ROTI CINTA 05
(Tien Kumalasari)
“Ibu… aduh.. ibu kenapa?
“Eeh.. sudah, tetap tiduran saja.. nggak usah turun. Ada pecahan gelas.”
Seorang pembantu membersihkan pecahan gelas dan mengepel lantai sampai bersih. Yanti duduk di sebuah sofa yang ada dikamar itu, diam seperti patung. Apa yang didengarnya persis seperti yang dipikirkannya. Hatinya terasa seperti teriris. Akhirnya semua akan terbuka, termasuk luka lama yang berpuluh tahun dipendamnya. Ia menyesal suaminya baru akan pulang besok. Meskipun hanya harus menunggu sehari namun kegelisahan Yanti seperti menunggu bertahun-tahun.
“Ibu.. “
“Ini susunya yang baru, dan makan pagi untuk mas Dian.”
Seorang pelayan lain mendorong meja kecil berroda, yang diatasnya berisi segelas susu yang baru dan makan pagi untuk Dian.
“Letakkan saja disitu mbak, terimakasih,” kata Yanti yang kemudian mendekat.
“Bisa duduk? Makan sendiri atau disuapin?” tanya Yanti sambil memandang tajam anaknya. Tiba-tiba Dian merasa ngeri melihat sepasang mata ibunya yang berkilat seperti menahan marah.
“Ibu marah?” tanya Dian sambil bangkit.
Yanti mendekatkan mejanya.
“Bisa makan sendiri kan?”
“Dimana Dina?”
“Kan ibu sudah bilang bahwa dia sedang sarapan juga. Kamu tidak bisa makan sendiri? Ibu suapin ?”
“Tidak.. tidak, biar Dian makan sendiri saja.. “ kata Dian datar. Dia tidak tahu mengapa sikap ibunya berubah dingin dan sedikit ‘menyeramkan’.
“Habiskan.” Kata Yanti yang kemudian melangkah keluar meninggalkan kamar Dian.
Dian menatap punggung ibunya sampai menghilang dibalik pintu. Gelas susu masih dipegangnya, tapi belum juga diminumnya.
“Kenapa ya, ibu sepertinya marah? Apa salahku ? Apa karena aku mengatakan bahwa aku cinta sama Dina? Burukkah Dina sehingga aku tidak pantas mencintainya? Apa salah Dina? Bukankah ibu juga menyayangi Dina? Ada apa ini? Ya Allah, sungguh hambamu ini mencintai gadis itu. Cinta yang tak akan tergantikan, ya Allah, apakah hambamu salah karena rasa cinta itu ?
“Mengapa susunya hanya dipandangi terus dan tidak segera diminum?” tiba-tiba ibunya memasuki kamar kembali.
Dian mendekatkan gelas itu ke bibirnya, dan meneguknya pelan.
“Habiskan, biar segera sehat.”
Dian sejak kecil menjadi anak yang selalu taat kepada ibunya. Ia sangat rajin dan selalu memperhatikan ibunya. Kalau ibunya berkata ‘tidak’ maka dia tidak akan melakukannya. Tapi bagaimana kalau kali ini ibunya berkata ‘tidak’ untuk perasaan hatinya terhadap Dina? Ibunya tak pernah memarahinya karena dia anak yang penurut, sejak kecil hingga dewasa seperti sekarang ini. Dan kali ini ketika melihat wajah ibunya muram dan matanya menatap dingin kepadanya, tiba-tiba hatinya menjadi miris.
“Sekarang makanlah. Ibu yakin kamu tak butuh disuapin.”
“Ibu.. apakah ibu marah sama Dian?”
“Habiskan makanan kamu.”
“Apakah ibu marah ?” Dian mengulangi kata-katanya, dengan perasaan kecut.
“Sudah, makan dulu.”
“Kalau Dian memang bersalah, Dian mohon ibu maafkan Dian ya?” kata Dian lirih.
Tiba-tiba mendengar kata-kata Dian, hati Yanti terasa seperti diremas-remas. Dian tak pernah melakukan kesalahan yang membuatnya marah. Dian selalu minta maaf apabila telah melakukan sesuatu yang membuat ibunya kecewa. Kali ini, mendengar ucapan Dian yang bernada takut, runtuhlah air matanya, tapi segera diusapnya dengan ujung lengannya. Beruntung Dian tak melihat air mata itu.
Yanti duduk disamping Dian, yang masih menghadapi meja kecil yang didekatkannya disamping pembaringan.
“Ayo makanlah, ibu tungguin disini,” kata Yanti sambil menyendokkan nasi di piring Dian.
“Mau lauk yang mana? Sayurnya itu enak.”
Dian mulai menyendok sayurnya, lalu menyuapnya pelan.
“Apakah Dian bersalah ?”
Tiba-tiba Yanti merengkuh kepala anaknya dan menciumnya lembut. Tak tahan ia menahaan keharuan hatinya. Salahkah kalau Dian jatuh cinta? Pantaskah dia memarahinya karena cinta itu? Tidak, yang salah adalah keadaannya. Yang salah adalah terjadinya peristiwa itu. Dian tidak tahu, dan sudah saatnya dia tahu.
Hari ini karena tak tahan ia ingin mengatakannya, tapi bibirnya terasa kelu. Baskoro lah yang berjanji akan mengatakan semuanya, dan laki-laki berhati lembut yang sekarang menjadi suaminya itu yang akan mengatakannya.
“Baru besok dia kembali..” bisiknya lirih, tapi Dian mendengarnya. Hati Dian sedikit tenang ketika ibunya merengkuh kepalanya dan menciumnya. Ia tahu ibunya sangat menyayangi dia.
Dian menoleh kearah ibunya, seakan bertanya apa yang tadi dikatakannya.
“Bapak, baru besok kembali.”
“Oh, iya, Dian sudah tahu.”
“Kalau sudah selesai, minum obatnya.”
“Ya.”
“Masih terasa sakit?”
“Tidak bu,” kata Dian sambil meminum obat yang sudah disiapkan oleh ibunya.
Tiba-tiba terdengar ketukan dipintu.
“Masuk..” kata Yanti.
“Ibu, mbak Sawitri tidak masuk hari ini,” kata seorang pegawai toko.
“Oh iya? Baiklah, aku akan segera kesana.”
“Apa dia sakit?”
“Semalam ibunya sakit, mungkin dia harus ke dokter. Ibu akan ke depan dulu.”
Dian mengangguk. Pertanyaan tentang sikap ibunya belum terjawab.
Ketika pelayan masuk untuk membawa keluar meja berisi sisa sarapan Dian, Dian menghentikannya.
“Dimana mbak Dina?”
“Kelihatannya ibu mengajaknya ketoko.”
“Oh, ya sudah.”
Dian ingin bangkit, tapi kepalanya terasa pusing, jadi dia kembali merebahkan tubuhnya.
***
Yanti memang mengajak Dina ketoko, agar Dian tidak terus-terusan mencarinya. Ia menggantikan tugas Sawitri yang entah kenapa hari itu tidak masuk.
Dina membantunya, dan duduk disebelah bu Yanti.
“Lumayan laris ya bu, sepagi ini sudah banyak pembeli,” kata Dina.
“Ya beginilah, setelah lima tahun toko ini baru berjalan lebih baik. Tadinya om Baskoro hanya membuka sebuaha toko roti kecil, lalu berkembang menjadi rumah makan dan lain-lain. Ya seperti yang kamu lihat ini.”
“Menyenangkan kalau usaha bisa berhasil.”
“Semua usaha harus dilalui dengan perjuangan. Tidak ada yang tiba-tiba bisa berhasil.”
“Iya, benar.”
“Dina, bolehkah ibu bertanya?”
“Silahkan bu, apa yang ingin ibu tanyakan?”
“Apa kamu sudah punya pacar ?” Yanti mulai memancing-mancing, apakah Dina juga punya perasaan yang sama, mencintai Dian seperti Dian mencintainya.
Dina tertawa lucu.
“Belum bu..”
“Kamu kan sudah dewasa, sudah saatnya punya suami, masa belum punya pacar?”
“Belum ada yang menarik.”
“Sebenarnya kamu pilih laki-laki yang seperti apa? Yang ganteng, itu pastinya ya, lalu kaya raya?”
“Yang ganteng… ah.. harus ganteng batinnya juga dong bu. Tapi Dina tidak ingin laki-laki kaya.”
“Ouw.. benarkah?”
“Laki-laki yang baik, sederhana.. bukan yang kaya. Apalagi kaya raya. Tidak bu..”
Yanti menghela nafas. Dian sudah menjadi anak Baskoro, pengusaha kaya raya dan juga memiliki sebuah toko roti yang lumayan besar. Berarti Dian bukan laki-laki pilihan Dina. Benarkah? Semuanya harus dibuktikan. Yang namanya perasaan itu bisa saja merubah segalanya. Dulu dia sama sekali tidak tertarik pada Baskoro, karena dia hanya penjual sayur sedangkan Baskoro seorang pengusaha yang kaya raya. Tapi karena Baskoro begitu gigih mendekati, bahkan dengan pura-pura menjadi penjual roti keliling, akhirnya jatuh hati juga dia. Bagaimana kalau Dian terus menerus menyerangnya dengan kata-kata cinta? Tak mungkin Dina tak akan luluh, karena sebenarnya Dina juga menyayangi Dian, walau asal mulanya karena menganggapnya sebagai saudara.
Lalu Yanti mulai sibuk karena tokonya sudah mulai ramai pembeli.
Ketika ponsel Yanti berdering, dimintanya Dina melihatnya, dari siapa.
“Dari Sawitri ibu,” kata Dina.
“Tolong diangkat, disini lagi ramai.”
“Hallo..”
“Maaf, ini bukan ibu?”
“Witri, aku Dina, ibu lagi sibuk karena menggantikan tugas kamu di kasir. Ada apa? Ibu meminta agar aku menjawab telpon kamu.”
“Oh, baiklah, maaf baru memberi kabar. Saya tidak masuk karena harus mengantarkan ibu ke rumah sakit.”
“Oh, syukurlah akhirnya kamu bawa ke rumah sakit. Ibu sakit apa?”
“Kami masih menunggu antrian mbak.”
“Baiklah, semoga semuanya baik-baik saja.”
“Mintakan maaf pada ibu ya mbak.”
“Ya, baiklah.”
Lalu Dina menyampaikan pesan Sawitri kepada ibu Yanti.
“Sawitri tidak bisa masuk karena mengantarkan ibunya ke rumah sakit bu,” kata Dina.
“Oh, iya.. tidak apa-apa, memang ibunya kan sedang sakit. Kalau besok dia masih belum masuk juga, aku akan minta yang lain untuk menggantikannya.”
***
“Mengapa melamun ?” sapa Rina ketika melihat Dita duduk sendirian di teras siang itu.
“Nggak bu, hanya cari angin segar, udara panas sekali.”
“Benar. Udara panas sekali.”
“Bu, besok kan hari Minggu.”
“Oh iya, besok hari Minggu, ingin jalan-jalan?”
“Mas Abian mengajak Dita keluar.”
“Oh, bagus lah, supaya kalian bisa saling kenal lebih dekat. Dengan begitu kamu kan bisa tahu, apakah dia pria yang cocok dengan impian kamu, atau bukan.”
Dita menghela nafas. Sesungguhnya dia amat gugup. Teman-temannya banyak, tapi tak satupun yang menarik baginya. Ia selalu menolak apabila ada yang mengajaknya jalan. Ia mau kalau bareng dengan beberapa teman, jadi tidak pernah berdua-duaan.
“Dita belum pernah pergi berduaan.”
Rina tersenyum, mengelus kepala Dita dengan lembut.
“Suatu hari kan kamu harus menjalaninya.”
“Sama ibu yuk..”
“Dita, kamu nih ada-ada saja.. masa jalan sama pacar ngajakin ibunya?”
“Yaah.. ibu.. kok pacar sih, Dita bukan mau pacaran..”
“Baiklah, calon pacar ?”
“Belum juga. Kata ibu masih harus saling menjajagi hati masing-masing.”
“Ya.. ya, boleh saja disebutnya begitu. Tapi kamu harus tenang ya, nggak apa-apa, Abian kelihatannya baik kok, nanti kalau sikapnya mengecewakan, kamu boleh menolaknya.”
Dita tersenyum, dan mengangguk. Ia akan mencoba menjalaninya. Barangkali Abian bukan saja cakep wajahnya, tapi juga hatinya, siapa tahu. Nah, sebenarnya rasa tertarik dihati Dita itu sudah ada kan? Dan senyuman manis yang tersungging dibibir Dita itu terbaca oleh ibunya.
“Kapan ya mbak Dina pulang?”
“Nggak tahu ibu, coba saja kamu telpon dia. Bu Yanti kalau sama kakak kamu itu sangat memanjakan sekali, karena sedari kecil kakakmu sudah sering main bersama Dian dirumah bu Yanti, atau bapak mengajak jalan-jalan Dian ketika kami juga sedang jalan-jalan.
“Jangan-jangan mbak Dina dan mas Dian saling jatuh cinta.”
Dan kata-kata itu membuat Rina merasa seperti disengat lebah. Nyeri dan sangat terkejut.
“Ya Allah, bagaimana kalau hal itu terjadi?” bisik Rina, tanpa sadar bahwa Dita mendengarkannya.
“Memangnya kenapa? Mas Dian juga baik kan ?”
“Tidak, itu tak boleh terjadi.”
“Mengapa bu?”
Rina bingung untuk menjawabnya. Ia merasa kelepasan bicara.
“Mengapa tidak boleh ?”
“Itu… karena… karena dari kecil mereka sudah dijadikan saudara..”
“Tapi kan bukan saudara beneran ?”
Tuh kan, pertanyaan itu sudah diduganya. Lalu Rina tiba-tiba berdiri.
“Ya ampun, sebentar, ibu sedang merebus telur, jangan-jangan airnya sudah habis,” katanya sambil menjauh.
“Kok aneh, kan cuma saudara angkat, kenapa tidak boleh pacaran? Jangan-jangan saat ini mbak Dina sudah pacaran sama mas Dian,” gumam Dita.
***
Dian sedang ditemani Dina. Memang benar sedikit kolokan, tapi Dina menghadapinya sambil tertawa. Ibu Yanti sedang menjemput suami dan anak bungsunya di bandara.
“Kamu itu ya, kalau sama ibu, apa-apa bisa sendiri, tapi kalau ada aku, semuanya harus aku yang melayani. Dasar manja.”
“Ya ampuun, jangan pelit-pelit dong, masa melayani pacar lagi sakit kok mengeluh terus.”
“Apa ? Pacar ? Kamu ini sadar nggak. Coba aku pegang kening kamu, tuh, nggak panas, kok ngomongnya kayak orang mengigau begitu.”
“Enak saja bilang aku mengigau.”
“Habis, tiba-tiba ngomong ngelantur begitu. Kamu lagi kangen sama pacar kamu ya?”
“Kangen banget.”
“Kenapa kamu tidak menelpon dia supaya dia datang kemari?”
“Kenapa harus ditelpon ? Kan dia sudah ada disini ?”
“Aduh, mengapa ketika dirumah sakit dokter tidak memeriksa kepala kamu ya? Kayaknya ada yang aneh deh.”
“Dina, aku beneran cinta sama kamu,” kata Dian sambil memegang tangan Dina yang sedang meletakkan obat di samping tempat minumnya.
“Mas Dian, kamu harus sadar akan apa yang kamu katakan,” kata Dina sambil melepaskan tangannya dengan halus.
“Salahkah kalau aku cinta sama kamu?”
“Seseorang tidak salah saat jatuh cinta, tapi kata orang, jatuh cinta harus siap untuk patah hati.”
“Maksudmu apa?”
“Aku cinta sama mas Dian, karena mas Dian adalah kakak aku, sedari kecil mas Dian sudah menjadi kakakku.”
“Bukan kakak beneran kan?”
“Walaupun begitu tetap saja tidak boleh.”
“Diaaan…” tiba-tiba keduanya terkejut, Baskoro muncul dikamar itu bersama Yanti dan Arini, anak bungsu Yanti yang masih sekolah SMA di Amerika. Broto dan isterinya memungutnya sebagai anak karena mereka sampai sekarang belum dikaruniai seorang anakpun. Itu sebabnya dia bersekolah disana dan jarang pulang ke Indonesia.
“Mas Diaaan..” kata Arini yang segera menubruk dan menciumi kakaknya.
“Aduuuh.. aaw.. sakit tahu..”
“Sakit?”
“Kamu mencium di lukaku ini dengan keras.”
“Oh, sorry… sakitkah?
“Ya sakit dong. Kamu tambah cantik deh..”
“Dian, kenapa kamu ini ? Anak bapak, kenapa kalah sama penjahat?”
“Yah, bapak.. Dian dikeroyok dua, yang satunya orangnya tinggi besar.”
“Syukurlah kamu tidak apa-apa, hanya luka luar. Hallo Dina…”
“Selamat datang om. Ini Arini ?” tanya Dina sambil menatap gadis cantik yang menggelendot di pundak ibunya.
“Iya, saya Arini. Kapan ya terakhir kita ketemu ?”
“Sudah lama sekali, waktu kamu masih SD.. aku hampir lupa, kamu sekarang sudah menjadi remaja yang sangat cantik.”
“Ya sudah, ayo kita duduk diruang tengah, nanti pengap kamar ini karena kebanyakan orang,” kata Yanti sambil mengajak Arini dan suaminya keluar.
“Aku ikut keluar.”
“Kamu bisa bangun?” tanya Baskoro.
“Bisa pak, kangen sama bapak dan sama Arini.”
Lalu Baskoro membantu Dian bangun, dan menuntunnya berjalan bersamanya.
Ketika mereka berbincang diruang tengah, Dina sedang menerima telpon dari ibunya.
Dian terkejut ketika Dina kemudian menghampiri mereka dan mengatakan sesuatu.
“Ibu menyuruh saya pulang besok pagi,” kata Dina tiba-tiba.
“Tidaaak, jangan pergi..” teriak Dian tanpa sadar.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah ❤️
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien ... atas hidangan ROCIN 05 yang masih kebul².
DeleteSalam ADUHAI ...
Selamat malam, selamat membaca, salam sehat selalu
DeleteMatur suwun mbakyu Tien .
DeleteMugi tansah saras ..
Alhamdulillah RC~05 telah hadir.. maturnuwun bu Tien..🙏
DeleteSelamat atas sukses jeng Lily Suryani menjemput kehadiran RC_5.
DeleteSelamat malam bu Tien, salam SEROJA dan ADUHAI selalu.
Selamat malam sahabat2ku
Alhamdulillah ROCIN 05 tayang salam sehat selalu buat Bu Tien & Keluarga.🙏🙏
DeleteMaturnuwun mbak Tien, rotinya. Wah..rahasia besar akan terungkap nih. Semoga Dian dan Dina bisa menerimanya dengan baik. Kasihan Dian...memang, sebaiknya orang tua tidak menyembunyikan rahasia masa lalu itu terlalu lama. Cukup ketika mereka sudah mulai remaja, agar hal yang rumit seperti ini tidak perku terjadi.
DeleteMaturnuwun mbak Tien...Dian sama Sawitri saja...hehe...
Terimakasih bunda Tien sayang❤️
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda sehat selalu
Salam aduhai dari Wahyu - Lamongan
Alhamdulillah, RC-5 sdh tayang, cuma tertulis RC-4 seharusnya RC-5, slm sehat tetap semangat. terimakasih mbak Tien.Merdeka
ReplyDeleteAlhamdulillah, RC-5 sdh tayang, slm sehat tetap semangat. terimakasih mbak Tien.Merdeka
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien Roti Cinta 05
ReplyDeleteSemoga bunda senantiasa sehat
Salam sehat dan aduhai dari Cibubur
Matur nuwun jeng Tien,,,semoga tetap ADUHAi dalam karya
ReplyDeleteAlhaMdulillah
ReplyDeleteSdh hadir gasik
Matur nuwun bu Tien
Mugi2 Sehat selalu
Alhamdulillah sudah hadir, terima kasih bunda Tien. Semoga selalu sehat bunda
ReplyDeleteTerima kasih ibuu.
ReplyDeleteTayang gasik.
Sehat selau tuk ibu dan keluarga.
Salam aduhai..
Terima kasih Mbak Tien 05 udh tayang ... Smg sehat sll ... Salam Aduhai
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong.
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania.
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Terimakasih Bunda.salam sehat
DeleteSuwun Bunda Roti cintanya - temen ngeteh mlm
ReplyDeleteSehat” Bunda
Salam Aduhai Sehat sll dr Klipang
Alhamdulillah rc sdh tayang
ReplyDeleteTerima kasih bu tien
Semoga bu tien sehat2 dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT .... Aamiin yra
Terimakasih bunda Tien Roti Cinta 05
ReplyDeleteSemoga bunda senantiasa sehat
Salam sehat dan aduhai dari Pasuruan
Alhamdulillah, ROTI CINTA-05 sudah hadir, terimakasih bunda Tien. Semoga tetap sehat... Tetap bisa ngasuh manusia-manusia yang sudah muda-muda ini
ReplyDeleteAssalamualaikum
ReplyDeleteSalam kenal buat mbak Tien dan semuanya
Salam kenal kembali, ibu Komariyah
DeleteTrmksh mb Tien RC 05 sdh tayang gasik
ReplyDeleteSemoga mb Tien sll sehat dan bahagia bersama kelg serta anak cucu
Salam sehat ADUHAI SELALU 🙏
Aduh bu Tien mamang jago banget... Merangkai kata menjadi cerita yg sangat aduhai..trm kasih bu Tien... Kami diauguhkan dengan Roti Cinta yang sangat manis bikin kita selalu ketagihan....salam sehat dan aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah .... Terima kasih.
DeleteMatur nuwun bu Tien...sampun tayang, mugi Ibu tansah sehat
ReplyDeleteCeeitanya pasti aduhai...
Maturnuwun bunda Tien..RC5 sudah hadir.
ReplyDeleteSemoga bunda sehat² selalu..
Salam ADUHAI dari kota Malang.
Alhamdulillah Roti cintanya sudah hadir kembali, terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah roti cinta 5 sudah hadir, terima kasih Bu Tien semoga selalu sehat.
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih bu Tien ROTI CINTA yg ke 5 sdh dilahap dg nikmat,,,Dian sabar ya,,,Kita tunggu besok
ReplyDeleteSalam Sehat wal'afiat n Salam ADUHAAII 🤗🙏
Alhamdulillah,matur nuwun Bu Tien ..tetep sehat lan tansah sehat,Aamiin
ReplyDeleteMatur nuwun ibu....
ReplyDeleteAlhamdulillah, roti cintanya sudah matang.....makasih Bu Tien...
ReplyDeleteSalam sehat selalu.....
Gantung...
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
Matur nuwun mbak Tienku, RC-5 sudah tayang.
ReplyDeleteMakin asyik ni... tapi awas, Dian tidak boleh patah hati. Kalo Dina tampaknya dapat menguasai diri, cuma sayang adiknya malah mendahului. Mengapa ortunya malah mendorong, tidak 'mengatur' yang tua duluan.
Salam sehat untuk mbak Tien Kumalasari dari Sragentina selalu Aduhai.
Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg RC05 tersaji bagi kami para penggandrung.
ReplyDeleteSemoga Dian-Dina tdk sampai stres, sakit hati bahkan patah hati krn cintanya tdk direstui orang tua.
Monggo ibu, dilanjut aja kami menunggu dgn sabar. Matur nuwun berkah Dalem.
Salam ADUHAI
Matur nuwun Bu Tien. Salam sehat kagem Ibu dan semuanya.....
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....
Alhamdulilahirobil'alamiin. Roti Cinta lancar terus. Mtrnwn Bumda Tien semoga sehat wal'afiat terus dan salam sehat, semangat, bahagia dan Aduhai.
ReplyDeleteTrimakasih mbak Tien RC05..
ReplyDeleteWaah deg2an jg ni..tp sptnya Dina udh firasat ya..mungkin lebih peka krn satu darah..semoga Dian bs nerima..dan dpt jodoh yg baik..klo mbak Tien yg pilihkan pasti baiik..😊😊
Salam sehat mbak Tien..dan selalu aduhaii..🙏🥰⚘
Alhamdulillah roti cinta sdh tayang
ReplyDeleteTerima kasih bu tien , semoga sehat walafiat
Salam sehat penuh semangat 🙏🙏🙏
Alhamdulillah...
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien .. semakin ADUHAI penasarannya.
Hem...Bunda cantik..bisa membuat air mataku menetes..tapi aku senang indah jalan ceritanya..makasih ya Bunda cantik.. salam sehat selalu Amin YRA 🙏
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Semakin asiik. Salam hangat dan aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah .. Suwun bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, makasih ROCIN 05 nya
ReplyDeleteSalam sehat dr Makassar
Sehat dan ADUHAI ibu Nuraida
DeleteSelamar malam bu tien cerbungnya.
ReplyDeleteSalam sehat dan jaga kesehatan
Salam sehat dan ADUHAI mas Anton
DeleteAlhamdulillah ROTI CINTA 05 dah tayang
ReplyDeleteMet malam Bunda dan terima kasih.
Sehat selalu dan tetap semangat
Aamiin.
DeleteADUHAI mas Bambang
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimak
Alhamdulillah
DeleteTerimakasih bunda Tien
Salam sehat dan aduhai
Sehat dan ADUHAI ibu Salamah
DeleteTerima kasih Mbak Tien, RC 5 sudah hadir. Smoga Mbak Tien selalu sehat. Salam Aduhai dari Semarang.
ReplyDeleteRC 05 makin seruu... Alhamdulillah. Dina emang anak pintar tdk ada rasa cinta ,tapi rasa suka kepada kakak nya..nah ada Arini atau sawitri ,di pilih² yaa Rina semakin aja bingung ...waduh Dita bilang klu seandainya Dina kakaknya menyukai Dian..hayooo jangannn hahaa geumes jugaaa.selamat tidur atau selamat sahur u yg mau puasa Asyura esok kamis,bobok lg aahh
ReplyDeleteADUHAI jeng Yanti
DeleteSalam sehat selalu buat mbak Tien..
ReplyDeleteMet pagi bu tien.. wah tambah seru konflik keluarga mb yanti... tks bu tien sajian yg sangat bikin penasaran...salam aduhai dari pd gede
ReplyDeleteSalam ADUHAI IBU Sri
DeleteKerèn juga Dina terkunci di password nya; adik ya tetep adik bukan yang lain; wuih kaya pengiklan sabun gembul yang melètèr sampai komentar satir di panggung politik, bikin gatel netizens ber cuit ria ha ha ha.
ReplyDeleteNamanya juga ibu pastilah punya kepekaan lebih; bersegera memanggil pulang Dina; nah.. bisa juga teriakan Dian membuat awal dari penjelasan yang akan dipaparkan ayah Baskoro, bisa jadi..
Salut sama ayah Baskoro dia seorang manager handal yang mempunyai ide yang segera harus di terjemahkan, bagaimanapun caranya, syukurlah mendapatkan pasangan yang piawai memanage hati sungguh seberat apapun tetap tegar, dan itu perlu perjuangan serius, jadilah dia masih bisa dekat dengan orang orang yang di kasihi & dicintai nya, ya Bu Rina keluarga pak Leo dijadi kan keluarga besarnya.
Roti cinta yang mengepul hangat menebarkan kasih cinta diantara remaja keluarga besar mereka..
ADUHAI..
Terimakasih Bu Tien roti cinta kosong lima sudah muncul
Sehat sehat selalu doaku, sejahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta.
Aamiin
DeleteADUHAI Nanang
Assalamualaikum wr wb Segera saja Yanti dan Baskoro menjelaskan bagaimana hubungan yg sebenarnya antara Dian dan Dina. Jangan sampai Dian jatuh terjerembab, sementara Dina menganggap Dian sbg kakaknya sendiri. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin asyik dan membuat penasaran saja. Semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Salam sehat dan aduhai dari Pondok Gede....
ReplyDeleteAamiin, terimakasih pak Mashudi.
DeleteADUHAI
Tidaaak, jangan pergi... teriak Dian tanpa sadar.
ReplyDeleteKalau dah begini tidak bisa di tunda" lagi...
Baskoro dan Yanti harus segera memberi tahu Dian, siapa Dina sebenarnya.
Moga Dian mau mengerti dan peka terhadap dirinya sendiri bahwa rasa cinta dirinya terhadap Dina adalah cinta seorang kakak terhadap adiknya.
Bagus Rina segera menyuruh Dina pulang.
Masalah Dina kan urusannya Rina dan Leo....
Oh Leo... Leo... inilah akibat perbuatanmu, akhirnya menyakiti anak"mu yg terlanjur salah mencintai.
Smg aja Dian bisa berjodoh dg Sawitri.
Kalaupun berjodoh pasti msh berliku nggih bunda...
Karena baru sampai episode 05 he he...
Dan mungkin msh banyak tokoh baru yg muncul.
Karena hrs mencarikan jodohnya Dina juga Arini adiknya Dian.Kalau Dita sepertinya berjodoh dg Abian.
Trimakasih bunda...
Moga sehat sll.
Salam aduhai dari Bojonegoro.
Salam ADUHAI jeng Wiwiek
DeleteTerima kasih bu Tin untuk RC 5 nya.
ReplyDeleteSalam sehat, dan salam aduhai untuk semuanya...
Salam ADUHAI ibu Herlin
DeleteMakasih sekali lagi..bingkisan roti cinta.. Semakin menarik dg intrik percintaan. Jadi deg degan waktu Dia. Berteriak "Tidaak , jangan pergi" . MB semoga Badkoro bisa memberikan pengerian. Aamiin. Jafi deg degan
ReplyDeleteSalam deg2an ibu Noor
DeleteSehat dan ADUHAI Abah.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien... Selak penasaran nih...🤭
ReplyDeleteHehe.. sabar Bunda
ReplyDeleteADUHAI..
Penuh greget nih, Dian Dina..
ReplyDeletePanas
ReplyDeleteMksihh y mbak Tien RC 05 nya.. Slmsehat dan aduhai dri sukabumi🥰🥰
ReplyDeleteAlhamdulillah, suwun mbak Tien Roti Cinta 5 nya
ReplyDeleteSalam sehat dan semangat selalu. Aduhai mbak ...