ADA CINTA DI BALIK RASA 19
(Tien Kumalasari)
Anjani keluar dari dalam rumah, dan melihat ibu tirinya sedang menutup ponselnya, tapi dia tidak tahu sang ibu bertelpon dengan siapa.
Estiana agak terkejut melihat Anjani, dan khawatir anak tirinya tersebut mendengarnya.
“Kamu nguping pembicaraanku dengan temanku?”
“Tidak Bu, saya baru mau keluar untuk membuang sampah ini.”
“Malam-malam membuang sampah? Apa kamu kurang pekerjaan?”
“Saya baru membersihkan kamar, ini kertas-kertas dan barang yang tidak berguna,” jawab Anjani jujur, karena dia juga tidak mendengar apa-apa. Ia membawa keresek berisi barang-barang tak berguna, langsung membuangnya ke keranjang sampah di dekat pintu pagar. Estiana membiarkannya. Tampaknya Anjani memang tak mendengar apa-apa.
Estiana masuk ke dalam. Ketika ia memasuki kamar, dilihatnya Marjono seperti sudah terlelap. Tapi tak lama kemudian ia membuka matanya.
“Ternyata tidak tidur,” sapa Estiana.
“Badanku rasanya sangat tidak enak. Besok aku mau kontrol. Mana Anjani?"
“Anjani sedang bersih-bersih kamarnya. Bapak tidak usah khawatir, besok aku saja yang mengantarkan Bapak ke rumah sakit.”
“Biasanya kamu tidak mau.”
“Mengapa Bapak mengatakan hal itu? Kalau aku tidak bisa mengantarkan, itu karena ada Anjani, sedangkan aku sedang ada keperluan. Bermasyarakat itu juga perlu kan?”
“Ya sudah, gampang. Aku dengan Anjani saja tidak apa-apa kok.”
“Anjani sedang rajin bersih-bersih, besok pasti dia masih sibuk. Aku akan menyuruhnya membersihkan kamar Bapak sekalian, sementara Bapak ke rumah sakit bersama aku.”
“Terserah kamu saja,” kata Marjono sambil menutup matanya.
“Obatnya sudah diminum? Sebentar lagi Bapak dioperasi, pasti besok akan diperiksa secara menyeluruh, apa Bapak sudah siap atau belum untuk operasi.”
“Besok aku juga akan melihat-lihat rumah yang akan aku beli. Rumah ini sudah bukan milik kita lagi, aku harus siap untuk pergi, dan menyediakan rumah baru untuk keluargaku. Kalau kamu mau, ikutlah bersama kami, hidup sederhana dan seadanya. Kalau tidak mau, terserah saja apa maumu.”
Estiana tersenyum getir. Sungguh banyak hal yang harus dilakukannya untuk tidak hidup seadanya. Dia sudah terbiasa membawa banyak uang dan tidak pernah kesulitan ketika memerlukan apapun yang diinginkannya. Biarlah berpindah rumah sederhana, asalkan kehidupannya tidak sederhana. Dan itu bisa terjadi kalau Usman jadi memperistri Anjani.
Estiana menatap suaminya sekali lagi, lalu beranjak keluar dari dalam kamar. Ia duduk di ruang tengah, menyalakan televisi, tapi tangannya sibuk mengutak-atik ponsel, entah apa yang sedang dicarinya, atau sedang berkirim pesan dengan siapa.
Anjani yang melihatnya, tak sedikitpun memperhatikannya. Ia masuk ke kamar ayahnya, untuk memastikan ayahnya sudah tidur atau belum.
Ketika ia hendak keluar, Marjono mengatakan keinginannya untuk kontrol, karena badannya terasa tidak enak.
“Bapak merasa sakit?”
“Bukan sakit, hanya merasa kurang nyaman saja. Besok aku mau kontrol, katanya Estiana akan mengantarkan aku ke rumah sakit.”
“Memang besok waktunya Bapak akan kontrol kan? Tidak apa-apa kalau ibu mau mengantarkan, nanti saya akan menyusul setelah membereskan rumah.”
“Begitu lebih baik, aku merasa lebih nyaman kalau ada kamu di dekat aku.”
“Kalau begitu aku akan mengantarkan Bapak saja.”
“Ibumu sudah mengatakan ingin mengantar, biarkan saja, tidak enak menolaknya, nanti dia sakit hati.”
“Baiklah, kalau begitu. Sekarang Bapak tidur ya, ini sudah malam.”
"Besok setelah kontrol, bapak akan mengajak kamu melihat rumah kecil yang ditawarkan teman bapak."
“Kalau Bapak sedang tidak enak badan, bisa lain kali kan Pak?”
“Rumah ini sudah akan tidak menjadi milik kita. Besok pak Raharjo sudah akan melunasinya.”
“Apa pak Raharjo minta agar kita segera meninggalkan rumah ini?”
“Tidak sih, bapak sendiri yang merasa tidak enak.”
“Baiklah, tapi kalau Bapak sudah merasa enakan. Bapak harus sehat supaya bisa segera dioperasi, dan Bapak jadi lebih sehat.”
Marjono mengangguk. Anjani membetulkan letak selimut ayahnya, kemudian berlalu setelah sang ayah memejamkan mata.
Ketika ia keluar, dilihatnya sang ibu tiri masih mengutak atik ponsel. Tapi mendengar Anjani menutupkan pintu, Estiana menoleh ke arahnya.
“Anjani, besok ayahmu mau kontrol ke rumah sakit.”
“Iya. Bapak sudah mengatakannya.”
“Biarlah ibu yang mengantarkan ayahmu. Kamu di rumah saja, membersihkan rumah, terutama kamar ayahmu. Sepertinya sudah beberapa hari kelihatan agak berantakan.”
“Iya, besok akan Anjani rapikan.”
“Istirahatlah,” katanya sambil tersenyum manis. Anjani agak heran, ibunya tidak pernah mengulaskan senyum semanis itu. Tapi Anjani tidak memikirkannya. Ia segera masuk ke kamar dan berusaha tidur.
***
Pagi hari itu Usman sedang menelpon seseorang, tampaknya sangat gusar. Ada panggilan masuk dari ponselnya, tapi tidak digubrisnya.
“Bodoh. Kamu benar-benar tidak bisa bekerja. Gunakan uang untuk membujuknya agar masalah bisa menjadi lebih mudah. Kamu kan tahu, yang bisa menyelesaikan masalah itu uang. Uang … dan uang. Kalau iming- iming uang itu sudah kamu tunjukkan, mustahil dia tidak mau membantu. Tidak usah, kamu saja menyelesaikannya. Tentu saja, ambil di keuangan, katakan pada dia, berapa kita harus membayarnya. Yaa, bilang itu atas perintah aku. Ya, tulis nominalnya, aku akan tanda tangan. Bagian keuangan akan menyelesaikannya. Nanti siang? Terserah kamu saja. Aku menunggu kabar baik dari kamu. Bekerja yang bagus, mengerti? Jangan membuat aku marah lagi.”
Usman meletakkan gagang telpon di depan meja kerjanya dengan keras.
Erma yang baru masuk ke ruangan ayahnya, terkejut melihat ayahnya marah-marah, entah pada siapa. Ia mendekat, tanpa berani menanyakannya.
“Dasar bodoh. Menyesal aku menyerahkannya sama dia. Kalau memang tidak bisa menyelesaikan, aku kan bisa menyuruh orang lain?” omelnya tanpa mempedulikan putrinya yang duduk sambil menatapnya heran.
“Ada apa?” tanya Usman dingin.
“Papa sedang marah sama siapa?”
“Sama orang yang papa suruh menyelesaikan masalah. Dasar orang nggak becus.”
“Memangnya masalah apa?”
“Kamu nggak perlu tahu, sudah … jalan-jalan sana saja.”
“Bolehkan, Erma ikut Jatmiko keluar kota?”
“Apa? Mendengar namanya, aku baru ingat kalau Jatmiko bermasalah denganku. Hanya saja aku masih banyak urusan lain sehingga belum sempat bicara dengannya.”
“Masalah apa?”
“Bukankah katamu dia berduaan sama Anjani dan kelihatan sangat dekat?”
“Tapi katanya, Anjani itu bukan pacarnya kok. Mungkin mereka hanya berteman. Lagi pula gadis itu galak. Erma tidak suka.”
“Apa? Dia itu lemah lembut seperti Dewi dari Kahyangan. Bagaimana kamu bisa mengatakan bahwa dia galak?”
“Semalam itu dia bicara sama Erma dengan kasar.”
“Apa?”
“Dia bilang tak sudi harta Papa, dia juga tak sudi sama Papa, bukankah itu sangat kasar?”
“Pasti kamu mengatakan hal yang membuatnya mengatakan itu. Kamu mengatakan kalau Anjani menyukai harta papa bukan?”
“Dia itu sangat cantik. Lebih cantik dari foto yang papa perlihatkan dari ponsel Papa. Rasanya aneh saja kalau dia suka dan cinta murni sama Papa.”
“Kamu jangan bicara sembarangan tentang dia. Apapun yang terjadi, dia akan menjadi ibu tiri kamu, dan kamu harus menghormatinya. Mengerti?”
Ponsel Usman kembali berdering. Usman melihat sudah enam kali nomor itu menghubunginya. Estiana.
“Ya, bagaimana? Oh, begitu? Baiklah, meskipun saya sedang banyak urusan, tapi masalah ini harus saya selesaikan juga. Betul, baiklah, Oh begitu? Ya, saya mengerti, calon ibu mertua,” kata Usman dengan senyum mengembang.
“Dari siapa? Perempuan yang menemui Papa itu? Calon ibu mertua? Hm, tampaknya dia sendiri yang suka sama Papa,” kata Erma enteng.
“Sudah, jangan lagi mengganggu papa,” katanya sambil berdiri.
“Tapi aku kesepian Pa, boleh ya aku ikut Jatmiko?”
Usman tak menjawab, ia sudah sampai di pintu. Sebelum menutupnya, ia menoleh ke arah Erma.
“Bersabarlah, beberapa saat lagi kamu akan punya teman. Ibu tiri kamu akan membuat suasana menyenangkan untuk kamu.”
“Papa mau ke mana?”
“Bukan urusan anak kecil,” katanya sambil menjauh.
“Pa, Erma mau ikut Jatmiko keluar kota ya,” teriaknya karena sang ayah semakin menjauh. Tapi Usman tak menjawab. Ia langsung meminta petugas agar menyiapkan mobilnya di depan lobi.
Erma mengikuti keluar, lalu menuju ke ruang Jatmiko. Ia merasa kesepian karena tidak punya teman untuk berbincang. Nanti kalau ia sudah memiliki ibu tiri? Gadis cantik itu? Masa iya.
Sekarang ia sudah sampai di depan ruang kerja Jatmiko. Menurutnya, Jatmiko amat menarik. Kalau dia bukan pacar Anjani, apa salahnya dirinya mendekat dan merayunya?
Erma membuka pintu ruangan Jatmiko tanpa mengetuknya, membuat Jatmiko menatapnya tak senang.
“Mengapa membuka pintu tanpa mengetuk lebih dulu? Nggak sopan,” kesalnya.
Bukannya takut, Erma malah tersenyum sambil mendekatinya. Melihat setumpuk berkas dihadapan laki-laki tampan itu, Erma menggaruk-garuk kepalanya.
“Bukankah hari ini kamu mau keluar kota?”
“Siapa yang bilang?”
“Sekretaris kamu. Bolehkah aku ikut?”
“Memangnya aku sedang jalan-jalan?”
“Hanya menemani saja, aku kesepian di rumah sendirian.”
“Aku sedang bekerja.”
“Aku hanya duduk diam, tak akan mengganggu kamu. Pokoknya aku hanya ingin merasa tidak sendirian. Tadi aku ingin berbincang sama papa, tapi tampaknya papa sedang sangat sibuk. Entah apa saja yang diurusnya?”
“Kalau pak Usman tidak mengatakan apapun tentang urusannya, berarti kamu memang tidak boleh tahu dan aku juga tak ingin mengatakannya. Ini rahasia perusahaan.”
“Apa kamu lupa bahwa aku ini putrinya atasan kamu?”
“Urusan perusahaan tidak ada hubungannya dengan keluarga. Kalau ini adalah rahasia, putrinyapun tak boleh mengetahuinya,” kata Jatmiko sambil berdiri dengan membawa setumpuk berkas.
“Apa kamu pacaran sama calon istri papaku?” pekik Erma sambil mengikutinya keluar dari ruangan.
“Dia sahabat terbaikku.”
“Kenapa kamu tidak mau dekat sama aku? Biarkan aku ikut, aku hanya akan duduk diam, tidak akan mengganggumu.”
Jatmiko tak menjawab. Ia langsung menuju ruang parkir, dan dengan enteng Erma ikut masuk ke dalam mobillnya, melalui pintu samping kemudi.
***
Anjani sudah memanggil taksi untuk ayahnya yang akan pergi ke rumah sakit. Estiana membawa kan besar yang dikeluarkannya dari dalam kulkas. Ia menuangkan sebagian jus jeruk yang ada di dalam kan itu, ke dalam gelas yang sudah disiapkannya.
“Anjani, ibu membuat jus jeruk, dingin dan segar. Setelah bersih-bersih, kamu pasti haus, minumlah ini.”
“Iya Bu, terima kasih,” jawab Anjani.
“Kalau masih kurang, kamu boleh menuangnya lagi. Cobain deh, segar sekali rasanya, ibu sudah menghabiskan segelas, biarpun hari masih pagi."
“Iya, nanti pasti Anjani minum."
Ia mengantarkan sang ayah sampai masuk ke dalam taksi. Rasa haru menusuk hatinya, melihat tubuh sang ayah yang kurus, dan wajahnya yang pucat.
“Semoga segera sembuh ya Pak,” bisiknya lirih penuh rasa prihatin.
Ia masuk ke dalam rumah setelah taksi yang ditumpangi sang ayah dan sang ibu tiri sudah menghilang di balik pagar.
Anjani melirik ke arah gelas yang sudah berisi es jeruk, dan teko yang berisi setengah lagi jus jeruknya. Kelihatannya segar. Anjani ingin meraihnya, tapi diurungkannya karena masih terlalu dingin. Ia memilih pergi ke belakang dan menuang secangkir teh yang masih hangat karena berada di dalam termos.
Lalu Anjani mengambil sapu dan masuk ke kemar ayahnya. Ia menarik seprei di ranjang ayahnya, bermaksud menggantikannya dengan yang bersih. Setelah melepas semua sarung bantalnya, ia membawanya ke belakang untuk di cuci. Ia kembali ke kamar, merapikan letak barang-barang, lalu mengelap meja yang ternoda bekas minuman. Ia mengelapnya sampai bersih. Lalu ia menyapu ruangan itu dengan bersemangat. Nanti kalau ayahnya pulang, kamarnya harus sudah rapi. Keringat mengalir di tubuh Anjani. Ia mengelapnya dengan tissue dan wajahnya tampak kemerahan.
Ia akan mengambil alat mengepel ke arah belakang, ketika mendengar suara orang mengetuk pintu di arah depan.
Anjani bergegas ke depan, dan melihat Usman berdiri di depan pintu.
Wajah Anjani langsung muram.
“Di rumah sedang tidak ada siapa-siapa.”
Usman menatap wajah Anjani yang berkeringat dan kemerahan, Pikirannya langsung terbang ke mana-mana. Tampaknya Estiana sudah mempersiapkan semuanya. Usman tersenyum. Senyum yang membuat Anjani merasa muak.
“Benarkah? Tapi aku ingin bicara sama pak Marjono, tentang sesuatu yang sangat penting.”
“Bapak sedang kontrol ke rumah sakit.”
“Kalau begitu aku akan menunggu,” katanya sambil langsung masuk ke dalam ruangan. Anjani mundur beberapa langkah.
“Sebaiknya Bapak menunggu diluar, karena saya sedang sendirian,” kata Anjani sambil mengelap keringatnya.
Usman mengangguk.
“Baiklah. Temani aku ya?”
“Tidak bisa, saya sedang bersih-bersih rumah, akan saya buatkan Bapak minum, dan tolong menunggu di luar.”
Usman mencoba bersabar.
Baiklah, saya akan menunggu di teras. Anjani masuk ke dalam, dan keluar lagi dengan membawa minuman yang tadi dituangkan Estiana kepadanya.
“Silakan diminum, saya selesaikan dulu pekerjaan saya,” kata Anjani sambil kembali masuk ke dalam kamar ayahnya, melanjutkan pekerjaan membersihkan kamarnya.
***
Besok lagi ya.
๐น๐ผ๐น๐ผ๐น๐ผ๐น๐ผ
ReplyDeleteAlhamdulillah ๐๐ธ๐ฆ
ACeDeeR_19 sdh hadir.
Matur nuwun Bu Tienkuuh
yang baik hati.
Sehat2 & tetap smangaats
terus yaa Bu.
Salam aduhai dr Jatibening
๐น๐ผ๐น๐ผ๐น๐ผ๐น๐ผ
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 ibu Sari
Salam aduhai deh
Alhamdulillah ACeDeR 19 tayang
ReplyDeleteMksh bunda Tien moga sehat selalu doaku
Salam sayang dari Jogja
Sami2 jeng In
DeleteSalam sayang dari Solo
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien๐น๐น๐น๐น๐น
Sami2 ibu Susi
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien ๐
Sami2 ibu Indrastutib
DeleteAlhamdulillah ..terimakasih Bunda
ReplyDeleteSami2 ibu Tutus
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku acdr tayang
ReplyDeleteAh maaf acdr episode 19...
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu
Semoga sehat selalu
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 pak Wedeye
alhamdulillah
ReplyDeletesemoga bunda selalu sehat
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 ibu Nanik
Alhamdulillah terima kasih bu Tien, salam sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Ika
DeleteAlhamdulillah ADA CINTA DIBALIK RASA~19 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin yra..๐คฒ
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 pak Djodhi
Maturnuwun ... bu Tien .... Salam sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibi Endang
DeleteSalam sehat juga
Alhamdulillah.semoga Bunda selalu sehat wal afiat .Apakah Anjani akan selamat dari Iblis betina Estiana.Maturnuwun ๐น๐น๐น๐
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 pak Herry
Sugeng ndalu Bunda Tien.
ReplyDeleteHamdallah cerbung Ada Cinta di Balik Rasa..19 telah tayang. Matur nuwun
Anjani hati hati ya, ibu tiri mu mau melancarkan serangan fajar thd mu. Kamu di jebak di suruh bersih2 rumah sendirian.
Sementara ibu tiri mu berpura pura menemani ayah mu di rumah sakit
Nnt akan ada tamu tdk di undang yng akan berniat jahat thd mu. Hati hati ya..he..he..
Alhamdullilah
Semoga ALLAH memberi kesembuhan ..kesehatan yang sempurna kagem Bunda Tien....tercinta..Salam sehat selalu. ๐คฒ❤
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 pak Munthoni
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda Tien selalu sehat
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 bu Salamah
Terima kasih Mbu Tien... semoga minuman itu minuman yg sdh dikasih obat tidur, shg usman pulas tidur sampe sore....
ReplyDeleteSehat sllu Mbu Tien bersama keluarga trcnta
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 pak Zimi
Alhamdulillah , Terima kasih bunda Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Endah
DeleteMakasih bunda tayangannya.
ReplyDeleteJangan"minuman udah d masukan obat...
Sami2 ibu Engkas
DeleteSelamat sore semuanya.
ReplyDeleteNggak tahu ada apanya di es jeruk itu? Pasti episode yang akan datang lebih seru.
Salam sejahtera untuk ibu Tien.
Salam aduhai deh, ibu Rosie
DeleteAhaaaahaaaa... dan Usmannya teler ya ... bisa aja mbak Tien ini bikin ngakak...
ReplyDeleteMatur Nuwun Mbaaak... benar2 menghibur๐๐❤️
Salam Aduhai dr Surabaya ๐๐❤️
Sami2 jeng Dewi,
DeleteSalam aduhai deh
He he he... Senjata Makan Usman. Terus Usman tidur sampai sore...
ReplyDeleteTentu Anjani bingung, mengapa tamu ayahnya tidur lama sekali. Terus minta bantuan, kepada siapa ya..
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 pak Latief
Alhamdulillah.. Smg ibu Tien sll diberikan kesehatan. Aamiin ya Rabb
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 ibu Handayaningsih
Alhamdulillaah. Trmksh ACDR 19 sdh tayang mb Tien... Slm seroja dan salam aduhai selalu utk penyemangat mb Tien menulis cerbung utk menghibur kami para pctk. Aamiin YRA..
ReplyDeleteSami2 ibu Sapti
DeleteSalam semangat dari Solo
Matur nuwun Mbak Tien sayang. Salam sehat selalu ya.
ReplyDeleteterima kasih Bu Tien, semoga Panjenengan sehat selalu.
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 ibu Subagyo
Alhamdulillah matur nuwun bunda Tien, smg sehat2 selalu
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 ibu Wiwik
Waduh, yg dibubuhkan dlm minuman itu apa ya? Obat tidur atau perangsang? Kalau diminum pak Usman reaksinya sangat berbeda....๐ฐ
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien...sudah berimajinasi yg membuat baper pbaca...๐
Habis ini si buaya langsung puleesss.. karna pengaruh obat tidur yg dicampur jus jeruk..
ReplyDelete#sok tau
Trima kasih bu tien.. sehat selalu๐ฅฐ
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 ibu Wening
Aamiin Ya Robbal Alamiin
ReplyDeleteSami2 ibu Ting
Wah jus dingin bikinan Estuana pasti ada obat tidur nya atau obat urus2 nih,senjata makan tuan ha ha ha,Salam seroja buat mbak Tien dari Neni Tegal.
ReplyDeleteHallooow ibu Neny, apa kabar?
DeleteMatur nuwun Bu Tien, semoga Anjani selamat dari rencana buruk Estiana. Semoga Ibu selalu sehat barakah, aamiin....
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 ibu Reni
Matur nuwun Bu Tien......
ReplyDeleteSemoga sehat Selalu.....
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 bapak Apip.
Sami2 ibu Nana
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien ... ACDR ke 19 sdh hadir ... sdh dibaca ... jadi deg degan bacanya ... Smg bu Tien & kelrg sll sehat dan bahagia ... Salam Aduhai .
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 ibu Enny
Semoga Anjani selamat dari jebakan ibu tirinya.
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Sehat selalu dan tetap semangat. Aduhai
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 ibu Sul
Sami2 ibu Sul
DeleteAduhai deh
Aamiin Ya Robbal Alamiin
ReplyDeleteSami2 pak Arif
Sami2 jeng Ira
ReplyDeleteSalam sehat juga
Aamiin Ya Robbal Alamiin
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
Wow
ReplyDeleteBos Usman malah klenger dirumah Anjani.
Tuh minum juice jeruk beracun, waduh bikin bingung Miko yang ditelpon Anjani, barusan sibos marah marah soal revisi data, juga buat nyuap biar segera selesai masalah ini.
Terpaksa Miko minta tolong Nilam mungkin Nilam tahu rumah Anjani.
Bisa bantu Anjani.
Senjata makan tuan, aturan juice itu biar Anjani fly, malah yang terkena Usman.
Disusulin ke Rumkit jadinya.
Nggak tahu apakan karena Nilam yang bersuara agak keras peristiwa klengerisasi dirumah Anjani.
Dengar ada namanya idaman hati disebut jadi ingin tahu tuh Wijan.
Lho pada mau kemana tuh, akhirnya si boos pada pergi ngikut nebeng bersama, kantor tutup tรฅ, malah pada ramรฉ ramรฉ ingin tahu ada kejadiannya apa
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Ada cinta dibalik rasa yang ke sembilan belas sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
๐
Aamiin Allahumma Aamiin
DeleteTerimakasih dan salam crigis pak Nanang
Matur nuwun
ReplyDeleteSalam sehat selalu
ReplyDeleteMbak Yaniiik
DeleteAlhamdulillah, Matur nuwun Bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat wal'afiat semua ya ๐ค๐ฅฐ
Kira-kira rencana apa yg akan dilakukan pak Usman kpd Anjani,, kok terlihat bodoh kl sdg bucin ya ,๐คฉ
Salah sasaran...
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...
Sami2 KP Lover
DeleteTerima kasih mbak Tien Salam sehat selalu.
ReplyDeleteKl jus yg disiapkan calon mertua mengandung psykotropika, yg membuat si boss terangsang, gimana yah.
Sami2 pak Andrew
DeleteSalam sehat selalu
Terimakasih Bu Tien.... Sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Nanik
ReplyDeleteAlhamdulillah, matursuwun Bu Tien, semoga terus sehat dan tetap semangat
ReplyDelete