ADA MAKNA 16
(Tien Kumalasari)
Wanda terkejut. Ia berteriak memanggil anaknya, sementara Emmi segera bergegas meninggalkan tempat itu.
“Wahyu!! Berhenti!!”
Tapi yang dipanggil tidak mau berhenti. Wanda membanting-banting kakinya dengan marah.
“Apa tadi Wahyu bilang? Aku bohong? Kurangajar benar gadis tengil itu. Pasti dia yang memanas-manasi anakku. Dasar gadis genit. Dia tergila-gila pada Wahyu dan membujuknya dengan mengatakan hal yang membuat aku dianggap bohong? Tidak bisa. Aku harus menemukan Wahyu dan mencuci otaknya sampai bersih,” omelnya sambil bergegas mengikuti kemana perginya Wahyu. Ia meninggalkan Reihan sendiri di kamar inapnya.
Hari sudah malam. Wanda sudah sampai di lobi rumah sakit, dan tidak melihat Wahyu di sekitar tempat itu.
“Ke mana dia?”
Wanda membalikkan tubuhnya, untuk kembali ke kamar anaknya. Tapi ia mampir ke ruangan dimana Guntur dirawat. Ia harus mengatakan pada Emmi bahwa dia tidak pantas mendekati Wahyu. Tapi tiba-tiba perawat jaga menghentikannya.
“Bu, dilarang masuk ke ruangan dokter Guntur ya.”
“Apa? Memangnya kenapa?”
“Dokter Guntur membutuhkan ketenangan, jadi tidak bisa dibezoek kecuali keluarganya.”
“Bagaimana kamu ini. Aku ini istrinya. Masa tidak boleh masuk?”
“Tapi menurut keterangan, dokter Guntur tidak punya istri. Sudah ada putrinya yang menunggui. Maaf ya Bu.”
“Ini keterlaluan. Masa kalian tidak percaya kalau aku ini istrinya?” Wanda nekat mau masuk, ia memutar pegangan pintu, tapi rupanya pintu itu terkunci. Dengan kesal Wanda menggebrak-gebrak pintu, membuat perawat itu marah.
“Bu, kalau Ibu membuat gaduh, saya akan minta satpam agar menyingkirkan ibu," ancam perawat itu.
Wanda menggebrak pintu sekali lagi, sebelum kemudian benar-benar pergi. Perawat geleng-geleng kepala.
“Dandanan bagus, penampilan oke, tapi kelakuannya minta ampuun. Memang benar kalau mbak Emmi putra pak Guntur tadi minta agar tidak mengijinkan wanita itu masuk. Rupanya kelakuannya memang luar biasa aneh,” gumam perawat itu.
Emmi yang mendengar pintu digebrak sudah tahu kalau Wanda pasti memaksa masuk. Untunglah dia sudah mengunci pintunya. Ia juga berpesan agar perawat tidak mengijinkan Wanda masuk ke dalam.
“Ada apa? Berisik amat,” tanya Guntur yang sudah membuka matanya.
“Pintunya agak rusak, sedang diperbaiki,” jawab Emmi sekenanya, membuat Guntur diam.
“Bapak makan ya?”
“Nanti saja.”
“Bapak harus makan, Emmi suapin ya?”
“Kamu pasti capek.”
“Tidak Pak, Emmi senang melakukannya. Apakah Bapak tidak merasa, bahwa pertemuan ini sangat luar biasa bagi Emmi? Emmi tidak mengira kalau ternyata masih punya bapak satu lagi yang benar-benar bapak kandung Emmi.”
“Apakah bapak masih punya arti dalam kehidupan kalian? Bukankah kalian tidak kekurangan kasih sayang? Tanpa bapak kamu bisa tumbuh seperti mawar merekah yang cantik menawan, yang berpendidikan, yang punya masa depan. Tanpa bapakmu ini kan, semua itu?”
“Darah Bapak mengalir di tubuh kami. Separuh jiwa kami adalah jiwa yang bapak teteskan dalam rahim ibu. Apa Bapak melupakan itu?”
Guntur mengusap air matanya.
“Bagaimana kamu bisa berkata semanis itu?”
“Emmi bukan anak kecil lagi. Bapak lihat kan? Emmi sudah dewasa? Apakah sebenarnya Bapak tidak suka bertemu kami yang berpuluh tahun terpisahkan oleh jalan kehidupan yang rumit?” kata rumit itu didengarnya dari Ardi, dan sekarang dipergunakannya untuk menggambarkan kehidupan ayah ibunya.
Guntur menatap anak gadisnya, lalu Emmi mengambil tissue untuk mengusap air mata sang ayah. Emmi heran, mengapa kehadirannya seperti membuat ayahnya kecewa? Emmi tidak tahu, itu bukan rasa kecewa, tapi rasa merasa rendah dan tak punya arti. Rasa yang mengungkit kembali kenangan lama, dan mengingatkan kembali sebuah kebenaran bahwa dirinya memang laki-laki yang penuh dosa. Itu semua membuat Guntur takut untuk bertemu kembali dengan orang-orang yang dilukainya.
“Bapak tidak pernah memimpikan ini,” katanya pelan.
“Dan Bapak kecewa? Memilih untuk tidak bertemu selamanya?”
Guntur meraih tangan Emmi, menggenggamnya erat.
“Kamu tidak tahu apa yang sebenarnya dirasakan bapak. Orang tua mana yang tidak senang melihat anak-anaknya?”
“Kalau begitu berhentilah menyesali diri. Semuanya sudah berlalu, dan lupakanlah. Kami tidak pernah membenci Bapak, tidak pernah merasa bahwa Bapak itu rendah atau tak punya arti.”
Guntur kemudian menerima suap demi suap makanan yang disendokkan Emmi, makanan halus yang sebenarnya tidak disukainya.
***
“Ibu tadi ke mana?” tanya Reihan ketika melihat ibunya datang.
“Kamu seperti anak kecil saja, ditinggal sebentar saja merengek-rengek."
Kesal Wanda. Lalu ia menjatuhkan pantatnya di kursi.
“Rei tidak merengek. Hanya bertanya. Mengapa ibu marah-marah?”
“Kesal ibu. Kakakmu pergi begitu saja, tidak memperhatikan panggilan ibu. Lalu ibu mau masuk ke ruangan ayahmu, dilarang oleh perawat. Pintu itu dikunci. Siapa yang tidak kesal?”
“Bapak sakit, dan tampaknya sangat lemah. Barangkali memang tidak boleh diganggu.”
“Tapi ibu ini bukan orang lain.”
“Mungkin sekarang sudah menjadi orang lain.”
“Apa katamu? Mengapa perkataanmu juga membuat ibu semakin kesal?”
“Mengapa Ibu kesal?”
“Pokoknya kesal. Apa lagi gadis itu, membuat kakakmu marah sama ibu.”
“Gadis yang mana?”
“Gadis anak ayahmu itu.”
“Mbak Emmi?”
“Kamu memanggilnya begitu manis. Kamu tidak tahu bagaimana dia.”
“Bukankah dia baik sama Rei? Dia tersenyum lalu memeluk Rei. Kata bapak, dia kakak Rei. Bukankah begitu?”
“Dia itu jahat.”
“Jahat?”
“Dia berbuat tidak sopan pada ibu. Ibu tidak suka kakakmu dekat-dekat dengan dia.”
“Menurut Rei, dia itu baik,” kata Reihan polos.
“Mengapa kamu memuji-muji dia? Kamu belum tahu dia itu seperti apa.”
“Entahlah, sikapnya pada Rei sangat baik. Dia juga cantik, Rei suka.”
“Diam. Jangan membuat ibu bertambah pusing.”
Lalu Wanda berdiri, dan mondar mandir seperti orang bingung. Pertemuannya dengan Guntur justru membuatnya kecewa. Wanda mengira, dengan adanya Reihan, sikap Guntur padanya akan menjadi baik, tidak kaku saling membenci seperti ketika mereka sepakat untuk bercerai.
Tapi ternyata sikap kaku itu masih ada. Guntur juga membuatnya malu dengan mengatakan bahwa dia tidak dicintainya.
Lalu ditambah lagi sikap Wahyu yang sepertinya masih ingin dekat-dekat dengan Emmi, apalagi Wahyu sampai mengatakan bahwa dirinya berbohong dan membencinya.
“Apa gadis itu tahu apa yang sebenarnya terjadi? Lalu mengatakannya pada Wahyu sehingga Wahyu membencinya?” gumamnya, yang kemudian Reihan bertanya karena ia mendengar gumam itu.
“Ada apa dengan mas Wahyu?”
“Sudah, jangan ikut-ikutan. Sekarang ibu mau pulang dulu. Barangkali kakakmu ada di rumah, ibu akan menyuruhnya menemani kamu di sini,” kata Wanda yang kemudian mengambil tasnya dan keluar, tanpa menunggu jawaban Reihan.
“Apa yang sebenarnya terjadi pada ibu?” tanya Reihan dalam hati.
Lalu tiba-tiba timbul keinginan Reihan agar segera diambil tindakan atas tangannya, sehingga ia bisa menemui lagi ayah dan kakaknya.
***
Malam itu, biarpun Ardi sudah menceritakan semuanya, tapi Kinanti masih saja bertanya tentang Guntur. Ada rasa iba yang menyelimuti hatinya, mendengar Guntur selalu menyesali apa yang terjadi.
“Apa Bapak jadi bertanya pada dokter sebelum pulang?”
“Oh iya, sudah. Tapi dokter mengatakan bahwa sedang membicarakannya dengan dokter yang lain. Transplantasi sepertinya belum sangat diperlukan. Kecuali itu Guntur juga menolaknya. Tapi masih tergantung bagaimana nanti."
“Sirosis itu tidak bisa disembuhkan. Ia hanya perlu dijaga agar tidak semakin parah.”
“Semoga Guntur akan bisa melewati semuanya. Dan semoga juga pertemuannya dengan anak-anaknya akan mendorong semangatnya untuk kembali sembuh.”
“Aamiin.”
“Kalau mau akan aku minta dia untuk pindah saja kemari, agar dekat dengan anak-anaknya,” kata Ardi yang membuat Kinanti terkejut.
“Apa? Kerumah ini?”
“Tidak. Dikota ini.”
“Dia punya sifat tinggi hati. Tak mungkin mau.”
“Benar juga. Rasa bersalah itu tetap menghantuinya. Ketika di rumah sakit, dia sangat irit bicara denganku. Dia hanya mengatakan lelah, lalu memejamkan matanya. Jadi aku juga merasa lebih baik segera pergi. Saat aku pulang, dia tampak tertidur.
“Mungkin dia memang lelah. Penyakit hati membuat penderitanya sangat lemah.”
“Ya sudah, besok ibu bisa menelpon Emmi, sekarang sudah malam, barangkali dia sudah tidur.”
“Terima kasih sudah banyak berkorban untuk anak-anak,” kata Kinanti sambil memeluk suaminya.
Ardi tertawa.
“Apa maksudmu? Mereka juga anak-anakku, bukan? Masa menyayangi anak membutuhkan ucapan terima kasih?”
“Aku sudah tahu, kamu memiliki hati cemerlang seperti bintang.”
“Hari gini merayu suami?” pekik Ardi, membuat Kinanti kemudian menutup mulut Ardi dengan talapak tangan.
“Mmmh… kenapa Ibu ini?”
“Anak-anak belum tidur, nanti mendengar Bapak berteriak.”
“Memangnya kenapa kalau mereka mendengar?”
“Tidak tahu malu,” sungut Kinanti.
Tapi candaan itu terhenti ketika ponsel Ardi berdering, dari Emmi.
“Eeh, ternyata belum tidur,” kata Ardi sambil mengangkat ponselnya, dan menyalakan speakernya.
“Assalamu’alaikum, Bapak.”
“Wa’alaikumussalam, Emmi. Kamu belum tidur?”
“Ayah Guntur yang sudah tidur, Emmi belum tidur, makanya Emmi bicaranya pelan-pelan."
“Bagaimana keadaan ayah Guntur?”
“Tidak mengeluh apapun, tadi mau makan agak banyak.”
“Syukurlah.”
“Tadi ada kejadian mengerikan.”
“Ada apa?” Ardi dan Kinanti berteriak berbarengan. Bayangannya Guntur kenapa-kenapa.
“Ada perempuan bernama Wanda datang kemari”
“Apa? Bagaimana dia bisa datang ke situ? Apa dia tahu bahwa ayah Guntur dirawat?”
“Wahyu ada di rumah sakit, dan melihat Emmi.”
Lalu Emmi menceritakan semuanya. Sikap Wanda yang menjengkelkan, sampai kedatangan anak muda yang terluka lengannya, bernama Reihan.
“Jadi Reihan itu anak ayah Guntur juga?” tanya Ardi.
“Katanya, ayah Guntur meninggalkannya ketika Reihan lahir. Anak itu sekarang sudah remaja.”
“Jadi mereka ada di rumah sakit karena anak itu kecelakaan?”
“Iya, Pak.”
“Ini semua kehendak Allah. Ini adalah cara Allah mempertemukan ayah Guntur dengan darah dagingnya.”
“Anak itu tampan dan baik. Ayah Guntur meminta agar dia menyapa Emmi, lalu dia melakukannya.”
“Apa kamu kesal karena dia bukan saudara seibu?”
“Tidak. Emmi suka anak itu. Tampaknya dia baik. Tapi sekarang Emmi sudah bisa mengerti, rumitnya orang dewasa itu seperti apa.”
“Ayahmu mengatakannya?”
“Tidak, Emmi mengupas setiap pembicaraan, lalu menghitung-hitung. Dan jahatnya perempuan bernama Wanda itu, dia mengatakan bahwa ibulah penyebab Wanda bercerai dengan ayah Guntur. Geram sekali Emmi mendengar ibu dijatuhkan nama baiknya.”
“Perkataan itu sebenarnya tidak sangat salah.”
“Kok Bapak membela dia?”
“Bapak bukan membela dia. Jadi ayah Guntur itu sebenarnya memang tidak mencintai Wanda. Ayah Guntur hanya kilaf. Kilaf yang membawa petaka dalam rumah tangganya. Jadi kalau kemudian Wanda diceraikan, memang benar penyebabnya adalah masih ada rasa cintanya pada ibumu, atau didorong oleh penyesalannya."
“Tapi aku tidak bermaksud membuat mereka bercerai,” protes Kinanti.
“Benar, Ibu tidak bersalah.”
“Pokoknya tadi sedikit rame Pak, Wanda mengoceh tidak karuan dan ayah Guntur kelihatannya sangat kesal. Sekarang Emmi meminta pada perawat agar melarang kalau Wanda ingin masuk ke ruang rawat ayah.”
“Pembawaan nekat sejak masih SMA masih terbawa sampai sekarang,” gumam Ardi.
***
Sudah dua jam Wanda ada di rumah, tapi Wahyu belum kelihatan pulang. Wanda harus bertanya, mengapa Wahyu mengatakannya berbohong dan juga membenci dirinya. Ia tiduran di sofa, biar saja kalau sampai tertidur di situ sambil menunggu Wahyu pulang. Besok pagi harus kembali ke rumah sakit, untuk melihat tindakan apa yang akan dilakukan kepada Reihan. Tapi matanya tak juga mau terpejam.
Ketika tengah malam, ia mendengar orang membuka kunci. Pasti Wahyu. Memang mereka masing-masing membawa kunci rumah, karena Wahyu sering pulang malam.
Dan benar saja, Wahyu kemudian memasuki rumah tanpa menengok ke arah sang ibu yang menunggunya di ruang tengah.
“Wahyu!”
Wahyu melanjutkan langkahnya, seakan tak mendengar panggilan sang ibu. Tapi Wanda memanggilnya lebih keras, sehingga Wahyu terpaksa berhenti.
“Kamu tidak mendengar ibu memanggil kamu?” sentak Wanda.
“Wahyu mengantuk, ingin segera tidur.”
“Duduk, dan katakan mengapa tadi kamu bilang bahwa ibu berbohong.”
“Bukankah Ibu memang berbohong?”
“Tentang apa?”
“Ibu mengatakan keburukan Kinanti, tapi ternyata ibu sendiri yang buruk.”
“Kurangajar sekali kamu mengatai ibu seperti itu.”
“Bukankah itu kenyataan?”
“Ibu sudah melarang kamu bergaul dengan gadis busuk itu, dan kamu nekat, lalu apa … dia meracuni otak kamu dengan cerita bohong.”
“Ibu yang bohong. Dan ibu jangan lagi melarang Wahyu berhubungan dengan dia.”
“Apa maksudmu?”
“Wahyu mencintai dia.”
“Kamu memilih gadis pembohong itu, bagaimana dengan Tia?”
Wahyu berdiri dan beranjak ke kamarnya.
“Akan ibu temui Tia dan meyakinkan dia bahwa kamu harus menjadi suaminya.”
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah....
ReplyDeleteAda Makna _16 sudah hadir.
Matur nuwun bu Tien.... Salam SEROJA & tetap ADUHAI....🌹🩷
Sami2 mas Kakek
DeleteADUHAI
Terlalu......
ReplyDeleteKelakuan sejak remaja kok masih dibawa sampai tuwek.... Kapan sadarnya Wanda???
Paling sampai rumah Suryawan, langsung diusir disuruh pulang... Apa ora tambah ngisin-ngisini ????
Matur nuwun mbak Tien-ku Ada Makna sudah tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteAlhamdulilah, maturnuwun bu Tien " Ada Makna 16" sampun tayang, Semoga bu Tien sekeluarga sll sehat, selamat berbuka puasa dan selamat menjalankan ibadah di bulan Ramadhan . aamiin yra 🤲🤲
ReplyDeleteSalam hangat dan aduhai aduhai bun 🩷🩷
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Aduhai 2x
Alhamdulillah "Ada Makna 16" sdh tayang. Maturnuwun Bu Tien, sugeng ndalu.
ReplyDeleteSami2 pak Sis
DeleteSugeng dalu
Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " ADA MAKNA 16 "
ReplyDelete🌷🌹 🙏🙏🙏Semoga Bunda selalu sehat wal afiat 🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Matur nuwun ibu SUDARTINAH
ReplyDeleteSudartinah ki cah ngendi ta?
DeleteWanda tidak menghargai dirinya sendiri maupun mertabat anaknya, seharusnya dia menyadari kesalahannya waktu muda dulu.
ReplyDeleteTrima kasih Ibu Tien yg sdh menerangkan dg jelas.
Selamat malam.
Sami2 ibu Rosie
DeleteSelamat malam
Matur nuwun, Bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
Delete🌸🌹🌸🌹🌸🌹🌸🌹
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏 🩷
Cerbung ADA MAKNA_16
sudah tayang
Matur nuwun sanget.
Semoga Bu Tien & kelg
sehat terus, banyak berkah
& dlm lindungan Allah SWT.
Aamiin.Salam seroja 🦋💐
🌸🌹🌸🌹🌸🌹🌸🌹
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sari
Terima kasih Bunda Tien Kumalasari, selamat berbuka puasa, semoga sehat selalu bunda , Aamiin
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Mundjiati
Alhamdulillah sudah tayang
ReplyDeleteTerima kasih bunda tien
Semoga sehat walafiat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Alhamdullilah bundaqu Ada Makna 16 sdh tayang...slm seroja dan slmt persiapan ibadah taraweh..aduhai sll unk bundaqu sekel🙏🥰❤️🌹
ReplyDeleteMatur nuwum ibu Farida8
DeleteTerimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Alhamdulillah ADA MAKNA~16 telah hadir.. maturnuwun.Bu Tien 🙏
ReplyDeleteSemoga Bu Tien tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga.
Aamiin YRA 🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung *ADA
MAKNA 16* sdh hadir...
Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
Aamiin...
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien ❤️🌹🌹🌹🌹🌹
Sami2 ibu Susi
DeleteMatur nuwun Bu Tien, tetap sehat wal'afiat njih Ibu...
ReplyDeleteSami2 ibu Reni
DeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
Matur nuwun
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMatur nwn, salam sehat dari mBantul 🤲⚘⚘
Sami2 pak Bam's
DeleteSalam hangat dari Solo
Wanda makin kesal, kepada Emmi, Wahyu, Guntur, bahkan Reihan yang makin menyudutkan. Terus siapa teman yang mendukungnya..
ReplyDeleteWahyu serius mendekati Emmi. Dapatkah tercapai impiannya.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin..
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Latief
Alhamdulillaah SDH episode 16, makin seru . Rasanya geregetan dg kelakuan Wanda yg punya watak mau menang sendiri.
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien, salam sehat wal'afiat semua ya 🙏🤗🥰💖
This comment has been removed by the author.
DeleteSami2 ibu Ika
DeleteSalam sehat
Alhamdulillah, ADA MAKNA (AM),16 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Uchu
Mana mau Tia jadi istri Wahyu, Bukankah Suryawan sudah memberinya peringatan untuk berpikir ulang, nggak taulah namanya jaga jaga.
ReplyDeleteBiarlah rasa itu entah membusuk atau berkembang yang jelas mengutamakan keluarga, padaké pasangan grendel, waton cocok, sing nglakoni sapa, kakèhan strategi, ngentha entha ratau cêthå, yang penting laporan bapak Ardi karena bapak selalu perhatian pada anak-anaknya, itulah bapak.
Ketemu mbuh piyé besoké, bèn wong menungsa bisané ngrancang.
Yang jelas semua diterima baik saja sudah, kakean pikiran maraké katon tuwa.
Katanya suruh usaha, biar mimpi jadi nyata.
Nyatané nangendi endi gawé kisruh.
Hi hi
Terimakasih Bu Tien Ada Makna yang ke enam belas sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun mas Crigis
Dasar Wanda, memang beda kualitas dengan Kinanti ya...kapan bertobatnya?🤔😁
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien...salam hormat.🙏🏻
Sami2 ibu Nana
DeleteSalam hangat
Semakin seru..
ReplyDeleteCerita hidup di setiap lini...
Mbak Tien memang luar biasa...
Terimakasih Mbak Tien...
Ada cara yang elegan yang ditujukkan Kinanti pada Ardi agar kerinduan Kinanti pada Guntur tak kentara. Hal ini terlihat dari dialog ini
Delete“Terima kasih sudah banyak berkorban untuk anak-anak,” kata Kinanti sambil memeluk suaminya.
Ardi tertawa.
“Apa maksudmu? Mereka juga anak-anakku, bukan? Masa menyayangi anak membutuhkan ucapan terima kasih?”
“Aku sudah tahu, kamu memiliki hati cemerlang seperti bintang.”
“Hari gini merayu suami?” pekik Ardi, membuat Kinanti kemudian menutup mulut Ardi dengan talapak tangan.
“Mmmh… kenapa Ibu ini?”
Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien.
ReplyDeleteSelamat menjalankan ibadah shoum romadhon 1446H, semoga sehat selalu🙏💖
Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.
ReplyDelete💥💦💥💦💥💦💥
ReplyDelete**Happy Milad**
💞Bundaqu TIEN KUMALASARI💞
💥Selamat Mensyukuri Hari Kelahiran 💥
*🎂.,¸🎀.,🎀...🎂
🍄Semoga diberi Sisa Usia yang penuh Rahmat.
🍄Kesehatan yang Prima.
🍄Dilancarkan Rezeki yang Luas.
🍄Diberikan Kemudahan disetiap urusan serta dalam Lindungan dan Keselamatan Dunia dan Akherat.
🤲Aamiin..Aamiin..Ya Rabbal Aalamiin.🤲
🎂🍰🎁🎉🥳🎊🎈🍹🥤🥗🤝🙏😘😍🥰🌹❤️
Mbak Tien, ndhèrèk mahargya lan mangayubagya awit panjenengan kaparingan tambahing yuswa.
ReplyDeleteMugi tansah kasinungan karahayon, karaharjan, kamulyan ugi panjang yuswa ingkang barokah.
Aamiin
┏━🍃🌹🌿🌿🌹🍃━┓
ReplyDelete🦋 YAUMUL MILAD 🦋
🎂Bu TIEN KUMALASARI 🎂
🍒Barakallahu fii umriik
🍓Fii afiat
🍎Fii rizki
🍉Fii dunya wal akherah
Aamiin YRA.-bsh-🤲🏻
┗━🍃🌹🌿🌿🌹🍃━┛