Monday, December 10, 2018

SEPENGGAL KISAH 68

Bu Surya terkejut, bagaimana suaminya bisa tiba2 ada disitu sementara malam tadi masih menelponnya.

"Aku langsung berangkat setelah menelponmu," kata pak Surya begitu melihat isterinya tampak heran. Trus dari bandara langsung kemari. Aku juga menghawatirkan keadaan Manto." jawaban pak Surya ini mengherankan istrinya. Tadi disuruh jangan terlalu memikirkan, cukup dikasih uang, kok sekarang tiba2 di bela2in pulang ke Indonesia  hanya untuk menengok Manto?

"Jadi papa kemari hanya akan menengok  Manto?"

"Bukan khusus menengok dia, ada urusan bisnis yang membutuhkan aku secepatnya."

"Papa tadi sudah ketemu Manto?"

"Sudah, dia tertidur nyenyak. Perawat melarang kita masuk..Aku tadi memaksa dan memohon mohon karena datang dari jauh. Beruntung hanya ada 1 pasien diruangan itu. Hanya Manto, tapi syukurlah dia sudah tertidur nyenyak.

"Ini Tumi, isterinya,"

Tumi yang sejak tadi terdiam kemudian menyalami pak Surya dengan terbungkuk bungkuk.

"Apa kabar pak Surya?"

"Kamu Tumi ? Aku hampir tidak mengenali kamu, ya.. ya.. sabar ya.. suamimu pasti sembuh."

Pak Surya segera pamit untuk urusan bisnisnya, sementara bu Surya dan Damar masih menunggu diluar ruang ICU itu. 

"Tumi, kamu mau masuk dulu untuk melihat suamimu?"

"Saya masuk dulu untuk melihat keadannya ya bu,"

Bu Surya mengangguk. Kalau benar Manto masih tertidur lebih baik mereka menunggu diluar saja daripada mengganggu. Tak lama kemudian Tumi keluar dari ruangan.

"Bagaimana Tumi?"

"Masih tertidur bu, nyenyak sekali. Syukurlah."

"Kalau begitu kita menunggu diluar sana saja ya Damar?"

"Baiklah tante. Tapi kalau boleh saya mau pergi sebentar saja."

"Mau kemana?"

"Ketemu teman, nanti saya kembali lagi kemari,"

"Ketemu Asri?" bu Surya merasa curiga.

"Bukan tante, Asri sudah nggak tinggal dirumahnya yang dulu, dan pindahnya kemana saya tidak tau."

Baiklah, tapi jangan lama2 ya,"

 

Damar mengangguk dan langsung pergi. Sungguh ia ingin sekali ketemu Asri, tapi ia tidak tau dimana sekarang Asri tinggal. Ia berjalan tak tentu arah..sambil menyesali nasibnya yang sebatang kara.

Sore itu Asri sedang berada dihalaman rumah Ongky. Ongky yang telaten mendekatinya telah menghilangkan kesan buruk dihati Asri kepadanya, itulah sebabnya Asri bersedia menata kebun bunga dirumah Ongky. Ongky membeli beberapa bunga lagi, dan Asri tentu saja senang dagangannya laku. Bukankah Ongky tidak pernah lagi mengganggunya? Ia begitu santun dan menghormatinya. Tidak masalah kalau hanya menata kebun bunga saja.

"Ini adalah taman bunga milikku. Sekarang tampak lebih indah setelah kamu menatanya, Asri."

"Nggak juga, sebelumnya juga sudah tampak indah kok." jawab Asri sambil memindah mindahkan pot bunga yang dirasanya tidak nyaman dipandang. Kalau pot bunga itu terlalu besar maka Ongky membantunya dengan senang hati. Ongky berjanji untuk bersikap baik untuk menimbulkan kesan yang baik juga bagi Asri. 

"Apakah disana perlu ditambah lagi sebuah pot bunga yang agak besar?"

"Terserah mas Ongky saja, ini juga sudah bagus sih."

"Nggak, aku suka kalau ditambah lagi. Tapi pasti berat mengangkatnya. Jadi lebih baik besok pagi saja ya?"

"Boleh mas," Asri senang karena dagangannya akan laku lagi.

Sekarang penataan kebun kecil itu sudah selesai, dan Asri pamit untuk pulang. Tapi Ongky menghalanginya.

"Tidak Asri, kamu sudah bersusah payah menata kebunku, aku akan mengambilkan kamu minum dulu."

"Tidak mas, kan rumahku dekat sini, pakai dikasih minum segala."

Tapi ketika Asri akan pergi , Ongky menahan lengannya.

"Ma'af.. ma'af.. aku mohon jangan mengecewakan aku Asri.. sebentar saja, setelah minum kamu boleh pulang." 

Tanpa menunggu jawaban Asri Ongky sudah masuk kedalam rumah. Asri terpaksa menahan langkahnya untuk pulang demi menghormati tuan rumah yang ingin menjamunya.

Sambil menunggu, Asri membetulkan letak pot yang agak miring letaknya. Ketika itulah Damar lewat didepan rumah Ongky. Ia mengamati gadis yang sedang membetulkan letak pot bunga, dan yakin bahwa dia adalah Asri.

Damar sangat terkejut. Dadanya berdebar kencang. Ia ingin berteriak memangil Asri, namun mulutnya seakan terkunci. Ia menata debar jantungnya.

"Ternyata kamu tinggal disini Asri, bagus bener rumahmu, jadi.. berarti kamu benar2 sudah menikah.." suara batin Damar menghentak hentak dadanya. Langkah untuk masuk kehalaman itu terhenti, ketika seorang laki2 keluar dari rumah itu.

"Asri, itu sudah aku siapkan.."

Langkah Damar menjadi surut. Itu suami Asri? Damar berbalik haluan dan keluar dari halaman yang baru beberapa langkah dimasukinya. Beruntung si pemilik rumah tidak melihat kedatangannya. Damar melangkah lagi, dengan hati sakit dan teriris iris.

Damar terus melangkah, lalu tiba2 ponselnya berdering. Suara bu Surya terdengar dari seberang sana.

"Damar, kamu dimana?"

"Lagi jalan tante, nyari rumah teman nggak ketemu, jawab Damar sekenanya.

"Cepat kemari, pak Manto meninggal." panik suara bu Surya. Damarpun terkejut. Seketika hilang bayangan Asri yang menghantuinya sejak tadi.

Damar segera mencari taksi dan menyuruhnya melaju kerumah sakit.

Dirumah sakit itu dilihatnya Tumi menangis tersedu sedu, dihibur oleh bu Surya.

"Sudah Tumi, ikhlaskan saja, ini yang terbaik untuk suamimu, kalau kamu menangis terus dia juga akan sedih Tumi.

Damar mendekat, dan ikut menyalami Tumi sebagai ungkapan duka cita. 

"Tante sempat ketemu pak Manto?" tanya Damar karena teringat rahasia yang disimpan pak Manto.

"Tidak Damar, tiba2 saja perawat mengatakan kalau pak Manto sudah meninggal karena sesak nafas. Kita mengira di tidur ternyata dia itu sudah meninggal."

Damar menghela nafas berat. Jadi rahasia yang ingin diketahuinya itu tetap tak bisa terungkap. Ada rasa kecewa tapi juga sedih ..

Telpon bu Surya berdering :" Hallo ma?

"Papa? Papa dimana ?"

"Lagi dikantor notaris, teman kuliahku dulu." Bagaimana kabarnya Manto?"

"Dia meninggal pa?," jawab bu Surya sedih..

"Syukurlah.."

Bu Surya terkejut mendengar jawaban itu. :"Kok syukurlah pa, papa sadar apa yang papa ucapkan?"

"Oh.. eh.. maksudku aku berduka, tapi dengan meninggalnya Manto kan penderitaannya sudah hilang, tidak merasakan sakit lagi, karena itulah aku mengatakan syukurlah."

Bu Surya yang kesal segera menutup telponnya. Ia heran terhadap sikap suaminya sejak kemarin.

Tiba2 seorang perawat datang. :" Siapakah yang bernama Damar?"

"Saya Damar, ada apa?"

"Semalam pak Manto menitipkan surat ini, katanya disuruh menyerahkan seseorang yang bernama Damar.

#adalanjutannyalho#

 


No comments:

Post a Comment

MAWAR HITAM 24

  MAWAR HITAM  24 (Tien Kumalasari)   Dewi menatap Satria yang seperti sedang  memikirkan sesuatu. Apakah Satria menemukan orang yang memben...