Monday, June 20, 2022

KEMBANG CANTIKKU 01

 

KEMBANG CANTIKKU  01

(Tien Kumalasari)

 

Tukiyo, seorang pencari ikan, pagi itu merasa sial, karena berjam-jam kailnya sama sekali tidak disentuh oleh seekorpun buruannya. Hari sudah siang, dan dia sudah merasa gerah. Matahari yang mengintip di sela dedaunan, sedikit menyengat kulitnya yang kecoklatan.

Tukiyo mengusap keringatnya. Hidupnya bersama istrinya hanya pas-pasan. Sang istri menjual sayuran di pasar, dan Tukiyo setiap hari mencari ikan di sungai, yang hasilnya kecuali dijual juga untuk lauk makan bersama. Mereka dikaruniai seorang anak perempuan, yang sudah lebih dari dewasa, tapi belum juga memiliki suami.

Sunthi, nama gadis itu, hanya bertugas bersih-bersih rumah dan memasak. Orang tuanya hanya mampu menyekolahkannya sampai SMP, karena tidak adanya biaya.

Tukiyo duduk sambil terus memegangi kailnya. Lalu tiba-tiba kantuk menyerangnya. Beberapa saat ia menyandarkan tubuhnya pada batu sambil terkantuk-kantuk, tanpa sadar kailnya terlepas dan hanyut.

Tukiyo baru sadar ketika kailnya sudah lenyap entah sampai di mana. Tukiyo menepuk jidatnya dengan kesal.

“Haduuh, aku kok bisa ngantuk sekali tadi, biasanya enggak lho. Kemana tadi kailku? Celaka kalau sampai hilang. Harus membuat lagi yang baru, dan bisa-bisa mboknya Sunthi marah-marah ini nanti, karena nggak dapat ikan,” gerutu Tukiyo sambil berdiri, lalu menyusuri aliran sungai, dengan harapan bisa menemukan kailnya yang semoga tersangkut sesuatu sehingga tidak hanyut terlalu jauh.

Tukiyo terus berjalan. Di kiri-kanan sungai itu adalah tebing-tebing yang lumayan tinggi, dan ditumbuhi oleh pohon-pohon besar, sehingga sengatan matahari di saat siang itu tidak begitu terasa menyengat.

Tukiyo terus mengamati aliran sungai. Kail itu dibuatnya dari kayu yang ringan, tapi kuat. Tukiyo membuatnya sendiri, bukan beli yang sudah jadi di toko-toko.

Tiba-tiba Tukiyo bersorak, melihat kailnya tersangkut sesuatu. Bergegas dia berjalan mendekati, dan betapa terkejutnya ketika melihat kail itu tersangkut di kaki seseorang.

“Haah? Apakah benar, itu orang?” seru Tukiyo sambil melangkah mendekat.

“Ya Tuhan, benar, itu orang. Pekiknya. Lalu semakin mendekati orang itu, dan memeganginya.

“Masih hidup,” desisnya perlahan.

Tukiyo menggoyang-goyangkan tubuh orang itu, tapi dia tak bergerak. Rupanya dia jatuh dari atas tebing, karena Tukiyo melihat ranting-ranting di sekitar tempat itu ada yang patah-patah, mungkin tertimpa tubuhnya.

“Mas … mas … bangun mas …”

Tukiyo melihat ke sekeliling, tak ada siapapun yang bisa menolongnya, karena memang Tukiyo tinggal di tempat yang terpencil, jauh dari tetangga.

Tukiyo melupakan kailnya, mencoba mengangkat tubuh laki-laki itu.

“Uh, agak berat, tapi aku harus membawanya pulang. Semoga dia tidak mati,” kata Tukiyo sambil mengangkatnya, lalu berjalan menyusuri sungai, ke arah yang berlawanan dari arah datangnya tadi.

Ia tak mungkin memanjat tebing tinggi itu, dan harus berjalan sampai menemukan tanah yang landai. Tukiyo berbadan tinggi besar dan kuat, sehingga dengan mudah dia menggendongnya, dengan menyampirkannya di pundaknya.

Agak jauh dia berjalan, sampai kemudian tiba di rumahnya, dan meletakkan tubuhnya di balai-balai.

“Sunthi !” teriaknya sambil terengah. Bagaimanapun berjalan sambil menggendong laki-laki itu juga menguras seluruh tenaganya.

“Sunthiiii!” teriaknya lebih keras.

Sunthi yang tergopoh mendekati sangat terkejut melihat seorang laki-laki terbaring di balai-balai.

“Ini siapa pak? Mati kah?” pekiknya.

“Hush. Dia masih hidup. Cepat ambilkan baju bapak yang bersih, bajunya harus digantikan, dia kedinginan. Aku akan mencari daun lamtoro untuk mengobati lukanya.

Sunthi mengambil baju ayahnya dan mendekat.

“Gantikan, Sunthi, aku harus mencari daun obat.”

Sunthi termangu. Masa dia harus menggantikan bajunya? Melihatnya telanjang dong. Wajah Sunthi memerah. Tak pernah dibayangkannya dia akan menelanjangi seorang laki-laki, muda dan tampan pula, lalu menggantikan bajunya. Sunthi mundur beberapa langkah.

“Ogah aku Pak, Bapak saja yang menggantikan bajunya, biar aku yang mencari daun lamtoro.

Tukiyo baru sadar, anaknya seorang gadis, dan korban yang tak sadar itu seorang laki-laki.

“Oh, iya … baiklah. Cari yang masih muda, juga daun sambiloto ya,” pesan Tukiyo.

Sunthi berlari keluar, melakukan pesan ayahnya.

Tukiyo segera membuka semua baju laki-laki itu, dan menggantikannya dengan bajunya sendiri yang sudah disiapkan oleh Sunthi.

Lalu Tukiyo mengambil air dari termos, ditaruhnya di mangkuk, dan mencari kain lap untuk membersihkan lukanya.
Tukiyo mencari-cari, dan menemukan sebuah minyak gosok milik istrinya. Istrinya memang selalu punya minyak gosok, karena seringkali merasa penat sepulang dari pasar.

Tukiyo membalurkan minyak itu ke seluruh tubuhnya.

“Jangan mati ya Nak, kamu harus hidup. Kenapa tadi sampai terjatuh dari tebing. Kasihan sekali nak,” gumam Tukiyo sambil terus menggosok dan memijit tubuh laki-laki itu.

Tukiyo juga membuatkan teh manis, yang kemudian di sendokkannya setetes demi setetes ke mulutnya.

Tiba-tiba laki-laki itu menggerakkan tangannya.

“Nah, bangunlah Nak, kamu kuat kan?”

Laki-laki itu berkulit bersih dan tampan. Tampaknya dia bukan orang desa seperti dirinya.

Ia membuka matanya.

“Di mana aku?”

“Nak, kamu di rumahku. Namaku Tukiyo.”

“Aduuh …” rintihnya sambil memegangi kepalanya.

“Tenang Nak, aku akan berusaha mengobati lukamu. Aku sudah membersihkannya. Tadi berdarah-darah. Mungkin terantuk batu. Dan untunglah banyak ranting-ranting yang menahan tubuh sampeyan, sehingga tidak terbentur terlalu keras.

“Aku … kenapa?”

“Ini, minumlah dulu, tapi jangan bangun. Aku akan membantunya dengan sendok,” kata Tukiyo sambil menyendokkan teh manis yang masih hangat ke mulut laki-laki itu.

“Namamu siapa Nak?”

“Aku? Aku siapa?” laki-laki itu bingung.

Tukiyo tertegun. Masa orang bisa lupa namanya?

“Aku … siapa ?” laki-laki itu merintih sambil memegangi kepalanya.

“Ya sudah, bersabar dulu ya Nak, nanti lama-lama juga sampeyan pasti bisa mengingat nama sampeyan. Tapi sampeyan apa juga lupa, bagaimana bisa jatuh dari tebing itu?”

Laki-laki itu menatap bingung.

“Jatuh dari tebing? Aku jatuh?”

“Ini pak, daunnya sudah,” tiba-tiba Sunthi muncul sambil membawa daun-daun itu.

“Tumbuk segenggam, dan bawa ke sini,” perintah Tukiyo kepada anaknya.

Sunthi melangkah kebelakang, menahan senyumnya melihat laki-laki itu sudah berpakaian  milik bapaknya. Agak berdebar sih, ketika menatap wajah laki-laki itu. Bersih dan tampan.

“Cepat, kok malah melihat kemari terus sih?” hardik Tukiyo ketika melihat Sunthi berhenti melangkah dan menatap laki-laki itu tak berkedip.

“Eh, iya … iya.”

“Cepat lakukan dan taruh di mangkuk.”

***

Mbok Tukiyo heran melihat ada laki-laki berbaring di balai-balai, dan suaminya sibuk menempelkan tumbukan daun-daun obat ke luka-luka di kepalanya.

“Siapa ini pak?”

“Belum tahu aku, dia belum bisa bicara.”

“Bapak ketemu di mana?”

“Di sungai. Nanti aku ceritakan, tolong Sunthi suruh membuatkan bubur dan beri sayur seadanya.”

“Dapat ikan berapa? Sudah dibawa ke pasar?” tanya bu Tukiyo sambil matanya mencari-cari, barangkali ada ikan yang sudah digoreng oleh anaknya.

“Tidak dapat ikan. Ooh, ya ampuun, aku malah lupa mengambil kailku.”

“Haaa? Tidak dapat ikan?”

“Mbokne, ini ada orang terluka, diurus dulu, nanti aku ambil kailnya. Tadi tidak dapat ikan, gara-gara aku harus membawa orang ini ke rumah.”

Mbok Tukiyo berhenti mengomel, lalu menatap laki-laki yang tergolek sambil memejamkan matanya.

“Ya ampuun, siapa dia, tampan sekali, orang darimana dia?” seru mbok Tukiyo.

“Aku sudah buat buburnya Pak, sama sayur bayam,” kata Sunthi sambil membawa piring berisi bubur.

“Anak pintar, ya sudah, suapkan dulu. Bapak mau mengambil kail yang tertinggal.

Sunthi mendekat. Terkagum-kagum melihat wajah tampan yang diam sambil memejamkan matanya.

“Masih pusing?” bisik Sunthi.

Laki-laki itu diam, tapi matanya tiba-tiba terbuka.

“Makan dulu ya Mas,” kata Sunthi sambil menyendokkan buburnya.

Laki-laki itu diam.

“Harus makan, supaya segera kembali sehat. Ini bubur gurih, pakai sayur bayam.”

Laki-laki itu menatap gadis di sampingnya. Seorang gadis yang tidak begitu cantik, tapi tidak jelek juga, dan sekarang sedang memaksanya makan. Ia masih merasa sangat pusing, dan perutnya sedikit mual.

“Barangkali perutnya masih mual nduk, coba gosok perutnya dengan minyak itu,” kata mbok Tukiyo sambil menunjuk ke arah meja, di mana tadi Tukiyo meletakkannya, setelah menggosok tubuhnya.

“Aku? Menggosok perutnya?” tanya Sunthi ragu-ragu. Ia merasa sungkan harus menyingkapkan baju laki-laki asing itu, bahkan kemudian menggosoknya dengan minyak?

Mbok Tukiyo mendekat, kemudian mengambil minyak gosok itu, menyingkapkan baju laki-laki itu dan menggosoknya di sekitar ulu hatinya. Sunthi menoleh ke samping, menghindari pemandangan yang membuatnya berdebar. Bapak dan mboknya sungguh keterlaluan. Tadi disuruh menggantikan seluruh bajunya, dan sekarang disuruh menggosok-gosok perutnya.

“Tidak apa-apa kita melakukannya nduk, ini kan demi menolong sesama. Nah, sudah, apa lebih mendingan Nak?” tanya mbok Tukiyo sambil menutupkan bajunya kembali.

Laki-laki itu mengerjapkan matanya, tanpa menggerakkan kepala untuk mengangguk atau apa. Karena masih merasa sangat pusing.

“Makan sedikit ya Nak? Perutnya masih mual? Sedikit saja, untuk kekuatan, supaya tidak lemas.”

Laki-laki itu mengerjapkan matanya kembali. Lalu simbok menyuruh Sunthi untuk mencoba menyuapinya lagi.

Laki-laki itu menurut, tapi hanya tiga sendok, kemudian dia mengatupkan kembali mulutnya.

“Ya sudah, jangan dipaksa Nduk, kamu ambil daun dadap di kebun, kemudian di rebus. Simbok mau menanak nasi, lalu mengambil tajinnya. Nanti diminumkan sedikit demi sedikit.

“Daun dadap ya Mbok?”

“Iya, itu bisa untuk meredakan panas dan pusing. Biar simbok cuci kendilnya dulu untuk merebus. Oh ya, sama ambilkan kunyit juga ya Nduk,” kata mbok Tukiyo sambil mengambil sehelai kain jarik yang kemudian di selimutkannya ke tubuh laki-laki asing itu.

Sunthi meletakkan piring bubur yang masih tersisa, kemudian bergegas ke kebun mencari daun dadap dan kunyit seperti diperintahkan simboknya.

Mereka orang dusun yang agak terpencil, tidak pernah menyentuh namanya obat. Ketika sakit, dipetiknya daun-daun di kebun sekitar, untuk mengobatinya.

Rumah mereka juga jauh dari rumah lainnya, terhalang oleh hamparan pepohonan dan sawah, entah milik siapa.

***

Sore hari itu Tukiyo baru pulang.  Tapi kali itu ia membawa tiga ekor ikan yang sempat di dapatnya. Mbok Tukiyo senang. Biarpun tidak bisa dibawa ke pasar, tapi sore itu ia bisa memasak ikan bakar yang bisa dipakai lauk untuk makan malam dan sarapan mereka besok pagi.

Badan laki-laki asing itu panas, ia menggigil. Tukiyo menambahkan selimut laki-laki itu dengan sehelai sarungnya.

Istrinya mengompres dahinya dengan telaten, setelah meminumkan rebusan daun dadap dicampur kunyit pada siang dan sore harinya. Ia juga meminumkan tajin yang telah di masaknya.

Menjelang tengah malam, panas badannya turun. Tukiyo merasa lega. Dia sudah menggantikan tumbukan daun-daun obat pada luka di kepalanya, dengan yang baru.

Setelah melihat keadaan laki-laki itu, mereka baru bisa tidur.

Tapi sebelum subuh mbok Tukiyo sudah bangun. Ia mengumpulkan sayuran yang ditanam di kebun, untuk dibawanya ke pasar.

Sunthi sudah memasak nasi, dan mengambil sedikit tajinnya untuk diminumkan pada laki-laki yang masih terbaring lemah dan memejamkan matanya.

Mereka sarapan dengan lauk ikan bakar yang dimasak simbok sore harinya.

“Sunthi, jangan lupa mencuci baju cah bagus itu ya,” pesan simboknya sebelum berangkat ke pasar. Sunthi tersenyum geli mendengar simboknya memanggil laki-laki itu 'cah bagus'.

“Iya Mbok, Sunthi sudah mengumpulkannya di ember dekat sumur.”

“Jangan lupa rebusan dadap dan kunyit diminumkan ya Nduk,” pesannya lagi.

Tukiyo belum berangkat ke sungai. Ia lebih dulu menggantikan obat di kepala ‘cah bagus’ yang sudah membuka matanya. Suhu badannya tidak sepanas semalam. Sunthi meminumkan rebusan obat seperti diperintahkan simboknya.

“Setidaknya badannya tidak sepanas kemarin. Mudah-mudahan hari ini tidak panas lagi. Nanti siang minumkan lagi obatnya ya Nduk,” Tukiyo juga berpesan sebelum berangkat ke sungai.

“Ya Pak.”

“Tawarkan makan, barangkali dia sudah mau makan. Tapi jangan boleh bangun dulu.”

Tukiyo sekali lagi mengajaknya bicara.

“Nak, siapa nama sampeyan?”

“Ssiapa saya?”

“Ya Tuhan, dia lupa semuanya,” keluh Tukiyo.

“Saya mau ke sungai, mencari ikan. Kalau sampeyan butuh apa-apa, minta sama Sunthi ya.”

“Saya mau … kencing …. “

Sunthi menutup mulutnya, lalu menatap ayahnya, berharap ayahnya tidak menyuruhnya mengantarkan ke kamar mandi.

“Baiklah, untung saya belum berangkat. Mari saya papah ke kamar mandi nak,” kata Tukiyo sambil membangunkan pelan, kemudian memapahnya ke kamar mandi.

Sementara itu, setelah ‘cah bagus’ itu kembali berbaring, dan ayahnya berangkat ke sungai, Sunthi segera ke sumur untuk mencuci.

“Bagaimana aku memanggilnya ya, masa sih, ‘cah bagus’ seperti simbok memanggilnya. Apa dicarikan nama yang bagus saja ya? Kalau orang kota itu kan namanya bagus-bagus, Bambang, atau Joko, atau .. apa ya …” gumam Sunthi sambil memasukkan baju-baju ‘cah bagus’ itu ke dalam ember berisi sabun.

Tiba-tiba Sunthi terbelalak, ketika mengangkat baju berwarna biru muda yang akan dicucinya. Ada sesuatu terjepit di sakunya, seperti sebuah kartu, dan tertulis sebuah nama, WAHYUDI.

***

Besok lagi ya.

 

53 comments:

  1. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU, edisi perdana sdh tayang.....
    Matur nuwun bunda.
    Sugeng dalu.
    Tetap sehat dan semangat.

    Salam ADUHAI saja....
    Gak pakai AH.......!!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah Kakek jaga gawang.....
      Selamat ya Kek juara 1 di tayang perdana

      Delete
    2. Yei... Udah tayang.. Matur nuwun Mbak Tien sayang

      Delete
  2. ☘️🌸🌿🌹🪴🍄🎋🍂🌴🍁
    . *KEMBANG CANTIKKU*
    ☘️🌸🌿🌹🪴🍄🎋🍂🌴🍁

    by: Tien Kumalasari

    Episode 01

    Sudah tayang.....


    Mtnuwun mbak Tien

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yeiii... Sudah tayang... Matur nuwun Mbak Tien sayang

      Delete
    2. Matur nuwun jeng Nani atas ucapan selamatnya......

      Delete
    3. Alhamdulillah cerbung baru sdh tayang...trimakasih bu Tien
      Salam sehat sll tuk bu Tien dan seluruh keluarga.

      Delete
    4. This comment has been removed by the author.

      Delete
    5. Mbkyu A'ini ....aq juga hadir lho... Rsu Sragen 🤗

      Matur nuwun bunda Tien Kumalasari ,ditunggu episode berikutnya

      Delete
  3. Terimakasih bu Tien cerbung baru nya

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 01(Perdana) telah tayang , terima kasih bu Tien salam sehat n bahagia selalu. Aamiin YRA.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah ...cerbung baru .... trimakasih bu Tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah Kembang Cantikku perdana sdh tayang
    Terima kasih Bu Tien, semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta
    Aamiin

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah,, Matur nuwun Bu Tien
    Kembang Cantikku sdh tayang
    Salam sehat wal'afiat,, bu Tien

    ReplyDelete
  8. Trmksh mb Tien sdh tayang cebung baru ... Sunthikah yg jd lakon Kembang Cantikku? Smp Wahyudi hrs amnesia dulu utk ketemu Jodohnya?🤗 Slm seroja sll utk mb Tien dan para pctk🌈🌻

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah
    Telah hadir
    Matur nuwun bu Tien

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah cerbung baru sudah hadir.. maturnuwun dan salam sehat katur bu Tien...🙏

    ReplyDelete
  11. Wah seru nih mbak Tien baru muncul Wahyudi nongol lupa namanya sendiri kondisi pingsan jd bikin penasaran pengin cepat2 besok he he he Tks mbak Tien,salam Seroja dari Tegal

    ReplyDelete
  12. KC1 memang OK.Alhamdulillah Maturnuwun sanget .salam SEROJA yg ter Aduhai.Mbak Tien K

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah cerbung baru 🤲☝️🙏👏👏💐🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  14. Syukur
    Alhamdulillah yg baru dah tayang

    ReplyDelete
  15. Matur nuwun mbak Tien-ku, Kembang Cantikku sudah tayang perdana.
    Wahyudi jatuh ke sungai?? Ada ada saja kesialannya. Mungkin jodohnya gadis desa ini ya.
    Salam sehat dan sukses selalu mbak Tien-ku yang ADUHAI.

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah Kembang Cantikku 01 sudah tayang
    Terimakasih bunda Tien semoga bunda Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah cerbung Kembang Cantikku Eps. 01 sudah tanyang untuk menghibur kita semua. Matur nuwun mbak Tien Komalasari atas karya tulisnya yang selalu dinanti. Semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Alamiin. Salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  18. Terima kasih bunda Tien, cerbung baru yang pasti seru😊😊👍👍

    ReplyDelete
  19. Matursuwun mbak Tien..telah tayang edisi pertama....

    ReplyDelete
  20. Matur nuwun Mbak Tien...semoga Wahyudi segera sembuh dan bisa kembali normal ingatannya. Hehe....

    ReplyDelete
  21. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg cerbung baru Kembang Cantikku 01 hadir menghibur kami para pecintanya.

    Semoga Wahyudi segera sehat kembali, berjodoh dgn Sunthi dan punya anak sbg kembang cantikku. (maaf ngarang)

    Penasaran ibu, monggo dilanjut aja matur nuwun, berkah Dalem..

    ReplyDelete
  22. Trimakasih bu Tien cerbung baru...
    🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
    Kembang Cantikku
    🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

    Salam sehat dan aduhaiii..🙏🥰🌹

    ReplyDelete
  23. Matur nuwun, bu Tien. Cerbung baru tambah semangat

    ReplyDelete
  24. Suwun Bu Tien... cerbung Kembang Cantikku udah tayang. Sehat selalu nggih, Bu.. 🙏😊

    ReplyDelete
  25. Selamat datang KEMBANG CANTIKKU....

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah siKEMBANG CANTIKKU sudah datang
    Matursuwun bu Tien. Semoga sehat selalu....salam

    ReplyDelete
  27. Makasih kembang cantikku mba Tien.
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah... Maturnuwun Ibu Tien untuk cerbung barunya...

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah, suwun Bu Tien cerbung barunya....semoga lebih seru lagi.....😊
    Salam sehat selalu...🙏🙏

    ReplyDelete
  30. Hore kembang cantik udah perdana.....trims Bu tien

    ReplyDelete
  31. Cah bagus cepat sembuh ya
    Maturnuwun ibu Tien, semoga sll sehat dan bahagia...
    Sukses selalu

    ReplyDelete
  32. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's, Tjoekherisubiyandono

    ReplyDelete
  33. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys,

    ReplyDelete
  34. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jakarta, 22 Juni 2022. Hallo bunda Tien terima kasih untuk cerbung barunya! Saya sudah membaca edisi kedua malam ini! Semoga bunda Tiem dan para pembaca PCTK sll sehat dimanapun berada!

      Delete
  35. Halo Mbak Tien yang baik..
    Terima kasih atas tayangan Cerbung barunya *Kembang Cantikku*.
    Semoga mbak selalu sehatn semangat utk terus berkarya..
    Salam Kang Idih -Bandung

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wilujeng wengi kamg Idih, kunaon teu ngiring ngariung nuju pendak sareng abdi di RM Bumi Mitoha kang? Manawi teh bapak nu linggih di Bandung mung Kakek Habi! Hapunten nya kang Idih abdi teu naros ka kakek Habi!

      Delete
  36. Alhamdulillah, edisi perdana, "Kembang Cantikku" sdh tayang.
    Matur nuwun bunda Tien.
    Selalu sehat dan bahagia . .

    ReplyDelete
  37. Maaf ini terusan cerbung judul apa ya?

    ReplyDelete
  38. "Cah bagus gantilaning atiku" hii seperti syair tembang Jawa..

    Matyr nuwun bunda Tien, akhirnya tayang jg KC1..🙏

    ReplyDelete
  39. Terima kasih Bu Tien atas cerbung barunya. Semoga Ibu tetap sehat, aamiiin...

    ReplyDelete
  40. Wahyudi, kamu kenapa?
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 19

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  19 (Tien Kumalasari)   Sinah terpana. Apa yang didengarnya sungguh membuatnya bertanya-tanya. Ia mendengar...