ADA CINTA DI BALIK RASA 20
(Tien Kumalasari)
Ketika Anjani mencari cairan pembersih lantai, ditemukannya botol cairan itu sudah kosong. Anjani meletakkannya dengan kecewa, lalu kembali lagi ke kamar ayahnya. Ia tak mempedulikan Usman yang masih duduk di depan, yang katanya sedang menunggu ayahnya, karena ada hal penting yang ingin dibicarakan. Barangkali sang ayah sudah mengutarakan maksudnya untuk mengembalikan uang yang sudah dikeluarkan keluarganya selama dia sakit, bahkan sejak bertahun lalu. Kemudian dia datang untuk membicarakannya secara detail. Ayahnya juga belum mengatakan tentang uang itu, kecuali mengembalikan uang yang sudah dititipkannya di rumah sakit.
Itu sebabnya Anjani tidak mengusirnya. Maksudnya supaya semua permasalahan segera selesai, dan dia tidak lagi akan bertemu Usman sebagai calon istri. Memuakkan.
“Baguslah kalau dia ingin bicara, ayahku tak akan membiarkan dirimu mengambil hidupku,” kata batin Anjani.
Tapi yang namanya ke rumah sakit, tak mungkin bisa seperti orang bertamu. Begitu datang, dipersilakan masuk, kemudian mengutarakan maksud kedatangan, lalu pulang. Di rumah sakit banyak pasien. Harus ngantri, itu pasti, belum kalau harus memeriksa keadaan tubuh secara detail, yang periksa darah, tensi, dan lain sebagainya. Jadi dengan agak sebal Anjani menjamin bahwa Usman juga akan lama duduk di teras. Tapi biarkan saja, daripada menyuruh dia pulang lalu permasalahan tidak akan segera selesai.
Sementara itu Usman semakin kegerahan, bukan hanya karena udara semakin panas, tapi membayangkan berhasilnya rencana Estiana yang akan membuat Anjani tak akan lagi bisa berkutik kecuali menerimanya. Ia meraih gelas yang dihidangkan sang ‘calon istri’ dengan senyum mengambang. Akan ada saat-saat indah yang akan dinikmatinya, walau sebenarnya dia ingin melakukannya setelah resmi menikah. Apa boleh buat, ini adalah jalan terbaik yang harus dilaluinya.
Usman melihat wajah Anjani kemerahan dan keringat membasah. Ia memastikan, Anjani sudah menelan sesuatu yang dicekokkan Estiana sebelum berangkat ke rumah sakit. Usman sedang menunggu. Ia tak melihat bayangan Anjani ketika melongok ke dalam. Apakah Anjani sudah terlelap atau bahkan sedang menunggu kedatangannya dengan bara yang ditiupkan oleh obat itu?
Usman mengendurkan bajunya dengan melepas sebuah kancing. Ia sendiri merasa semakin gerah. Lalu minuman di gelas diteguknya sampai habis.
Usman melongok ke dalam, mencari keberadaan Anjani. Lalu berdiri pelan, masuk ke dalam.
***
Marjono duduk menunggu, menatap antrian yang memenuhi ruangan. Tampaknya dia datang kesiangan, sehingga mendapatkan nomor antrian yang ke sekian puluh, entah berapa, Marjono tak ingin melihatnya. Ia hanya melihat nomor antrian sekilas, dan tidak begitu memperhatikan karena Estiana menggenggamnya.
“KIta datang kesiangan Pak, sabar ya,” katanya lembut. Entah mengapa hari ini Estiana bersikap sangat manis. Bukan hanya kepada Anjani, tapi juga kepada suaminya.
“Salahnya kamu tadi, pakai mampir-mampir segala.”
“Hanya mampir ke rumah makan langganan, agar mengirim makanan ke rumah, soalnya aku tidak menyiapkan makanan untuk makan siang, sedangkan Anjani sibuk membersihkan rumah.”
“Cuma pesan saja kamu lama sih.”
“Bapak itu mbok ya sabar, sudahlah. Apa Bapak lapar? Aku ke toko di depan itu beli roti ya?” kata Estiana sambil berdiri.
“Tidak usah.”
“Nggak apa-apa, menunggu sambil ngemil biar tidak bosan.”
Tapi kemudian Estiana terkejut. Tak ada dompet di dalam tasnya. Ketika mampir memesan makanan tadi dia juga belum membayarnya karena sudah langganan, jadi tidak tahu kalau dompetnya ketinggalan.
“Ada apa?” tanya Marjono ketika melihat istrinya merogoh-rogoh tas yang dibawanya.
“Dompetku ketinggalan.”
“Ya sudah, tidak usah beli apa-apa,” kata Marjono yang sebenarnya membawa uang di dalam dompetnya, tapi enggan memberikannya karena dia tidak ingin makan apapun.
“Biar aku pulang dulu ya Pak.”
“Pulang?”
“Aku harus mengambil dompet itu.”
“Kalau butuh sesuatu, aku membawa sedikit uang,” kata Marjono pada akhirnya, ketika sang istri ingin pulang mengambil dompetnya.
Tapi Estiana memikirkan hal lain. Ada sesuatu di dompet itu. Surat-surat pembelian perhiasan, dan lain-lain, yang dikhawatirkan akan dilihat oleh Anjani ketika dia bersih-bersih kamar. Ia ingat ketika meletakkan dompet setelah membayar pembelian kerupuk yang lewat, dan lupa memasukkannya ke dalam tas. Mungkin di meja, atau dimana. Bagaimana kalau Anjani menemukannya dan membuka-buka isinya? Karenanya dia harus pulang.
“Tidak, biar aku ambil dompet dulu saja, pasti gilirannya masih lama.”
“Kenapa sih, kalau butuh uang aku bawa sedikit.”
“Tidak ah, ada hasil ceklab minggu lalu yang aku simpan di dompet itu juga, barangkali diperlukan,” katanya sembarangan, kemudian ia membalikkan badannya, bergegas pergi.
Marjono menatap punggungnya dengan heran. Tapi kemudian ia membiarkannya. Ia juga heran, mengapa tak menelpon Anjani saja agar mengirimkan dompet itu ke rumah sakit, bukankah itu lebih mudah? Tapi Marjono enggan memikirkannya. Ia kembali duduk diam, memejamkan matanya agar merasa lebih tenang.
***
Usman merasa tubuhnya semakin gerah. Ia melihat teko terletak di ruang tengah, kemudian melongok ke sekitar ruangan, tak ada siapa-siapa. Di mana Anjani? Usman berbalik ke teras untuk mengambil gelasnya yang masih kosong, lalu masuk kembali dan menuangkan lagi segelas jus jeruk yang masih ada di dalam teko.
Usman duduk dan meminumnya dengan sekali tenggak. Tapi minuman itu tak membuatnya merasa segar. Ada perasaan aneh. Di mana Anjani?
“Anjani..!” Usman memanggil dengan suara serak. Tak terdengar jawaban. Apa Anjani sedang menunggunya? Usman tersenyum iblis. Tubuhnya merasa tidak karuan. Ia bangkit ingin mencari Anjani, berjalan sempoyongan ke sekitar rumah. Bayangan Anjani tak kelihatan. Ada kamar yang tertutup.
“Ada apa aku ini? Apakah Estiana juga membubuhkan obat itu ke dalam minumanku?” desisnya pelan.
Tapi kemudian dia tersenyum.
“Kalau begitu baguslah, kami jadi sama-sama membutuhkan.”
Senyuman aneh itu masih membayang ketika dia sampai di depan kamar yang tertutup.
“Anjani ….”
Usman mencoba membuka kamar itu, tapi ternyata terkunci. Lalu ia membalikkan tubuhnya, kembali ke arah depan. Ada sebuah kamar lagi di sana. Usman tersenyum liar. Ia menuju ke kamar itu, lalu membukanya pelan. Tidak terkunci rupanya. Dan karena sempoyongan, maka Usman jatuh tersungkur. Dengan susah payah dia bangun, tapi keningnya benjol terantuk sudut ranjang yang agak runcing.
Usman mengelusnya, dan terengah, kemudian duduk di tepi ranjang. Matanya sedikit berkunang-kunang.
Tiba-tiba seseorang masuk. Mata Usman berbinar, mengira Anjani menyusulnya. Tanpa mengatakan sesuatu, dia segera memeluknya.
Terdengar suara memekik.
“Eh, nak Usman? Ada apa?”
Usman tak peduli, ia lupa segala-galanya oleh hasrat yang tidak dimengertinya. Wanita itu adalah Estiana. Sentuhan Usman membuatnya heran, tapi entah mengapa dia menyukainya. Estianapun seperti orang kesetanan. Pikiran warasnya hilang entah kemana. Dia melupakan Anjani dan semuanya. Suara pintu tertutup segera terdengar, agak keras, tapi rupanya tak seorangpun mendengarnya.
***
Anjani masuk ke halaman, berjalan pelan dengan harapan Usman yang dikiranya masih duduk di teras tak mendengar kedatangannya. Seperti ketika dia keluar tadi, ia melewati samping rumah dan berjalan pelan tanpa menimbulkan suara. Itu sebabnya Usman tak melihatnya.
Anjani kembali melewati samping rumah, sambil menjinjing obat pencuci lantai yang dibelinya. Ia agak kesal pada Usman. Mobilnya masih ada di halaman, tapi orangnya tak kelihatan duduk di teras. Gelas yang tadi dihidangkan tampak sudah kosong. Jangan-jangan Usman masuk ke dalam, dan punya maksud untuk melakukan hal yang tidak pantas pada dirinya.
Anjani mengambil obat pencuci lantai itu dan membuka tutupnya. Ia masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang. Ia bersiap menjaga diri kalau-kalau Usman berbuat nekad. Obat pencuci lantai itu siap dipegangnya. Kalau Usman bertindak macam-macam, dia akan menyiramkan obat itu ke arahnya.
Tapi sampai dia masuk ke rumah, tak ditemuinya Usman. Ia bahkan mendengar dering ponselnya dari dalam kamar yang tadi ditinggalkannya.
Anjani bergegas masuk, telpon dari ayahnya? Anjani segera membukanya.
“Bapak? Sudah selesai?”
“Anjani, apa ibumu pulang?”
“Ibu? Anjani tidak melihatnya.”
“Tadi ibumu pamit pulang untuk mengambil dompet. Kok lama sekali. Sebentar lagi giliran bapak masuk ke ruang periksa.”
“Oh, jadi Bapak sendirian? Baiklah, Anjani akan menyusul segera.”
“Cepat sedikit ya Nak.”
“Iya, tentu.”
Anjani meletakkan cairan pembersih lantai itu sembarangan, kemudian masuk ke dalam kamarnya dan mengambil kunci motor.
Ia tak usah mengganti baju karena saat keluar tadi dia sudah mengenakan pakaian yang pantas.
Ia mengendarai motornya dengan cepat, menuju rumah sakit. Ia tidak mengunci rumahnya karena merasa bahwa di rumah tadi masih ada tamu menunggu, yang sebenarnya membuatnya heran karena saat masuk dia tak melihat ‘sang tamu’ tersebut.
“Mungkin sedang ke kamar mandi di belakang,” pikir Anjani yang terus ngebut menuju rumah sakit.
***
Sesampainya di sana, kebetulan sang ayah sedang berdiri untuk menuju ke ruang periksa, karena petugas sudah memanggil namanya.
Terengah Anjani mengejarnya, lalu ikut masuk ke dalamnya.
“Ibumu ke mana?” tanya Marjono pelan.
Anjani hanya mengangkat bahu, tanda tak mengerti, karena dia memang tidak tahu.
Perawat kemudian memintanya untuk berbaring di bangku pemeriksaan.
Anjani agak lega, mendengar dokter yang memeriksa mengatakan bahwa kondisi ayahnya baik-baik saja. Perawat membawa alat untuk memeriksa jantungnya, sedangkan Anjani duduk menunggu.
“Apakah ada keluhan dari pak Marjono?” tanya dokter yang segera dijawab oleh Anjani bahwa semalam ayahnya hanya mengeluh badannya agak kurang enak.
“Hanya kecapekan, atau banyak pikiran. Bukankah seharusnya pak Marjono tidak boleh berfikir dan kelelahan?”
“Ya dokter, akhir-akhir ini memang banyak yang dipikirkan bapak. Tapi tidak terlalu berat.”
Dokter mengangguk-angguk. Pemeriksaan EKG berjalan lancar, dokter mengatakan tak ada yang menghawatirkan menjelang operasi pada beberapa hari mendatang.
Anjani tersenyum lega. Barangkali masalah rumah itu membuat ayahnya terlalu memikirkannya, padahal semuanya berjalan lancar. Walau begitu memang ada sedikit pemikiran mengenai tempat tinggal yang akan dipilihnya nanti.
“Siap operasi seminggu lagi, Pak?” tanya dokter ketika Marjono sudah kembali duduk di depannya.
“Siap, dokter,” kata Marjono mantap.
“Bagus, tiga hari lagi kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaan lengkap, untuk melihat kesiapan tubuh menjelang operasi nanti.”
“Baik, dokter.”
“Usahakan jangan terlampau lelah, jangan banyak berpikir, apalagi sampai tertekan.”
“Baik.”
“Obatnya masih ada?”
“Masih untuk tiga hari mendatang.”
“Baiklah, dilanjutkan saja. Tiga hari lagi kembali, mungkin harus menginap sebelum operasi dilaksanakan.”
***
Ketika pulang, Marjono mengajak Anjani untuk melihat rumah yang ditawarkan temannya. Dalam perjalanan itu, Marjono bertanya-tanya tentang istrinya. Tapi Anjani memang tidak melihat ibunya pulang.
“Pergi ke mana dia? Katanya hanya untuk mengambil dompetnya yang ketinggalan. Sudah hampir dua jam belum juga kembali.”
“Apa Bapak tidak membawa uang?”
“Sudah bapak tawarkan, kalau perlu uang bapak membawa uang sedikit, tapi dia bersikeras untuk pulang, katanya ada hasil lab minggu lalu yang ada di dalam dompetnya, yang dikhawatirkan akan ditanyakan oleh dokternya ketika pemeriksaan. Jadi bapak membiarkannya dia pulang. Nyatanya dokter tidak bertanya apapun tentang hasil lab itu. Bukankah setelah pemeriksaan lab itu dokter sudah melihat hasilnya?”
“Benar, tadi dokter tidak menanyakannya. Tapi dompet ibu memang terletak di atas meja tadi. Anjani hanya melihatnya di dalam kamar, saat bersih-bersih. Tapi tidak membukanya dan tidak mengira kalau itu barang yang tertinggal. Anjani mengira, dompet itu memang tidak dibawa.”
“Apa dompet itu berisi hasil lab juga?”
“Anjani sama sekali tidak membukanya, jadi tidak tahu apa isinya.”
“Ya sudah, biarkan saja. Paling-paling kalau dia kembali ke rumah sakit dan bapak tidak ada, dia juga akan pulang dengan sendirinya.
“Tadi ada pak Usman menunggu Bapak, katanya akan bicara penting.”
“Bapak sudah berpesan pada ibumu kalau uangnya akan bapak kembalikan, dan dia tidak lagi boleh berharap atas dirimu.”
“Mungkin kurang jelas, lalu ingin bicara dengan Bapak. Entah sekarang masih di sana atau tidak. Ketika Anjani berangkat ke rumah sakit, mobilnya masih ada di halaman, tapi Anjani tidak bertemu dia dan pamit bahwa mau ke rumah sakit. Kecuali segan bicara sama dia, Anjani juga tergesa-gesa karena Bapak bilang kalau sendirian.”
“Ya sudah, jangan dipikirkan.”
Taksi yang ditumpangi oleh mereka sudah berhenti di depan sebuah rumah kecil, sederhana. Marjono dan Anjani dipersilakan melihat-lihat oleh penjaga rumah itu, karena Marjono sudah berpesan akan melihat-lihat hari ini.
Rumah itu bukan rumah baru, catnya sudah mengelupas, dan tampak suram. Tapi ada tiga kamar di rumah itu, ada dapur dan kamar mandi, yang salah satunya adalah kamar mandi dalam. Ada sisa halaman yang tak begitu luas, untuk menjemur pakaian dan membuat taman kecil.
“Secara umum bapak suka. Tapi harus dicat lagi supaya kelihatan terang. Banyak pohon-pohon di sekitar rumah, membuat sejuk suasana. Apa kamu suka?”
“Kalau Bapak suka, Anjani juga suka. Kalau sudah di cat ulang, dibersihkan, tampaknya rumah ini akan nyaman untuk tempat tinggal.”
Keduanya merasa senang, dan akan segera menindak lanjuti pembelian rumah itu. Ketika mereka sampai di rumah, mobil Usman masih ada di halaman. Anjani heran, karena tak melihat Usman di teras, bahkan ketika masuk ke dalam rumah.
Marjono terkejut, ketika melihat Estiana keluar dari kamar tamu dengan rambut awut-awutan, dan pakaian yang kedodoran. Lebih terkejut lagi ketika mendengar suara laki-laki terbatuk dari dalam kamar itu.
Estiana pucat pasi melihat suaminya sudah pulang. Mulut Anjani ternganga melihat penampilan sang ibu tiri. Apa yang terjadi?
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah ACeDeR 20 tayang
ReplyDeleteMksh bunda Tien moga sehat selalu doaku
Salam sayang dari Jogja
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun jeng In
🥰❤️😘🌹👩❤️👨🌹😘❤️🥰
ReplyDelete🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋
*ALHAMDULILLAH ADA CINTA DIBALIK RASA*
#Episode_20 Sudah TAYANG.
Matur nuwun bu Tien.......
Senjata makan tuan... Maunya menjebak Anjani.....
Eeeee malah Estiana yang 'yang dikeloni' calon mantu........
SALAM ADUHAI, DHE.......🥰🥰
🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋
🥰❤️😘🌹👩❤️👨🌹😘❤️🥰
ADUHAI juga mas Kakek
Delete🌸☘️🌸☘️🌸☘️🌸☘️
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏🌼🦋
ACeDeeR_20 sdh tayang.
Suwun nggih Bu Tien
yang baik hati.
Sehat2 & tetap smangaats
terus yaa .
Salam aduhai dr Jatibening
🌸☘️🌸☘️🌸☘️🌸☘️
Waduuuuh makin seru niih...Calon menantu koq nggarap calon mertua...senjata makan tuan...Gusti Allah mboten sare, rencana jahat berbalik kena ke pemiliknya...Selamat tinggal Estiana...Nikahlah dgn pak Usman, Pak Marjono tdk sudi lg punya istri yg selingkuh...Kita tunggu kelanjutannya hari Senin, lamanya nunggu 2 hari lagi...🤔🤦
DeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sari
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien 🙏
Sami2 ibu Indrastuti
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku acdr tayang
ReplyDeleteMatur nuwun
ReplyDeleteMbak Yaniiiikk
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur sembah nuwun mbak Tien
Sehat selalu
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Nuning
Alhamdulillaah
ReplyDeleteMatur nuwun bunda
Sehat selslu untuk bunda & keluarga
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Wiwik
Alhamdulillah ADA CINTA DIBALIK RASA~20 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin yra..🤲
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Alhamdulilah, matur nuwun mbakyu Tienkumalasari sayang sudah tayang episode ke 20, salam sehat dan tetep semangat inggih, wassalam dari Cibubur, JakTim
ReplyDeleteSami2 ibu Sis
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang....
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien....
Semoga Sehat selalu nggih....
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Apip
Alhamdulillah sampun tayang mugi bunda Tien tansah pinaringan kasarasan.
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Isti
Alhamdulillah hadiah akhir pekan dari bu Tien...
ReplyDeleteMatur nwn bu Tien semoga selalu sehat wal affiat🤲
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Bam's
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda Tien selalu sehat
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
ReplyDeleteAlhamdullilah
Ada Cinta Dibalik Rasa 20 telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga sehat bahagia bersama keluarga
Aamiin...
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Alhamdulillah.... maturnuwun Bunda, semoga sehat selalu
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Tutus
Hoooreeee..... bwt malam.mingguan
ReplyDeleteHoreeee
DeleteSugeng ndalu Bunda Tien.
ReplyDeleteHamdallah cerbung Ada Cinta di Balik Rasa..20 telah tayang. Matur nuwun
Waduh zerangan fajar nya berbalik arah, mirip senjata makan tuan..😁😁
Apa yang mereka lakukan, bikin pak Marjono dan Anjani tdk bisa mentolerir perbuatan maksiat tsb.
Siap2 pak Marjono menceraikan ibu nya Anjani.
Alhamdullilah
Semoga ALLAH memberikan..kesehatan yang sempurna kagem Bunda Tien....tercinta..Salam sehat selalu dan selamat berakhir pekan Bunda 🤲❤
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Ealah... Usman - Estiana, akhirnya.,. Memang lebih baik begitu dari pada kena orang lain.
ReplyDeleteCelakanya kalau justru pak Marjono yang jatuh.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Latief
Alhamdulillah.semoga Bunda selalu sehat wal afiat . Senjata makan tuan hehehebattt. Maturnuwun 🌹🌹🌹🙏
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Kapokmu kapan Estiana ! Senjata makan tuan...hehehe.
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien. Kebusukan akan menghancurkan mereka sendiri..
Sami2 jeng Iyeng
DeleteHeheee
Suwun bu Tien...salam Aduhai
ReplyDeleteSami2 ibu Atiek aduhai deh
DeleteAlhamdulillah tayang
ReplyDeleteMakasih bunda
Ketahuan perselingkuhan ibu tirinya dan Usman hahaha makin seru aja
Sami2 ibu Engkas
DeleteTerima kasih Bunda Tien Kumalasari, waduh ini koq ada pagar makan tanaman ya ? He he.he
ReplyDeleteSami2 ibu Mundjiati
ReplyDeleteHore hore Usman main kuda kuda an sama Estiana
ReplyDeleteMakanya jadi orang jangan serakah, akhirnya calon mantu juga diemban... semoga Marjono baik2 saja melihat istrinya selingkuh dengan calon menantu.. terimakasih bunda Tien, salam sehat selalu dan selalu aduhai...
ReplyDeleteSami2 ibu Komariah
DeleteMakin serru... kejahatan demi kejahatan akan segera trbongkar, terima kasih Mbu Tien... sehat sllu bersama keluarga trcnta...
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Zimi
Walaahh..kapokmu kapan ta wis, Usman,..
ReplyDeleteWong kq njelehi...😅😅
Matur nuwun bunda Tìen,..🙏🙏
Sami2 ibu Padmasari
ReplyDeleteHoreee....ibu tiri dompetnya udah di serahkan nak Usman
ReplyDeleteRambut wut-awutan bajunya kedodoran kancing lupa di kancingin
Moga pak Marjono makin sehat
Krn lihat Anjani udah selamat dari cengkeraman ibu tirinya
Trnyt senjata makan tuan
Penisirin bingitz deh bgmn kelanjutannya
Yuuuk kita tunggu besok lagi ya
Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
Ttp semangat dan
ADUHAI ADUHAI ADUHAI
Ternyata mabok sendiri, nah lho konangan.
ReplyDeleteDah kebetulan jadi nggak repot repot kejasa pelelangan, sudah ada yang mborong. Sok lah.
Angkat baé sekalian los.
Oh ternyata dompet ketinggalan buat alasan, Usman mau buru buru pergi, Estiana ini dibawa sekalian jangan ketinggalan.
Alasan ketinggalan dompetnya, ternyata malah suwengé ting gêrèntèl, mambu ketundhung gudèl.
Ini bisa terjadi penganiayaan Usman nggak terima,
; mengira dijebak Estiana.
Waduh Usman maèn kasar, Anjani nelpon memanggil teman teman. Dari semut sampai gajah, dikerahkan.n
Jadi heboh, wah tensinya pak Maryono naik nich..
ditunda lagi operasinya
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Ada cinta dibalik rasa yang ke dua puluh sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien ... 🌹🌹🌹🌹🌹
Matur nuwun Bu Tien. Hehe senjata makan tuan. Ceritanya Bu Tien memang susah ditebak. Salam sehat dan bahagia Bu dari Yk...
ReplyDeleteAlhamdulillah ACeDeeR 20 sdh tayang, mwtursuwun Bu Tien sayang. Salam sayang semoga sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah... Sehat selalu mbakyu🥰
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Kun Yulia
Alhamdulilah ACDR sdh tayang maturnuwun bu Tien... srmoga bu Tien sll sehat dan bahagia salam hangat dan aduhai bun
ReplyDeleteOalaaaaah estiana habislah hidupmu .. gara gara jadi kebo... tinggal tunggu hancurnya..
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Matur nuwun, bu Tien. Sehat selalu
ReplyDeleteTyt Estiana mengulang kisah spt bu Rusmi dan Baskoro... Skrg senjata makan tuan Estiana & Usman ...Tiada maaf dr pak Murjono utk bu Esti....
ReplyDeleteTerima kasih ibu Sapti
DeleteTerimakasih Mbak Tien...
ReplyDeleteSami2 KP Lover
DeleteAkhirnyaa...yg jadi ny.Usman si Estiana. Seneng dong dapat orkay.😁
ReplyDeleteBtw, motor Anjani ketinggalan di parkiran RS ya...minta tolong siapa untuk bawakan ke rumah? Ditunggu selanjutnya...salam sehat & terima kasih, bu Tien.🙏
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Nana
Terima kasih bu Tien ... ACDR ke 20 sdh hadir ... tadi ada acara jadi telat bacanya ... Smg bu Tien & kelrg sehat n bahagia sll ... Salam Aduhai
ReplyDeleteAduhai deh
DeleteMarjono menceraikan Estiana, apakah Usman akan menikahinya? Kita lihat lanjutannya
ReplyDeleteTerimakasih... Bu Tien moga sehat jasmani rohani ekonomi dlm lindungan Allah SWT
Aamiin Ya Robbal Alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Nanik
Aamiin Ya Robbal Alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Enny
Aamiin Ya Robbal Alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Anik
Aamiin Ya Robbal Alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Ting
Aamiin Ya Robbal Alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun pak Arif
Alhamdulillah,matur nuwun Bu Tien 🤗🥰, salam sehat wal'afiat semua ya
ReplyDeleteTerlambat baca g pp yg penting bisa menghibur di hari Ahad ,, dg kejutan Esteh keluar dr kamar dg awut2an tambah seru episode berikutnya ya Bu Tien , mantab 👍 n aduhaiii 🤩
Alhamdulillah bisa komen. Anjani terselamatkan, malahan Estiana yang konangan selingkuh dengan Usman. Pastinya sama pak Marjono disuruh keluar rumah dan diceraikan. Semoga penderitaan Anjani berlalu menjadi kebahagiaan. AMIIN. Salam sehat selalu katur bu Tien. Ditunggu nggih perangnya antara Estiana dan pak Marjono
ReplyDeleteKetangkap basah nih Estiana, Anjani terselamatkan.
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam hangat selalu aduhai
Mbak Tien, teman2 dan saya rame nebak2 terusnya....hahaha
ReplyDeleteMatur nuwun cerita2 nya, teman2 nitip salam penuh Terima kasih
Oh yaaa motor Anjani ditinggalkan Di RS?
Koq naik taksi pulangnya?
Hehehe..saya nebak2 terus nya pasti ada cerita ttg motor Anjani