.”
“Ketika Wuri menyuap tiga atau empat suapan, Wahyudi
sudah menyelesaikannya. Ia meletakkan piring ke atas meja dengan sedikit kasar,
lalu meraih gelasnya dan menghabiskan sisa minumannya.
“Apa yang terjadi?”
“Tidak ada. Oh ya, maukah kamu besok mengantarkan
aku?”
“Kemana?”
“Mengambil sepeda motorku.”
“Di mana?”
“Di suatu tempat.”
“Maksudnya aku membawa sepeda motor untuk mengantarkan
Mas mengambil sepeda motor itu?”
“Kalau kamu tidak repot. Kalau repot biar aku naik
ojol saja.”
“Tidak. Harus besok ya?”
“Setelah kamu selesai membantu ibu kamu memasak dan
sebagainya.”
“Mengapa tidak sekarang saja? Aku sudah tidak punya
pekerjaan. Nanti sore baru membantu ibu bersih-bersih warung.”
“Sekarang? Bagus, kalau bisa sekarang juga lebih
baik.”
“Tapi wajah kamu sangat pucat.”
“Omong kosong apa itu.”
“Pasti kedatangan gadis bernama Retno itu tadi
penyebabnya.”
Wahyudi mencoba tersenyum.
“Aku pulang dulu untuk mengambil sepeda motor ya,
sekalian ganti baju. Bajuku ini kan berdebu setelah bersih-bersih.
Wahyudi mengangguk. Jiwanya tiba-tiba terasa kosong.
Mengapa Retno harus datang, kemudian tiba-tiba pergi, lalu mengatakan hanya
untuk meminta maaf dan mendoakannya bahagia?
Apakah dia marah melihat dirinya sedang berdua dengan
Wuri? Huh, dia sendiri datang bersama suaminya, seakan memamerkan bahwa
suaminya ganteng dan kaya.
“Persetan dengan dia,” kesalnya lalu bangkit dan masuk
ke kamar untuk berganti pakaian.
***
“Ada apa sebenarnya? Mbak Retno sepertinya
marah-marah? Dan tampaknya belum sempat bicara,” tegur Budiono dalam
perjalanan.
Retno diam, tapi Budiono melihat setitik air mata
meleleh di sepanjang pipinya.
Budiono meraih tissue yang tersedia di mobil itu.
Ingin ia mengusapnya sendiri, tapi ada yang menghentikannya. Dia ingat bahwa
Retno kakak iparnya. Lalu tissue itu hanya diulungkannya ke arah Retno, yang
kemudian dipergunakannya untuk mengusapnya.
Ada seorang gadis yang barangkali juga berhasil
mengobati luka di hati Wahyudi. Retno sempat melihat sekilas wajahnya, cantik.
Sederhana tapi cantik. Wahyudi suka yang sederhana tapi cantik, dan gadis itu
memenuhi seleranya. Ada yang hilang dari relung hatinya. Cinta itu seperti
ternodai. Begitu cepat Wahyudi menemukan ganti. Aduhai Retno, padahal Wahyudi
merasakan perasaan yang hampir sama. Itu rasa cemburu, walau memang sudah tidak
saling memiliki. Ternyata mereka masih manusia.
“Ada seorang gadis bersamanya,” lirihnya.
“Oo ….”
Budiono mengerti. Ia mengangguk dan mencoba tersenyum
ke arah Retno.
“Jodoh itu ternyata tidak bisa kita jangkau. Ia akan
datang pada saat ia harus datang.”
“Maksud kamu, jodohku adalah kakak kamu?”
“Bukan?”
“Ini bukan jodoh.”
“Apa yang Mbak Retno harapkan?”
“Entahlah.”
“Ya sudah, ayo kita makan saja. Perutku sudah
bernyanyi nih.”
***
Saat makan itu Retno juga tak banyak bicara. Budiono
terus menatapnya, dan rasa iba itu terus dirasakannya. Betapa
kejam orang yang telah memisahkan dua orang yang saling mencintai, demi ambisi
sesaat dan disertai kesombongan yang bukan alang kepalang, dan orang itu adalah
ayahnya.
“Mbak, apa yang bisa aku lakukan untuk menghibur Mbak?
Bagaimana kalau aku melawak?”
Retno menatap adik iparnya. Bagaimana pria tampan yang
manis budi ini bisa melawak? Wajahnya sama sekali mulus dan tak ada tanda-tanda
untuk bisa melawak.
“Bagaimana cara kamu melawak?”
“Nggak percaya?”
Tapi sebelum Retno menjawab Budiono sudah pergi entah
kemana. Retno merasa kasihan juga akhirnya, karena Budiono selalu berusaha
menyenangkannya, tapi ia tak mampu menyambutnya dengan perasaan senang.
Tiba-tiba Retno terkejut, disampingnya berdiri
seseorang, yang kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah dirinya. Retno
menjerit kecil. Ada badut disampingnya.
“Ja_jangaan ….”
Badut itu membuka topengnya, dan tampaklah wajah tampan
dengan senyum lebar, yang kemudian duduk didepan Retno.
“Budiiiiii…” pekik Retno sambil menutup mulutnya. Tak
urung kemudian Retno tertawa melihat kekonyolan Budi.
“Ya Tuhan, terimakasih karena Engkau telah membuat
kakak iparku yang cantik ini tertawa,” kata Budiono sambil menadahkan kedua
telapak tangannya ke atas.
“Iih.. konyol deh.”
“Habis, susah sekali membuat Mbak Retno tertawa.”
“Kamu baik sekali Budi.”
“Apakah ini membuat Mbak Retno terhibur?”
“Aku jadi lapar deh.”
“Oh, bagus kalau begitu, dari tadi makan lontong opor
hanya diaduk-aduk saja.”
“Aku akan makan sekarang.”
Dan Budiono benar-benar senang melihat Retno makan
dengan lahap. Tampaknya ia sungguh kelaparan.
“Kamu tidak makan? Kok malah ngelihatin aku terus sih?”
tegur Retno yang kemudian tersipu karena makan seperti orang tidak makan seminggu.
“Seneng ngelihatin Mbak makan. Jadi kenyang deh.”
“Nggak mau ah, kalau aku makan lalu jadi tontonan,”
Retno merajuk dengan meletakkan sendoknya dipiring.
“Eh, ayo lanjutin, oke kita makan bersama. Kalau mau
nambah boleh kok.”
Tiba-tiba Retno merasa bahwa sejak kemarin, baru ini
ia merasakan lapar. Di rumah mertuanya, dia hanya makan beberapa sendok, itupun
karena untuk menghormati ibu mertuanya yang sangat perhatian padanya,
Barangkali karena bebannya sedikit ringan saat bersama
Budiono. Kekesalan dan kekecewaan karena melihat Wahyudi sedang berakrab-akrab
dengan seorang gadis perlahan luntur. Mengapa juga dia harus marah kalau
dirinya sendiri juga telah menyakitinya walau bukan murni keinginannya.
“Mungkin aku harus ikhlas dan melupakannya,” bisiknya
pelan, kemudian menyendok sepotong lontong dari piringnya.
Tapi Budiono yang mendengar bisikan itu kemudian menatapnya.
“Yang paling bagus adalah melanjutkan perjalanan kita,
tanpa harus menoleh ke belakang,” kata Budi bijak.
Retno mengangguk.
“Mudah-mudahan gadis itu bisa membahagiakannya.”
“Gadis … siapa?”
“Tadi aku melihat mas Wahyudi bersama seorang gadis.
Begitu akrab. Gadis itu cantik. Sesaat aku dibakar cemburu. Tapi dia bukan
milikku lagi, salah kalau aku cemburu.”
“Tapi tadi itu dia melihatku juga dengan pandangan
aneh, siapa tahu dia mengira aku adalah suami Mbak, dan dia juga cemburu.”
“Oh, mungkin saja begitu.”
Retno menghabiskan lontong opornya.
“Mau tambah lagi?”
“Tidak, sudah nggak muat. Mungkin setelah ini aku nggak
perlu makan selama tiga hari.”
“Haaa?” dan Budi terbahak-bahak.
“Isshh, ketawanya keras sekali.”
“Mbak bisa lucu juga ya.”
“Saking kenyangnya aku,” kata Retno sambil tertawa
lebar.
Tapi ketika Budiono mengajaknya pulang, wajah Retno
kembali muram.
***
Wahyudi memboncengkan Wuri kearah rumah Retno. Ia berhenti
di jalan mana saat itu dia terjatuh lalu meninggalkan motornya.
“Mana motormu mas?”
“Aku tadi lupa bertanya pada ibunya Retno, dimana
motorku. Jangan-jangan dibawa ke rumah. Kalau iya, aku tak akan mengambilnya.”
“Lhoh, kenapa?”
“Aku enggan bertemu ayahnya.”
Wahyudi menoleh ke arah sekitar tempat itu, lalu
melihat sepeda motornya diparkir disebuah teras yang terbuka. Barangkali
pemilik rumah sengaja meletakkannya sedemikian rupa sehingga kalau
sewaktu-waktu pemilik sepeda motor itu mencari, dia sudah akan langsung melihatnya.
“Itu dia.”
“Itu motormu Mas?”
“Iya, tunggu disini, aku akan mengambilnya.”
Tapi baru saja Wahyudi turun dari atas sepeda motor
Wuri, ia melihat seseorang berjalan ke arahnya. Wahyudi tahu, itu ayahnya
Retno. Wahyudi pura-pura tak melihatnya, tapi pak Kartomo menegurnya.
“Nak Yudi !”
“Aduuh,” keluh Wahyudi dalam hati, tapi kemudian
karena sungkan ia berdiri menunggu.
“Nak Wahyudi mau ke rumah? Kok berhenti disini?”
“Iy_iya Pak,” jawabnya sekenanya.
“Cepatlah ke rumah, tapi jangan terkejut ya, rumah itu
sekarang sudah berubah. Tidak lagi kelihatan rumah tua yang sederhana. Suami
Retno yang membangunnya, eh, maksudku, mertuanya,” pak Kartomo pamer tanpa rasa
sungkan.
Wahyudi hanya mengangguk.
“Aku mau pergi sebentar, menunggu taksi di depan sana.
Datanglah, ibunya Retno ada di rumah. Tapi Retno sudah ikut suaminya di
rumahnya yang lebih besar,” lanjutnya sambil menampakkan wajah jumawa. Ia lupa
bahwa Wahyudi pasti terluka karena dipisahkan dari gadis yang dicintainya. Tak
ada kata maaf, apalagi terima kasih setelah Wahyudi menyekolahkan anaknya sampai lulus
dari perguruan tinggi. Ia menganggap bahwa yang dilakukannya sudah benar dan
semestinya.
“Gadis ini siapa?” pak Kartomo yang sudah hampir
melangkah pergi, tiba-tiba menatap Wuri.
“Dia … pacar saya,” jawab Wahyudi sekenanya.
“Oh, bagus … aku senang, dan memang kelihatan sepadan
kok nak, sama-sama tampak sederhana dan lugu.”
Wahyudi tak menanggapi, dan pak Kartomo pun terus
melenggang pergi ke arah jalan besar.
“Siapa dia? Gayanya sok kaya. Lihat, celananya panjang
sebelah,” oceh Wuri.
“Ssst,” Wahyudi mengingatkan, takut pak Kartomo
mendengarkan. Tapi memang benar, celana pak Wahyudi panjang sebelah. Barangkali
tadinya beli jadi, kepanjangan, lalu dipendekkan, tapi tidak sepadan, sehingga
kelihatan panjang sebelah.
Diingatkan oleh Wahyudi, Wuri justru tertawa ngakak.
“Wuri !”
“Ya ampun Mas, itu kan lucu, kenapa nggak boleh
tertawa sih? Siapa dia? Bapaknya Retno?”
“Iya.”
“Sombong amat. Ayo kita ke rumahnya.”
“Eh, nggak usah, untuk apa?”
“Melihat rumahnya yang katanya sudah bagus.”
“Aku mau mengambil motorku dulu. Nanti mampir juga
nggak apa-apa, yang ada kan ibunya. Ibunya sangat baik. Tapi … ya ampun, tahu begitu
tadi rantangnya kita bawa.”
“Oh iya, aku nggak tahu kalau rumahnya didekat sini,
tapi Mas, kok tadi Mas bilang kalau aku pacar Mas sih?”
“Biar saja, aku hanya menjawab sekenanya,” kata
Wahyudi enteng.
“Enak saja, ogah aku jadi pacar orang tua.”
“Yeey, siapa tua?”
“Mas itu sudah tua, tahu.”
“Aku? Tua?”
“Memang iya kok. Ketika aku taman kanak-kanak saja,
Mas sudah SMA. Jadi sekarang ini untuk Wuri, Mas itu sudah terlalu tua.
“Hm, di jalan kamu mengajak bertengkar ya, coba saja kalau dirumah. Ya sudah.. bertengkarnya dilanjut nanti. Aku mengambil motorku dulu, kamu disini saja,” kata Wahyudi sambil melangkah memasuki halaman.”
“Kasihan Mas Wahyudi. Pasti dia sangat menderita.
Ayah Retno itu tadi benar-benar sombong dan mata duitan. Kelihatan sekali
dia memisahkan Mas Wahyudi dan Retno demi harta. Dia begitu sombong memamerkan
kekayaan menantunya,” gumam Wuri.
Tapi setelah mengambil motor itu, Wahyudi enggan
mampir ke rumah Retno. Mereka hanya lewat dan melihat rumah yang memang
benar-benar sudah kelihatan bagus itu dari jalan.
***
Begitu datang dari jalan-jalan itu Retno langsung
memasuki kamarnya dan berganti pakaian. Rasa gelisah kembali menggayuti
perasaannya. Apalagi ketika malam tiba.
Retno menolak ketika yu Asih memberitahukan bahwa
makan malam telah siap.
“Aku masih kenyang yu, bilang sama Ibu bahwa aku tidak
makan.”
“Tapi Ibu sama mas Budi sudah menunggu, nanti Ibu
marah. Sebaiknya bu Retno ke ruang makan dulu sebentar, menemani walau hanya
sekedar makan sesendok dua sendok,” bujuk yu Asih.
Akhirnya Retno menurut. Begitu duduk Budi sudah
meledeknya.
“Mbak harus makan lebih banyak, supaya bertahan untuk tidak
makan seminggu sekalian.”
Retno tertawa pelan. Teringat candanya saat makan
siang bersama Budi, dan Retno bilang tak akan lapar selama tiga hari karena
kekenyangan.
Tapi seperti kata yu Asih, Retno hanya makan sesendok
dua sendok, lalu kembali ke kamarnya.
Ia membersihkan diri, kemudian beranjak ke ranjang
untuk tidur.
Sudah jam sepuluh malam saat itu, ketika kantuk mulai
menyerangnya, tapi kemudian terdengar pintu dibuka.
Retno berdebar. Ia mencium aroma parfum maskulin yang
tidak dikenalnya. Tubuhnya mulai gemetar. Ada orang mendekati ranjangnya. Retno
terus memejamkan matanya, pura-pura terlelap. Tapi ia merasa, seseorang menarik
selimutnya. Retno menahannya, tapi tarikan itu teramat kuat.
***
Besok lagi ya.
Lho ya....piye ta iki ?
ReplyDeleteApa ora ana sing balapan ??? Aku
kepingin memecahkan rekor jeng dr Dewiyana.
🤣🤣😛😛🌷🌷
Kakek jaga gawang
DeleteMb Wik lg midodareni
Hehehe
Ayaak, pura2 kaget, padahal udah disanggong, ya om. Selamat nggih juara lagi
DeleteWelha kakek Habi masih bisa gaya, dumeh number one.
DeleteKasih tau caranya dong kek.😀😀😀
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah ....
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Aduhai
Makasih Bunda BM 10 dah tayang.
ReplyDeleteMet malam dan met istirahat, salam sehat dan ADUHAI
Alhamdulillah, semoga sehat selslu bunda 😍😍
ReplyDeleteAlhamdulillah BM 10 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Maturnuwun bu Tien.....
ReplyDeleteAlhamdulillah tayang
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien .salam sehat
Salam aduhai
Alhamdulillah, suwun Bu Tien...
ReplyDeleteSalam sehat selalu...🙏
Alamdulillah...
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap..
Alhamdulillah, mbahwun mbak Tien cerbung Bukan Milikku sudah tayang.
ReplyDeleteSalam sehat selalu...
Matur suwun Bunda Tien...
ReplyDeleteBukanMiliku 10 sdh hadir
smoga bunda n kel selalu sehat bahagia ..
salam Sorejoa dr Semarang
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem Massachusetts, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteSemangat sehat bunda . .
Assalamualaikum ibuuu...
ReplyDeletePa kabar semoga sehat selalu ya Bu..
Terima kasih tuk BM nya.
Salam sehat tuk ibu dan kluarga
Dan salam Aduhai.
Wa'alaikum salam jeng Putri
DeleteAlhamdulillah kabar baik
Sami2 dan ADUHAI
Alhamdulillah maturnuwun Bu Tien 🙏 salam sehat semangat dan ADUHAI
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien...BM10nyaa..
ReplyDeleteMakin aduhaiii...
Lanjut besok lagii..
Salam sehat selalu dan aduhaii bu Tien..🙏💟🌷
Alhamdulilah sdh hadir BM 10
ReplyDeleteTerimakasih bunda..
Semoga sehat selalu ya bun..
Selamat beristirahat..
Mimpi indah ya bunda..
Aduhaiii... Love you 🙏🙏🙏❤
Matur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah hadir.
ReplyDeleteMungkin Yudi dapat segera terhibur dengan kedatangan Wuri, tapi Retno pasti yang selalu 'tersiksa' ditengah gelimang harta. Terus apa peran Budi si adik ipar?
Salam sehat dari Sragentina mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Sami2 Pak Latief
DeleteADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeletematurnuwun bu Tien
salam aduhai sehat selalu🙏
Sami2 Ibu Nanik
DeleteADUHAI
Terimakasih sdh muncul kelanjutannya, nuwun bu Tien
ReplyDeleteSami2 Pak Supardjan
DeleteSuwun bu Tien udah tayangin BM 10
ReplyDeleteAlhamdulillah yg di tunggu sdh hadir..
ReplyDeleteKakek Habi tetap no 1..
Terima kasih BunTien..
Sehat selalu
Salam *ADUHAI*
Sami2 Ibu Nina
DeleteADUHAI
Horeee.... Alhamdulillah
ReplyDeleteMatursuwun mbak Tien
Salam sehat dan bahagia selaluu
Horeee
DeleteSami2 Ibu Yulie
Salam sehat
Puji Tuhan saya fikir prei je, dah mau tidur, eh tak nyoba luha taunya dah hadir BM 10 nya.
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien, sehat selalu ya, salam aduhai ah.🙏🙏🙏
Sami2 Ibu Tuti
DeleteADUHAI AH
Alhamdulilah....
ReplyDeleteADUHAI Ibu Lestari
DeletePuji Tuhan, BM 10 yg ku tunggu2 hadir dengan tetap menambah penasaran.
ReplyDeleteSaptokah yang datang malam itu?
Semoga semua menemukan kebahagiaannya masing2.
Monggo dilanjut aja ibu Tien. Matur nuwun, Berkah Dalem.
Sami2 Ibu Yustinhar
DeleteAamiin
Makasih bu Tien. Salam sehat dan aduhai selalu.
ReplyDeleteSami2 Ibu Sri
DeleteADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien untuk BMnya
Siapa lg tuh yg Tarik-tarik selimutnya Retno,,,Budi kah atau Sapto
Selamat beristirahat bu Tien
Sehat wal'afiat semua,,sal Aduhaaii 🙏🙂
Sami2 Ibu Ika Laksmi
ReplyDeleteAamiin
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat semoga Bu Tien selalu sehat... Salam seroja tuk kita semua... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah BM 10 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu
Salam sehat dan ADUHAI
Sami2 Ibu Ting
DeleteAamiin
ADUHAI
Terima kasih bu tien cerbungnya
ReplyDeleteSami2 Pak Anton
DeleteAduhai......maturnuwun bu Tien,BM 10 hadir dng segala aduhai nya. Salam sehat dari Yk njih ibu....
ReplyDeleteSami2 Ibu Alian
DeleteADUHAI salam sehat
Matursuwun....aduhai
DeleteAlhamdulillah. Salam sehat selalu mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat jugs Ibu Umi
DeleteTerima kasih mbak Tien...
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien,BMK part 10 SDH tayang...👍
ReplyDeleteSiapakah yg menarik selimut si cantik Retno ya Bu..🤔
Gak sabar nih nunggu cerita selanjutnya 😆
Sami2 Pak Rusman
DeleteWoh woh trims Bu Tien sudah menghibur
ReplyDeleteSami2 Ibu Suparmia
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Kasar sekali cara menarik selimut yg menutupi tubuh seorang wanita. Saptokah itu, bisa di duga dari kekasaran perilakunya. Kasihan Retno hrs melayani suaminya yg kasar itu. Ini dugaan saja...sambil menunggu lanjutannya. Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun... Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteZlmt pgii bunda Tien.. Terimaksih BM 10 nya.. Slmseroja dan tetap Aduhai.. 🙏🙏🥰🥰🌹🌹
ReplyDeleteMaps :
ReplyDeleteHotel Loji
(0271) 7892121
https://maps.app.goo.gl/RfyojxE6YQUC8Qso8
*WARA - WARA*
*JUMPA FANS ANGGOTA WAG PCTK* dan temu kangen dengan Idola kita Ibu Tien Kumalasari berkaitan dengan hari lahir beliau, akan diselenggarakan pada :
*_Hari : Sabtu Legi_* *- Minggu Paing*
*_Tanggal : 26 - 27 Maret 2022_*
*_Tempat : HOTEL LOJI_*
*_Jl. Hasanudin 134_*
*_Punggawan, Banjarsari,_*
*_Surakarta_*
Dengan pilihan sbb:
*1.Bermalam dan* *mengikuti Acara*
*Biaya 250.000*(per orang bukan per kamar)
- 1 Kamar 2 orang
- Sarapan dan snack pagi
- Mengikuti acara (Makan makan siang dan snack)
*2.Hanya mengikuti* *acara saja*
*Biaya 80.000* per orang.
- Mengikuti acara ( Makan siang dan snack)
Biaya penyelenggaran acara diambilkan dari uang Kas
- Id Card
- Dekorasi/Dokumentasi
- Organ tunggal
*Dress Code Acara : BATIK*
*Pendaftaran ditutup Senin 21 Maret 2022*
----------------------------------
*SUSUNAN ACARA*
*Temu Kangen Grup PCTK dengan Ibu Tien Kumalasari di Hotel Loji Solo*
*SABTU 26 Maret 2022 (BAGI YANG MENGINAP)*
14.00 check in hotel Loji
14.00 - 16.00 istirahat
16.00 - 17.30 ramah tamah, menikmati coffee break
17.30 - 18.30 maghrib
18.30 - 20.30 menikmati makan malam di GALABO
20.30 istirahat
*MINGGU 27 MARET 2022 di Hotel Loji*
06.00 - 08.30 Sarapan di hotel dan jalan-jalan bagi yang menginap
09.00 - 10.00 Registrasi
10.00 - 13.00 *Acara Temu Kangen Grup PCTK dengan ibu Tien Kumalasari*
1. Pembukaan (Oleh MC ibu Jalmi Rupindah);
2. Sambutan Ketua Panitia (ibu Nani), dilanjutkan penyerahan Cindera mata untuk ibu Tien
3. Sepatah kata bu Tien Kumalasari
4. Kesan-pesan Grup PCTK (ibu Iyeng);
5. Ramah tamah dan foto bersama;
6. Penutup (Kakek Habi);
7. Sayonara.
----------------------------------
*List Pendaftaran Peserta*
*Menginap :*
1. Tien Kumalasari 1
2. Tien Kumalasari 2
3. Djoko BS
4. Hardjoni Harun 1
5. Hardjoni Harun 2
6. Nani Nur'Aini
7. Iyeng Santoso
8.
9.
10.
*Tidak Menginap :*
1. Ibu Jalmi Rupindah:
2. Suami "
3. Putri "
4. Ibu Siswantari;
5. Suami. "
6. Ibu Nur Rochmah ;
7. Ibu Irawati ;
8. Ibu Ranis
9. Ibu Yuliarsih Dwidjo
10. Ibu Nanik
11. Ibu Ninuk
12. Ibu Werdi Kaboel
10. Teman bu Tien
11. Teman bu Tien
12. Teman bu Tien
13. Bpk. Bambang Subekti;
14. Ibu Bambang S
15. Werdi Kaboel 2
16.
17.
18.
19.
20.
*Silahkan dilanjut*
Bagi teman² blogger yang ingin bergabung, hubungi Ibu Nani Nur'Aini 082116677789
Kakek Habi 085101776038.
Ayuuuk...teman-teman fans nya mbak Tien, ayo bergabung di acara jumpa penulis idola kita di Solo..
DeleteBm tayangxa makin asyiiiik penasaran pembaca bikin degdegan
ReplyDeleteHayuuh yg mau tatap muka dgn mbak Tienkumalasari tercinta ttpi tetep prokes ya krn Jateng PPKM level 4 , mbak mana lanjuuut ditungguin nih hehehe salam sehat dan aduhaaai dari Cibubur miss u
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien .sehat2 selalu
ReplyDelete