Thursday, August 7, 2025

MAWAR HITAM 34

 MAWAR HITAM  34

(Tien Kumalasari)

 

Hujan begitu deras, dan hari juga mulai gelap. Laki-laki pendatang itu meringkuk di sudut ruangan, sedangkan sudut ruangan yang lain tampak air menetes dari atap yang bocor. Udara dingin menusuk tulang. Laki-laki dengan baju putih bersih itu meringkuk dengan kedua tangan memeluk  tubuhnya sendiri.

Pandangannya menatap kearah halaman kecil di depannya, dan menemukan kegelapan di sekitarnya. Gelap, seperti hatinya, seperti batinnya, seperti jiwanya, dan keseluruhan yang ada dalam kehidupannya.

Sejak siang ia berjalan dan berjalan tak tentu arah, sampai ketika kemudian hujan menetes semakin deras, lalu ia memberanikan diri masuk ke sebuah halaman di depan rumah kecil sederhana, lalu berteduh di sana.

Tiba-tiba ia merasa ingin buang air kecil. Ia berdiri, dan menuju ke arah pintu, melongok setelah membuka perlahan pintu yang tertutup, tapi masih sedikit terbuka.

Ia terkejut ketika dari dalam terdengar suara seseorang menelpon. Ia menahan langkahnya ketika laki-laki yang tampaknya pemilik rumah itu menyebut sebuah nama.

“Bagaimana Mawar, apa kamu tidak akan datang kemari? … Iya aku tahu, hujan sangat deras, tapi kan kamu punya mobil? Tak ada yang basah kehujanan kalau duduk di dalam mobil … tidak, jangan begitu, aku tidak mau jadi pembunuh, cukuplah berhasil menculik dan setelahnya aku serahkan apa yang akan kamu lakukan … ya, tadi aku panggil dokter, sudah diobati, dirawat, tidak mau … kamu cepatlah datang kemari, urus setelahnya, aku nggak mau ikutan. Tidak Mawar … aku tidak akan menyebut namamu. Besok pagi? Ya sudah … terserah kamu saja. Tapi kalau bisa sekarang. Ada orang berteduh. Tapi aku khawatir dia polisi yang menyamar. Sepertinya bukan, aku hanya menduga-duga."

Laki-laki berbaju putih itu menahan keinginannya buang air kecil, kembali duduk dan meringkuk, pura-pura tak tahu apa-apa. Pikirannya melayang kemana-mana. Teringat sebuah cerita tentang penculikan, dan ia mendengar pembicaraan tentang penculikan. Ia juga mendengar nama yang dikenalnya, Mawar. Laki-laki pendatang itu sedang berpikir untuk melakukan sesuatu. Tiba-tiba dia mendengar pintu terbuka, laki-laki pemilik rumah  yang ternyata adalah Bagus itu keluar.

“Hujan sangat deras,” katanya.

“Maaf kalau saya mengganggu. Setelah reda, saya akan langsung pergi.”

“Tentu saja, saya tidak punya kamar yang lain, seandainya mempersilakan Anda menginap.”

“Tidak apa-apa. Tapi saya mau numpang ke kamar kecil, bolehkah?”

“Ke kamar kecil?”

“Iya, hanya untuk buang air kecil.”

Pemilik rumah itu tampak ragu-ragu. Tapi tampaknya pendatang itu tampaknya tidak mencurigakan. Hujan yang sangat deras, bisa saja ada orang numpang berteduh.

“Tapi rumah saya kotor, berantakan.”

“Tidak apa-apa. Hanya mau buang air kecil saja.”

Pemilik rumah itu membuka pintunya agak lebar, lalu mempersilakan si pendatang untuk masuk ke dalam. Bau pengap segera tercium. Tampaknya rumah itu jarang ditinggali. Tapi ia hanya ingin ke kamar kecil, sementara si pemilik rumah mengikuti di belakangnya.

“Di sana, belok kiri. Itu kamar mandi.”

“Baik.”

Tapi di kamar mandi itu ia mendengar suara aneh, seperti suara seorang perempuan.

“Tolong, antarkan aku pulang.”

“Sssst, jangan berisik. Aku pukul kamu.”

“Apa salahku? Biarkan aku pulang, aku beri kamu uang yang banyak. Aku tidak mengenal kamu, mengapa kamu melakukan ini?”

“Ini bukan kemauan aku. Tapi jangan bicara keras-keras.”

“Aku mau ke kamar mandi.”

“Sebentar.”

“Aku kebelet!” suara itu agak keras.

“Diam dulu.”

“Siapa di kamar mandi? Ada orang?” tanya Dewi karena mendengar suara guyuran air.”

“Sudah aku bilang kamu diaaaam,” kata Bagus sambil membekap mulut Dewi. Ia  gemas karena Dewi tidak mendengar kata-katanya.

Gemericik air itu tidak lagi terdengar. Ketika suara pintu kamar mandi terbuka, Bagus keluar dari kamar Dewi, mengantarkan laki-laki pendatang itu kembali ke arah depan.

“Hujan belum juga berhenti,” gumam si pendatang.

“Biasanya kalau deras cepat berhenti. Aku juga heran. Ini bukan musim hujan, mengapa tiba-tiba hujan hari ini,” gumam Bagus lalu kembali masuk ke dalam, menutup lagi pintunya.

Laki-laki itu merogoh ponselnya. Ia mengirim sebuah pesan kepada seseorang, dan mengatakan tentang apa yang di dengarnya, serta mengatakan di mana lokasi dia berada sekarang. Lalu ia menghapus pesan itu. Ia sangat berhati-hati. Ia tak ingin ada orang lain membaca pesannya sehingga dia dicurigai. Tadi dia juga berpesan agar tidak menghubunginya kalau bukan dia yang menghubungi.

Tiba-tiba ia mendengar teriakan seorang wanita. Teriakan kesakitan. Laki-laki itu berdiri, ada perasaan curiga tentang semua yang didengarnya. Ia adalah Andra, yang berjalan tak tentu arah ketika diusir oleh mertuanya, dan akan diceraikan dari istrinya. Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba kakinya yang terus terayun membawanya ke sebuah gang, lalu hujan turun dan ia harus berteduh di sebuah rumah.

Ia ingat penuturan Satria yang mengatakan bahwa calon istrinya diculik orang. Ia merasa suara wanita itu bukan penghuni asli rumah itu. Ia mendengar wanita itu mengeluh. Pasti Bagus tak sadar bahwa kamar mandi itu terletak di samping kamar di mana dia menyekap Dewi, sehingga Andra mendengar apa yang Dewi katakan, walau tidak sangat jelas. Tapi bahwa laki-laki itu membentak-bentaknya, maka ia mendengarnya dengan jelas. Itu tak wajar. Nama Mawar yang disebut, apakah Sinah? Tapi ia sudah menceritakan sekilas yang didengarnya kepada Satria.

Tiba-tiba pintu kembali terbuka. Bagus keluar.

“Mas, hujan sudah mereda, memang masih gerimis sih, tapi maaf, saya sudah harus menutup pintu segera, karena istri saya sedang sakit sehingga uring-uringan. Jadi dengan sangat menyesal, saya minta agar Anda segera pergi.”

Andra merasa bahwa ia diusir dengan alasan yang tidak masuk akal. Tapi ia harus pergi, karena dia tak akan bisa mengatasi masalah penculikan itu sendiri, dan dia juga tak ingin dicurigai. Karenanya ia segera berdiri.

“Maaf sekali ya Mas.”

“Tidak apa-apa, saya tidak ingin mengganggu.”

“Sebenarnya Mas mau ke mana?”

“Saya sedang mencari rumah saudara saya. Katanya tinggal di daerah sini.”

“Wah, saya jarang pulang ke rumah ini, jadi tidak kenal dengan orang-orang sekitar.”

“Tidak apa-apa, saya pasti akan menemukannya. Terima kasih atas tumpangannya,” kata Andra yang kemudian melangkah keluar, walau hujan masih mengguyur. Tidak masalah, hanya gerimis tapi agak deras. Andra terus berjalan, ia harus menemukan tempat untuk berteduh yang lainnya. Jalanan sangat sepi, para penghuni rumah sudah menutup rumahnya rapat-rapat.

Tiba-tiba Andra mendengar langkah kaki, seperti orang berlari mendekat ke arahnya. Andra berpikir, pasti orang yang kehujanan seperti dirinya. Tapi tiba-tiba sebuah pukulan menghantam tubuhnya, membuatnya terpelanting dan jatuh ke tanah yang berlumpur.

“Adduuh, ada apa ini?”

Andra berusaha bangun, tapi sebuah pukulan kembali menghantam tubuhnya. Bukan pukulan biasa, orang itu memukul menggunakan kayu. Barangkali palang pintu, entahlah, karena ia kemudian pingsan, tak sadarkan diri, karena pukulan itu menghantam tubuhnya bertubi-tubi.

***

Malam itu simbok sudah ada di rumah Andra, menemani Andira yang menangis tanpa henti.

“Sudahlah Nyonya, berhentilah menangis, bukankah tuan besar sudah berjanji akan mencarikan tuan Andra dan membawanya pulang?”

“Tapi ini sudah malam Mbok, mas Andra belum juga ditemukan.”

“Nyonya harus bersabar, namanya orang mencari itu ya bisa cepat ketemu, bisa juga agak lama. Tapi Nyonya harus percaya, bahwa nanti tuan Andra pasti akan kembali.”

“Mas Andra itu keras kepala, kalau dia merasa sakit hati, tak mudah membujuknya. Kalau dia tidak kembali, aku tak mau hidup lagi.”

“Astaghfirullah, Nyonya jangan berkata begitu. Dosa, tahu.”

“Aku sangat mencintai mas Andra. Dia juga pernah mengatakan bahwa sangat mencintai aku. Tapi mengapa kami harus terpisahkan? Bapak sungguh kejam. Bapak jahat pada suami aku.”

“Tidak Nyonya, tak mungkin orang tua jahat kepada anaknya. Nyonya itu sedang sedih dan kesal, sehingga berpikir macam-macam, sekarang Nyonya harus makan, tadi nyonya besar membelikan rendang untuk makan malam Nyonya.”

“Aku tidak mau makan. Kamu kan tahu kalau aku sedang berusaha menjadi langsing? Tapi Mbok, kalau aku langsing, terus mas Andra tidak kembali, untuk apa aku menjadi langsing Mbok?”

“Tuan Andra pasti kembali, Nyonya, percayalah.”

“Aku masih teringat Mbok, beberapa hari terakhir ini bicara mas Andra aneh-aneh. Dia mengatakan, kalau dia melakukan kesalahan, apakah aku mau memaafkan? Dia juga bertanya, apakah aku mencintai dia. Aku merasa aneh dengan pertanyaan-pertanyaan itu Mbok, barangkali itu awal pembicaraan mas Andra untuk berterus terang padaku tentang apa yang terjadi.”

Simbok memijit-mijit kaki Andira, berharap nyonya majikannya akan segera tenang kembali.

“Barangkali jawabanku membuatnya ragu untuk berterus terang.”

“Memangnya nyonya menjawab apa?”

“Aku bilang, aku pasti akan memaafkan semua kesalahannya, kecuali kalau dia selingkuh.”

“Lalu tuan Andra gagal menceritakannya?”

“Dia merasa bahwa dia telah berselingkuh. Ah, sudahlah Mbok, kejadiannya sudah seperti ini. Aku sedih mbok, kan sebenarnya aku memaafkan dia.”

“Ya sudah, sekarang Nyonya makan dulu, dari siang Nyonya tidak makan.”

“Aku tidak mau makan, Mbok.”

“Kalau begitu Nyonya istirahat saja, kalau bisa tidur.”

“Aku juga lelah. Pengin bisa tidur. Tapi nanti kalau mas Andra datang aku dibangunkan ya Mbok.”

Simbok mengangguk, tak mampu menjawab, karena yakin kalau ia mengeluarkan suara, maka suaranya akan bercampur tangis.

***

Satria sudah menerima pesan dari Andra. Ia segera menghubungi Listyo, dan malam itu juga di antara hujan yang masih rintik, mereka melapor ke polisi. Alamat sudah jelas, dan mereka yakin kalau buruannya akan tertangkap, dan Dewi segera ditemukan kembali, karena apa yang dikatakan Andra sudah sangat jelas.

Tapi ketika polisi sampai ke alamat yang dituju, rumah yang dikatakan itu ternyata kosong. Ada bekas ban mobil di halaman yang becek.

***

Besok lagi ya,

24 comments:

  1. Matur nuwun mbak Tien-ku Mawar Hitam telah tayang

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah MAWAR HITAM~34 telah hadir. Maturnuwun Bu Tien, semoga panjenengan beserta keluarga tetap sehat dan bahagia serta selalu dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin YRA..🀲

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah eMHa_34 sudah tayang.
    Terimakasih bu Tien, semoga bu Tien sekeluarga sehat selalu dan selalu sehat.
    Aamiin Yaa Robbal'alamiin 🀲.

    Tetap menulis dan ADUHAI
    ❤️🌹

    ReplyDelete
  4. Maturnuwun bu Tien " Mawar Hitam ep 34 " sampun tayang . Semoga bu Tien selalu sehat demikian pula pak Tom dan amancu... salam hangat dan aduhai aduhai bun πŸ™πŸ©·πŸ©·

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah, MAWAR HITAM(MH) 34 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " MAWAR HITAM 34 " sudah tayang
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete
  7. πŸŽ‹πŸŽπŸŽ‹πŸŽπŸŽ‹πŸŽπŸŽ‹πŸŽ
    Alhamdulillah πŸ™πŸ’
    Cerbung eMHa_34
    telah hadir.
    Matur nuwun sanget.
    Semoga Bu Tien & kelg
    sehat terus, banyak berkah
    & dlm lindungan Allah SWT.
    Aamiin🀲. Salam seroja😍
    πŸŽ‹πŸŽπŸŽ‹πŸŽπŸŽ‹πŸŽπŸŽ‹πŸŽ

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah
    terima kasih bunda Tien
    Semoga bunda dan Pak Tom Widayat sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
  9. Matur nuwun Bu Tien....
    Semoga Bu Tien sekeluarga sehat selalu....

    Aamiin....

    ReplyDelete
  10. Bu Tien memang jagonya membuat penasaran. Matur nuwun, semoga Ibu sekeluarga sehat wal'afiat....

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien dan pak Tom selalu sehat

    ReplyDelete
  12. Terima kasih Mbu Tien.. menegangkan sekali... itu suruhannya bagus sepertinya ya... mdh²an dewi baik baik saja... dan andra ditemukan dan diselamatkan dulu...

    Sehat allu bersama keluarga trcnta..

    ReplyDelete
  13. Trmnksh Bu Tien.. ceritanya seru jadi penasaran.

    ReplyDelete
  14. Wah hilang lagi jejak si penculik. Bahkan tambah korban, Andra yang tidak sengaja datang di tempat penyekapan telah dibuat pingsan.
    Salam sukses mbak Tien yang aduhai semoga selalu sehat bersama keluarga, aamiin.

    ReplyDelete
  15. Maturnuwun Bu Tien MH telah tayang , ditunggu episode selanjutnya....sehat dan bahagia selalu BuπŸ™

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillaah matur nuwun Bu Tien salam sehat wal'afiat, πŸ™πŸ€—πŸ₯°πŸ’–πŸŒΏπŸŒΈ
    Makin penasaran ... Andra di pukul temannya Bagus trs kabur kemana

    ReplyDelete
  17. Terima kasih Bunda, cerbung Mawar Hitam 34..sdh tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
    Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedialakala. Aamiin.

    Waduh....Andra bisa remuk badan nya krn di gebukin Bagus.

    Sinah memang licin otak nya...😁😁
    Hingga Polisi, Satria, Listyo datang, buronan nya sdh kabur.
    Satria hanya menemukan Andra yang pingsan, tentu saja ini berita yang menyenangkan bagi pak Sunu dan putri nya.

    ReplyDelete
  18. Terimakasih bunda Tien, salam sehat selalu sekeluarga...

    ReplyDelete
  19. Waah...Dewi sudah dibawa kabur lagi oleh Sinah ya...pasti yang mukul Andra tuh si Bagus. Semoga cepat tertangkap komplotan itu dan Sinah dipenjara karena perbuatannya.

    Terima kasih, ibu Tien. Salam sayang...πŸ™πŸ»❤️

    ReplyDelete
  20. Ini kisah yang menegangkan...
    Terimkasih Mbak Tien...

    ReplyDelete

MAWAR HITAM 38

  MAWAR HITAM  38 (Tien Kumalasari)   Dewi membalas pelukan pak Hasbi dengan perasaan mengharu biru. Ia bingung harus melakukan apa. Pak Has...